08 November 2021

KITAB SUCI PERJANJIAN BARU


Arti Kitab Perjanjian Baru

Kitab Perjanjian Baru (PB), adalah bagian dari Alkitab Kristen yang ditulis setelah kelahiran Yesus Kristus. Kata "Perjanjian Baru" merupakan terjemahan dari bahasa Latin, Novum Testamentum, yang merupakan terjemahan Yunani: ΗΚαινη Διαθηκη, I Keni Diathiki. Umat Kristen awal berpendapat bahwa kitab ini merupakan penggenapan isi nubuat yang ada di Alkitab yang sudah ada dan kemudian diberi nama Perjanjian Lama. Perjanjian Baru kadang-kadang disebut sebagai Kitab Yunani Kristen karena ditulis dalam bahasa Yunani oleh para pengikut Yesus yang belakangan dikenal sebagai Kristen.
1. Mengenal Kitab Perjanjian Baru
Perjanjian Baru terdiri dari dua puluh tujuh kitab yang semuanya ditulis dalam bahasa Yunani antara tahun 50 M hingga 140 M. Perjanjian Baru meliputi Injil, Kisah Para Rasul, Epistula atau Surat-surat dan Kitab Wahyu. Tema inti Perjanjian Baru adalah Yesus Kristus; pribadi-Nya, pesan-Nya, sengsara-Nya, wafat serta kebangkitan-Nya, identitas-Nya sebagai Mesias yang dijanjikan dan hubungan-Nya dengan kita sebagai Tuhan dan saudara.

Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani karena pada waktu itu bahasa Yunani merupakan bahasa percakapan yang paling umum dipergunakan di wilayah Laut Tengah. Dan Perjanjian Baru di tulis oleh orang yang dekat dan mengenal siapa Yesus, dari perjuangan, hidup dan penderitaan-Nya.
Kita dapat membaca Injil Markus 1:9-11, ketika Yesus dibaptis di sungan Yordan, oleh Yohanes Pembaptis.
“Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Lalu terdengarlah suara dari sorga: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."
Kisah dalam kutipan Injil Markus di atas bukan merupakan sebuah laporang, tetapi merupakan suatu kisah yang mempunyai arti yang sangat mendalam bagi penulisnya. Kisah ini mau mengungkapkan iman umat perdana dan iman pengaran Injil (Markus). Iman umat perdana inilah yang kemudian ditulis oleh para pangarang Injil, dan yang oleh Gereja diterima sebagai Kitab Suci Perjanjian Baru.
Kitab Suci Perjanjian Baru sebenarnya menunjuk kepada seluruh isi yang bersifat menyeluruh pada sebuah Kitab. Perjanjian itu disebut “Baru”, karena memang berisi perjanjian yang memperbaharui (Luk 22:20) “Demikian juga cawan minuman itu, sesudahnya makan, kata-Nya, "Cawan minuman ini adalah perjanjian baharu di dalam darah-Ku, yang ditumpahkan karena kamu.” Yang oleh Allah dikaitkan dengan umat manusia melalui Yesus Kristus. Artinya perjanjian itu bersifat kekal, sebab hubungan Allah dan manusia di dalam Yesus Kristus tidak pernah akan terputus. Perjanjian Baru melanjutkan dan sekaligus menyempurnakan perjanjian lama yang diikat oleh Allah dengan umat Israel.

2. Bagian-bagian Kitab Perjanjian Baru.
Dalam Perjanjian Baru ada 27 tulisan atau Kitab. Semua tulisan itu masing-masing dengan caranya sendiri, berbicara tentang Yesus Kristus, karya-Nya, sabda-Nya, tuntutannya dan hidup-Nya. Meskipun Perjanjian Baru berpusat pada Yesus Kristus, namun di dalamnya juga tercantum beberapa hal mengenai mereka (jemaat perdana) yang percaya kepada Yesus Kristus. Secara umum, Kitab Suci Perjanjian Baru berntuknya bersifat kisah (perjalanan dan mukjijat), perumpamaan, ajaran, surat dan nubuat (Wahyu Yohanes).
Secara tematik kitab ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: Injil, Kisah Para rasul, Epistula (surat-surat Paulus, surat-surat Apostolik) dan Kitab Wahyu.
a. Injil
Injil merupakan turunan kata Arab yang artinya Kabar Gembira. Dalam bahasa Yunani 'euaggelion'; dalam bahasa Latin 'evangelium'. Ada empat Injil. Masing-masing Injil menceritakan kisah hidup, ajaran-ajaran, sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus:
  1. Injil Matius: Menceritakan kisah Yesus dari segi sebagai Mesias, Raja orang Israel. Injil ini penuh dengan penggenapan nubuat-nubuat Perjanjian Lama.
  2. Injil Markus : Menceritakan kisah Yesus dari segi sebagai Hamba.
  3. Injil Lukas: Mempresentasikan Yesus sebagai Anak Manusia yang datang untuk mencari dan menyelamatkan mereka yang terhilang.
  4. Injil Yohanes: Mempresentasikan Yesus sebagai Firman Allah yang menjelma menjadi manusia, Kristus, yang berarti, Yang Diurapi.
Ketiga Injil pertama: Injil Matius, Injil Markus dan Injil Lukas disebut Injil Sinoptik. Sinoptik berasal dari kata Yunani yang artinya 'satu pandangan', sebab ketiga Injil tersebut mirip dalam struktur maupun isinya. Injil Yohanes, meskipun tidak bertentangan dengan Injil Sinoptik, berbeda dalam struktur dan mencakup beberapa kisah dan perkataan-perkataan Yesus yang tidak ditemukan dalam Injil Sinoptik.

