|
BAB I PANGGILAN HIDUP UMAT ALLAH
|
Kompetensi Inti
1.
Menghargai dan menghayati
ajaran agama yang dianutnya.
2.
Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan
(faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Kompetensi
Dasar
1.1. Menghayati panggilan
hidupnya sebagai umat Allah (Gereja) dengan menentukan langkah yang tepat
dalam menjawab panggilan hidup tersebut
2.1. Berperilaku tannggungjawab pada
panggilan hidupnya sebagai umat Allah (Gereja) dengan menentukan langkah
yang tepat dalam menjawab panggilan
hidup tersebut
3.1. Memahami panggilan
hidupnya sebagai umat Allah (Gereja) dengan menentukan langkah yang tepat
dalam menjawab panggilan hidup tersebut
4.1. Melaksanakan panggilan
hidupnya sebagai umat Allah (Gereja) dengan menentukan langkah yang tepat
dalam menjawab panggilan hidup tersebut
Indikator
1. Menjelaskan
makna hidup manusia menurut pengalaman
hidup manusiawi (dari sebuah kisah kesaksian “bangkit dari keterpurukan”).
2. Menjelaskan
makna hidup manusia menurut ajaran Kitab Suci (Mateus 5:1 – 12)
3.
Menuliskan refleksi tentang hidup manusia yang bermakna
Materi Ajar
1.
Makna Hidup manusia
Melihat Pandangan
masyarakat tentang hidup manusia
Simaklah
sebuah cerita kesaksian berikut ini.
Bangkit
dari keterpurukan..
“Pada tahun 2000, bulan Juli, suami
saya, ayah dari anak-anak meninggalkan kami untuk selama-lamanya kembali ke
haribaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Betapa kiamatnya hidup saya menyaksikan
anak-anak yang masih kecil-kecil yang benar-benar membutuhkan kehadiran kedua
orang tua mereka. Sampai kira-kira satu tahun, saya dalam keadaan seperti orang
yang tidak waras, tidak mempedulikan diri sendiri, serta benar-benar merasakan
panjangnya malam.
Pada
suatu hari, kira-kira jam 09.00 pagi, saya bersiap-siap akan menjemput anak
kedua saya, yang bersekolah di Taman Kanak-Kanak. Waktu saya membuka almari
untuk berganti pakaian, terlihat sekilas piyama (baju tidur), yakni piyama
almarhum suami yang sangat disayanginya dan dalam piyama itulah saya melepaskan
arwahnya. Hati saya luluh, piyama itu saya dekap erat-erat untuk melepaskan
rindu dan haru, sambil saya basahi dengan air mata.
Saya
baru sadar, waktu mendengar suara anak sulung saya yang baru pulang dari
sekolah menanyakan adiknya, “Ma, mana ad`ik? Ini saya bawa permen untuknya.”
Saya kaget mendengar si sulung menanyakan adiknya. Ternyata saya bersimpuh
mendekap piyama itu sudah hampir tiga jam. Saya cepat-cepat meninggalkan rumah
dan menjemput adiknya yang sekolah di TK. Waktu saya tiba di sekolah, ternyata
sudah sepih dan anak saya pun tidak ada di sana. Dua hari saya dilanda beban
perasaan serba bingung entah ke mana harus saya cari. Tiba-tiba ada orang yang
menghantarkan anak saya ke rumah. Rupanya waktu itu anak saya pulang sendiri
dan tersesat serta ada orang berbaik hati membawa ke rumah saya.
Sejak peristiwa
itu, saya berjanji pada diri sendiri akan mencurahkan kasih sayang dan
perhatian saya kepada ketiga anak saya. Untuk itu keadaan di rumah saya ubah.
Bahkan tidurpun saya pindah ke kamar belakang bersama anak-anak. Melalui
perantaraan Bunda Maria, aku berdoa setiap hari memohon kekuatan serta berkat
dari Yesus Puteranya agar
dapat melanjutkan perjuangan dalam hidup
ini sebagai singel parent (orang tua tunggal) guna membesarkan dan mendidik
anak-anak untuk menyongsong masa
depannya. (MM)
Sumber cerita : Buletin Motivasi,
Vol.1 no.5 Thn. 2014 dengan sedikit perubahan.
a.
Pendalaman/Diskusi
§ Cobalah kamu merumuskan pertanyaan-pertanyaan dengan memerhatikan konteks
cerita serta topik pembelajaran ini kemudian
berdiskusilah bersama teman-temanmu tentang hidup yang bermakna.
§ Temukan kisah-kisah pengalaman kehidupan lainnya yang kamu temukan dalam
masyarakat yang menjelaskan bagaimana orang-orang memaknai hidupnya di dunia
ini?
2.
Makna Hidup Manusia menurut Ajaran Kitab
Suci
a. Makna Hidup Manusia menurut Ajaran
Kitab Suci
1) Menelusuri Ajaran Kitab Suci
§ Setelah memahami
makna hidup manusia melalui cerita cerita kehidupan, sekarang
cobalah dalam kelompok menelusuri ajaran Kitab Suci Perjanjian Lama (PL) dan
Perjanjian Baru (PB) yang mengajarkan bahwa hidup manusia sangatlah
berharga.
2)
Menyimak teks Kitab Suci
§ Setelah
kamu menemukan ayat-ayat Kitab Suci yang dimaksudkan, sekarang cobalah menyimak
teks Kitab Suci berikut ini.
Delapaan Sabda Bahagia Yesus
Mateus 5:1 – 12
“Ketika Yesus melihat orang banyak
itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya
kepada-Nya.2 Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya. 3
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang
empunya Kerajaan Sorga.4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka
akan dihibur.5 Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan
memiliki bumi.6 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena
mereka akan dipuaskan.7 Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka
akan beroleh kemurahan.8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka
akan melihat Allah.9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan
disebut anak-anak Allah.10 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab
kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.11 Berbahagialah kamu,
jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang
jahat.12 Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab
demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu”.
