Sebagai sesama citra Allah, setiap manusia adalah bersaudara. harus saling menghormati dan saling mengasihi. Sikap ini seperti yang digambarkan Yesus dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati. Dalam perumpamaan itu dikisahkan bagaimana orang Samaria yang baik hati itu telah memperlakukan orang Yahudi yang mendapat bencana di jalan seperti saudaranya sendiri, bahkan lebih dari itu.
Dalam
Kitab Kej 1: 26-27 dikisahkan demikian: Berfirmanlah Allah: “Baiklah kita
menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita supaya mereka berkuasa atas
ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh
bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia, laki-laki dan perempuan
diciptakan-Nya mereka”. Dalam
kutipan Kej 1: 26-27 ini jelas
dinyatakan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, tentang makhluk-makhluk yang lain tidak dikatakan seperti itu.
KGK
357 : Karena ia diciptakan
menurut citra Allah, manusia
memiliki martabat sebagai pribadi: ia bukan hanya sesuatu, melainkan
seorang. Ia mampu mengenal diri sendiri, menjadi tuan atas dirinya, mengabdikan
diri dalam kebebasan dan hidup dalam kebersamaan dengan orang lain, dan karena
rahmat ia sudah dipanggil ke dalam perjanjian dengan Penciptanya, untuk memberi
kepada-Nya jawaban iman dan cinta, yang tidak dapat diberikan suatu makhluk
lain sebagai penggantinya.
KGK
358: “Tuhan menciptakan segala sesuatu
untuk manusia (Bdk. GS 12,1;24,2; 39,1), tetapi manusia itu sendiri diciptakan
untuk melayani Allah, untuk mencintai-Nya dan untuk mempersembahkan seluruh
ciptaan kepada- Nya: “Makhluk manakah yang diciptakan dengan martabat yang
demikian itu? Itulah manusia, sosok yang agung, yang hidup dan patut dikagumi,
yang dalam mata Allah lebih bernilai daripada segala makhluk. Itulah manusia; untuk dialah langit dan bumi
dan lautan dan seluruh ciptaan. Allah sebegitu prihatin dengan
keselamatannya, sehingga Ia tidak
menyayangi Putera-Nya yang tunggal untuk dia. Allah malahan tidak
ragu-ragu, melakukan segala sesuatu, supaya menaikkan manusia kepada diri-Nya
dan memperkenankan ia duduk di sebelah kanan-Nya” (Yohanes Krisostomus, Serm.
in Gen. 2,1).
KGK
360: Umat manusia merupakan
satu kesatuan karena asal
yang sama. Karena Allah “menjadikan dari satu orang saja semua bangsa
dan umat manusia” (Kis 17:26) Bdk. Tob8:6. Pandangan yang menakjubkan, yang
memperlihatkan kepada kita umat manusia dalam kesatuan asal yang sama dalam
Allah dalam kesatuan kodrat, bagi semua disusun sama dari badan jasmani dan jiwa
rohani yang tidak dapat mati dalam kesatuan tujuan yang langsung dan tugasnya
di dunia; dalam kesatuan pemukiman di
bumi, dan menurut hukum kodrat semua manusia berhak menggunakan hasil-hasilnya,
supaya dengan demikian bertahan dalam kehidupan dan berkembang; dalam kesatuan
tujuan adikodrati: Allah sendiri, dan
semua orang berkewajiban untuk mengusahakannya: dalam kesatuan daya upaya,
untuk mencapai tujuan ini;… dalam kesatuan tebusan, yang telah dilaksanakan Kristus
untuk semua orang” (Pius XII Ens. “Summi Pontificatus”) Bdk. NA 1. KGK 361
“Hukum solidaritas dan cinta ini” (ibid.) menegaskan bagi kita, bahwa kendati
keaneka-ragaman pribadi, kebudayaan dan bangsa, semua manusia adalah
benar-benar saudara dan saudari.
