Materi Agama Katolik
MATERI AGAMA KATOLIK KELAS XII: LANDASAN UNTUK MEMPERJUANGKAN NILAI-NILAI PENTING DALAM MASYARAKAT
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Rakyat Indonesia patut
bersyukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa, karena sebagai bangsa yang majemuk,
agama, kepercayaan, suku, etnis, budaya, kita dianugerahi Pancasila sebagai
dasar negara, yang memiliki nilai-nilai dasar yang terkandung dalam lima butir
sila yang merupakan satu kesatuan. Nilai berarti sesuatu yang penting, baik dan
berharga. Dengan perkataan lain, nilai (value) adalah hal dasar yang memiliki
makna bagi kehidupan manusia, kelompok masyarakat, bangsa atau dunia. Dengan
hadir atau absennya nilai dalam suatu kehidupan, akan menimbulkan kepuasan diri
manusia, sehingga manusia berusaha untuk merealisasikan atau menolak
kehadirannya. Sebagai akibat maka nilai dijadikan tujuan hidup, merupakan hal
ihwal yang ingin diwujudkan dalam kenyataan. Keadilan, kejujuran merupakan
nilai yang sepanjang abad selalu menjadi kepedulian manusia, untuk dapat
diwujudkan dalam kenyataan. Sebaliknya, kejahatan dan kebohongan selalu
dihindari. Dalam nilai terkandung sesuatu yang ideal, harapan yang
dicita-citakan untuk kebajikan.
Menilai berarti menimbang,
suatu kegiatan menghubungkan sesuatu dengan yang lain dan kemudian mengambil
keputusan. Sesuatu dianggap punya nilai jika sesuatu itu dianggap penting, baik
dan berharga bagi kehidupan umat manusia. Baik ditinjau dari segi religius,
politik, hukum, moral, etika, estetika, ekonomi dan sosial budaya. Dalam
Pancasila inilah, nilai-nilai keadilan, kejujuran, kebenaran, perdamaian dalam
hidup masyarakat Indonesia diperjuangkan untuk mencapai kesejahteraan lahir dan
batin. Pertanyaannya adalah apakah nilai-nilai luhur pancasila itu telah
diwujudkan setelah sekian puluh tahun merdeka? Ataukah justru sebaliknya?
Dalam Kitab Suci (Alkitab)
dan Ajaran Gereja Katolik, hukum kasih Allah merupakan landasan dari segala
hukum lainnya untuk mewujudkan nilai-nilai penting dalam hidup manusia.
Nilai-nilai dasar yang menghormati martabat manusia, seperti penghargaan
terhadap daya cipta manusia, kesamaan setiap orang di hadapan Allah dan
perhatian untuk kepentingan bersama, sering dipakai baik sebagai tolok ukur
moral, maupun untuk pertimbangan pribadi. “Kemerdekaan, kesamaan, dan
persaudaraan” menjadi kesepakatan dasar untuk menata hidup bersama dalam banyak
negara. Karena merupakan landasan bagi hidup bersama, nilai-nilai itu disebut
nilai-nilai dasar.
Iman Kristen dapat menerangi,
menjernihkan, dan mendukung nilai-nilai dasar. Dari imannya Gereja menimba
keyakinan, bahwa “martabat pribadi itu suci”, sebab rahmat Allah, yang ingin
menyelamatkan semua orang, telah menyentuh sedalam-dalamnya hidup setiap insan.
Dengan memaklumkan karya Allah Penyelamat, Gereja memaklumkan juga hormat bagi
martabat manusia. Kalimat itu merupakan asas awal setiap rentetan hak asasi.
Dengan mengajarkan dan
membela kebebasan moral dan kebebasan sosial-politik setiap manusia, Gereja
memaklumkan pokok iman: “Kebebasan sejati merupakan tanda mulia gambar Allah
dalam diri manusia … supaya ia dengan sukarela mencari Penciptanya, dan dengan
mengabdi kepada-Nya secara bebas mencapai kesempurnaan penuh yang
membahagiakan” (GS 17). Demikian pula adalah keyakinan iman, bahwa “manusia
berhak berserikat dalam kemerdekaan”, sebab “Allah berkenan menguduskan dan
menyelamatkan manusia bukannya satu per satu, tanpa hubungan satu dengan
lainnya, melainkan dengan membentuk mereka menjadi umat, yang mengakui-Nya
dalam kebenaran dan mengabdi kepada-Nya dengan suci” (LG.9).
Dengan mengajarkan
solidaritas dan dengan membela semua usaha guna membangun paguyuban tanpa
paksaan dan tanpa diskriminasi, Gereja mengungkapkan pengharapan iman, bahwa
umat manusia dapat “diubah menjadi keluarga Allah” (bdk. GS.40). Di dunia
modern menjadi makin jelas bahwa solidaritas manusiawi yang luas hanya dapat
dibangun, kalau secara khusus diperjuangkan kepentingan mereka yang sampai
sekarang tersisihkan (bdk.SRS42; CA.11). Demikian pula pembangunan sejati
merupakan perkembangan diri manusia. Perkembangan itu hanya maju kalau daya
cipta manusia dipercaya dan diberi ruang (bdk. SRS.31; CA.46), Dengan
mengajarkan asas-asas demokrasi ini, Gereja sekaligus memaklumkan keyakinan
imannya.
Melalui kegiatan
pembelajaran ini para peserta didik dibimbing untuk memahami serta menghayati
perjuangan negara dan Gereja untuk mewujudkan nilai-nilai penting dalam
kehidupan masyarakat. Baik negara, maupun Gereja memiliki tugas dan kewajiban
yang sama mewujudkan Kerajaan Allah sebagaimana yang diwartakan oleh Yesus
Kristus, Sang Juru Selamat kita.
Komentar
Posting Komentar