3) Pendalaman/Diskusi
§ Setelah menyimak
teks Kitab Suci Mateus
5:1-12, cobalah kamu merumuskan pertanyaan-pertanyaan untuk berdiskusi tentang
hidup manusia yang bermakna menurut
teks ayat-ayat Kitab
Suci tersebut.
3.
Menghayati Hidup sebagai anugerah Tuhan
yang sangat berharga bagi diriku
Untuk menghayati hidup sebagai anugerah Tuhan yang sangat berharga bagi
setiap insan manusia, maka sekarang buatlah refleksi pribadi dan rencanakan
suatu aksi.
a.
Refleksi
§ Tulislah
sebuah refleksi tentang makna hidupmu sebagai sesuatu yang
berharga dari Tuhan. Apa saja yang
perlu kamu lakukan sebagai pelajar untuk mengisi hidupmu secara berkualitas.
b.
Aksi
§ Tulislah
sebuah rencana aksi untuk menghargai
hidupmu sendiri dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang bermutu, seperti rajin
belajar, disiplin terhadap peraturan di sekolah dan di rumah serta di
masyarakat.
§ Hasil refleksimu dapat dipajangkan
di Mading kelas.
B.
PANGGILAN HIDUP BERKELUARGA
1. Kompetensi
Inti
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2:
Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3:
Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI
4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
2.
Kompetensi
Dasar:
1.2. Menghayati panggilan
hidupnya sebagai umat Allah (Gereja) dengan menentukan langkah yang tepat
dalam menjawab panggilan hidup tersebut
2.1. Berperilaku
tannggungjawab pada panggilan hidupnya sebagai umat Allah
(Gereja) dengan menentukan langkah yang tepat dalam menjawab panggilan hidup tersebut
4.2. Memahami panggilan
hidupnya sebagai umat Allah (Gereja) dengan menentukan langkah yang tepat
dalam menjawab panggilan hidup tersebut
4.3. Melaksanakan panggilan
hidupnya sebagai umat Allah (Gereja) dengan menentukan langkah yang tepat
dalam menjawab panggilan hidup tersebut
3.
Indikator Pencapaian:
·
Menjelaskan sifat-sifat perkawinan sakramental
·
Menyebutkan tantangan dan kesulitan dalam perkawinan
·
Menyebutkan isi surat Apostolik “Familiaris Consortio” (1981)
tentang hidup berkeluarga
4.
Tujuan Pembelajaran:
Pada
akhir pelajaran, siswa dapat:
·
menjelaskan sifat-sifat perkawinan sakramental
·
menyebutkan tantangan dan kesulitan dalam perkawinan
·
menyebutkan isi surat Apostolik “Familiaris Consortio” (1981)
tentang hidup berkeluarga
5.
Materi Ajar
·
Perkawinan Dalam Tradisi Katolik
C.
PERKAWINAN DALAM TRADISI
KATOLIK
1.
Arti dan Makna Perkawinan
a.
Pandangan Tradisional: perkawinan merupakan suatu ikatan,
yang tidak hanya mengikat seorang laki-laki dengan seorang wanita, tetapi juga
mengikat kaum kerabat si laki-laki dengan kaum kerabat si wanita dalam suatu
hubungan tertentu.
b.
Pandangan Hukum (Yuridis): Perkawinan adalah perjanjian.
Dengan perkawinan, seorang pria dan seorang wanita saling berjanji untuk hidup
bersama, di depan masyarakat agama atau masyarakat negara, yang menerima dan
mengakui perkawinan itu sebagai sah
c.
Pandangan Sosiologi: perkawinan merupakan suatu persekutuan
hidup yang mempunyai bentuk, tujuan, dan hubungan yang khusus antara anggota.
Ia merupakan suatu lingkungan hidup yang khas. Dalam lingkungan hidup ini,
suami dan istri dapat mencapai kesempurnaan atau kepenuhannya sebagai manusia,
sebagai bapak dan ibu.
d.
Pandangan Antropologis: perkawinan merupakan persekutuan cinta. Pada
umumnya, hidup perkawinan dimulai dengan cinta. Ia ada dan akan berkembang atas
dasar cinta. Seluruh
kehidupan bersama sebagai suami istri didasarkan dan diresapi seluruhnya oleh cinta.
e.
Pandangan agama-agama: (1) Agama Islam: nikah adalah hidup bersama antara suami istri. Nikah
itu diperbolehkan bahkan dianjurkan oleh rasulullah SAW kepada umat manusia
sesuai dengan tabiat alam, yang mana antara golongan pria dan golongan wanita
itu saling membutuhkan untuk mengadakan ikatan lahir batin sebagai suami istri
yang sah dalam terang hukum agama. (2) Agama
Katolik: perkawinan adalah sakramen, suatu peristiwa di mana Allah bertemu
dengan suami istri itu.
2.
Perkawinan sebagai
sakramen
Perkawinan Kristiani bersifat
sakramental. Bagi pasangan yang telah dibaptis, ketika mereka saling memberikan konsensus
dalam perjanjian, maka perkawinan mereka menjadi sah sekaligus sakramen.
