Perbedaan antara pria dan wanita dari segi psikologis:
- Perbedaan cara berpikir
Cara berpikir wanita lebih
intuitif dan konkret, sedangkan cara berpikir pria lebih objektif; teoritis,
dan abstrak. Jalan pikiran wanita agak lebih “dari dalam”, agak dipengaruhi
oleh unsur-unsur subjektif. Wanita berpikir lbih intuitif, dan menghubungkan
kejadian-kejadian dengan dirinya sendiri. Ia sulit mengambil jarak dengan apa
yang dipikirkan.
Wanita lebih berpikir hal-hal
yang kecil (partial) dan bersifat sehari-hari, sedangkan pria lebih suka
berpikir hal-hal yang global dan jangkauannya jauh.Wanita cenderung berpikir
soal yang kecil-kecil dan keseharian, seperti pot bunga, pacar, alat-alat
make-up, dan sebagainya. Kalau berpiknik, ia akan berpikir segala soal tetek
bengek seperti sambal, tikar, air minum dan sebagainya yang mungkin luput dari
perhatian seorang pria.
Pikiran wanita lebih keluar
dirinya, sedangkan pria lebih ke dalam dirinya. Pikiran wanta lebih terarah
kepada hal-hal yang diluar dirinya. Ia lebih bersifat ultroistis. Ia mengiangat
orangtuanya, adik-adiknya,pacarnya dengan segenap hati, dan ingin agar mereka
itu bahagia. Sedangkan pikiran pria lebih terarah kepada dirinya sendiri. Lebih
bersifat ego-sentris. Jika ia mengingat pacar, mungkin saja demi kepuasannya.
- Perbedaan Perasaan
Perasaan wanita lebih mudah
bergetar, sedangkan perasaan pria agak terkendali. Karena daya pikirnya lebih
intuitif,perasaan wanita gampang bergetar.Jika berhadapan dengan suatu
masalah,perasaan wanita mudah menjalar dari satu soal ke soal lain. Ia dapat
melupakan inti persoalan dan tenggelam dalam detil perasaan keterharuan yang
berlarut-larut. Wanita yang sudah tersentuh atau terluka hatinya tidak mudah
melupakannya.
Pria lebih dapat mengendalikan
perasaannya karena gaya pikirnya yang lebih objektif. Pria dapat
mebendungperasaannya sehingga tidak terlalu mendalam dan merembeske berbagai
masalah. Pria mudah marah, tetapi sebentar menjadi tenang kembali.Pria mudah
jatuh cinta sekali pandang, tetapi juga mudah melupakannya. Oleh sebab itu,pria
lebih gampang mengungkapkan perasaannya, sedangkan wanita cenderung
memendamkannya.
- . Perbedaan Alun dan Selera seks
Pria lebih mudah terangsang pada
hal-hallahiriah, sedangkan wanita terangsang pada hal-hal yang batiniah.
Seorang pria tertarik pada wanita lebih pada pesona fisik (lahiriah). Pria akan
terangsang misalnya, jika melihat paha atau buah dada seorang gadis. Sedangkan
wanita akan lebih terangsang pada hal-hal yang lebih batiniah. Wanita akan
terangsang jika dirayu dan dicumbu; jika dia merasa dicintai dan diingini.
Ransangan pada pria dapat sangat
cepat bangkit, tetapi juga cepat menghilang. Pada wanita, rangsangan akan
bangkit secara pelan-pelan dan menghilang pelan-pelan juga.
Rangsangan seksual pada wanita
terdapat hampir pada seluruh tubuhnya, walaupun ada tempat-tempat tertentu yang
lebih peka untuk terangsang, seperti buah dada, organ kelamin, leher dan
sebagainya. Sedangk Perbedaan sikap dan Tindakan
Umumnya,pria itu lebih bersifat
agresif, bebruat, dan membangun. Pria membuat rumah,membuka lading
baru,”membuat” anak dan sebagainya. Oleh karena itu,pria sangat mementingkan
tugas, karier, dan tempat kerja.Pria meluangkan banyak waktu di tempat-tempat ia dapat kerja. Pria terikat pada kantornya,
ladangnya, dan sebagainya.