- Kaum beriman maupun tak beriman hampir sependapat bahwa segala sesuatu di dunia ini harus diarahkan kepada manusia sebagai pusat dan puncaknya.
- Apakah manusia itu? Di masa silam dan sekarang pun ia mengemukakan banyak pandangan tentang dirinya, pendapat-pendapat yang beraneka pun juga bertentangan: seringkali ia menyanjung-nyanjung dirinya sebagai tolok ukur yang mutlak, atau merendahkan diri hingga putus asa, maka ia serba bimbang dan gelisah.
- Adapun Kitab Suci mengajarkan bahwa manusia diciptakan “menurut gambar Allah”; ia mampu mengenal dan mengasihi Penciptanya. Oleh Allah manusia ditetapkan sebagai tuan atas semua makhluk di dunia ini, untuk menguasainya dan menggunakannya sambil meluhurkan Allah. “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau menjadikannya berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kau letakkan di bawah kakinya” (Mzm 8:5-7). Dan Tuhan menciptakan manusia tidak seorang diri, Ia memberikan penolong yang sepadan dengan dia. Dan Tuhan melihat semua itu sungguh amat baik.
- Keluhuran martabat manusia ini perlu dihargai oleh diri manusia sendiri. Penghargaan ini bukan hanya oleh orang lain terhadap diri kita tetapi juga oleh diri kita sendiri. Di dalam kehidupan sehari-hari, ketika seseorang menerima kita apa adanya, kita merasa bahagia. Kita bahagia sebab kita semua memang ingin diterima dan dihargai. Kita akan menjadi kecewa apabila ada orang yang merendahkan diri kita dan menganggap kita seolah-olah tak berharga atau bahkan tak ada. Sikap menerima diri sendiri dan orang lain sebagaimana adanya merupakan sikap menghormati martabat luhur manusia. Namun demikian, kenyataannya masih ada orang yang kurang peduli terhadap nilai luhur hidup manusia, dengan melakukan suatu tindakan yang menunjukkan perendahan terhadap martabat hidup manusia.
Pandangan Masyarakat tentang Keluhuran Martabat Manusia
- Dari pengalaman hidup sehari-hari, kita dapat mengetahui berbagai bentuk ukuran pandangan masyarakat tentang keluhuran martabat manusia. Ada kecenderungan dalam masyarakat untuk menilai keluhuran martabat seseorang dari hal-hal sebagai berikut:a) Ada sebagian masyarakat menilai seseorang dari kekayaan atau harta yang dimilikinya. Orang yang memiliki kekayaan yang berlimpah dan banyak memberi bantuan kepada masyarakat, pada umumnya mereka akan dihormati atau dihargai. Sedangkan mereka yang miskin, yang hidupnya kekurangan dipandang sebelah mata, keberadaannya kurang dihargai bahkan kehadirannya dianggap mengganggu kenyamanan masyarakat.b) Ada sebagian masyarakat yang menghargai seseorang dari kedudukan atau jabatan yang dimilikinya. Semakin tinggi kedudukan atau jabatan yang dimiliki seseorang akan semakin terpandang keberadaannya di tengah masyarakat. Perhatikan saja ketika seorang pejabat tinggi berkunjung ke suatu daerah, banyak orang yang berebut hanya sekedar untuk berjabat tangan. Masyarakat akan menghormati mereka yang memiliki kedudukan seperti camat, lurah, atau misalnya dalam suatu perusahaan seorang direktur akan diberi penghormatan yang lebih dibandingkan dengan petugas kebersihan. Mereka akan menghargai seseorang bukan karena dia sebagai pribadi manusia tetapi berdasarkan apa dan siapa orang tersebut.c) Sebagian lagi berpandangan, nilai seseorang ditentukan oleh penampilannya. Maka tidak mengherankan kalau sebagian orang berusaha untuk mempercantik penampilannya dengan berbagai macam cara, seperti dengan operasi plastik atau suntik silicon agar penampilannya semakin menarik dan keberadaannya semakin mendapat pengakuan masyarakat. Bagi mereka penampilan fisik menjadi status simbol keberadaan mereka. Mobil mewah, baju yang mahal, dan segala aksesoris yang menempel di badan dianggap sebagai bagian yang harus diperjuangkan untuk menunjang penampilan mereka sehingga mereka merasa lebih dari pada orang lain dan masyarakat pun akan lebih menghargai orang-orang yang memiliki penampilan seperti itu. Mereka yang berpenampilan sederhana akan dianggap biasa-biasa saja, kurang mendapat penghargaan yang semestinya, padahal belum tentu mereka yang berpenampilan sederhana dan apa adanya lebih rendah. Perhatikan para koruptor yang berpenampilan serba mewah ternyata mereka adalah para perampok uang rakyat dan negara. Apakah mereka masih pantas disebut tokoh yang menjunjung tinggi martabat manusia?