Sakramen
artinya tanda. Perkawinan sebagai sakramen artinya perkawinan sebagai tanda;
1. Tanda Cinta Allah
Dalam sakramen
perkawinan, suami adalah tanda kehadiran Allah untuk mencintai sang istri dan
istri menjadi tanda cinta dan kebaikan Allah bagi sang suami. Mereka dipilih
untuk menjadi utusan atau tangan Tuhan. Melalui suami istri Tuhan hadir
menolong, menguatkan dan membahagiakan pasangannya. Suami istri melakukan dan
mengikrarkan janji di hadapan Tuhan dan umat beriman,
itulah yang akan mereka teruskan selama hidup perkawinan mereka saling
menyempurnakan atau saling menguduskan sebagai anak Allah. Pasangan manusia
dicita-citakan oleh Tuhan menurut hakikatnya sendiri: “Baiklah Kita menjadikan
manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa. Maka Allah menciptakan manusia
itu menurut gambar-Nya,… laki-laki dan perempuan…”(Kej 1: 26-28). Hakikat Tuhan
ialah cinta yang maha sempurna, yang menyatukan Allah Bapa, Putra, dan Roh
Kudus. Allah mengehndaki supaya manusia menjadi seperti hakikat-Nya itu. Satu
dalam cinta yang mesra. Manusia yang menjadi dua ketika Allah menciptakan Hawa
dari tulang rusuk Adam, langsung disatukan kembali secara lebih sempurna dalam
cinta. Allah membimbing hawa kepada Adam dan Adam kegirangan berucap, “Inilah
dai tulang dari tulangku dan daging dari dagingku!” Sejak saat itu, memang
lelaki harus meninggalkan ibu-bapaknya untuk bersatu padu jiwa dan raga
istrinya. Mereka bukan lagi dua, melainkan satu!
2. Tanda Cinta Kristus kepada GerejaNya
Perkawinan Kristiani
menjadi gambaran dari hubungan cinta yang lebih mulia dari hubungan cinta yang
mulia yaitu persatuan hidup Kristus dengan umatNya. Santo Paulus berkata, “Hai
suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah
menyerahkan diriNya baginya untuk menguduskannya.”
Jadi dapatlah
kita menarik kesimpulan: cinta kasih suami istri didukung oleh kesatuan Gereja,
tetapi kesatuan yang berlangsung dalam perkawinan Kristiani. Oleh karena itu,
kehidupan perkawinan disebut sel hidup umat Allah.
Sakramen
perkawinan adalah hidup pasangan itu, mulai pada hari pernikahan mereka saat
maut memisahkan mereka. Hidup perkawinan adalah suatu ziarah iman dalam cinta,
bila dihayati hari demi hari dengan setia, akan menjadi tanda bahwa Allah
mencintai kita tanpa batas.
3.
Sifat-sifat Perkawinan
sakramental
Apa
saja sifat-sifat hakiki perkawinan Katolik?
Kanon 1056
mengatakan: “Sifat-sifat hakiki perkawinan ialah monogam dan tak terputuskan,
yang dalam perkawinan kristiani memperoleh kekukuhan khusus karena sakramen”.
Jadi
sifat-sifat hakiki perkawinan Katolik, yaitu:
- Unitas, artinya
kesatuan antara seorang pria dan seorang wanita menurut relasi cinta yang
eksklusif. Dengan kata lain, tidak ada hubungan khusus di luar pasutri.
Sifat unitas mengecualikan relasi di luar perkawinan, poligami, PIL, WIL.
- lndissolubilitas, tak
terceraikan, artinya ikatan perkawinan hanya diputuskan oleh kematian
salah satu pasangan atau keduanya. "Apa yang sudah disatukan Allah,
tidak boleh diceraikan manusia" (bdk. Mat 19:6; Mrk 10:9). Untuk itu,
dituntut adanya kesetiaan dalam untung dan malang, dalam suka dan duka.
Dalam hal inilah saling pengertian, pengampunan sangat dituntut.
- Sakramental, artinya
sakramentalitas perkawinan dimulai sejak terjadinya konsensus/perjanjian
antara dua orang dibaptis yang melangsungkan perkawinan. Perkawinan
disebut sakramental, artinya menjadi tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan.
Untuk itu, dari pasangan suami-istri dituntut adanya cinta yang utuh,
total, radikal, tak terbagi sebagaimana cinta Yesus kepada Gereja-Nya
(bdk. Ef 5: 22-33).
Patut
diperhatikan bahwa penafsiran serta penerapannya di dalam Gereja Katolik tak
jarang berbeda dengan di kalangan non-Katolik. Sifat-sifat hakiki ini berkaitan
erat sekali, sehingga perkawian kedua tidak sah, meskipun suami-istri
perkawinan pertama telah diceraikan secara sipil atau menurut hukum agama lain,
karena Gereja Katolik tidak mengakui validitas atau efektivitas perceraian itu.
Dengan demikian suami-istri yang telah cerai itu di mata Gereja masih terikat
perkawinan dan tak dapat menikah lagi dengan sah. Andaikata itu terjadi, maka
di mata Gereja terjadi poligami suksesif.
Monogami
berarti perkawinan antara seorang pria dan seorang wanita. Jadi, merupakan
lawan dari poligami atau poliandri. Sebenarnya UU Perkawinan RI No. 1 tahun
1974 juga menganut asas monogami, tetapi asas ini tidak dipegang teguh karena
membuka pintu untuk poligami, tetapi tidak untuk poliandri.
Sebaiknya
dibedakan implikasi/konsekuensi moral dan hukum. Di sini
perhatian lebih dipusatkan pada hukum. Dengan berpangkal pada kesamaan hak pria
dan wanita yang setara, sehingga poligami dan poliandri disamakan:
- Mengesampingkan poligami
simultan: dituntut ikatan perkawinan dengan hanya satu jodoh pada waktu
yang sama.
- Mengesampingkan poligami
suksesif, artinya, berturut-turut kawin cerai, sedangkan hanya perkawinan
pertama yang dianggap sah, sehingga perkawinan berikutnya tidak sah.
Kesimpulan ini hanya dapat ditarik berdasarkan posisi dua sifat perkawinan
seperti yang dicanangkan Kan. 1056: monogami eksklusif dan tak
terputuskannya ikatan perkawinan. Implikasi dan konsekuensi ini lain -
tetapi hal ini termasuk moral - ialah larangan hubungan intim dengan orang
ketiga.
Bagaimana
memahami makna dari ‘sifat kodrati keterarahan’ dalam perkawinan Katolik?
Sifat kodrati
keterarahan kepada kesejahteraan suami-istri (bonum coniugum).
Selain tiga “bona” (bonum = kebaikan) perkawinan yang diajarkan
St. Agustinus, yakni:
- Bonum prolis:
kebaikan anak, bahwa perkawinan ditujukan kepada kelahiran dan pendidikan
anak,
- Bonum fidei:
kebaikan kesetiaan, menunjuk kepada sifat kesetiaan dalam perkawinan, dan
- Bonum sacramenti:
kebaikan sakramen, menunjuk pada sifat permanensi perkawinan; Gaudium et
Spes no. 48 menambah lagi satu “bonum” yang lain, yakni bonum coniugum
(kebaikan, kesejahteraan suami-istri).
Sifat kodrati
keterarahan kepada anak. Perkawinan terbuka terhadap
kelahiran anak dan pendidikannya. KHK 1983 tidak lagi mengedepankan prokreasi
sebagai tujuan pertama perkawinan yang mencerminkan tradisi berabad-abad sejak
Agustinus, melainkan tanpa hirarki tujuan-tujuan menghargai aspek personal
perkawinan dan menyebut lebih dahulu kesejahteraan suami-istri (bonum
coniugum).
Perkawinan
sebagai Sakramen. Perkawinan Katolik bersifat
sakramental. Bagi pasangan yang telah dibaptis, ketika mereka saling memberikan
konsensus dalam perjanjian, maka perkawinan mereka menjadi sah sekaligus sakramen.
Apa
yang menjadi paham dasar perjanjian perkawinan Katolik?
Paham dasar
perkawinan Katolik adalah “Dengan perjanjian perkawinan pria dan wanita
membantu antara mereka kebersamaan seluruh hidup; dari sifat kodratinya
perjanjian itu terarah pada kesejahteraan suami-istri serta kelahiran dan
pendidikan anak, oleh Kristus Tuhan, perjanjian perkawinan antara orang-orang
yang dibaptis diangkat ke martabat Sakramen.” (kan 1055 §1).
- Perjanjian Perkawinan
Perkawinan
itu dari kodratnya adalah suatu perjanjian (covenant, foedus). Dalam tradisi
Yahudi, perjanjian berarti suatu agreement
(persetujuan) yang membentuk (menciptakan) suatu hubungan sedemikian rupa
sehingga mempunyai kekuatan mengikat sama seperti hubungan antara orang-orang
yang mempunyai hubungan darah. Konsekuensinya, hubungan itu tidak berhenti atau
berakhir, sekalipun kesepakatan terhadap perjanjian itu ditarik kembali.
Berdasarkan pilihan bebas dari suami-istri, suatu perjanjian sesungguhnya akan
meliputi relasi antar pribadi seutuhnya yang terdiri dari hubungan spiritual,
emosional dan fisik.
- Kebersamaan Seluruh Hidup
Dari
kodratnya perkawinan adalah suatu kebersamaan seluruh hidup (consortium totius vitae; “consortium”
asalnya dari con = bersama, sors = nasib, jadi kebersamaan senasib; totius vitae
= seumur hidup, hidup seutuhnya). Ini terjadi oleh perjanjian perkawinan.
Suami-istri berjanji untuk menyatukan hidup mereka secara utuh hingga akhir
hayat (bdk. janji perkawinan).
- Antara Pria dan Wanita
Pria dan
wanita diciptakan menurut gambaran Allah dan diperuntukkan satu sama lain,
saling membutuhkan, saling melengkapi, saling memperkaya. Menjadi “satu daging”
(Kej 2:24).
Apa yang dimaksud dengan
‘kesetiaan yang sempurna dan tidak mungkin dibatalkan lagi oleh siapapun,
kecuali oleh kematian’?
Setia dalam
hal apa? Empat hal yang sudah diuraikan di atas, yakni persekutuan hidup antara
seorang pria dan seorang wanita, memelihara dan memperkembangkan persetujuan
pribadi, membangun saling mencintai sebagai suami-istri, membangun hidup
berkeluarga yang sehat. Tidak melaksanakan salah satunya berarti sudah tidak
setia. Apalagi kalau kemudian mengalihkan perhatiannya kepada sesuatu yang
lain: membangun persekutuan yang lain, membuat persetujuan pribadi yang lain,
membangun hubungan saling mencintai sebagai suami-istri dengan orang lain,
membangun suasana kekeluargaan dengan orang lain (juga saudara): ini dosanya
besar sekali.
Satu pedoman untuk
kesetiaan yang sempurna adalah Kristus sendiri. Ia setia kepada tugas
perutusanNya, Ia setia kepada BapaNya, Ia setia kepada manusia, kendati manusia
tidak setia kepada-Nya.
Persekutuan perkawinan
terjadi oleh dua pihak, yakni oleh suami dan istri. Maka, tidak ada instansi
atau siapapun yang akan dapat memutuskan persetujuan pribadi itu. Bahkan
suami-istri itu sendiripun tidak dapat memutuskannya, sebab persekutuan itu
dibangun atas dasar kehendak Tuhan sendiri. Dan Tuhanlah yang merestuinya.
Maka, pemutusan persekutuan perkawinan bisa dipandang sebagai pemotongan
kehidupan pribadi suami/istri. Ini bisa berarti pembunuhan, karena pribadi itu
dihancurkan.
Pengecualian ini didengar
tidak enak. Namun, nyatanya, misteri kematian tidak terhindarkan. Karena
kematian yang wajar, persetujuan pribadi itu menjadi batal, karena pribadi yang
satu sudah tidak mampu lagi secara manusiawi melaksanakan persetujuannya.
TUJUAN PERKAWINAN
1. UU
Perkawinan RI: Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga bahagia,
tetap dan sejahtera.
2. Dalam
tradisi Gereja, KHK, kanon 1055: Tujuan perkawinan adalah untuk
memenuhi panggilan Tuhan, memperoleh kesejahteraan suami istri, dan kelahiran
serta kesejahteraan anak
Jadi dapat
disimpulkan bahwa tujuan hidup bersama sebagai suami istri pada umumnya adalah 1membantu
satu sama lain, dengan saling memberikan dan mendapatkan pengertian dengan
mengalami perkembangan berkat yang lain. 2. membantu satu sama lain
dan membiarkan diri dibantu oleh pasangan dalam perjalanan hidup menuju
kebahagiaan di dunia ini dan di akhirat.
Di dunia: dengan mengalami diri
sebagai orang yang bermanfaat bagi yang lain, dengan memberikan dan mendapatkan
pengertian, denganmengalami perkembangan berkat yang lain
Di akhirat: dengan bersatu denga
Yang Mahabaik karena menjadi teman hidup yang setia.
4.
Tantangan dan kesulitan
dalam perkawinan
Di sini
dibicarakan tantangan-tantangan yang disebabkan oleh factor-faktor dalam
perkawinan itu sendiri.
1. Kebosanan dan Kejenuhan
Pada
masa pacaran, pertunangan, dan pemulaan perkawinan orang biasanya berada pada
tahap cinta emosional dan romantic. Cinta tanpa banyak pertimbangan rasional.
Pada masa-masa itu, hidup ini terasa sangat indah dan menyenangkan. Si dia di
mata kita sungguh tanpa cacat cela. Cinta kita kepadanya merupakan cinta
ultroistis, cinta yang rela berkorban sampai melupakan diri demi kebahagiaan.
Akan
tetapi, sesudah beberapa waktu, kita mulkai merasa bahwa si dia bukanlah
seseorang yang tanpa cacat cela. Dari hari ke hari semakin banyak cacat dan
kekurangan yang kita lihat. Mungkinh cacat yang kecil, tetapi kalau terus
ditimbun dari waktu ke waktu, kita akan merasa kecewa, bosan, dan jenuh. Kita
bisa jatuh kepada cinta diri.
Dan,
kalau kita mulai mementingkan diri sendiri, timbullah rupa-rupa bencana.
Di mana ada cinta diri, di sana tidak ada tempat lagi bagi sikap bertengang
rasa, sikap saling mengerti dan memaafkan. Yang ada hanyalah nafsu kesenangan
sendiri, nafsu menang sendiri, nafsu tahu sendiri, dan sebagainya.
Dalam
situasi ini seperti ini cinta romantic harus diganti dengan cinta yang
rasional. Cinta dengan dimensi tanggung jawab yang lebih kuat. Tanggung jawab
kepada teman hidup dan anak-anak.
2. Perbedaan Pendapat dan
Pandangan
Perbedaan
pendapat dan pandangan sebenarnya soal biasa, aal saja orang mau saling
menghormati pendapat dan keyakinan teman hidup. Dalam hal-hal yang agak
prinsipii (misalnya menyangkut pendidikan anak dalam keluarga), dapat dicari
jalan keluar bersama-sama, dengan kepala dingin. Persoalan akan muncul kalau
salah seorang dari suami istri itu mulai memaksakan kehendaknya serta mengambil
keputusan dan tindakan secara sepihak. Pihak lain tentu merasa disepelekan dan
dianggap sepi. Dengan demikian percekcokkan tidak dapat dielakkan. Setiap saat
pertengkaran dan bentrokan selalu bisa terjadi. Perbedaan pandangan ini sering
terjadi dalam bidang pendidikan anak, pengaturan kesejahteraan keluarga, KB,
dan sebagainya.
3· Ketakserasian dalam Hubungan
Seksual
Hubungan
seksual merupakan soal yang sangat peka pula. Kalau tidak bertenggang rasa,
bisa menimbulkan kerenggangan antara suami dan istri. Kalau suami terlalu
menuntut, baik mengenai waktu dan cara maupun tempat untuk berhubungan seksual,
istri akan merasa bahwa dirinya hanyalah alat pemuas nafsu suami saja. Dengan
itu, ia akan merasa sangat tersinggung dan menderita. Sebaliknya, kalau istri
menolak melayani suaminya atau melayaninya dengan setengah hati, suami akan
merasa sangat tersinggung. Banyak suami yang jatuh ke pelukan wanita lain atau
pelacur karena dendam kepada istrinya atau untuk mendapat pelayanan seksual
yang lebih memuaskan daripada istrinya.
4· Perzinahan/Perselingkuhan
Sering
kali, oleh suatu keadaan tertentu, suami dan istri tidak bisa melakukan
hubungan seksual untuk jangka waktu tertentu. Mungkin karena urusan tugas,
urusan kesehatan, masa hamil tua, minggu-minggu pertama sesudah persalinan,
atau halangan-halangan lainnya. Kurangnya perhatian dan pengertian yang
diberikan kepada pasangan juga dapat meretakkan keluarga. Dalam situasi semacam
ini, salah seorang pasangan dapat merasa tergoda untuk menyeleweng dari
kewajiban suci perkawinannya: dia akan mencari kepuasan hubungan seks dengan
seorang wanita atau laki-laki yang lain.
Tentu
saja, perzinahan adalah pelanggaran berat melawan kesucian dan kesetiaan
perkawinan yang mendatangkan penderitaan besar untuk semua anggota keluarga,
termasuk pihak yang tidak setia.
Gereja
Katolik cukup tegas dalam menilai dosa perzinahan itu, namun Gereja tak pernah
mengizinkan perceraian. Jalan satu-satunya yang wajar untuk pasutri itu ialah
bertobat, saling mengampuni dan memabarui cinta yang ikhlas demi kebahagiaan
seluruh keluarga.
5· Kemandulan
Kalau
salah satu pasangan ternyata mandul, sering kali timbul krisis dalam
perkawinan. Biasanya, satu pihak mempersalahkan pihak lain walaupun kemandulan
bukanlah kesalahan pribadi. Apa yang penting dalam situasi itu ialah janganlah
berhenti saling mencintai, tetapi pakailajh akal budi dan cobalah memeriksakan
diri dulu ke dokter. Bisa terjadi bahwa kemandulan tidak bersifat tetap, tetapi
dapat diatasi secara fisiologis dan psikologis.
Akan
tetapi, kalau ternyata salah seorang dari pasangan suami istri ini mandul
tetap, mereka harus menerima kenyataan pahit ini. Mereka tidak boleh percaya
kepada pendapat kolot bahwa perkawinannya tidak direstui oleh nenek moyang, dan
dengan demikian boleh merencanakan perceraian sebagai jalan keluar. Perkawinan
Kristen tetap mempunyai arti yang dalam, meski tanpa kemungkinan untuk mendapat
anak sendiri.
2. Tantangan yang Bersifat dari
Luar
Yang
dimaksudkan dengan tantangan yang bersifat dari luar ialah tantangan-tantangan
yang disebabkan oleh faktor-faktor di luar perkawinan itu sendiri. Kita akan
menyebutkan dua contoh saja.
1. Pengaruh-pengaruhg
atau suasana negatif yang bisa mengganggu dan mengaburkan martabat lembaga
perkawinan. Pengaruh-pengaruh atau suasana negatif tersebut antara lain sebagai
berikut.
Kawin cerai yang semakin banyak
terjadi di dalam masyarakay kita sekarang ini. Dikatakan lebih dari 50%
perkawinan di Indonesia berakhir dengan perceraian.
Suasana dan kebiasaan
berpoligami, atau dengan gaya yang lebih modern: memiliki wanita simpanan.
Belum lagi penyelewengan-penyelewengan (sampai dengan kebiasaan tukar kunci)
yang semakin biasa di zaman ini. Akhir-akhir ini banyak Koran mengungkapkan
bahwa ternyata sebagian besar bapak (suami) di kota-kota besar di Indonesia
pernah menyeleweng. Ibu-ibu pun ternyata mulai berperilaku yang sama.
Cinta
bebas dan pelacuran dalam berbagai bentuk semakin meluas. Koran-koran
menuliskan bagaimana suasana mesum ini sudah melibatkan para pelajar,
mahasiswi, ibu-ibu rumah tangga, dokter, bahkan anak-anak dibawah umur. Suasana
ini mungkin akan semakin mewabah.
Media massa dan sarana-sarana
lain yang bersifat pornografis telah menyusup secara meluas ke dalam masyarakat
kita.
Semua
hal yang disebutkan di atas tentu saja bisa merupakan godaan besar bagi
pasangan suami istri untuk mengkhianati kesetiaan perkawinan mereka.
2. Masalah-masalah lain yang tak
terlalu langsung berhubungan dengan perkawinan, tetapi bisa mempunyai akibat
yang cukup besar untuknya. Sekedar contoh, kita bisa menyebutkan satu
diantaranya, yaitu keadaan ekonomi rumah tangga yang morat-marit. Suatu rumah
tangga yang selalu terbentur pada kesulitan ekonomi, bisa mengalami kegagalan
dalam kehidupan perkawinan. Kesulitan ekonomi rumah tangga bisa membuat
seseorang berprasangka buruk tentang teman hidupnya. Dalam keadaan semacam itu
bapak atau ibu bisa mulai berspekulasi, mencari peruntungan dalam bentuk judi,
korupsi, mencuri, dan sebagainya.
Menghadapi kesulitan-kesulitan itu, kiranya agak sulit untuk memberikan
suatu resep yang siap pakai. Akan tetapi, ada saran yang bersifat sangat umum
tetapi penting, yaitu dalam setiap kesulitan yang timbul, suami istri harus
jujur dan saling terbuka satu sama lain. Banyak kesulitan dan ketegangan dalam
rumah tangga bisa semakin menumpuk dan berlarut-larut karena baik suami maupun
istri tidak berani berbicara secara terus terang tentang kesulitan-kesulitan
yang dialami. Padahal, sekali mereka berani membukia hati, segala kesulitan itu
bisa tersingkir, atau setidak-tidaknya menjadi lebih ringan.
Tantangan Perakawinan Zaman NOW
Pernikahan adalah wadah yang
mempersatukan wanita dan pria, dimana mereka saling berbagi senang maupun duka
sampai tua. Namun, setelah memasuki pernikahan, terkadang dengan mudahnya
mereka bercerai karena merasa tidak cocok satu sama lain. Tapi bukan berarti pernikahan
itu sepenuhnya horor. Kalau tahu tantangn terberat pernikahan masa kini,
mudah-mudahan tidak kaget dan karenanya terus bersama selama sisa hidup:
Tantangan Pertama: Wanita yang
Mandiri
Bukan berarti wanita yang
mandiri dan bisa menghasilkan uang sendiri tidak diperbolehkan. Banyak dari
mereka yang berpendidikan tinggi dan punya karir bagus, bahkan terkadang lebih
bagus daripada si suami. Keadaan ini sering bikin konflik dalam rumah tangga.
Solusi: Sebelum menikah, ada
baiknya dibahas berdua konsep keluarga yang seperti apa yang ingin dibina.
Mulai dari cara mendidik anak, pembagian kerja di rumah, maupun cara menghadapi
konflik. Di dalam rumah tangga perlu kerjasama. Harus ada porsi give and take
yang seimbang.
Tantangan Kedua: Nilai Sakral
Pernikahan yang Memudar
Menurut konsultan pernikahan,
Adriana S. Ginanjar, nilai sakral pernikahan sekarang ini telah memudar. Banyak
pasangan muda yang mengambil keputusan bercerai padahal baru menikah 1-3 tahun.
Tidak ada tekanan dari keluarga besar, tidak ada kekuatiran tentang anak yang
masih kecil, maupun status single mom yang juga tidak lagi menakutkan.
Solusi: Coba untuk lebih
bersabar. Menyatukan dua orang yang berbeda tidak cukup dengan waktu 1-3 tahun
karena memang sulit dua kepribadian, dua pemikiran, dua individu yang berlatar
belakang berbeda menjadi satu keputusan dalam rumah tangga.
Tantangan Ketiga: Kebutuhan
yang Meningkat
Kebutuhan terus meningkat,
terutama dalam hal keuangan. Biaya pendidikan, harga makanan, angsuran rumah
maupun mobil, begitupun kebutuhan akan hiburan pun tidak bisa dipisahkan. Kalau
tidak dikonsep dengan baik, bisa jadi salah satu pemicu masalah perceraian.
Solusi: Suami dan istri harus
sepakat bagaimana mereka mengatur keuangan mereka. Buat perencanaan dengan
jujur. Kalau uang belanja dirasa kurang ya bilang. Jangan sampai ada pos
pengeluaran yang ditutup-tutupi, itu yang bahaya. Kalau memutuskan untuk hidup
sebagai keluarga yang sederhana, lakukanlah karena keputusan bersama.
Tantangan Keempat: Godaan
Sosial
Masa kini, banyak godaan yang
bisa membuat seseorang berselingkuh, apalagi kalau bertemu seseorang yang
dirasa lebih pengertian dibandingkan pasangan. Perselingkuhan juga jadi lebih
gampang sejak adanya sosial media. Banyak orang yang berselingkuh walau sebatas
chatting di BBM ataupun bertukar status twitter. Bahaya sekali bukan?
Solusi: Kepercayaan adalah
komponen yang terpenting di dalam hubungan suami istri. Menjaga kepercayaan
itulah yang harus kita lakukan. Sekali kepercayaan dirusak, susah
mengembalikannya. Penting buat menghabiskan waktu luang bersama pasangan maupun
keluarga. Kalau sehari-hari sudah sibuk, siapkanlah hari libur buat ngobrol,
nonton bareng, ataupun kegiatan lainnya yang membuat keharmonisan makin terasa.
Bangunlah keluarga dalam dasar agama yang kuat dan baik.
Empat tantangan terbesar ini
memang tidak mudah, ditambah lagi masih ada tantangan lainnya. Namun, jika
sebuah keluarga dibangun dengan dasar takut akan Tuhan, saling pengertian, dan
saling terbuka serta berkomunikasi dengan baik, pernikahan yang sulit pada
awalnya pun dapat jadi harmonis.
Tantangan dan
Keprihatinan Lain zaman NOW dalam Perkawinan Katolik
1.
Rapuhnya nilai kesetiaan dari perkawinan katolik.
Di abad yang serba praktis ini dengan arus
hidup yang hedonisme, konsumeris, materialis ada sebagian kelurga kristiani
yang mengalami persoalan di dalam menghayati nilai- nilai dasar perkawinan
katolik. Ini berkaitan dengan penghayatan terhadap nilai monogamy perkawinan
dan kesetiaan yang utuh terhadap pasangan hidup. Misalnya adanya PIL, WIL, TTM, Praktek poligami bahkan
sampai pada keputusan untuk berpisah ketika suasana kelurga tidak harmonis,
2. Kemerosotan penanaman dan
penghayatan religiusitas dalam keluarga
Arus hedonis, konsumerisme, dan
materialis membawah dampak yang luar biasa bagi penanaman dan penghayatan
nilai-nilai religiusitas di dalam keluarga. Ada banyak kasus yang di jumpai di
lapangan bahwa munculnya perkembangan teknologi informatika membawah pengaruh
negatif bagi penanaman dan penghayatan nilai- nilai religiusitas dalam keluarga.
Irama hidup keluarga hanya disibukan dengan kegiatan yang jauh dari dari
hal-hal rohani. Misalnya menonton TV dan VCD, bermain HP, Sibuk dengan
playstation. Sehingga aktivitas rohani berupa doa pribadi, doa bersama, dan
shering masalah iman dalam keluarga sering terabaikan.
3.Tantangan dari lingkungan
keluarga
Tantangan-tantangan yang ada
dihadapan keluarga tidak hanya berasal dari masyarakat luas melainkan juga dari
lingkungan keluarga sendiri, baik dari keluarga besar maupun keluarga inti.