Umumnya, wanita lebih pasif, menerima, dan memelihara. Wanita merawat rumah,menyiram tanaman,mengandung,melahirkan, dan mengasuh anak.Jika harus memilih karier diluar rumah atau anak-anak, wanita lebih suka memilih anak-anak. Oleh sebab itu, wanita sangat terika dengan tempat di mana ia dapat memelihara,kebunnya atau rumahnya. Dan pada pria, tempat rangsangan praktis dilokalisasi pada organ kelamin.
Arti setara: Sederajat, seimbang dan sebanding atau sepadan.
Laki-laki dan perempuan setara artinya laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sederajat, sama, sepadan dengan perempuan.
Diantara laki-laki dan perempuan
tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah
melainkan satu sama lain memiliki kedudukan yang sama, oleh karena itu
laki-laki dan perempuan harus saling melengkapi, mengembangkan dan
menyempurnakan.
PANDANGAN , KEBIASAAN , SIKAP MASYARAKAT TENTANG KEDUDUKAN PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI.
- laki-laki lebih berharga dibandingkan dengan perempuan
- laki-laki sering dianggap andalan masa depan karena ia akan menjadi tulang punggung keluarg
- Laki-laki lebih berkuasa ( Superioritas ) dan perempuan lebih rendah ( Inferioritas )
- Laki-laki memiliki hak-hak yang lebih besar
- Budaya yang memandang kedudukan kaum laki-laki lebih penting daripada kedudukan kaum perempuan ( Budaya Patriarki )
PERLAKUAN YANG MERENDAHKAN
PEREMPUAN
- Perempuan di pandang sebagai pribadi yang lemah sehingga tidak memperoleh kesempatan untuk berkembang.
- Perempuan dipandang tidak mampu memimpin sehingga sering diperlakukan tidak adil ( sebagai pembantu, sebagai budak,sebagai ibu rumah tangga )
- Pelecehan terhadap kaum perempuan
- Perempuan dinomorduakan dalam aspek-aspek kehidupan
- Pemberian upah yang rendah
DAMPAK NEGATIF PANDANGAN YANG KELIRU TENTANG KEDUDUKAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
- Kesenjangan hak-hak antara laki-laki dan perempuan.
- Terjadi tindakan yang saling merendahkan/ melecehkan.
- Terjadi tindak kekerasa yang merugikan banyak pihak
- Merendahkan nilai-nilai kemanusiaan
- Martabat kemanusiaan direndahkan
- Tidak tercipta kemajuan yang berkesimbangan
- Tidak mencapai kesejahteraan hidup bersama
- Penderitaan, kemiskinan.
- Bertentangan dengan kehendak Allah, banyak dosa
- HAM diabaikan
DAMPAK POSITIF PANDANGAN YANG KELIRU TENTANG KEDUDUKAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
- Berjuang bersama untuk mewujudkan kesederajatan
- Menumbuhkan sikap saling menghargai dan memberikan hak-hak secara seimbang.
- Menumbuhkan kesadaran bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sederajat.
USAHA UNTUK MENGEMBANGKAN KESEDERAJATAN PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI.
- Meluruskan pandangan yang salah tentang laki-laki dan perempuan.
- Menghapus budaya patriarki
- Mengikis sikap superioritas dan inferioritas.
- Memberi hak-hak yang sama dalam berbagai aspek kehidupan.
KESEDERAJATAN LAKI-LAKI DAN
PEREMPUAN BERDASARAKAN AJARAN GEREJA DAN PANDANGAN KITAB SUCI DAN KGK ARTIKEL
369
Pria dan wanita diciptakan, artinya, dikehendaki Allah dalam persamaan yang sempurna di satu pihak sebagai pribadi manusia dan di lain pihak dalam kepriaan dan kewanitaannya. “Kepriaan” dan “kewanitaan” adalah sesuatu yang baik dan dikehendaki Allah: keduanya, pria dan wanita, memiliki martabat yang tidak dapat hilang, yang diberi kepada mereka langsung oleh Allah, Penciptanya. Keduanya, pria dan wanita, bermartabat sama “menurut citra Allah”.
Dalam kepriaan dan kewanitaannya
mereka mencerminkan kebijaksanaan dan kebaikan Pencipta.
Katekismus Gereja Katolik Artikel 371
- Allah menciptakan pria dan wanita secara bersama dan menghendaki yang satu untuk yang lain.
- Sabda Allah menegaskan itu bagi kita melalui berbagai tempat dalam Kitab Suci: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia” (Kej. 2:18).
- Dari antara binatang-binatang manusia tidak menemukan satu pun yang sepadan dengan dia (Kej. 2:19-20).
- Wanita yang Allah “bentuk” dari rusuk pria, dibawa kepada manusia. Lalu berkatalah manusia yang begitu bahagia karena persekutuan dengannya,“Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” (Kej. 2:23).
Katekismus Gereja Katolik Artikel 372
- Pria dan wanita diciptakan “satu untuk yang lain”, bukan seakan-akan Allah membuat mereka sebagai manusia setengah-setengah dan tidak lengkap, melainkan Ia menciptakan mereka untuk satu persekutuan pribadi, sehingga kedua orang itu dapat menjadi “penolong” satu untuk yang lain, karena di satu pihak mereka itu sama sebagai pribadi (“tulang dari tulangku”), sedangkan di lain pihak mereka saling melengkapi dalam kepriaan dan kewanitaannya.
- Dalam perkawinan Allah mempersatukan mereka sedemikian erat, sehingga mereka “menjadi satu daging” (Kej. 2:24) dan dapat meneruskan kehidupan manusia: “Beranak-cuculah dan bertambah banyaklah; penuhilah bumi” (Kej. 1:28).
- Dengan meneruskan kehidupan kepada anak-anaknya, pria dan wanita sebagai suami isteri dan orang-tua bekerja sama dengan karya Pencipta atas cara yang sangat khusus
- Yesus hidup dalam masyarakat Yahudi tatkala kaum perempuan menjadi warga masyarakat kelas dua dalam tatanan masyarakat.
- Pada masa itu, kaum perempuan Yahudi banyak mendapat perlakuan tidak adil.
- Beberapa kasus dalam Kitab Suci memperlihatkan hal itu. Antara lain: Perempuan yang kedapatan berbuat dosa, dihakimi secara sepihak oleh orang banyak tanpa melihat bahwa kaum laki-laki juga berdosa (lih. Yoh. 8: 2-11).
- Peraturan-peraturan yang diberlakukan dalam pertemuan-pertemuan jemaat menunjukkan betapa kaum perempuan terpinggirkan, kurang diberi tempat (lih. 1Kor. 14: 26-40; 1Tim. 2:11-14).
CATATAN:
- Dalam kebudayaan tertentu di masyarakat kita masih banyak ditemukan pandangan yang menganggap laki-laki lebih berharga dibandingkan dengan perempuan. Anak laki-laki sering dianggap andalan masa depan karena ia akan menjadi tulang punggung keluarga. Hal itu disebabkan karena laki-laki dianggap pribadi yang kuat dan dapat menguasai banyak hal. Laki-laki adalah kebanggaan keluarga. Sebaliknya, anak perempuan dipandang sebagai pribadi yang lemah dan kurang mampu menjadi pemimpin dalam keluarga. Maka sering kita jumpai ada orang tua yang merasa kecewa ketika mengetahui bahwa anak yang lahir ternyata adalah anak perempuan. Dalam banyak hal, anak laki-laki sering lebih banyak mendapat kesempatan untuk mendapat pendidikan yang tinggi, dan perempuan kurang memperoleh kesempatan yang sama. Inilah yang disebut budaya patriarki, yakni budaya yang memandang kedudukan kaum laki-laki lebih penting daripada kedudukan kaum perempuan
- Kesetaraan gender adalah suatu kondisi dimana semua manusia (baik laki-laki maupun perempuan) bebas mengembangkan kemampuan personal mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh stereotype, peran gender yang kaku. Hal ini bukan berarti bahwa perempuan dan laki-laki harus selalu sama, tetapi hak, tanggung jawab dan kesempatannya tidak dipengaruhi oleh apakah mereka dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan.