- Selain hal tersebut kalau kita perhatikan dalam hidup sehari-hari, masih banyak contoh perilaku yang merendahkan martabat manusia, misalnya:a. Bertindak semena-mena terhadap teman di sekolah karena tidak menuruti keinginan kita.b. Merasa diri paling hebat, dan menganggap orang lain lebih rendah.c. Memperlakukan pembantu di rumah seperti budak, tenaganya diperas dan diberi upah yang tidak wajar, kalau salah dibentak-bentak bahkan tidak jarang mereka dilukai secara fisik
Contoh yang lainnya seperti penculikan, penjualan manusia, pemerkosaan, dan sebagainya. Sikap-sikap dan tindakan-tindakan tersebut sama sekali tidak menghargai hidup manusia. Manusia tidak diperlakukan sebagai manusia, melainkan menjadi alat untuk kepentingan lain. ”Puncak” perendahan nilai luhur hidup manusia terjadi melalui praktik pembunuhan, aborsi, bunuh diri atau juga euthanasia. Tindakan-tindakan ini bahkan bukan hanya tidak menghargai nilai luhur hidup manusia, melainkan merampasnya.
Pandangan Kristiani tentang Keluhuran Martabat Manusia
- Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang memiliki martabat yang paling luhur dibandingkan ciptaan lainnya. Kepada manusia, Allah memberikan akal budi, hati nurani dan kehendak bebas, serta kemampuan untuk mengenal Sang Pencipta. Sejak semula Allah menciptakan manusia baik adanya (Kejadian 1: 26-27). Setiap manusia sungguh berharga di hadapan Allah. Hanya manusialah yang memiliki martabat seperti ini.
- Oleh karena itu, setiap orang harus memperlakukan orang lain sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia (memanusiakan manusia). Tidak ada orang yang akan merasa senang jika martabatnya direndahkan. Pada dasarnya, setiap orang ingin diakui keberadaannya sebagai sesama manusia.
- Nilai dasar manusia terletak pada martabatnya sebagai manusia. Menjadi jelas bagi kita bahwa iman Kristiani mengakui keluhuran martabat manusia. Manusia adalah citra Allah yang mempunyai kedudukan paling luhur di antara segala ciptaan Tuhan lainnya.
- Keluhuran martabat manusia sebagai citra Allah terutama karena manusia dikasihi Allah secara khusus, bahkan “hampir sama seperti Allah”. Maka setiap orang yang meluhurkan martabat dirinya dan sesamanya, sama artinya dengan meluhurkan Allah sendiri sebagai Penciptanya.
