Materi Agama Katolik
MATERI AGAMA KATOLIK KELAS XII: MENGUPAYAKAN PERDAMAIAN DAN PERSATUAN BANGSA
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Pengantar
Pada era Orde baru, konflik yang terjadi di Indonesia lebih banyak bersifat
vertikal yaitu antara pemerintah dengan rakyat. Misalnya konflik antara TNI
dengan para pendukung Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh, kemudian antara TNI
dengan pendukung Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Papua dan juga di Timor
Leste. Pada waktu itu TNI (ABRI), memiliki peran sangat menonjol; baik secara
teritorial maupun secara politis karena mereka juga mendapat jatah kursi di
lembaga legislatif dan berbagai posisi di pemerintahan. Peran yang sangat
menonjol dari TNI ini bertolak belakang dengan kebebasan berserikat, berkumpul
atau menyatakan pendapat dari masyarakat dalam kerangka kehidupan berdemokrasi.
Kontrol sosial politik militer yang sangat kuat memang menghasilkan kehidupan
berdemokrasi yang lemah. Tetapi konflik horisontal dapat dikendalikan dengan
baik. Kondisi persatuan dan kesatuan masyarakat cukup kokoh dan terkendali,
meski terkesan semu bila dikaitkan dengan semangat demokrasi.
Ketika era reformasi bergulir, kehidupan menjadi lebih demokratis.
Kebebasan berserikat (antara lain mendirikan partai politik), berkumpul dan
menyatakan pendapat (misalnya melalui demonstrasi) lebih semarak. Tetapi
kebebasan tersebut sering kebablasan, menimbulkan sikap anarkis, tanpa
mempedulikan hukum yang berlaku. Sikap penegak hukum juga sering tidak tegas,
misalnya terhadap kelompok sosial keagamaan yang melakukan tindakan anarkis dan
penuh kekerasan. Hal ini dapat dimaklumi karena penegak hukum dihadapkan pada
situasi dilematis. Mereka tidak mau dituduh melanggar HAM sementara masyarakat
yang dirugikan menuntut mereka bertindak tegas. Menurut Aryanto Sutadi (2009),
konflik mengandung spektrum pengertian yang sangat luas, mulai dari konflik
kecil antar perorangan, konflik antar keluarga sampai dengan konflik antar
kampung dan bahkan sampai dengan konflik masal yang melibatkan beberapa
kelompok besar, baik dalam ikatan wilayah ataupun ikatan primordial. Dalam hal
ini dapat dibedakan antara konflik yang bersifat horisontal dan vertikal,
dimana keduanya sama-sama besarnya berpengaruh terhadap upaya pemeliharaan
kedamaian di negara ini.
Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, antara lain mengajarkan
tentang pengharapan untuk terwujudnya suatu dunia, yang didalamnya serigala
dapat hidup berdampingan dengan domba-domba, bangsa-bangsa hidup dalam
perdamaian, dan orang-orang miskin dan tertindas memperoleh keadilan (Yes.
11:1-9). Sementara dalam Perjanjian Baru, pendamaian sebagai wujud dari kasih
Allah kepada manusia. Allah tidak butuh pendamaian dari manusia, tetapi ia
mengambil prakarsa bagi pendamaian tersebut.
Pendamaian mengungkapkan kasih Allah kepada manusia yang mana merupakan
kerja kasih Allah. Menunjukkan kasih Bapa kepada anak-Nya, sehingga Paulus
menyatakan bahwa “Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus
telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Rm.5:8). Berdasarkan ajaran
Kitab Suci ini Gereja berupaya mewujudkannya dalam persekutuan dimana semua
orang diajak untuk bersama-sama menciptakan perdamaian dan persatuan sebagai
anak-anak Allah (bdk.GS.1).
Sumber-sumber
terjadinya konflik di masyarakat yang mengancam persatuan dan kesatuan sebagai
warga masyarakat dan negara.
1. |
Bila kita
mencermati media masa terdapat banyak kasus konflik antarmasyarakat,
antaretnis, antaragama, di Indonesia. Hal itu tidak perlu terjadi apabila
masyarakat menjunjung nilai-nilai persaudaraan, sesuai yang diajarkan oleh
setiap agama dan budaya di Indonesia. |
2. |
Kemajemukan
atau keanekaragaman (suku/etnis, agama, budaya, dll) masyarakat Indonesia,
dapat menimbulkan kerawanan akan konflik. Masalah yang sepele yang terjadi
antardua orang yang kebetulan berbeda agama dapat memicu konflik antarsuku
atau antaragama. Tetapi dalam bangsa majemuk seperti Indonesia, sebenarnya
juga terdapat potensi yang luar biasa. Ketika kebudayaan dari berbagai suku
dikelola dengan baik akan menghasilkan khasanah budaya bangsa yang luar
biasa. Ketika semua umat beragama dapat hidup berdampingan dengan semangat
toleransi yang tinggi, tentu akan menghasilkan kehidupan yang indah, saling
memberdayakan dan saling menghormati dalam kehidupan yang demokratis. |
3. |
Kata kunci
dalam mengelola konflik (conflict management) adalah bagaimana kita hidup
berdampingan dalam keanekaragaman tetapi tetap memiliki semangat persatuan;
dalam kerangka NKRI. Selama kita memiliki semangat Bhinneka Tunggal Ika,
dalam menghadapi konflik akan tetap mengedepankan persatuan dan kesatuan,
musyawarah – mufakat dalam bentuk komunikasi dialogis serta menjauhkan diri
dari fanatisme sempit dan kekerasan. Konflik itu sendiri akan tetap muncul
setiap saat, tetapi kita perlu memiliki konsensus untuk menyelesaikan dalam
koridor persatuan bangsa. Untuk itu Pancasila yang telah disepakati sebagai
dasar negara dan way of life harus kita jadikan alat
pemersatu bangsa. Mengenai hal ini M. Dawam Rahardjo (2010) menyatakan bahwa
konsep NKRI hanya dapat dipertahankan kalau kita tetap berpegang teguh pada
semangat Bhinneka Tunggal Ika, sehingga kemajemukan masyarakat Indonesia bukan
merupakan ancaman, melainkan justru merupakan kekuatan dan sumber dinamika. |
4. |
Konflik
horisontal adalah konflik antarkelompok masyarakat yang disebabkan oleh
berbagai faktor seperti ideologi politik, ekonomi dan faktor primordial.
Konflik vertikal maksudnya adalah konflik antara pemerintah/penguasa dengan
warga masyarakat. |
5. |
Beberapa
contoh konflik horisontal yang pernah terjadi di Indonesia misalnya: Konflik
antarkampung/desa/wilayah karena isu etnis; isu aliran kepercayaan; isu
ekonomi (seperti rebutan lahan ekonomi pertanian, perikanan, pertambangan);
isu solidaritas (suporter olah raga, kebanggaan group); isu ideologi dan isu
sosial lainnya (tawuran antar anak sekolah, antar kelompok geng). |
6. |
Contoh
peristiwa konflik vertikal misalnya: konflik ideologi untuk memisahkan diri
dari wilayah RI, konflik yang dipicu oleh perlakuan tidak adil dari
pemerintah berkaitan dengan pembagian hasil pengolahan sumber daya alam,
kebijakan ekonomi yang dinilai merugikan kelompok tertentu, dampak pemekaran
wilayah, dampak kebijakan yang dinilai diskriminatif. |
7 |
Konflik
massal tidak akan terjadi secara serta merta, melainkan selalu diawali dengan
adanya potensi yang mengendap di dalam masyarakat, yang kemudian dapat
berkembang memanas menjadi ketegangan dan akhirnya memuncak pecah menjadi
konflik fisik akibat adanya faktor pemicu konflik. Oleh karenanya dalam
rangka penanggulangan konflik, yang perlu diwaspadai bukan hanya
faktor-faktor yang dapat memicu konflik, namun juga yang tidak kalah
pentingnya adalah faktor-faktor yang dapat menjadi potensi atau sumber-sumber
timbulnya konflik. |
Menggali Ajaran Kitab
Suci dan Ajaran Gereja tentang perdamian dan persatuan.
Kitab Suci Perjanjian Lama Yesaya 11:1-9
Yes 11:1 |
Suatu
tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari
pangkalnya akan berbuah. |
Yes 11:2 |
Roh TUHAN
akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh
pengenalan dan takut akan TUHAN; |
Yes 11:3 |
ya,
kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas
pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang. |
Yes 11:4 |
Tetapi ia
akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan
keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran; ia
akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan
nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik. |
Yes 11:5 |
Ia tidak
akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap
terikat pada pinggang. |
Yes 11:6 |
Serigala
akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing.
Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak
kecil akan menggiringnya. |
Yes 11:7 |
Lembu dan
beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring,
sedang singa akan makan jerami seperti lembu. |
Yes 11:8 |
Anak yang
menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu
akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. |
Yes 11:9 |
Tidak ada
yang kan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang
kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air
laut yang menutupi dasarnya |
Kitab Suci Perjanjian Baru Mateus 5:9. 21 – 25
Mat 5:9 |
Berbahagialah
orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. |
Mat 5:21 |
Kamu telah
mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa
yang membunuh harus dihukum. |
Mat 5:22 |
Tetapi Aku
berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum;
siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah
Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang
menyala-nyala. |
Mat 5:23 |
Sebab itu,
jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat
akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, |
Mat 5:24 |
tinggalkanlah
persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan
saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. |
Mat 5:25 |
Segeralah
berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah
jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim
itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam
penjara. |
Pesan
damai dan persatuan dalam Perjanjian Lama
a) |
Meskipun
hubungan manusia dengan Tuhan telah rusak, akan tetapi Allah masih
menyediakan jalan bagi umatnya yang telah jatuh kedalam dosa. Jalan masuk
pendamaian dalam PL diperoleh dengan penyerahan kurban-kurban seperti
penyerahan lembu tambun, inilah jalan yang ditentukan oleh Allah bagi manusia
memperoleh pendamaian untuk memulihkan hubungan manusia dengan Allah. |
b) |
Allah
tetap menyediakan dan memberi kesempatan kepada manusia untuk berupaya
menciptakan perdamaian ditengah kehidupan manusia. Manusia diberi jalan untuk
berdamai kepada Allah dan kemudian kepada sesama manusia. Praktik yang pada
umum dilakukan adalah dalam upacara keagamaan, social dan juga dalam
pengharapan akan dunia yang damai. Ddidalamnya serigala dapat hidup
berdampingan dengan domba-domba, bangsa-bangsa hidup dalam perdamaian, dan
orang-orang miskin dan tertindas memperoleh keadilan (Yes. 11:1-9). |
Pesan damai
dan persatuan dalam Perjanjian Baru
a) |
Yesus
Kristus adalah tokoh sempurna dalam perdamaian. Demi untuk perdamaian, dan
persatuan hidup manusia, Yesus melalui jalan sengsara, wafat dan
kebangkitan-Nya, memperdamaikan dunia dengan Allah. Yesus bersabda,
”Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak
Allah” (Matius 5:9). |
b) |
Pendamaian
adalah sebagai wujud dari kasih Allah kepada manusia. Allah selalu
berinisitaif bagi pendamaian. Pendamaian mengungkapkan kasih Allah kepada
manusia, yaitu kasih Bapa kepada anak-Nya. Paulus menandaskan bahwa “Allah
menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita,
ketika kita masih berdosa” (Rm.5:8). |
c) |
Gagasan
dasar pendamaian mencakup arti bahwa dua pihak yang sekarang telah
didamaikan. Jalan pendamaian senantiasa bersifat menyingkirkan penyebab
timbulnya permusuhan. Kasih Allah tidak berubah kepada manusia, kendati apa
pun yang diperbuat manusia. Pekerjaan Kristus yang mendamaikan berakar dalam
kasih Allah yang begitu besar kepada manusia. |
d) |
Dalam PB
sendiri, Allah-lah yang memprakarsi adanya perdamaian antara Dia dan manusia,
yang merupakan wujud kasih-Nya. Perdamaian yang didalamnya kasih, kasih yang
telah dinyatakan Allah kepada manusia menuntut agar manusia juga saling
mengasihi terhadap sesamanya. |
Menggali
ajaran Gereja tentang Perdamaian dan Persatuan
1) |
Gaudium et
spes art.1 menyatakan: ”Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan
manusia dewasa ini, terutama yang miskin dan terlantar, adalah kegembiraan
dan harapan, duka dan kecemasan murid-murid Kristus pula.” Artinya
bahwa Gereja tampil di dunia dan masyarakat sebagai tanda dan sarana keselamatan.
Gereja hadir sebagai sakramen keselamatan bagi dunia dan masyarakatnya. |
2) |
Kita perlu
memberikan pertanggungjawaban iman Katolik di tengah-tengah kehidupan yang
konkret. Pertanggungjawaban iman itu di mana saja kita berada, entah di sekolah
sebagai pelajar, di masyarakat sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain,
pertanggungjawaban iman dalam konteks kehidupan yang nyata dengan segala
persoalan yang ada. Misalnya kita ikut ambil bagian secara aktif dalam
membangun kehidupan yang damai sejahtera serta bersatu sebagai anak-anak
Allah dalam memperjuangkan nilai-nilai kehidupan yang diangerahkan Allah
semua manusia serta alam lingkungan. |
3) |
Dasar
pertanggungjawabannya adalah iman akan Yesus Kristus yang telah menyelamatkan
semua orang, tanpa pandang bulu agama, suku, rasa, ideologi, kebudayaan dan
latar belakang apa pun. St. Paulus berkata, ”kasih karunia Allah yang
menyelamatkan semua manusia sudah nyata” (Titus 2:11). Allah
menyelamatkan semua orang dan semua manusia, maka Gereja Katolik harus
sungguh menjadi sakramen keselamatan dengan perkataan dan perbuatan, melalui
pergulatan dan usaha pembebasan manusia, pembebasan sepenuhnya dan seutuhnya
bagi semua orang, terutama mereka yang miskin dan terlantar. |
4) |
”Damai di
dunia ini, yang lahir dari cinta kasih terhadap sesama, merupakan cermin dan
buah damai Kristus, yang berasal dari Allah Bapa” (GS 78). Dasarnya adalah
peristiwa salib. Yesus Kristus, Putera Allah, telah mendampaikan semua orang
dengan Allah melalui salib-Nya. Karenanya, semangat perdamaian dalam ajaran
Gereja Katolik tidak pernah bisa dilepaskan dari peristiwa salib Kristus.
Umat Kristiani dipanggil dan diutus untuk memohon dan mewujudkan perdamaian
di dunia. |
“Kegembiraan
dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum
miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka
dan kecemasan para murid Kristus juga. Tiada sesuatu pun yang sungguh
manusiawi, yang tak bergema di hati mereka. Sebab persekutuan mereka terdiri
dari orangorang, yang dipersatukan dalam Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus
dalam peziarahan mereka menuju Kerajaan Bapa, dan telah menerima warta
keselamatan untuk disampaikan kepada semua orang. Maka persekutuan mereka itu
mengalami dirinya sungguh erat berhubungan dengan umat manusia serta
sejarahnya”. (GS 1)
“Damai
tidak melulu berarti tidak ada perang, tidak pula dapat diartikan sekedar
menjaga keseimbangan saja kekuatan-kekuatan yang berlawanan. Damai juga tidak
terwujud akibat kekuasaan diktatorial. Melainkan dengan tepat dan cermat
disebut “hasil karya keadilan” (Yes 32:17). Damai merupakan buah hasil tata
tertib, yang oleh Sang Pencipta ilahi ditanamkan dalam masyarakat manusia, dan
harus diwujudkan secara nyata oleh mereka yang haus akan keadilan yang makin
sempurna. Sebab kesejahteraan umum bangsa manusia dalam kenyataan yang paling
mendasar berada di bawah hukum yang kekal.
Tetapi
mengenai tuntutannya yang konkrit perdamaian tergantung dari
perubahan-perubahan yang silih berganti di sepanjang masa. Maka tidak pernah
tercapai sekali untuk seterusnya, melainkan harus terus menerus dibangun.
Kecuali itu, karena kehendak manusia mudah goncang, terlukai oleh dosa, usaha
menciptakan perdamaian menuntut, supaya setiap orang tiada hentinya
mengendalikan nafsu-nafsunya, dan memerlukan kewaspadaan pihak penguasa yang
berwenang.
Akan tetapi
itu tidak cukup. Perdamaian itu di dunia tidak dapat di capai, kalau
kesejahteraan pribadi-pribadi tidak di jamin, atau orang-orang tidak penuh kepercayaan
dan dengan rela hati saling berbagi kekayaan jiwa maupun daya cipta mereka.
Kehendak yang kuat untuk menghormati sesama dan bangsa-bangsa lain serta
martabat mereka begitu pula kesungguhan menghayati persaudaraan secara nyata
mutlak untuk mewujudkan perdamaian. Demikianlah perdamaian merupakan buah cinta
kasih juga, yang masih melampaui apa yang dapat di capai melalui keadilan.
Damai di
dunia ini, lahir dari cinta kasih terhadap sesama, merupakan cermin dan buah
damai Kristus, yang berasal dari Allah Bapa. Sebab Putera sendiri yang
menjelma, Pangeran damai, melalui salib-Nya telah mendamaikan semua orang
dengan Allah. Sambil mengembalikan kesatuan semua orang dalam satu bangsa dan
satu Tubuh, Ia telah membunuh kebencian dalam Daging-Nya sendiri, dan sesudah
di muliakan dalam kebangkitan-Nya Ia telah mencurahkan Roh cinta kasih ke dalam
hati orang-orang. Oleh karena itu segenap umat kristen dipanggil. Dengan
mendesak, supaya “sambil melaksanakan kebenaran dalam cinta kasih” (Ef 4:15),
menggabungkan diri dengan mereka yang sungguh cinta damai, untuk memohon dan
mewujudkan perdamaian.
Digerakkan
oleh semangat itu juga, kami merasa wajib memuji mereka, yang dapat
memperjuangkan hak-hak manusia menolak untuk menggunakan kekerasan, dan
menempuh upaya-upaya pembelaan, yang tersedia pula bagi mereka yang tergolong
lemah, asal itu dapat terlaksana tanpa melanggar hak-hak serta
kewajiban-kewajiban sesama maupun masyarakat. Karena manusia itu pendosa, maka
selalu terancam, dan hingga kedatangan Kristus tetap akan terancam bahaya
perang. Tetapi sejauh orang-orang terhimpun oleh cinta kasih mengalahkan dosa,
juga tindakan-tindakan kekerasan akan diatasi, hingga terpenuhilah Sabda:
“Mereka akan menempa pedang-pedang mereka menjadi mata bajak, dan tombak-tombak
mereka menjadi pisau pemangkas. Bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang
terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang” (Yes 2:4). GS.78)
Komentar
Posting Komentar