b. Kisah Para Rasul
Kisah Para Rasul  adalah Catatan sejarah dari kenaikan Yesus hingga perjalanan-perjalanan misi Paulus, sejarah gereja perdana.
Kapan Kisah Para Rasul ini ditulis? 
Kisah Para Rasul ditulis oleh St. Lukas sekitar tahun 70 M hingga 75 M. Kitab ini berisi catatan tentang iman, pertumbuhannya dan cara hidup Gereja Perdana. Kisah Kenaikan Yesus ke surga, turunnya Roh Kudus atas Gereja pada hari Pentakosta, kemartiran St. Stefanus dan bertobatnya St. Paulus.
c. Epistula
Epistula atau Surat-surat merupakan bagian terbesar dari Perjanjian Baru. Epistula dibagi dalam dua kelompok: Surat-surat Paulus dan Surat-surat Apostolik lainnya. Semua surat mengikuti format penulisan surat pada masa itu. Setiap surat biasanya diawali dengan salam dan identitas pengirim serta penerima surat. Selanjutnya adalah doa, biasanya dalam bentuk ucapan syukur. Isi surat adalah penjelasan terperinci tentang ajaran-ajaran Kristiani, biasanya menanggapi keadaan penerima surat. Bagian berikutnya dapat berupa pembicaraan tentang rencana perjalanan misi penulis surat dan diakhiri dengan nasehat-nasehat praktis dan salam perpisahan.
Surat-surat Paulus ditulis oleh St. Paulus atau salah seorang muridnya; tak lama sesudah wafat dan kebangkitan Yesus, yaitu antara tahun 54 M hingga 80 M. Surat-surat tersebut menggambarkan perkembangan awal ajaran dan praktek Kristiani.
Roma : 
Penelaahan yang sistematis atas pembenaran, pengudusan, dan pemuliaan. Menelaah rencana Allah atas orang Yahudi maupun non-Yahudi.
• 1 Korintus : Surat ini menyoroti perpecahan dalam jemaat dan teguran atas pelanggaran susila, masalah mencari keadilan kepada orang-orang yang tidak beriman, dan kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam Perjamuan Kudus. Juga menyinggung tentang penyembahan berhala, pernikahan, dan kebangkitan.
• 2 Korintus : Pembelaan Paulus atas kerasulannya.
• Galatia - Paulus membuktikan kesalahan dari legalisme (menganggap Hukum Taurat sebagai mutlak dalam memperoleh keselamatan) dan menelaah mengenai tempat yang layak bagi anugrah di dalam kehidupan orang-orang Kristen.
• Efesus - Posisi orang percaya di dalam Kristus dan informasi mengenai peperangan rohani.
• Filipi - Paulus membicarakan tentang pemenjaraannya, kasihnya kepada jemaat di Filipi. Ia mendesak mereka ke arah kesalehan dan memperingatkan mereka akan bahaya legalisme.
• Kolose - Paulus memfokuskan pada keutamaan Yesus dalam penciptaan, penebusan, dan kekudusanNya.
• 1 Tesalonika - Pelayanan Paulus kepada jemaat Tesalonika. Pengajaran mengenai kesucian dan menyinggung tentang kembalinya Kristus untuk yang kedua kalinya.
• 2 Tesalonika - Koreksi-koreksi atas pendapat yang salah mengenai Hari Tuhan.
• 1 Timotius - Instruksi-instruksi kepada Timotius mengenai kepemimpinan yang benar dan cara-cara menghadapi ajaran sesat, peranan wanita dalam gereja, doa, dan syarat-syarat bagi penilik jemaat dan diaken.
• 2 Timotius - Sepucuk surat untuk menguatkan Timotius.
• Titus - Paulus meninggalkan Titus di Kreta guna menggembalakan gereja-gereja di sana. Syarat-syarat menjadi penatua gereja dan penilik jemaat.
• Filemon - Sepucuk surat kepada seorang tuan mengenai budaknya yang melarikan diri. Permohonan Paulus kepada Filemon supaya mengampuni Onesimus, budaknya.
Surat-surat Apostolik dimaksudkan untuk ditujukan, bukan kepada suatu komunitas atau individu tertentu, tetapi kepada pembaca yang lebih universal. Surat-surat Apostolok ditulis oleh beberapa penulis antara tahun 65 M hingga 95 M.
• Ibrani - Sepucuk surat kepada jemaat Kristen Yahudi yang sedang di ambang kembali memeluk Yudaisme. Surat ini menunjukkan keunggulan Kristus dibandingkan dengan sistem Perjanjian Lama. Menyinggung juga tentang keimaman Melkisedek. Penulis tidak diketahui. Beberapa pakar menilai dari gaya tulisannya bahwa penulisnya adalah Paulus, namun karena kurangnya bukti selain gaya penulisan, maka pakar lain memilih untuk tidak berpendapat.
• Yakobus - Ajaran tentang hubungan antara iman dan perbuatan.
• 1 Petrus - Surat ini untuk menguatkan penerima suratnya dalam penderitaan mereka dan agar mereka tetap rendah hati.
• 2 Petrus - Membicarakan mengenai batin tiap pribadi, peringatan mengenai ajaran palsu, dan menyinggung mengenai Hari Tuhan.
• 1 Yohanes - Surat yang memperingatkan jemaat terhadap ajaran-ajaran sesat pada permulaan sejarah Gereja.
• 2 Yohanes - Puji-pujian untuk mereka yang berjalan di dalam Kristus dan sebuah peringatan untuk tetap berjalan di dalam kasih Allah.
• 3 Yohanes - Yohanes berterimakasih kepada Gayus atas kebaikannya terhadap jemaat Allah dan menegur Diotrefes.
• Yudas - Mengekspos guru-guru palsu dan menggunakan ibarat-ibarat dalam Perjanjian Lama dalam melukiskan penghakiman atas mereka. Nasihat-nasihat untuk meneguhkan iman.

d. Wahyu
Kitab terakhir dalam Perjanjian Baru, yaitu Kitab Wahyu, ditulis sekitar sesudah tahun 90 M. Dengan banyak bahasa simbolik, Kitab Wahyu menyajikan kisah pertarungan antara Gereja dengan kekuatan-kekuatan jahat yang berakhir dengan kemenangan Yesus. Meskipun Kitab Wahyu menuliskan peringatan-peringatan yang mengerikan akan apa yang terjadi di masa mendatang, Kitab Wahyu pada pokoknya merupakan pesan pengharapan bagi Gereja. Kitab Wahyu merupakan Kitab eskatologi yang dikirimkan kepada jemaat-jemaat yang mengalami penganiayaan oleh pemerintah Roma dan anjuran agar mereka tetap setia di dalam iman mereka

