Materi Agama Katolik
MATERI KELAS X: SENGSARA, WAFAT, KEBANGKITAN DAN KENAIKAN YESUS
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
A. A. KEBANGKITAN
YESUS
Kabangkitan Yesus merupakan
peristiwa besar yang terjadi kurang lebih 2000 tahun yang lalu. Maka kita dapat
memahami peristiwa tersebut merupakan peristiwa sejarah, dimana kubur yang
telah kosong menjadi bukti nyata kabangkitan Yesus, serta penampakanNya sebagai
manusia yang telah bangkit membuktikan peristiwa besar itu.
v Kebangkitan Yesus merupakan peristiwa
sejarah
Perjanjian Baru menegaskan bahwa
kebangkitan Yesus dari alam maut merupakan kejadian yang benar-benar terjadi
dalam sejarah manusia dan sejarah keselamatan. Santo Paulus dalam suratnya
kepada umat di Korintus sekitar tahun 56: “Yang sangat penting telah
kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa
Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia
telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga,
sesuai dengan Kitab Suci; dan bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan
kemudian kepada kedua belas murid-Nya” (1 Kor 15:3-4). Rasul Paulus berbicara
di sini tentang tradisi yang hidup mengenai kebangkitan, yang ia dengar sesudah
pertobatannya di depan pintu gerbang Damaskus (bdk. Kis 9:3-18).
v Kubur kosong menandai Kristus yang bangkit
Kitab Suci Perjanjian Baru
menceritakan tentang makam kosong sebagai titik awal kisah kebangkitan Yesus. Tetapi kejadian makam kosong ini tidak
langsung dengan sendirinya menjadi bukti tentang kebangkitan.
Perempuan-perempuan yang melihat makam Yesus yang kosong, awalnya berpikir
bahwa jenazah Yesus diambil orang (bdk. Yoh20:13; Mat 28:11-15). Walaupun
demikian, makam kosong itu adalah satu bukti yang sangat penting untuk semua
orang. Dengan melihat kejadian makam kosong, dan melihat “kain kafan terletak
di tanah” (Yoh 20:6), maka mereka menjadi percaya bahwa Yesus benar-benar bangkit
(Yoh 20:8). Mereka akhirnya percaya, bahwa jenazah Yesus tidak diambil oleh
manusia, dan bahwa Yesus tidak kembali lagi ke suatu kehidupan duniawi seperti
Lasarus (bdk. Yoh 11:44).
v Yesus menampakkan Diri
Kisah bahwa Yesus bangkit
dikuatkan dengan kisah penampakan Yesus. Pertama kali Yesus menampakkan diri
kepada Maria dari Magdala, Maria Ibu Yakobus dan Salome (bdk. Mat 28:9-10; Yoh
20:11-18). Merekalah saksi kebangkitan Yesus yang pertama kali. Sesudah itu
Yesus menampakkan diri kepada Petrus, kemudian kepada kedua belas murid-Nya
(bdk. 1 Kor 15:5).
Mengapa Kristus Bangkit?
Menurut Santo Thomas Aquinas, ada
lima alasan mengapa Kristus bangkit yakni:
Pertama, untuk menyatakan
keadilan Allah.
Kristus yang rela taat pada kehendak Allah,
menderita dan wafat sudah selayaknya ditinggikan dengan kebangkitan-Nya yang
mulia.
Kedua, untuk memperkuat iman
kita.
Rasul Paulus menuliskan, “Tetapi
andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan
sia-sialah juga kepercayaan kamu.” (1Kor 15:14) Dengan kebangkitan-Nya, maka
Kristus sendiri membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan, dan membuktikan bahwa
kematian-Nya bukanlah satu kekalahan, namun merupakan satu kemenangan yang
membawa kehidupan.
Ketiga, untuk memperkuat
pengharapan.
Karena Kristus membuktikan bahwa
Dia bangkit dan membawa orang-orang kudus bersama dengan-Nya, maka kita dapat
mempunyai pengharapan yang kuat, bahwa pada saatnya, kitapun akan dibangkitkan
oleh Kristus. Dan inilah yang menjadi pewartaan para rasul, seperti yang dikatakan
oleh rasul Paulus “Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan
dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan,
bahwa tidak ada kebangkitan orang mati?” (1Kor 15:12). Bersama-sama dengan
Ayub, kita dapat berkata “Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia
akan bangkit di atas debu. yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku;
mataku sendiri menyaksikan- Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana
karena rindu.” (Ayb 19:25,27).