- Selama hidup-Nya, Yesus selalu menjunjung tinggi dan memperjuangkan keluhuran martabat manusia. Beberapa contoh tindakan Yesus yang memperlihatkan usahanya dalam memperjuangkan keluhuran martabat manusia adalah sebagai berikut:1. Yesus memilih para rasul-Nya dari kalangan orang-orang pinggiran. Mereka para nelayan dan orang-orang berdosa (seperti pemungut cukai).2. Yesus menghargai persembahan dari seorang janda miskin. Dalam masyarakat Yahudi, keberadaan seorang janda tidak dihargai dan cenderung dianggap rendah martabatnya. Tetapi Yesus justru menghargai dan memuji persembahan janda miskin yang memberikan dari kekurangannya.3. Yesus dekat dan mau bergaul dengan orang-orang yang dianggap berdosa, seperti Zakeus (Luk 19:1-10), Maria Magdalena dan sebagainya. Bagi masyarakat Yahudi, para pendosa harus dikucilkan. Mereka dianggap tidak layak hidup berada di tengah masyarakat.4. Yesus membiarkan anak-anak datang kepada-Nya. Ketika para murid mencaci maki para orang tua yang membawa anak-anak untuk mohon berkat kepada Yesus, sikap Yesus justru sebaliknya, Ia mengundang anak-anak itu datang mendekat.
- Sebagai murid-murid Yesus, dalam hidup sehari-hari kita hendaknya belajar dari Yesus yang selalu berpihak kepada kaum lemah dan miskin. Dalam kisah penyembuhan Bartimeus, Yesus mau mengajarkan kepada kita tentang sikap terhadap sesama yang berbeda status sosialnya. Seorang seperti Bartimeus (Markus 10:46-52) adalah sesama yang patut dihargai dan diperhatikan. Yesus mau menyembuhkan Bartimeus sebagai wujud kepedulian-Nya terhadap sesamanya tanpa memandang perbedaan. Kita dapat belajar dari Yesus bahwa ada banyak “Bartimeus-Bartimeus” lain yang ada di sekitar kita. Mereka adalah kaum lemah, sederhana, tersingkir, miskin, dan sebagainya, yang membutuhkan perhatian atau bantuan dari kita.
- Demikian juga dalam hidup sehari-hari kita harus mau menerima orang lain apa adanya. Seperti Yesus, Ia mau menerima Zakheus apa adanya dan menghargai dia. Sekalipun oleh masyarakat Zakheus dipandang rendah dan berdosa karena pekerjaannya sebagai pemungut cukai, namun Yesus tetap memperlakukan Zakheus secara manusiawi. Martabat Zakheus tidak direndahkan, tetapi dihargai.
ARTI CITRA ALLAH /GAMBAR ALLAH= sifat-sifat Allah ada di dalam diri kita.
Thomas
Hobbes: homo homini lupus, manusia adalah serigala bagi manusia lain. Bertentangan
dengan kodratnya sebagai HOMO SOCIUS =
makhluk sosial
Sebab
Terjadinya Sikap Diskriminasi dan Fanatisme
Diskriminatif
: Sikap membeda-bedakan berdasarkan suku, agama, budaya
Fanatisme:
Fanatik: sikap mengagung-agung agama, suku, budaya sendiri dan merendahkan
agama, suku dan budaya lain. Penyebab terjadinya sikap diskriminasi dan
fanatisme ini adalah:
- Kebodohan, kekuarangpahaman, kepicikan
- Perasaan Terancam
Jalan
Keluar untuk menjauhi sikap diskriminatif dan fanatisme
- Bersikap dan berprilaku moderat
- Berpola pikir Pluralis
- Tidak mudah menghakimi
- Membuka pilihan yang kompromistis tanpa mengorbankan prinsip
- Keteladanan orangtua
Dasar
Alkitab
- Kesetaraan Martabat
- Pluralitas atau kemajemukan adalah suatu kenyataan
- Adanya perbedaan dapat membantu orang untuk mawas diri
- Hukum cinta kasih sebagai dasar utama sikap toleran kepada sesama
Sikap-sikap
yang harus dibangun dalam berelasi dengan sesama
- Sikap rendah hati
- Positif Thingking:
- Mendengarkan
- Empati
- Identifikasi
- Memperhatikan
- Kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar