Materi Agama Katolik
MATERI KELAS X: SENGSARA DAN WAFAT YESUS
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
A. Latar Belakang
dan Sebab-Sebab Sengsara dan Wafat Yesus
Untuk memahami peristiwa Yesus dihukum mati dan menjalani hukuman mati, ada
baiknya kita mengamati dua hal berikut ini :
1. Konteks sosial
menjelang penyaliban Yesus
2. Mereka yang
berperan dalam penyaliban Yesus
a. Konteks Perayaan
paskah
Perayaan Paskah
merupakan pesta bangsa Israel untuk memperingati peristiwa pembebasan bangsa
Israel dari Mesir. Perayaan ini berlangsung selama tujuh hari, menajdi pekan
roti tak beragi. Bangsa Israel menghayati peristiwa pembebasan dari Mesir
sebagai keterlibatan Allah dalam hidup mereka. Pada perayaan Paskah itu,
seluruh rakyat terlibat dengan cara berziarah ke Yerusalem. Maka, Yerusalem
dipadati oleh rakyat yang akan merayakan Paskah.
Dalam rangka
perayaan Paskah tersebut, Yesus dan murid-murid-Nya juga pergi ke Yerusalem.
Dalam situasi Paskah Yahudi itulah, terjadi peristiwa besar yang menimpa diri
Yesus. Ia ditangkap, diadili, dan disalibkan. Pengadilan dan penyaliban Yesus
diwarnai oleh berbagai isu yang berkembang pada waktu itu.
b. Pemberontakan
terhadap Pemerintah Roma
Biasanya, dalam
setiap perayaan paskah, tentara Roma juga selalu siap siaga untuk menghadapi
kemungkinan yang tidak diinginkan, misalnya kekacauan. Pada masa Yesus, situasi
Palestina tidaklah tenteram. Selalu ada usaha-usaha untuk melawan pemerintah
Romawi.
Pewartaan Yesus
tentang Kerajaan Allah dan pernyataan diri-Nya sebagai Mesias dapat menubuhkan
harapan bangsa Yahudi akan datangnya Mesias. Harapan ini akan mendorong mereka
untuk memberontak. Dengan demikian, tindakan Yesus dapat menumbuhkembangkan
pemberontakan politis seperti yang telah dilakukan oleh orang-orang Zelot. Hal
itulah yang dijadikan alasan oleh para pemuka agama Yahudi untuk menghukum
Yesus dan menghadapkan-Nya pada Ponsius Pilatus.
Dalam peristiwa
penangkapan dan pengadilan terhadap Yesus, pasukan Romawi diperalat oleh para
pemuka agama yang mengisyaratkan bahwa Yesus dan pengikut-Nya termasuk dalam
kelompok orang yang mau memberontak. Markus menceritakan, “Dan pada waktu itu
adalah seorang yang bernama Barabas sedang dipenjarakan bersama beberapa
pemberontak lainnya. Mereka telah melakukan pembunuhan dalam pemberontakan” (bdk.
Mrk.15:7)
c. Munculnya
Mesias-Mesias Palsu
Pada masa
kehidupan Yesus telah muncul beberapa orang yang diyakini oleh orang-orang
Yahudi sebagai Mesias. Mereka dipandang sebagai Mesias seperti diramalkan oleh
nabi Yesaya. Nabi Yesaya bernubuat bahwa Allah akan mengangkat seorang
keturunan Daud untuk naik takhta kerajaan. Orang-orang yang dianggap memenuhi nubuat
nabi Yesaya pada masa itu antara lain Yudas dari Galilea dan Simon dari Bar
Kokhba.
Munculnya
mesias-mesias itu selalu diwaspadai oleh pemerintah Roma. Sebab, biasanya
setelah seorang mesias mulai muncul, maka akan disusul adanya pemberontakan.
Mesias-mesias yang ada menjadi biang kerusuhan.