- Kesetaraan gender memberikan penghargaan dan kesempatan yang sama pada perempuan dan laki-laki dalam menentukan keinginannya dan menggunakan kemampuannya secara maksimal di berbagai bidang.
- PBB bahkan menekankan kesetaraan gender bagi semua adalah hak fundamental yang dimiliki oleh setiap manusia. Pernyataan itu mengakar dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia ayat pertama yang jelas menyatakan bahwa, “Setiap manusia dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama.” Gerakan perempuan hadir dalam setiap lintasan sejarah, mendukung aspek-aspek kesetaraan gender yang merentang dari persoalan kekerasan, perbedaan upah, hingga stereotype
- Upaya untuk mewujudkan kesetaraan dalam masyarakat yang dapat kita lakukan adalah:
- Mengakhiri diskriminasi terhadap semua wanita dan anak perempuan.
- Meningkatkan pemberdayaan perempuan dalam berbagai kegiatan.
- Menghilangkan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak baik di ranah publik maupun pribadi. Hal ini termasuk perdagangan manusia dan eksploitasi seksual pada perempuan dan anak.
- Meningkatkan pelayanan umum dan kebijakan publik yang lebih pro terhadap perempuan.
- Pria dan wanita diciptakan Tuhan untuk saling melengkapi, untuk menjadi teman hidup. Pria saja tidaklah lengkap. Allah sendiri berkata: “Tidaklah baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan seorang penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kejadian 2:18). Untuk menyatakan bahwa wanita sungguh-sungguh merupakan kesatuan dengan pria, maka Tuhan menciptakan wanita itu bukan dari bahan lain, tetapi dari tulang rusuk pria itu. Maka, pria itu kemudian berkata tentang wanita itu demikian: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” (Kejadian 2:23). Dari kutipan Kitab Suci ini jelaslah bahwa hubungan pria dan wanita adalah hubungan yang suci dan sepadan.
- Dalam Katekismus Gereja Katolik Artikel 371-373 disebutkan bahwa pria dan wanita diciptakan “satu untuk yang lain”, bukan seakan-akan Allah membuat mereka sebagai manusia setengah-setengah dan tidak lengkap, melainkan Ia menciptakan mereka untuk satu persekutuan pribadi, sehingga kedua orang itu dapat menjadi “penolong” satu untuk yang lain, karena di satu pihak mereka itu sama sebagai pribadi (“tulang dari tulangku”), sedangkan di lain pihak mereka saling melengkapi dalam kepriaan dan kewanitaannya. Dalam perkawinan Allah mempersatukan mereka sedemikian erat, sehingga mereka “menjadi satu daging” (Kej. 2:24) dan dapat meneruskan kehidupan manusia: “Beranak-cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi” (Kej. 1:28). Dengan meneruskan kehidupan kepada anak-anaknya, pria dan wanita sebagai suami isteri dan orang-tua bekerja sama dengan karya Pencipta atas cara yang sangat khusus.
- Panggilan Tuhan atas laki-laki atau perempuan adalah: masing-masing berkembang dan memperkembangkan diri menjadi laki-laki sejati dan perempuan sejati.
- Penolong itu adalah yang “sepadan” dengan dia, artinya yang memiliki kedudukan yang sama dan itu adalah “Manusia Yang Lain”. Dengan adanya manusia yang lain memungkinkan manusia membangun relasi satu sama lain.