3. Proses Penyusunan Kitab Suci Perjanjian Baru
Seperti Kitab-kitab Perjanjian Lama, Kitab-kitab Perjanjian Baru juga tidak ditulis oleh satu orang, tetapi adalah hasil karya setidaknya delapan orang. Kitab Perjanjian Baru terdiri dari 4 kitab Injil, 14 surat Rasul Paulus, 2 surat Rasul Petrus, 1 surat Rasul Yakobus, 1 surat Rasul Yudas, 3 surat Rasul Yohanes dan Wahyu Rasul Yohanes dan Kisah Para Rasul yang ditulis oleh Santo Lukas, yang juga menulis Kitab Injil yang ketiga. Sejak kitab Injil yang pertama yaitu Injil Matius sampai kitab Wahyu Yohanes, ada kira-kira memakan waktu 50 tahun. Tuhan Yesus sendiri, sejauh yang kita ketahui, tidak pernah menuliskan satu barispun dari kitab Perjanjian Baru. Dia tidak pernah memerintahkan para Rasul untuk menuliskan apapun yang diajarkan oleh-Nya. Melainkan Dia berkata: "Maka pergilah dan ajarlah segala bangsa" (Matius 28:19-20), "Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku" (Lukas 10:16).
Apa yang Yesus perintahkan kepada mereka persis sama seperti apa yang Yesus sendiri lakukan: menyampaikan Firman Allah kepada orang-orang melalui kata-kata, meyakinkan, mengajar, dan menpertobatkan mereka dengan bertemu muka. Jadi bukan melalui sebuah buku yang mungkin bisa rusak dan hilang, dan disalah tafsirkan dan diubah-ubah isinya, melainkan melalui cara yang lebih aman dan alami dalam menyampaikan firman yaitu dari mulut ke mulut. Demikianlah para Rasul mengajar generasi seterusnya untuk melakukan hal yang serupa setelah mereka meninggal. Oleh karena itu melalui Tradisi seperti inilah Firman Allah disampaikan kepada generasi-generasi umat Kristen sebagaimana pertama kali diterima oleh para Rasul.
Ketika Yesus masih hidup, tidak seorangpun di antara murid-murid-Nya yang mencatat apa yang Yesus lakukan dan perbuat. Bahkah sesudah kebangkitan, pada murid yang memperoleh semangat dan keyakinan akan Yesus Kristus baru mulai bercerita dan mewartakan Yesus Kristus sebagai kegenapan Injil Allah, sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Semua itu dilakukan secara lisan. Pertama-tama dilakukan mereka mewartakan wafat dan kebangkitan Kristus, kemudian juga mewartakan ajaran, karya dan mukjijat Yesus, secara lisan. Baru sesudah para saksi mata mulai meninggal dan umat yang percaya kepada Yesus semakin banyak, muncullah kebutuhan akan tulisan baik mengenai hidup Yesus dan karya-Nya, sabda-Nya maupun akhir hidup-Nya. Maka mulailah ditulis cerita-cerita tentang kehidupan Yesus, dan untuk berkomunikasi dengan jemaat yang jauh, mereka mulai menggunakan surat yang berisi wejangan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam suatu jemaat dan meneguhkan imat jemaat itu karena pada rasul tidak dapat datang. Jadi anda bisa melihat kesimpulan penting disini: Gereja dan iman Katolik sudah ada sebelum Alkitab dijadikan. Beribu-ribu orang bertobat menjadi Kristen melalui khotbah para Rasul dan missionaris di berbagai wilayah, dan mereka percaya kepada kebenaran Ilahi seperti kita percaya sekarang, dan bahkan menjadi orang-orang kudus tanpa pernah melihat ataupun membaca satu kalimat pun dari kitab Perjanjian Baru. Ini karena alasan yang sederhana yaitu bahwa pada waktu itu Alkitab seperti yang kita kenal, belum ada. Jadi, bagaimanakah mereka menjadi Kristen tanpa pernah melihat Alkitab? Yaitu dengan cara yang sama orang non-Kristen menjadi Kristen pada masa kini, yaitu dengan mendengar Firman Allah dari mulut para misionaris.
Melalui bimbingan Roh Kudus, mereka menuliskan kisah tentang Yesus berdasarkan cerita-cerita dari para saksi mata, para pengikut-Nya yang sudah berkembang luas di tengah umat dan sudah diwarnai oleh rasa kagum, rasa cinta dan iman akan Yesus Kristus (Luk 1:1-4). Tulisan-tulisan dalam Perjanjian Baru bukanlah buku laporan atau sejarah, tetapi sebagai buku iman dan cinta umat perdana akan Yesus Kristus. Tulisan-tulisan dalam Perjanjian Baru dipengaruhi oleh kemampuan, iman dan maksud serta tujuan penulis dan situasi jemaat pada saat itu, sehingga tidak perlu heran jika dalam tulisan-tulisan Perjanjian Baru terdapat perbedaan.
Untuk mengetahui proses terjadinya tulisan-tulisan mengenai Yesus Kristus, kita akan mulai dari periode hidup Yesus sampai pembentukan kanon Perjanjian Baru.

 Antara tahun 7/6 sebelum Masehi (SM) – 30 sesudah Masehi (M)
Kelahiran Yesus pada waktu kekaisaran Roma dipimpin oleh Agustus dan di Palestina oleh Herodes Agung, sekitar tahun 7/6 SM. Tahun 27/28 M Yesus dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes Pembaptis. Yang kemudian menjadi awal tampilnya Yesus di depan umum, hidup dan karya-Nya sampai dengan kematian-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya dari alam maut. Yang pada akhirnya menjadi keyakinan baru dan sumber kekuatan bagi para murid. Kekuatan itu dating dari Allah dan dialami sebagai kuasa Roh. Roh itu yang mendorong para murid untuk memberikan kesaksian iman tentang Yesus Kristus yang menderita sengsara, wafat dan bangkit dari alam maut.

 Antara tahun 40 – 120 Masehi: penyusunan dan Penulisan Kitab Suci Perjanjian Baru.
Karangan tertua dari Kitab Suci Perjanjian Baru adalah 1 Tesalonika (ditulis sekitar tahun 40) sedangkan yang paling akhir adalah 2 Petrus (tahun 120).
Pada mulanya para murid mewartakan tentang Yesus secara lisan. Inti pewartaan pada mulanya adalan wafat dan kebangkitan Yesus, kemudian pewartaan berkembang dengan pewartaan hidup Yesus, karya dan sabda-Nya, perjalanan hidup-Nya yang diwartakan dalam terang kebangkitan, karena kebangkitan Kristus merupakan dasar dari iman kepada Yesus Kristus.
Jemaat yang berkembang menjadi komunitas-komunitas perlu dibina dan terus dikembangkan. Sementara para saksi mata jumlahnya terbatas, maka mulailah ditulis pokok-pokok iman yang penting, seperti kisah kebangkitan, sengsara, sabda dan karya Yesus dengan maksud untuk membina perkembangan iman komunitas atau jemaat. Hal ini terus berkembang dengan munculnya banyak tulisan dan karangan yang berupa fragmen-fragmen, yang menceritakan kehidupan Yesus.
Yang pada akhirnya disusunlah Injil-injil dan kisah para rasul. Tulisan-tulisan itu disusun berdasarkan atas tradisi baik lisan maupun tulisan yang disesuaikan dengan maksud dan tujuan penulis serta setuasi jemaat pada waktu itu.

 Antara tahun 120 – 400 Masehi: pembentukan Kanon (Daftar resmi Kitab Suci Perjanjian Baru)
Pada awal abad kedua sampai akhir abad kedua muncul begitu banyak tulisan-tulisan tentang Yesus, yang bisa membingungkan umat beriman, mana yang menyalurkan trasidi sejati mana yang palsu, sehingga umat mulai mencari kepastian mana Kitab-kitab yang membina iman sejati.
Setelah melalui proses penyusunan daftar Kitab-kitab yang bisa diterima sebagai Kitab Suci dan ditolak, sampai pada akhirnya sekitar tahun 300 M secara umum sudah diterima sebagai Kitab Suci, 4 Injil, 13 Surat-surat Paulus, Kisah Para Rasul, 1 Petrus, 1 Yohanes dan Wahyu. Baru pada tahun 400 perbedaan pendapat dalah hal jumlah Kitab Suci hampir hilang seluruhnya, sampai tersusun daftar Kitab Suci Perjanjian Baru dengan jumlah 27 Kitab seperti yang kita kenal sekarang.
4. Gereja Katolik menetapkan Kitab Perjanjian Baru.
Ke-dua puluh tujuh kitab diterima sebagai Kitab Suci Perjanjian Baru baik oleh umat Kristen Katolik maupun Kristen lain. Pertanyaannya adalah: Siapa yang memutuskan kanonisasi Perjanjian Baru sebagai kitab-kitab yang berasal dari inspirasi Allah? Kita tahu bahwa Alkitab tidak jatuh dari langit, jadi darimana kita tahu bahwa kita bisa percaya kepada setiap kita-kitab tersebut?
Pada tahun 382 Masehi, didahului oleh Konsili Roma, Paus Damasus menulis dekrit yang menulis daftar kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terdiri dari 73 kitab.
Konsili Hippo di Afrika Utara pada tahun 393 menetapkan ke 73 kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Konsili Kartago di Afrika Utara pada tahun 397 menetapkan kanon yang sama untuk Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Catatan: Ini adalah konsili yang dianggap oleh banyak pihak non-Katolik sebagai yang menentukan bagi kanonisasi kitab-kitab dalam Perjanjian Baru.
Paus Santo Innocentius I (401-417) pada tahun 405 Masehi menyetujui kanonisasi ke 73 kitab-kitab dalam Alkitab dan menutup kanonisasi Alkitab.
Jadi kanonisasi Alkitab telah ditetapkan di abad ke empat oleh konsili-konsili Gereja Katolik dan para Paus pada masa itu. Melihat sejarah, Gereja Katolik menggunakan wibawa dan kuasanya untuk menentukan kitab-kitab yang mana yang termasuk dalam Alkitab dan memastikan bahwa segala yang tertulis dalam Alkitab adalah hasil inspirasi Allah.

C. Membaca dan Mendalami Sabda Tuhan yang terdapat dalam Kitab Suci

Kita semua menyadari, bahwa Alkitab merupakan tulisan suci, indah dan menyentuh sanubari. Lewat Kitab Suci kita mengenal suara Tuhan. Menurut Konstitusi Dogmatik tentang Wahyu Ilahi, Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru ditulis di bawah bimbingan Roh Kudus, Allah adalah pengarang yang benar dan “harus diakui bahwa Alkitab mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan kebenaran, yang oleh Allah dikehendaki supaya dicantumkan dalam Kitab Suci demi keselamatan kita” (DV art. 11). Untuk itu Kitab Suci menjadi norma bagi iman dan ajaran Kristiani, serta sebagai sabda Allah yang merupakan sumber yang kaya bagi doa pribadi.
Ada beberapa alas an mengapa kita perlu membaca dan mendalami sabda Tuhan yang terdapat dalam Kitab Suci.
Pertama, Iman kita akan tumbuh dan berkembang dengan membaca Kitab Suci. “Segala Tulisan yang diilhamkan oleh Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan mendidi orang dalam kebenaran (2 Tim 3:16-17).
Kedua, Kita tidak akan mengenal Kristus kalau kita tidak membaca Kitab Suci.
Ketiga, Kitab Suci adalah buku Gereja, buku Iman Gereja, Kitab Suci adalah sabda Allah dalam bahasa manusia, Gereja menerimanya sebagai yang suci dan ilahi karena di dalamnya mengandung sabda Allah. Dari sabda itu, Kitab Suci bersama Tradisi menjadi tolak ukur tertinggi bagaimana kita mengenal Iman Gereja. Kita tahu, bahwa dapat dikatakan, Kitab Suci adalah sabda Allah yang belum “tampak”. Sabda Allah yang belum “tampak” ini dapat menjadi firman yang hidup dan terbuka, apa bila dibaca dan dibacakan serta didengar dengan iman yang dari dalam diri kita. Maka apabila Kitab Suci dibaca dengan iman kepercayaan, Allah hadir dan bersabda. Dalam arti demikian maka jika orang membaca Kitab Suci dengan penuh iman maka orang itu menghadirkan Allah dan Yesus Kristus dalam hidupnya. Sabda Allah itulah yang paling berwibawa dan secara actual menjadi ukuran serta penghayatan iman bagi seluruh umat, sabda Allah dalam Kitab Suci akan dihidupkan kembali oleh iman yang sejati, menjadi firman yang hidup dan berdaya guna, karena dapat mengubah hidup manusia. Sabda Allah itu akan berbicara tentang kasih dan karya Allah yang sudah terangkum di dalamnya, untuk orang yang dengan imannya berusaha mengenal dan mendengarkannya, orang yang menyerap sabda Allah itu sekaligus menyerap kasih Allah. Untuk itu dibutuhkan iman dan keterbukaan terhadap sabda Allah.



03 November 2021

TANGGAPAN ATAS PEWARTAAN YESUS

 

Pewartaan Yesus untuk menegakkan Kerajaan Allah mengundang reaksi yang  beragam dalam masyarakat yahudi saat itu, ada yang menerima dan ada yang menolak,  adapun meraka itu adalah: 

1. Yang menerima Pewartaan Yesus 

∙ Orang Miskin dan Sederhana 

∙ Para pendosa yang mau bertobat 

∙ Orang-orang sakit 

∙ Kaum wanita dan anak-anak 

2. Yang Menolak Pewartaan Yesus 

∙ Tokoh Agama (Para Imam kepala) 

∙ Tokoh Intelektual (Ahli Taurat) 

∙ Orang-orang Farisi 

∙ Para Penguasa 

∙ Orang-orang kaya yang memeras rakyat dan mapan 

Apapun yang dialami Yesus dalam mewartakan Kerajaan Allah dapat dialami oleh siapapun.  Orang yang berbuat baik belum tentu akan diterima dengan baik, kadang-kadang  penolakan yang menyakitkan yang diterima. 

Contoh : peristiwa tragis yang diterima para pekerja sosial dan orang yang  berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan harus menerima kenyataan pahit dalam  hidupnya seperti: 

∙ Difitnah 

∙ Keluarganya diancam 

∙ Diteror 

∙ Bahkan nyawa menjadi taruhan atas perjuangannya. 

Terhadapan penolakana atas pewartaanNya, Yesus tidak bersikap memusuhi, bahkan dengan  penuh kasih dan kesabaran Yesus menghadapi reaksi penolakan tersebut, disertai dengan  penuh penyerahan total kepada kehendak Bapa-Nya (Matius 5:43) 

Yesus telah berjuang untuk mewartakan Kerajaan Allah kepada semua manusia. Kerajaan  Allah yang diwrtakan Yesus mengajak dan menuntun semua manusia kembali menuju Bapa.  Namun demikian tindakan Yesus ya dipahami dan dimengerti bahkan tidak sepenuhnya  diterima oleh masyarakat bangsa Yahudi pada waktu itu. 


31 Oktober 2021

MATERI AGAMA KATOLIK KELAS VII: PERAN SEKOLAH BAGI PERKEMBANGANKU

  

Lembaga Pendidikan baik formal, informal maupun nonformal atau “Sekolah” mempunyai peran yang strategis dalamm membantu proses pembentukan diri seseorang. Bahkan banyak orang tua yang mengandalkan sekolah sebagai wadah utama pembinaan anak-anaknya.

Pendidik utama dan terutama adalah Orang Tua, sedangkan sekolah hanya bersifat membantu. Tetapi sejalan dengan berkembangnya Profesionalisme dalam segala bidang, Sekolah akhirnya menjadi tumpuan utama.

Kenyataan ini memang benar adanya, Sekolah menjadi tempat orang mendapatkan banyak:

  • Pengetahuan
  • Wawasan
  • Ketrampilan

Untuk hidup ditengah masyarakat dan pada akhirnya semua orang sangat terbantu memeperkembangkan dirinya berkat Sekolah.

Yang di maksud “SEKOLAH” meliputi banyak aspek sarana dan prasarana, terutama manusia-manusia yang ada didalamnya. Merakalah yang berperan leih banyak dalam proses pembentukan diri. Mereka mempunyai peran masing-masing yang tidak pernah dapat dilupakan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Mereka itu adalah:

  • Kepala Sekolah
  • Wakil Kepala Sekolah
  • Wali kelas dan Bapak Ibu Guru
  • Karyawan Tata Usaha
  • Karyawan/petugas kebersihan, Sopir, Satpam dll 

Dalam Kitab Suci, tidak digambarkan secara jelas, apakah Yesus bersekolah atau tidak. Tetapi Yesus senantiasa belajar dari orang yang dianggap lebih mampu.

Dalam Kitab Suci dikisahkan saat Yesus  berkesempatan berkunjung ke Bait Allah, banyak hal yang dapat kita teladani dari Yesus yaitu:

  • Ia menggunakan waktunya untuk bertanya jawab dengan ahli-ahli Taurat
  • Ia menjadi pribadi yang pembelajar
  • Melalui belajar itulah hikmatNya bertambah besar
  • SemangatNya untuk belajar tidak terhalang oleh kemiskinan yang ada dalam keluargaNya yang hanyalah anak seorang tukang kayu.

 


Dalam Dokumen Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen ditegaskan tentang: Pentingnya pendidikan atau sekolah. Oleh karena itu, pelayanan pendidikan harus tertuju kepada semua orang, sebab melalui sekolah kita disiapkan untuk mampu hidup ditengah masyarakat, sehingga pada akhirnya kita semua perlu memiliki sejumlah pangetahuan dan keterampilan agar mampu hidup.

28 Oktober 2021

MATERI KELAS XII: MEMPERJUANGKAN KEJUJURAN

  

A.    Arti dan makna Kejujuran

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia ditulis, jujur berarti tidak curang dan tidak berbohong.Jujur juga kerap diartikan satunya kata dengan perbuatan.Jujur juga kerap diartikan satunya kata dengan perbuatan.Apa yang ada di dalam hati sama dengan apa yang di katakana. Makna kejujuran dapat disebut antara lain:

Ø  Kejujuran dapat menjadi modal utama untuk perkembangan pribadi dan kemajuan kelompok. Orang yang jujur akan sanggupmenerima kenyataan pada diri sendiri, pada orang lain dan kelompok. Sikap ini dapat membawa banyak perkembangan pribadi dan kelompok.

Ø  Kejujuran menimbulkan kepercayaan yang menjadi landasan pergaulan dan hidup bersama! Tanpa kekujuran orang tidak dapat bergauldan hidup secara wajar.

Ø  Kejujuran dapat memecahkan banyak persoalan. Baik persoalan pribadi, kelompok, masyarakat maupun Negara.

B.     Bagaimana memperjuangkan kejujuran?

Ø Kejujuran adalah suatu sikap yang tidak dapat dicapai dengan suatu program jangkapendek yang bersifat teknis operasional belaka.

Ø  Gerakan moral ini sungguh murni gerakan moral.

Ø  Gerakan moral jangan sekedar menjadi gerakan rohani, tetapi bermuara pada aksi untuk pembaharuan dan pembangunan masyarakat yang sejahtera dan adil.

Ø  Gerakan moral boleh saja diinspirasi dan diprakarsai dari atas tetapi sebaiknya mulai tumbuh dan menguat dalam basis-basis umat.

Ø   Pendekatan yang dipakai hendaklah bersifat proses yang komunikatif.

Ø Gerakan moral harus mulai dari diri kita sendiri dan kelompok itu sendiri, jangan menunggu.

 

 


MATERI KELAS XII: MEMPERJUANGKAN KEBENARAN

 Bentuk-bentuk Kebohongan

  1. Berdusta atau saksi dusta:. Berdusta berarti mengatakan yang tidak benar dengan maksud untuk menyesatkan.Dusta adalah pelanggaran paling langsung terhadap kebenaran.
  2. Rekayasa atau manipulasi. Rekayasa atau manipulasi berarti menyiasasti atau membawa orang lain kepada suatu tujuan yang menguntungkan diri sendiri, yang mungkin saja orang lain mendapat rugi.
  3. Asal bapak senang (ABS). Kata-kata dan sikap manis yang dialkukan sekedar untuk menyenagkan atasan, yang mungkin saja jauh dari kebenaran.
  4. Fitnah dan umpatan. Fitnah dan umpatan adalah tindakan yang sangat jahat, sebab yang difitnah tidak hadir untuk membela diri. Fitah dapat berkemabng tanpa saringan.

B.     Sebab-sebab Kebohongan 

  1. Orang berbohong hanya sekedar iseng. Orang dapat berbohong hanya karena mau menikmati kesenangan murahan.\
  2. Orang berbohong untuk memperoleh keuntungan tertentu.Para pedagang misalnya dapat berbohong, supaya mendapat untuk sebesar-besarnya.
  3. Orang berbohong karena berada dalam situasi terjepit.

C.     Akibat Kebohongan:

  1. Bagi diri sendiri: kehilangan kepercayaan, kemerosotan pribadi.
  2. Bagi Orang yang dibohongi: mendapatkan gambaran yang salah dan dapat bertindak fatal bagi dirinya. Orang yang dibohongi dapat masuk ke dalam komunikasi dan relasi yang semu dengan yang membohonginya.
  3. Bagi masyarakat Luas: tindakan penipuan,rekayasa, dan manipulasi dapat merugikan bagi masyarakat luas.

Dusta dan Kebenaran Dalam Kitab Suci

·         Dalam Kitab Suci, kebenaran tidak hanya berarti tidak berbohong, tetapi juga berarti mengambil bagian dalam kehidupan Allah. Allah adalah sumber kebenaran, karena Allah selalu bebruat sesuai dengan janji-Nya. Maka Allah berfirman: “jangan bersaksi dusta”.

·         Dengan kesaksian palsu, orang dicelakakan, karena ia dihukum  secara tidak adil dan tata keadilan dijungkirbalikan. Sebetulnya masalahnya bukan”bohong”, melainkan tidak adanya kepastian hukum yang dapat diandalkan. (Baca: Keluaran 23: 1-3.6-8).

·         Dalam tradisi Gereja, firman Tuhan kedelapan itu sudah ditafsirkan secara luas. Kita dilarang untuk berbohong dalam segala bentuknya. Bagi Orang Kristen, mengatakan kebenaran adalah ungkapan cinta kasih. Jujur tidak hanya bicara sesuai dengan kenyataan, melainkan harus mengungkapkannya dalam semangat cintakasih. Maka kita tidak perlu mengungkapkan semua kebenaran dengan sejujur-jurnya tanpa memikirkan perlunya, akibatnya, dan kewajarannya. Ada kalanya kebenaran tidak perlu disebut-sebut, karena bila disebut akan berdampak buruk. Diam atau menyimpan kebenaran tidak otomatis berdusta.Orang harusmenggunakan lidahnya dengan bijaksana. (Matius 12: 36-37). Apalagi kalau kebenaran itu berhubungan dengan masalah rahasia jabatan (imam, dokter, advokat). Kebenaran tidak boleh diungkapkan kepada siapapuntanpa mempertimbangkan perlunya dan tanpa persetujuan orang yang bersangkuta.

·         Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, dikatakan bahwa Yesus adalah kebenaran. Dengan kebangkitan-Nya, Allah menyatakan bahwa Yesus adalah orang benar. Ia adalah pewahyuan dari Allah sendiri. Membela kebenaran berarti juga memperjuangkan kehendak Allah dan meneladani Yesus sang kebenaran sendiri.

Contoh : Thomas More.




MATERI KELAS XII: MEMPERJUANGKAN KEADILAN


a.   Kasus-kasus Ketidakadilan: dalam sejarah bangsa kita, sejak jaman penjajahan Belanda, pendudukan Jepang, kemudian pada jaman demokrasi terpimpin, dan rezim orde baru, rakyat kecil sering mengalami tindakan yang tidak adil. Pada zaman reformasi ini pun ketidakadilan itu tidak surut, tetap berlangsung. Ketidakadilan itu tampak nyata dalam bentuk-bentuk antara lain:

  1. Tindakan perampasan dan penggusuran hak milik orang, pencurian, perampokan, dan korupsi: 
  2. Tindakan pemerasan, KKN, dan rekayasa. 
  3. Tindakan atau keengganan membayar utang, termasuk kredit macet, yang berbuntut merugikan rakyat kecil, dan sebagainya.

Semua tindakan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat kita, sadar atau tidak sadar, sering tidak menghormati hak miliki orang, termasuk hak miliki masyarakat dan Negara.

b.      Akar Masalah Ketidakadilan

Berbagai ketidakadilan yang menyengsarakan dan memiskinkan mayoritas bangsa kita lebih banyak disebabkan atas sistem dan struktur sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang diciptakan oleh penguasa.Sistem sosial, politik, dan ekonomi yang dibangun oleh penguasa dan pengusaha sering menciptakan ketergantungan rakyat kecil. Di samping itu, pembangunan ekonomi, social, politik dunia dewasa ini belum menciptakan kesempatan yang luas bagi “orang-orang kecil”, tetapi justru mempersempit ruang gerak mereka untuk mengungkapkan jati dirinya secara penuh.

Ada berbagai bentuk ketidakadilan, misalnya sikap diskriminatif dan tidak berprikemanusiaan terhadap kaum perempuan, pendatang/imigran.Penganiayaan karena   asal-usul wetnis ataupun atas dasar kesukuan yang kadang-kadang berakibat pembunuhan masal.Penganiayaan terhadap orang-orang yang memiliki kepercayaan tertentu oleh partai-partai penguasa karena ingin mempertahankan kepercayaan yang mereka anut.Perlakukaan semena-mena terhadap orang-orang dari aliran politik tertentu masih sering terjadi. Nasib orang-orang jompo, yatim piatu , orang sakit dan cacat sering tidak diperhatikan. Orang-orang ini tentu saja sangat mendrita karena tidak mapu berbuat apa-apa. 

Teks Kitab Suci: Amos 5: 7-13

7 Hai kamu yang mengubah keadilan menjadi ipuh dan menghempaskan kebenaran ke tanah! 8 Dia yang telah membuat binatang kartika dan binatang belantik, yang mengubah kekelaman menjadi pagi, dan yang membuat siang gelap seperti malam; Daia yang memanggila air laut dan mencurahkannya ke atas permukaan bumi – Tuhan itu namanya.9 Dia yang menimpakan kebinasaan atas yang kuat, sehinggah kebinasaan datang atas tempat yang berkubu.10 Mereka benci kepada yang member teguran di pintu gerbang, dan mereka keji kepada mereka yang berkata dengan tulus ikhlas. 11 seba itu, karena kamu menginjak orang-orang yang lemah dan mengambil pajak gandum dari padanya, sekalipun kamu telah mendirikan rumah-rumah dari batu pahat, kamu tidak akan mendiaminya; sekalipun kamu telah membuat kebun anggur yang indah, kamu tidak akan minum anggurnya. 12 Sebab aku tahu, bahwa perbuatanmu yang jahat banyak dan dosamu berjumlah besar, hai kamu yang menjadikan orang benar terjepit, yang menerima uang suap, dan yang mengesampinmgkan orang miskin di pintu gerbang. 13 Sebab itu orang yang berakal budi akan berdiam diri pada waktu itu, karena waktu itu adalah waktu yang jahat. 

Pertanyaannya:

  1. Kepada  siapa kata-kata keras dari nabi Amos itu ditujukan?
  2. Bentuk-bentuk keadilan apa yang diecam oleh nabi Amos?
  3. Kelompok mana yang dibela oleh nabi Amos? Mengapa?

c.       Arti dan makna Keadilan

Keadilan berarti memberikan kepada setiap orang yang menjadi haknya, misalnya hak untuk hidupwajar, hak untuk memilih agama/kepercayaan, hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk bekerja, hak untuk emiliki sesuatu, hak untuk mengeluarkan pendapat, dan sebagainya.

Keadilan menunjuk pada suatu keadaan, tuntutan, dan keutamaan.

d.      Distingsi (Pembedaan) Keadilan

Kita membedakan keadilan komutatif,distributif, dan keadilan legal.

  1. Keadilan komutatif menuntut kesamaan dalam pertukaran, misalnya mengembalikan pinjaman atau jual beliyang berlaku pantas, tidak ada yang rugi.
  2. Keadilan distributive menuntut kesamaan dalam membagikan apa yang menguntungkan dan dalam menuntut pengurbanan. Misalnya, kekayaan alam dinikmati secara adil dan pengorbanan untuk pembangunan dipikul bersama-sama dengan adil.
  3. Keadilan Legal menuntut kesamaan hak dan kewajiban terhadap Negara sesuai dengan undang-undanag yang berlaku.
  4. Keadilan Individual; perwujudan keadilan yang tergantung pada pribadi-pribadi, dapat diberi contoh, msalnya: upah yang tergantung pada sang majikan untuk para karyawan tau buruh.
  5. Keadilan sosial: perwujudan keadilan yang tergantung dari struktur dan proses politik,ekonomi, sosial dan budaya,mau mengatakan bahwa misalnya seorang buruh tidak hanya tergantung pada rasa keadilan sang majikan, tetapi juga dari situasi ekonomi dan politik yang ada.

e.       Keadilan adalah Dasar Masyarakat dan Negara

Keadilan adalah keutamaan sosial yang paling mendasar.Sebab keadilan tidak hanya mengatur kehidupan orang perorangan, melainkan kehidupan bersama antar-manusia.

f.       Landasan untuk Memperjuangkan Keadilan

  •      Negara

Dalam pembukaan UUD 1945 dikatakan bahwa menciptakan keadilan sosial merupakan salah satu tugas utama Republik Indonesia.Tuntutan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indoensia tersebut di jabarkan dalam pasal 33 dan 34 yang menentukan bagaimana perekonomian nasional harus disusun.Ayat pertama pasal 33 mengungkapakan semangat yang harus menjiwai penyelenggaraan perekonomian nasional yaitu semangat kekeluargaan.Kekeluargan berarti bahwa dalamproduksi, kita tidak bekerja hanya untuk diri kita semata-mata melainkan kita bekerja untuk kita semua.

  •   Gereja

Gereja harus tetapmewartakan firman yang ketujuh, yakni perintah “jangan mencuri”.Jangan mencuri sesuai dengan maksud aslinya berarti jangan mencuri orang.Jangan menculik dan kemudian menjualnya sebagai budak. Menculik dianggap sama dengan membunuh. Merampas kebebasan sesorang sama dengan mengambil hidupnya. Firman Tuhan yang ketujuh ini kemudian diperluas oleh gereja menjadi “jangan mencuri milik orang”. Mengambil milik orang itu melanggar keadilan.Ensiklik-ensiklik para paus merupakan acuan bagi ajaran sosial Gereja, namun bukan satu-satunya. Contoh:

Ø  Ensiklik Rerum Novarum (Paus Leo XIII) dan Quadragessimo Anno (Paus Pius XI) antara lain berbicara tentang keadilan terhadap para buruh.

Ø  Ensiklik Pacem in Terris (Paus Yohanes XXIII) berbicara tentang perdamaian antara bangsa-bangsa dalam kebenaran, keadilan, dan kemerdekaan.

Ø  Ensiklik Populorum Progressio (Paus Paulus V) menyinggung kesenjangan antara Negara-negara kaya dan Negara-negara miskin di dunia ini.

g.      Pola Pendekatan menegakkan Keadilan

Tentu saja ada banyak pola atau cara untuk memperjuangkan keadilan, antara lain:

  1. Pendekatan karitatif saja kiranya tidak cukup, sebab pola ini meninabobokan kaum tertindas,
  2. Pola proyek tidak manusiawi, karena kaum tertindas hanya di jadikan objek penangan
  3. Pola yang agak baik adalah pola kooperatif, bersama-sama memperjuangkan keadilan.        Langkah-langkah yang harus diambil adalah
  • Pertama: Orang perlu mempelajari dengan baik maslah-maslah hak-hak dasar manusia, sehingga orang dapat menentukan mana yang perlu dilindungi dan man yang perlu ditegaskan.
  • Kedua: Keadilan hanya dapat diperjuangkan dengan memberdayakan mereka yang menjadikorban ketidakadilan
  • Ketiga: Cara bertindak yang tepat adalah dengan memberikan suatu kesaksiaan hidup melalui keterlibatan untuk mencapai suatu keadilan dalam diri kita sendiri dan lingkungan kita
  • Keempat: Usaha memperjuangkan keadilan tidak boleh menggunakan kekerasan tetapi dengan semangat cinta kasih.

Pendalaman: mengamati kasus Marsinah.

 

 


 

Yesus Kristus, Pejuang Keadilan, Kejujuran, Kebenaran dan Kedamaian

 Pengantar:

Hampir seluruh pemimpin negara dan tokoh agama menyampaikan ucapan dukacitanya. Semuanya mengungkapkan rasa hormat atas kebijaksanaan, keteladanan, kebapaan dari pemimpin umat Katolik sedunia itu. Salah satu tokoh itu adalah Syeikh Agung Al-Azhar Prof Dr. Mohamad Sayed Tantawi. Ia menyampaikan duka cita mendalam atas wafatnya Sri Paus Johanes Paulus II seraya mengenang bahwa pemimpin umat Katholik se-dunia itu telah mewariskan prinsip-prinsip dasar dialog antar-agama. Baginya, mendiang Sri Paus Paulus II telah meletakkan prinsip-prinsip dasar dialog antaragama yang merupakan warisan pemikiran berharga bagi perdamaian umat manusia. Pemimpin universitas Islam tertua di dunia ini telah beberapa kali melakukan pertemuan dengan Sri Paus untuk upaya dialog-antar Islam-Kristen itu. Syekh memuji Sri Paus sebagai tokoh dunia yang ikhlas dan tabah memperjuangkan perdamaian antar-umat beragama. Menurut Syeikh dunia membutuhkan keikhlasan dan kejujuran seorang pemimpin dalam memperjuangkan perdamaian dan kedamaian umat manusia.

Hidup dan karya Paus Yohanes Paulus II yang kini telah dinobatkan menjadi seorang Santo ini tentu tidak terlepas dari pribadi Yesus Kristus sendiri sebagai tokoh sentral iman kita. Gereja hadir dalam sejarah dunia pun untuk melanjutkan perutusan Yesus yakni: “mewartakan kabar baik bagi kaum miskin membebaskan yang tertawan dan menyembuhkan yang terluka” (bdk. Luk 4:19-19; Yes. 61:1-2). Artinya bahwa Gereja tidak hanya mengurus hal-hal rohani saja tetapi terlibat dalam seluruh pergulatan hidup manusia. Gereja ikut berusaha membangun kehidupan bersama yang jujur, adil dan benar. Iman Katolik tidak cukup hanya dengan berdoa tetapi mesti juga tampak dalam perjuangan mewujudkan kehidupan sosial (bdk. Mrk. 12:28-34).

Yesus Kristus mewartakan Kerajaan Allah yang memerdekakan. Kekuatan iman dalam tindakan cinta kasih serta keadilan dapat mengubah situasi menjadi semakin mendekati cita-cita damai sejahtera sebagaimana yang diwartakan oleh Yesus Kristus. Melalui kegiatan pembelajaran ini, para peserta didik dibimbing untuk semakin memahami, menghayati, dan meneladani Yesus Kristus sebagai pejuang sempurna dalam hal keadilan, kejujuran, kebenaran dan kedamaian melalui pewartaan-Nya tentang Kerajaan Allah. Kisah tentang Mama Gisela Borowka (mama putih) dalam pembelajaran ini, yang meninggalkan negerinya yang makmur untuk berkarya melayani para penderita kusta di Lewoleba-Lembata dengan penuh kasih dan persaudaraan, tidak lain karena mengikuti teladan hidup Yesus sendiri.

Beberapa nilai utama dalam Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus, diantaranya sebagai berikut:

a.       Uang/Harta dan Kerajaan Allah

Uang, harta, dan kekayaan pasti mempunyai nilai, maka kita harus berusaha untuk memilikinya. Namun, kita yang harus menguasai harta, bukan harta yang menguasai kita. Uang, harta, dan kekayaan tidak boleh dimutlakkan, sehingga menghalangi kita untuk mencapai nilai-nilai yang lebih luhur, yakni Kerajaan Allah. Jika kita hanya terobsesi dan bernafsu untuk mengutamakan kekayaan, maka kita sudah mendewakan harta. Nafsu (ambisi) untuk mengumpulkan uang atau kekayaan agaknya bertentangan dengan usaha mencari Kerajaan Allah. Betapa sulitnya orang kaya masuk dalam Kerajaan Allah, seperti halnya seekor unta masuk ke dalam lubang jarum (bdk. Mrk 10:25). Maksudnya, Yesus mendorong agar orang tidak terbelenggu uang/harta dan kekayaan. Yesus mendorong agar orang kaya memiliki semangat solidaritas terhadap orang miskin dan menderita dan suka membatu mereka dengan kekayaannya. Yang dituntut oleh Yesus bukan hanya sekedar derma, melainkan usaha nyata dari orang kaya untuk membebaskan orang dari kemiskinan dan penderitaan.  

b.      Kekuasaan dan Kerajaan Allah


Kekuasaan itu sangat bernilai. Namun, orang tidak boleh memutlakkannya sehingga usaha kita membangun Kerajaan Allah terhalang. Ada dua cara yang sangat berbeda dalam mengerti dan melaksanakan kekuasaan. Yang satu adalah penguasaan yang lain adalah pelayanan. Kekuasaan dalam Kerajaan Allah tidak mementingkan diri sendiri dan kelompoknya. Kebanyakan pemimpin Yahudi (imam-imam kepala, tua-tua, ahli kitab, dan orang Farisi) kebanyakan adalah penindas. Kekuasaan sering membuat mereka menguasai dan menindas orang lain (terlebih yang lemah) dengan memanipulasi hukum Taurat.Yesus tidak menentang hukum Taurat sebagai hukum. Tetapi, Yesus menentang cara orang menggunakan hukum dan sikap mereka terhadap hukum. Para ahli kitab dan orang-orang farisi telah menjadikan hukum sebagai beban, padahal seharusnya merupakan pelayanan (bdk. Mat 23: 4; Mrk 2: 27). Yesus juga menolak setiap hukum dan penafsiran yang digunakan untuk menindas orang. Menurut Yesus, hukum harus berciri pelayanan, belas kasih, dan cinta. Dalam Kerajaan Allah, kekuasaan, wewenang, dan hukum melulu fungsional.  

c.       Kehormatan/Gengsi dan Kerajaan Allah


Kehormatan atau gengsi adalah nilai yang sangat dipertahankan orang. Gengsi dan kedudukan sering dianggap lebih penting daripada segala sesuatu. Orang akan memilih bunuh diri atau berkelahi sampai mati daripada kehilangan gengsi atau harga dirinya. Kedudukan dan gengsi/harga diri sering didasarkan pada keturunan, kekayaan, kekuasaan, pendidikan, dan keutamaan. Akibat adanya gengsi dan kedudukan inilah masyarakat dapat terpecah-pecah di dalam kelompok-kelompok. Ada kelompok yang memiliki status sosial tinggi dan ada kelompok yang memiliki status sosial rendah. Sebenarnya, siapa saja yang begitu lekat pada gengsi dan harga diri tidak sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Allah yang dicanangkan oleh Yesus.   Yesus mengatakan: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga (Allah)? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan surga” (Mat 18: 1-4). Anak adalah perumpamaan mengenai “kerendahan” sebagai lawan dari kebesaran, status, gengsi, dan harga diri. Ini tidak berarti bahwa hanya orang-orang dalam kelas tertentu yang akan diterima dalam Kerajaan Allah. Setiap orang dapat masuk ke dalamnya jika ia mau berubah dan menjadi seperti anak kecil (Mat 18: 3), menjadikan dirinya kecil seperti anak-anak kecil (Mat 18: 4).   Kerajaan yang diwartakan dan dikehendaki oleh Yesus adalah suatu masyarakat yang tidak membeda-bedakan lebih rendah atau lebih tinggi. Setiap orang akan dicintai dan dihormati, bukan karena pendidikan, kekayaan, asal usul, kekuasaan, status, keutamaan, atau  eberhasilan keberhasilan lain, tetapi karena ia adalah pribadi yang diciptakan Allah sebagai citra-Nya.

d.      Solidaritas dan Kerajaan Allah.


Perbedaan pokok kerajaan dunia dan Kerajaan Allah bukan karena keduanya mempunyai bentuk solidaritas yang berbeda. Kerajaan dunia sering dilandaskan pada solidaritas kelompok yang eksklusif (suku, agama, ras, keluarga, dsb.) dan demi kepentingan sendiri. Sedangkan Kerajaan Allah dilandasi solidaritas yang mencakup semua umat manusia. “Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesama manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat 5: 43-44). Dalam kutipan ini, Yesus memperluas pengertian “saudara”. Saudara tidak hanya teman, tetapi juga mencakup musuh: “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu, berdoalah untuk orang yang mencaci kamu” (Luk 6: 27-28). “Dan jika kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka” (Luk 6: 32). 
Solidaritas kelompok (mengasihi orang yang mengasihi kamu) bukanlah solidaritas menurut Yesus. Solidaritas yang dikehendaki oleh Yesus adalah solidaritas terhadap semua orang tanpa memandang bulu, termasuk juga musuh.

 


Materi Agama Katolik

SANTO AMBROSIUS, USKUP DAN PUJANGGA GEREJA

Santo Ambrosius, Uskup dan Pujangga Gereja Tanggal Pesta: 7 Desember Ambrosius lahir pada tahun 334 di Trier, Jerman dari sebuah keluarga Kr...