Injil dengan
jelas membedakan antara Yesus dan orang-orang yang dianggap mesias itu. Ha1 ini
sungguh-sungguh diketahui oleh Pilatus dan orang-orang Romawi lainnya. Oleh
karena itu, dalam proses pengadilan yang dipimpinnya, Pilatus berusaha
membebaskan Yesus. Pilatus mengetahui bahwa tindakan Yesus berkaitan dengan
hidup keagamaan clan bukan politis. Tindakan Pilatus semakin jelas dengan
tawarannya untuk membebaskan Yesus atau Barabas.
Namun, orang
Yahudi tidak mau mengambil risiko dengan Yesus itu. Yesus pernah membuat
kehebohan di Bait Allah. Kalau terjadi lagi, pasukan Romawi dapat menyerbu Bait
Allah. Padahal; banyak penduduk Yerusalem menggantungkan hidupnya pada
BaitAllah. BaitAtlah sebagai tempat ziarah merupakan sumber naflcah bagi
mereka. Maka lebih baik mereka memilih Barabas untuk dibebaskan.
2. Mereka yang
Berperan dalam Peristiwa Pengadilan dan Penyaliban Yesus
a. Para Petinggi
Agama
Warta dan
tindakan Yesus memang barn, rnerombak agama Yahudi. Hal ini jelas tidak disukai
oleh para pemuka agama. Para pemuka agama itu beranggapan bahwa hanya agama
yang menjamin kelangsungan bangsa. Barangsiapa merongrong agama dianggap
membahayakan bangsa. Perubahan agama dianggap dapat menimbulkan murka Allah.
Jika Allah murka maka habislah riwayat bangsa Yahudi.
Yesus berasal
dari “udik”, dari suku yang agamanya tidak kokoh. “Tidak ada nabi yang berasal
dari Galilea!” Yesus tidak berijazah, tidak berpendidikan, dengan hak apakah la
mengutik-utik Kitab Suci? Yesus tidak mempunyai backing, keluarganya
sederhana, teman-temannya rakyat jelata, sekelompok orang yang tidak mempunyai
wewenang agama sedikit pun juga. Apa yang dibuat oleh Yesus, sehingga
bermacam-ma.cam tuduhan dilemparkan kepada-Nya oleh para ahli Taurat dan kaum
Farisi?
1. Yesus bergaul
dengan sampah masyarakat:
Ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat bahwa ia makan dengan pemungut
bea cukai dan orang berdosa.
2. Yesus dianggap melanggar hukum Taurat:
Yesus menyatakan semua makanan halal; Ia menyentuh orang kusta; Ia tidak
berpuasa.
3. Yesus dianggap melanggar adat saleh:
Yesus berbicara dengan perempuan kafir; Ia membela wanita pezinah; Ia makan
dengan tangan najis.
4. Yesus dianggap melanggar Sabat:
Yesus berkata: “Hari Sabat diadakan untuk manusia clan bukan manusia untuk
hari Sabat” (Mrk 2: 27)
5. Yesus dianggap mencampuri urusan para pemuk,
agama:
Imam Agung bertanggung jawab atas Bait Allah. Tetapi, Yesus mengusir para
pedagang di Bait Allah, padahal Dia dianggap tidak mempunyai hak apa-apa
terhadap urusan Bait Allah. Yesus dianggap berani mengatakan bahwa Ia mengerti
apa yang dikehendaki Allah, bahwa ia mengenal Allah lebih daripada para nabi
dahulu, lebih daripada Musa. Di mata para petinggi agama, Yesus dianggap
provokator.
b. Para Petinggi
Pemerintahan
Pada masa Yesus,
situasi Palestina tidak aman/tenteram, karena selalu ada usaha-usaha untuk
melawan pemerintahan Romawi. Pewartaan Yesus tentang KerajaanAllah dan pernyataan
diri-Nya sebagai Mesias dapat menumbuhkan harapan bangsa Israel akan datangnya
Mesias. Harapan ini akan mendorong mereka untuk memberontak. Dengan demikian,
tindakan Yesus dianggap dapat menumbuhkan pemberontakan politis seperti yang
telah dilakukan oleh orang-orang Zelot. Hal itulah yang telah dijadikan alasan
para pemuka agama Yahudi untuk menghukum Yesus dan menghadapkan-Nya pada
Pilatus.
Dalam peristiwa
penangkapan dan pengadilan terhadap Yesus, pasukan Romawi diperalat oleh para
pemuka agama bahwa Yesus dan pengikut-Nya termasuk dalam kelompok orang yang
mau memberontak. Markus menceritakan : “Dan pada waktu itu adalah seorang yang
bernama Barabas sedang dipenjarakan bersama beberapa pemberontak lainnya.
Mereka telah melakukan pembunuhan dalam pemberontakan” (Mrk. 15:7).
Keributan di
Bait Allah ketika Yesus dan murid-murid-Nya menghalau para pedagang mungkin
membuat pemerintahan kolonial Romawi mencurigai Yesus. Ketiga bangsa-Nya
sendiri menyerahkan Yesus, pemerintah Romawi rupanya tidak terlalu berkeberatan
untuk mengamankan dan membebaskan dia dari segala tuduhan.
c. Vonis Hukuman
Mati untuk Yesus
Seluruh majelis
agama menolak Yesus. Dengan suara bulat, mereka memutuskan untuk memberikan
hukuman mati terhadap Yesus. Imam Agung, pemimpin yang dipilih Allah untuk
menggembalakan umat-Nya, membuang Yesus.
Ponsius Pilatus,
gubernur sipil menghukum Yesus. Nlurid-murid dan temanteman Yesus tidak
seorang pun membela-Nya. Mereka semua meninggalkan Yesus dan membiarkan Dia
dihukurn mati disalib. Menurut keyakinan Yahudi, mati disalib merupakan tanda
bukti bahwa seseorang dibuang oleh Allah sendiri.
Hukuman mati
disalib itu lebih daripada mencabut nyawa saja. Mati di kayu salib berarti:
dibuang oleh bangsanya dan dikutuk oleh Allah. Mayat seorang terhukum harus
lekas-lekas dikuburkan, karena dianggap mengotori dan menajiskan tanah yang
diberikan Allah.
B. Kisah Sengsara
dan Wafat Yesus
Kisah sengsara
dan wafat Yesus yang disampaikan oleh Lukas dalam Injilnya sangat khas.
Kesengsaraan Yesus disampaikan Lukas berpangkal dari hasil pengalaman
kehidupannya sebagai murid Yesus. Lukas adalah salah seorang murid Yesus yang
menyampaikan hasil perenungan perjalanan terakhir hidup Yesus.
1. Penangkapan
Yesus di Taman Getsemani
Yesus mengetahui
bahwa la akan mengalami kesengsaraan sebagai konsekuensi dari pewartaan-Nya
yang dianggap mengganggu gugat kemapanan banyak pihak. Di taman Getsemani,
Yesus secara khusus mempersiapkan penderitaan yang akan ditanggung-Nya. Ia berdoa kepada Bapa-Nya. Sebagai manusia
biasa, Yesus merasakan ketakutan yang luar biasa sehingga la berseru, “Ya
Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi bukanlah
kehendakKu, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Luk 22: 42).
Kebiasaan Yesus
untuk berdoa telah diketahui oleh para murid-Nya. Yudas juga mengetahuinya.
Maka, Yudas memanfaatkan kebiasaan Yesus yang berdoa di tempat-tempat yang sepi
sebagai kesempatan untuk znenyerahkan-Nya kepada orang yang akan membayarnya.
Setelah Yesus selesai berdoa, Yudas datang ke taman itu bersama orang banyak.
Yesus ditangkap bagaikan seorang perampok atau penjahat. Penangkapan Yesus ini
menjadi awal penderitaan yang dijalaniNya. Lukas mencatat: “Dan orang-orang
yang menahan Yesus, mengolok-olok Dia dan rnemukul-Nya” (Luk 22: 63).
2. Yesus Diadili
oleh Pengadilan Agama
Dari taman
Getsemani, Yesus dibawa ke rumah imam besar. Yang menjabat imam besar pada
waktu itu adalah Kayafas. Kayafas bersama mertuanya, Hanas, melakukan
pemeriksaan terhadap Yesus. Di ternpat Imam besar, Yesus diolok-olok dan
dipukuli oleh orang-orang yang menahan-Nya. Imam besar banyak bertanya kepada
Yesus tentang murid-murid-Nya dan ajaran-Nya. Yesus memberikan tanggapan-Nya.
“Aku berbicara terus terang kepada dunia: Aku selalu mengajar di rumah-rumah
ibadat dan di Bait Allah, tempat semua orang Yahudi berkumpul; Aku tidak
pernah bicara sembunyi-sembunyi” (Yoh 18: 20).
Tanggapan Yesus
ini tentu saja sangat menjengkelkan mereka yang mengikuti pemeriksaan itu.
Mereka sebenarnya mau menjebak Yesus untuk menemukan kesalahan yang dapat
menjadi alasan menghukum Dia. Mereka mau menjebak Yesus dengan soal Bait Allah.
Mereka selama
ini tidak menyukai campur tangan Yesus, teristimewa dengan urusan Bait Allah.
Yesus pernah membuat kegemparan dengan mengusir para pedagang dari Bait Allah.
Bait Allah adalah pusat keagamaan bagi orang-orang Yahudi. Bagi para pemuka
agama, Bait Allah menjadi pusat kekuasaan mereka dan menjadi sumber penghasilan
mereka karena pajak yang mereka tarik dalam bentuk pajak keagamaan. Apabila
Bait Allah hancur atau di bawah kekuasaan orang lain, mereka akan kehilangan
kedudukan, jabatan, dan penghasilan. Oleh karena itu, dengan alasan
mempertahankan sistem keagamaan secara nasional, mereka berusaha memprsalahkan
Yesus atas tindakan-Nya terhadap Bait Allah. Namun, mereka tetap belum dapat
menemukan alasan kuat untuk menghukum Yesus.
Kemudian, mereka
menghadapkan Yesus ke Mahkamah Agama. Sidang Mahkamah Agama melanjutkan pemeriksaan
awal yang telah dilakukan oleh imam besar. Mereka bertanya : “Jikalau Engkau
adalah Mesias, katakanlah kepada kami” (Luk.22:67). Pertanyaan ini sebenarnya
juga merupakan pertanyaan jebakan. Para pemuka agama Yahudi mau menyudutkan
Yesus untuk menunjukkan secara jelas identitas-Nya. Mereka telah mengetahui
bahwa pengakuan Yesus sebagai anak Allah akan menjadi alasan yang dapat
diterima semua pihak untuk menghukum Dia.
Yesus dengan tegas menyatakan bahwa Dia adalah Anak Allah. Mendengar
jawaban Yesus itu, maka dengan segera sidang Mahkamah Agama mengambil keputusan
untuk menghukum mati Yesus, karena la telah menyatakan din sebagai Anak Allah.
Yesus dianggap telah menghujat Allah. Setelah mendengar jawaban Yesus, mereka
bersepakat membawa Yesus kepada Pilatus. Hal ini mereka lakukan karena mereka
mengetahui hanya Pilatuslah yang dapat menentukan hukuman mati.
3. Yesus Diadili
oleh Pengadilan Negeri
Wakil pemerintah
Roma yang berkuasa pada waktu itu adalah Pontius Pilatus. DI Palestina, Pontius
Pilatus tinggal di Yerusalem dalam sebuah istana yang dahulu merupakan tempat
kediaman resmi raja-raja Yahudi sewaktu Yehuda masih berdiri. Di depan gedung
ini terdapat serambi yang luas. Di bawah langit terbuka, di sebuah pelantaran,
Yesus diadili karena orang-orang Yahudi tidak mau masuk ke dalam gedung yang
mereka anggap sudah dicemarkan itu. Tuntutan mereka harus dituruti Pontius
Pilatus, Yesus harus dihukum mati. Pilatus menanyakan apa yang menjadi
kesalahan Yesus, tetapi tidak ditemukannya. Lalu Pilatus menyatakan kepada
imam-imam kepala, para pemimpin, dan rakyat bahwa ia tidak menemukan kesalahan
apa pun pada diri Yesus (lih. Luk 23: 14-16).
Meskipun
mengetahui bahwa Yesus tidak bersalah, Pontius Pilatus menjatuhkan hukuman.
Pilatus membuat kompromi yang tidak adil. Pilatus akan menyesah Yesus sebelum
membebaskan-Nya. Tetapi, mereka yang hadir dalam pengadiian itu
berteriak-teriak menginginkan kematian Yesus. Setelah disesah, Yesus diserahkannya
kepada mereka untuk diperlakukan semau-maunya (lih. Luk 23:
25). Setelah disesah, Yesus dimahkotai duri, diludahi, dicemoohkan, disuruh
memanggul salib menuju Bukit Tengkorak, dan disalibkan di sana bersama dua
orang penjahat.
4. Wafat Yesus
Santo Lukas
mencatat dal am Injilnya bahwa ketika mereka sampai di tempat bernama Bukit
Tengkorak mereka menyalibkan Yesus di situ bersama dengan dua orang penjahat,
yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiriNya. Yesus
berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka; sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”
Pemimpin-pemimpin mengejek Dia, katanya: “Orang lain la selamatkan, biarlah
sekarang menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika la adalah Mesias, orang yang
dipilih Allah” (lih. Luk 23: 34-35).
Seorang dari
penjahat yang digantung itu menghujat Dia, katanya: “Bukankah Engkau adalah
Kristus? Selamatkan diri-Mu dan kami!” Tetapi yang seorang menegur dia,
katanya: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja” Kata
Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu sesungguhnya hari ini juga engkau ada
bersama dengan Aku di dalam Firdaus” Selanjutnya, Santo Lukas menulis: Ketika
itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi daerah itu
sampai jam tiga, sebab matahari tidak bersinar. Dan tirai Bait Allah terbelah
dua. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tanganMu
Kuserahlcan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata demikian, la menyerahkan nyawa-Nya.
Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya:
“Sungguh, orang ini adalah orang benar!” Dan sesudah seluruh orang banyak, yang
datang berkerumun di situ, melihat apa yang terjadi, pulanglah mereka sambil
memukul-mukul diri. (Luk 23: 39-49).
Kematian Yesus
menurut Lukas disertai dengan firasat alam yang sangat dahsyat. Firasat alam
yang pertama yang dipaparkan oleh Lukas adalah kegelapan yang meliputi seluruh
daerah itu pada tengah hari (lih. Luk 23: 44).
Kuasa kegelapan
tampak seakan-akan memegang kekuasaannya atas seluruh dunia; semua cahaya dipusatkan
pada salib. Kegelapan sering dihubungkan dengan rasa takut, kecemasan, dan
adanya bahaya. Kegelapan Menjadi lambang ketidakberdayaan. Peristiwa kegelapan
yang terjadi saat kematian Yesus memiliki arti yang khusus, yakni sebagai wujud
keterlibatan Allah atas kematian Yesus. Melalui kegelapan yang diciptakan-Nya,
Allah mau menyatakan terang kehidupan baru yang akan muncul. Dari kegelapan
lahirlah Mesias yang membuka sejrah keselamatan baru bagi semua bangsa di
dunia.
Tanda kedua yang
menyertai wafat Yesus adalah terbelahnya tirai Bait Allah menjadi dua (lih.
Luk 23:45). Terbelahnya tirai Bait Allah membawa perubahan radikal. Tirai Bait
Allah dimaksudkan untuk memisahkan ruang yang dikhususkan untuk para imam dan
orang-orang yang percaya. Orang-orang yang dianggap tidak pantas seperti
orang-orang kafir, wanita, anak-anak hanya boleh berada di halaman luar Bait
Allah. Mereka tidak boleh melihat dan masuk dalam ruang kudus di Bait Allah.
Saat kematian
Yesus, tirai Bait Allah terbelah dua, dari atas ke bawah. Kematian Yesus
membawa kedekatan dengan manusia. Allah terbuka bagi semua bangsa. Allah adalah
Allah beserta kita. Allah kita tidak tinggal di tempat terasing, dalam ruangan
Bait Allah, melainkan berada di antara kita. Di puncak Golgota, di kayu salib,
penyertaan Allah semakin nyata, yakni penyertaan untuk merangkum penderitaan
manusia.
C. Makna Sengsara
dan Wafat Yesus
1. Wafat Yesus
adalah Konsekuensi dari Pewartaan-Nya tentang Kerajaan Allah
Wafat Yesus
tidak dapat dilepaskan dari seluruh perjalanan karya dan hidupNya. Yesus sudah
mengetahui risiko penderitaan dan kesengsaraan yang.akan ditanggung-Nya.
Bahkan, Yesus sudah member-itahukan kepada para murid-Nya bagaimana
Ia menderita, wafat, dan disalibkan. Tugas perutusan Yesus untuk mewartakan
Kerajaan Allah yang dilaksanakan melalui sabda dan tindakan-tindakan-Nya akan
membawa diri-Nya pada penderitaan.
Pewartaan Yesus
dalam sabda dan tindakan-Nya sangatlah radikal. Para penguasa, tua-tua bangsa
Yahudi, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat sangat tersinggung dengan segala
sepak terjang Yesus. Yesus menyadari bahwa kesaksian yang paling kuat dan
paling final tentang kesungguhan-Nya mewartakan Kerajaan Allah ialah
kesiapan-Nya untuk mati demi pewartaan-Nya itu. Andaikata Yesus lari dari risiko
atas pewartaan-Nya, tentu seluruh pewartaan-Nya tentang Kerajaan Allah tidak
akan dipercayai lagi. Maka, Yesus harus menghadapi risiko pewartaanNya dengari
tegar hati. Yesus yakin bahwa dengan sikap-Nya yang konsekuen dan berani
menghadapi maut akan memberanikan semua murid dan pengikut-pengikut-Nya untuk
di kemudian hari mewartakan dan member-ikan kesaksian tentang
Kerajaan Allah, walaupun harus mempertaruhkan nyawa-Nya
2. Wafat Yesus
sebagai Tanda Ketaatan dan Kesetiaan-Nya pada Bapa
Yesus menerima
semua yang terjadi atas diri-Nya dengan rela, karena itulah yang dikehendaki
oleh Allah dalam rencana penyelamatan-Nya. Yesus memandang kematian-Nya bukan
sebagai nasib, melainkan sebagai kurban yang mengukuhkan Perjanjian Baru antara
Allah dan umat manusia seluruhnya. Para murid Yesus diberi teladan untuk
mempertaruhkan nyawa sebagai wujud kesetiaan terhadap Kerajaan Allah.
Tugas untuk
mewartakan Keraj aan Allah menuntut kesetiaan dengan taruhan nyawa. Oleh karena
itu, peristiwa salib yang membawa kematian Yesus bukanlah kegagalan. Peristiwa
salib justru merupakan tahap yang menentukan dalam karya penyelamatan Allah.
Wafat Yesus menjadi peristiwa penyelamatan yang membaharui hidup manusia,
karena setelah wafat-Nya, Allah tidak meninggalkan Dia. Yesus dibangkitkan dari
kematian. Wafat Yesus rnemperlihatkan cinta kasih Allah kepada manusia.