Keempat, agar kita dapat
hidup dengan baik.
Santo Thomas mengutip Surat Rasul Paulus kepada
jemaat di Roma, Roma 6:4, “Dengan
demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam
kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang
mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.”
Dengan demikian, kebangkitan Kristus mengajarkan kita untuk senantiasa hidup
dalam hidup yang baru, yaitu hidup dalam Roh.
Kelima, untuk menuntaskan
karya keselamatan Allah.
Karya keselamatan Allah tidak
berakhir pada kematian Kristus di kayu salib, namun berakhir pada kemenangan
Kristus, yaitu dengan kebangkitan- Nya. Rasul Paulus menuliskan “yaitu Yesus,
yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena
pembenaran kita.” (Rm 4:25)
B. KENAIKAN YESUS KE SURGA
Selama 40 hari setelah
kebangkitan, Yesus menampakkan diri kepada para muridNya. Selama itu,
keadaanNya yang mulia masih terselubung dalam sosok tubuh seorang manusia
biasa, sehingga para murid-murid-Nya dapat mengenali Dia (bdk. Mrk 16:12; Luk
24:15; Yoh 20:14-15; 21:4).Ia hadir di tengah mereka, makan dan minum bersama
murid-murid-Nya (bdk. Kis 10:41) dan mengajarkan (bdk. Kis 1:3) mereka mengenai
Kerajaan Allah. Yesus mengakhiri kebersamaan dengan para muridNya dengan
menyampaikan tugas perutusan untuk mewartakan Injil, dan menjanjikan kuasa Roh
Kudus (Kis 1:8) . “Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka,
terangkatlah Ia ke Surga, lalu duduk di sebelah kanan Allah” (Mrk 16:19)
Gereja mengimani bahwa Kristus
naik ke Surga dengan tubuh dan jiwa-Nya. Hal itu disebabkan karena
ke-Allahan-Nya, Yesus senantiasa berada bersama dengan Allah Bapa dan Allah Roh
Kudus. Dengan kenaikan-Nya ke Surga – dengan tubuh dan jiwa – maka Kristus
untuk selamanya membawa persatuan kodrat kemanusiaan-Nya yang telah mulia
bersama dengan ke-Allahan-Nya.
Kenaikan Kristus ke Surga berbeda
dengan pengangkatan Bunda Maria ke Surga. Bunda Maria diangkat ke Surga karena
kekuatan Allah, sedangkan Kristus naik ke Surga karena kekuatan-Nya sendiri –
karena Dia adalah sungguh Allah. Rasul Paulus menegaskan: “Ia yang telah turun,
Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk
memenuhkan segala sesuatu.” (Ef 4:10). Dengan demikian, Yesus naik ke Surga dan
ditinggikan lebih tinggi dari segala sesuatu baik di bumi maupun di Surga,
bahkan segala sesuatu diletakkan di bawah kaki Kristus (lih. Ef 1:20-22).
Kenaikan Yesus Kristus ke Surga,
mempunyai makna bahwa Ia ditinggikan dengan setinggi-tingginya, hal itu
diungkapkan dengan perkataan “Duduk di sebelah kanan Allah Bapa.” . “duduk di
sisi kanan Bapa”mengandung makna bahwa Yesus Kristus sehakikat dengan Bapa dan
kemuliaan dan kehormatan. Duduk di sebelah kanan Bapa berarti awal kekuasaan
Mesias. Penglihatan nabi Daniel dipenuhi: “Kepada- Nya diberikan kekuasaan,
kemuliaan, dan kekuasaan sebagai raja. Segala bangsa, suku bangsa, dan bahasa
mengabdi kepada-Nya. Kekuasaan-Nya kekal dan tidak akan lenyap. Kerajaan-Nya tidak
akan musnah” (Dan 7:14). Sejak saat ini para Rasul menjadi saksi-saksi
“kekuasaan-Nya”, yang “tidak akan berakhir” (Syahadat Nisea-Konstantinopel).
Makna Kebangkitan Bagi Kita
Rasul Paulus menulis sebagai
berikut: “Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan
sia-sialah juga kepercayaan kamu” (1Kor 15:17). Kebangkitan-Nya membuktikan
bahwa pengajaran dan termasuk klaim bahwa Dia sungguh Allah mendapatkan bukti
yang kuat. Hal ini diperkuat bahwa janji akan kebangkitan Kristus telah
dinubuatkan sebelumnya. Rasul Paulus menyatakan, “Dan kami sekarang
memberitakan kabar kesukaan kepada kamu, yaitu bahwa janji yang diberikan
kepada nenek moyang kita, telah digenapi Allah kepada kita, keturunan mereka,
dengan membangkitkan Yesus, seperti yang ada tertulis dalam mazmur kedua: Anak-
Ku Engkau! Aku telah memperanakkan Engkau pada hari ini.” (Kis 13:32-33) Dengan
kebangkitan Kristus, maka terbukalah pintu masuk menuju kehidupan baru, yaitu
hidup yang dibenarkan oleh Allah atau hidup yang penuh rahmat Allah. Dikatakan
dalam Rm 6:4 “Supaya seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati
demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” Hidup yang baru, yaitu
hidup di dalam rahmat, memungkinkan kita untuk dapat menjadi saudara Kristus
dan menjadi anak- anak Allah di dalam Kristus. Dan kepercayaan akan besarnya
rahmat Allah ini, membuka harapan baru kepada kita, bahwa pada saatnya nanti,
kitapun akan dibangkitkan bersama dengan Kristus dan kemudian hidup berbahagia
untuk selama-lamanya bersama dengan Kristus dalam persatuan abadi bersama Allah
Roh Kudus dan Allah Bapa.
Makna Kenaikan Yesus Ke Surga Bagi Kita
Berkat kenaikan Yesus ke Surga,
maka:
Pertama, Kristus adalah Sang
Pemimpin kita.
Ia akan membawa serta kita semua
yang percaya dan bergabung dengan Dia masuk dalam kemuliaan surgawi. Kristus
adalah Kepala Gereja dan kita adalah Tubuh-Nya (lih. Ef 5:23; bdk. Mik 2:13),
maka kalau Kristus naik ke Surga dengan kodrat-Nya sebagai manusia dan Allah,
maka kita sebagai anggota-anggota-Nya juga akan diangkat ke Surga dengan tubuh
dan jiwa kita, sebagaimana yang telah Ia janjikan semasa hidup-Nya untuk
menyediakan tempat bagi kita (lih. Yoh 14:2).
Kedua, Kristus menjadi
Pengantara Kita pada Bapa.
Berkat kenaikan Kristus ke Surga,
kita dapat sepenuhnya mempercayai Kristus. Dia tidak hanya menjanjikan tempat
di Surga, tetapi telah menunjukkan kepada para murid, Dia sendiri terlebih
dahulu naik ke Surga. Dengan kenaikan-Nya ke Surga, maka Dia dapat menjadi
Pengantara kita kepada Allah Bapa (lih. Ibr 7:25), sehingga kita yang berdosa
dapat mempunyai kepercayaan yang besar akan belas kasih Allah (lih. 1Yoh 2:1).
Ketiga, kita dipanggil untuk
hidup berfokus hal-hal surgawi.
Setelah kebangkitan-Nya dan
sebelum kenaikan-Nya ke Surga, para rasul bertanya, “Tuhan, maukah Engkau pada
masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” (Kis 1:6). Para rasul yang pada
waktu itu masih belum mengerti secara penuh akan Kerajaan Allah, masih berharap
bahwa setelah kebangkitan-Nya, Kristus akan memulihkan kejayaan Kerajaan
Israel. Namun, dengan kenaikan Kristus ke Surga, maka Kristus sekali lagi
menegaskan bahwa kerajaan-Nya bukan dari dunia ini namun dari Surga (lih. Yoh
18:36). Oleh karena itu, sebagai umat beriman, yang telah dibangkitkan bersama
dengan Kristus – dengan Sakramen Baptis – senantiasa mencari perkara-perkara di
atas, di mana Kristus ada yaitu di Surga (lih. Kol 3:1). Dengan demikian kita
tidak boleh berfokus pada perkara-perkara di bumi, melainkan pada
perkara-perkara yang di atas atau hal-hal surgawi (lih. Kol 3:2).
Komentar
Posting Komentar