Yesus menyadari
bahwa kematian adalah bagian dari rencana Bapa-Nya. Sabda yang dinyatakan-Nya,
“Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan
pekerjaan-Nya” (Yoh 4: 34). Yesus setia kepada kehendak Bapa-Nya, Ia taat
sampai mati. Yesus mengganti ketaatan-Nya untuk ketidaktaatan kita. “Jadi, sama
seperti ketidaktaatan satu orang, semua orang telah menjadi orang berdosa,
demikian pula oleh ketaatan satu orang, semua orang menjadi orang yang benar”
(Rm 5: 19).
Dengan
ketaatan-Nya sampai matt, Yesus menyelesaikan tugas-Nya sebagai hamba yang
menderita; seperti yang dikatakan dalam Yes 53: 10-12.
3. Wafat Yesus
adalah Tanda Solidaritas-Nya dengan Manusia
Wafat Yesus
“untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan
Yahudi suatu kebodohan” (1 Kor 1: 23). Tetapi menurut Paulus, bagi arang-arang
yang percaya akan Allah, peristi-wa Yesus disalibkan mempunyai arti
baru. Untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi maupun orang yang bukan
Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmah Allah. Sebab, yang bodoh dari
Allah lebih besar hikmahnya daripada manusia (1 Kor 1: 24-25). Dalam diri Yesus
yang wafat disalibkan itu Allah berkarya.
Dalam peristiwa
salib, kita dapat mengenal penyertaan Allah dalam hidup manusia. Allah yang
berbelas kasih tidak pernah meninggalkan manusia. Sekalipun manusia mengalami
kesengsaraan dan penderitaan, Allah tetap menjadi Allah beserta kita (Emmanuel).
Kesengsaraan dan wafat Yesus menjadi tanda agung kehadiran Kerajaan Allah
karena memberi kesaksian tentang Allah yang sebenarnya, yakni Allah yang
Mahakasih.
Allah dalam diri
Yesus telah solider dengan manusia. Ia telah senasib dengan manusia sampai
kepada kematian, bahkan kematian yang paling hina. Tidak ada wujud solidaritas
yang lebih final dan lebih hebat daripada kematian Yesus. Yesus rela mati
disalib di antara dua penjahat. Ia telah menjadi manusia, sama dengan kaum
tersisih dan terbuang.
4. Penampakan-Penampakan
Yesus
Tanda lain akan
kebangkitan Yesus adalah penampakan. Orang-orang pertama yang bertemu dengan
Yesus yang telah bangkit adalah Maria dari Magdala dan wanita-wanita saleh yang
datang ke makam untuk meminyaki jenazah Yesus (lih. Mrk 16: 1) yang dengan
tergesa-gesa dimakamkan pada hari Jumat, karena hari Sabat sudah tiba. Dengan
demikian, para wanita itu merupakan orang-orang pertama yang membawa berita
tentang kebangkitan Yesus. Sesudah itu, Yesus menampakkan diri kepada para
rasul, lebih dahulu kepada Petrus, kemudian kepada kedua belas murid-Nya.
1. Tiga unsur pokok
dalam penampakan Yesus
Ada tiga unsur
pokok yang nyata di dalam penampakan-penampakan Yesus sebagaimana disampaikan
kepada kita melalui Injil, yakni sebagai berikut:
a. Unsur Prakarsa
Inisiatif datang
dari Yesus. Yesus sendiri yang memprakarsai penampakan. Yesus “menampakkan
diri” atau “memperlihatkan diri”. Istilah ini menunjukkan dua hal:
· Pertama, sesuatu
yang biasanya tidak kelihatan, kini kelihatan. Setelah bangkit, Yesus tidak
termasuk lagi pada dunia yang kelihatan. Agar dapat dilihat oleh
murid-murid-Nya, Yesus harus menjadikan diri-Nya kelihatan.
· Kedua,
penglihatan para murid yang “melihat Tuhan” setelah kebangkitanNya bukanlah
penglihatan biasa.
b. Unsur Pengakuan
Yesus dikenal
dan diakui sebagai Kristus dan Tuhan. Dia yang menampakkan diri-Nya tidak lain
dan tidak bukan adalah Yesus dari Nazareth yang wafat di kayu salib. Dia kini
hidup dalam kemuliaan. Pengakuan ini diungkapkan, “Yesus bangkit dari antara
orang mati pada hari ketiga” (Luk 24: 46).
c. Unsur Kesaksian
Para rasul
menerima tugas dari Tuhan untuk memaklumkan ke-TuhananNya. Salah satu hal yang
mencolok dalam cerita tentang penampakan ialah para murid mula-muia tidak
mengenal Yesus. Mereka rnembutuhkan waktu untuk mengenal Yesus kembali.
Unsur yang cukup
mencolok ini mernpunyai dua arti, yakni:
Pertama, membuktikan bahwa penglihatan mengenai Yesus yang bangkit tidaklah
diciptakan oleh daya khayal para murid sendiri, tetapi mendatangi mereka dari
luar.
Kedua, menunjukkan betapa Yesus diperbaharui oleh kebangkitan-Nya. Ia tidak lagi persis sama seperti sebelum
wafat dan bangkit.
2. Makna Penampakan
Yesus
Apabila Yesus
selama 40 hari masih menampakkan diri, maka hal ini tidak berarti bahwa la
selama beberapa pekan masih meneruskan hidup-Nya yang lama. Sebab, “hidup yang
lama” sudah berakhir dan diubah menjadi “hidup yang serba baru”.
Arti penampakan
selama 40 hari itu ialah:
Pertama, Yesus memperkenalkan para murid dan seluruh Gereja-Nya dengan
suatu cara kehadiran yang baru. Untuk tujuan itu, penampakan selama 40 hari
merupakan masa peralihan.
Kedua, dengan menampakkan diri kepada para murid, Yesus menunjukkan bahwa
Ia selalu hadir, juga kalau mereka tidak melihat-Nya. Yesus yang telah bangkit
itu merupakan “alam ciptaan baru” di tengah-tengah kita. Penampakan-Nya
menunjukkan kehadiran-Nya yang permanen. Beberapa contoh bentuk-bentuk kehadiran
Yesus yang permanen disajikan oleh cerita Paskah. Sejak bangkit dari alam maut,
Yesus hadir di tengah-tengah kita.
· Melalui
sabda-Nya, misalnya dalam cerita tentang dua murid dalam perjalanan ke Emaus (lih.
Luk24:13-35). Waktu mereka berjalan bersama Yesus, hati mereka belum tersentuh
oleh rupa Yesus. Tetapi, hati mereka berkobar-kobar ketika Ia mulai berbicara
dan menerangkan Kitab Suci kepada mereka (lih.Luk24:32). Dalam sabda,
mereka berjumpa dengan Yesus.
3. Wafat Yesus
Menyelamatkan Manusia
Wafat Yesus yang
mengerikan bukanlah kebetulan, tetapi merupakan bagian dari misted penyelamatan
Allah. Kitab Suci sudah menubuatkan rencana penyelamatan Ilahi melalui
kematian. “Hamba-Ku yang Benar” sebagai misteri penebusan yang universal.
Santo Paulus dalam pengakuan iman menyatakan: “Kristus telah mati karena
dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci” (1Kor 15: 3).
Yesus mati untuk
kepentingan kita. Hal ini ditegaskan melalui surat pertama Santo Petrus yang
menyatakan: Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang
sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengari barang yang
fana, bukan pula dengan perak dan emas, melainkan dengan darah yang mahal,
yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak
bercacat (1Ptr 1: 18-19). Santo Paulus berkata: “Dialah yang tidak mengenal
dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita
dibenarkan oleh Allah” (2Kor 5: 21).
Penyerahan diri
Yesus kepadaAllah telah mempersatukan kita kembali dengan Allah. Rekonsiliasi
antara kita dan Allah telah terj adi berkat kematian Yesus disalib.
Komentar
Posting Komentar