Yang di maksud keluarga besar adalah suami-istri dan sanak saudara dari suami
maupun dari istri di mana pun mereka berada. Sedangkan keluarga inti adalah
suami-istri dan anak-anak. Contoh tantangan dari dalam keluarga inti;
a. kurangnya transparansi antara suami dan istri,
b. kurangnya kerukunan antara suami dan istri
c. kurangnya komunikasi antara suami dan istri
d. kurangnya kesetiaan
suami dan istri
e. adanya
kecemburuan dari suami atau istri
f. adanya
dominasi suami atau istri atas pasanganya.
g. adanya tindakan
kekerasan dalam rumah tangga.
4. Beban ekonomi biaya tinggi yang harus
di hadapi oleh keluarga- keluarga moderen dewasa ini.
Globalisasi
yang kuat ditandai dengan sistim persaingan kekuatan- kekuatan ekonomi antar
Negara dengan sistim pasar bebasnya yang membawah dampak dalam kehidupan
social, ekonomi keluarga dewasa ini. Hal ini harus membuat keluarga hidup
dengan biaya ekonomi tinggi. Ekonimi biaya tinggi ini terjadi di segala sector:
baik kebutuhan pokok, pelayanan jasa transportasi, pendidikan maupun berbagai
pelayanan public. Ekonomi dengan biaya tinggi sering menimbulkan tekanan baik
psikis maupun fisik yang bisa menjadi sumber kekerasan dalam rumah tangga. Dalam menghadapi tantangan dan
keperihatinan actual saat ini, gereja mempunyai beberapa harapan-harapan
terhadap keluarga- keluarga kristiani: antara lain:
1. Keluarga yang mau di bangun
harus dipersiapkan dengan baik.
Maksudnya bahwa: ada persiapan
menjelang perkawinan yaitu persiapan:
a. Persiapan Jauh. Persiapan sejak masa kanak-kanak
terutama dengan pendidikan nilai, baik nilai manusiawi maupun nilai-nilai
kristiani pada khususnya.
b. Persiapan dekat. Hidup keluarga hendaknya disiapkan
secara intensif sejak masa pacaran. Pemuda dan pemudi yang dalam tahap pacaran
harus di dampingi secara bijaksana agar mereka dapat berpacaran dengan sehat.
Hendaknya dalam masa pacaran mereka diharapakan lebih mengenal dengan baik
keperibadian dari dari pasanganya masing-masing.
c. Persiapan akhir. Beberapa bulan menjelang pernikahan
calon pengantin disiapkan secara lebih intensif lewat kursus persiapan
perkawinan, penyelidikan kanonik dan pengumuman nikah.
2. Keluarga didasarkan pada
perkawinan yang sah
Hal ini antara lain berarti:
bahwa ke dua mempelai harus mengawali hidup berkeluarga mereka dengan upacara
peneguhan perkawinan sesuai dengan hukum gereja, seperti termuat dalam kitab
hukum kanonik dari kanon 1108- 1123.
3. Keluarga menjadi komunitas
hidup dan kasih
Gereja berharap bahwa keluarga
menjadi komunitas kehidupan dan kasih yang ditandai oleh sikap hormat dan
syukur terhadap anuhgerah kehidupan serta kasih dari semua anggotanya. Harapan
gereja ini antara lain terungkap dalam konstitusi pastoral konsili vatikan ke
II yakni “gaudium et spes 48” dan seruan apostolic paus
Yohanes Paulus ke II yang
berjudul” familiaris consortio 17-41”.
5.
Masa Pacaran
Saat
pernikahan
Pernikahan/perkawinan
a. Mendalami Perkawinan dan
Hidup keluarga sebagai Karier Pokok
b. Memperhatikan Hukum Sipil
dan Hukum Gereja Tentang Perkawinan
Perkawinan
menjadi sah kalau calon suami istri itu memberikan persetujuan mereka untuk
hidup bersama sebagai suami istri di hadapan seorang imam dan dua orang saksi.
Selanjutnya dari pasangan itu dituntut banyak syarat supaya perkawinan mereka
sungguh sah, misalnya:
·
Persetujuan itu diberikan secara bebas dan ikhlas
·
Pria paling kurang berumur 16 tahun dan wanita 14 tahun
·
Tidak menderita impotensi
·
Salah satu dari pasangan itu atau kedua-duanya tidak terikat
oleh perkawinan dengan orang lain atau tahbisan dan kaul yang publik dan kekal
·
Keduanya tidak mempunyai hubungan darah dalam garis lurus
·
Tidak terlibat pembunuhan suami atau istri lama untuk
perkawinan yang baru
c. Memilih Pasangan yang
benar dan baik.
Apa saja yang harus diperhatikan
dalam memilih pasangan sejati?
·
Kita hendaknya memilih pasangan hidup yang sungguh mencintai
kita dan yang kita cintai, dengan cinta yang sungguh pribadi
·
Sifat dan karakter dari pasangan kiranya perlu diperhatikan.
·
Kesehatan jasmani dan jiwani terjamin
·
Usia yang agak sepadan
·
Pendidikan yang tidak terlalu berbeda jauh
·
Sebisa mungkin berkeyakinan dan iman yang sama
d.
Hal- hal lain
·
Alangkah baiknya kalau salah satu dari pasangan atau
kedua-duanya sudah memiliki pekerjaan, yang akan menjadi jaminan untuk
memperoleh rejeki. Tidaklah pada tempatnya berani menikah, pada hal keduanya
masih menganggur.
·
Sangat baik kalau pasangan yang akan menikah sudah memiliki
rumah, walalupun rumah kontrakan.
·
Memiliki tabungan atau dana merupakan hal yang wajar. Sulit
dibayangkan menikah tanpa tabungan.
Evaluasi:
1.
Jelaskanlah arti perkawinan menurut pandangan hukum,
sosiologis, antropologis, tradisional!
2.
Bagaimana sifat perkawinan dalam Gereja Katolik?
3.
Jelaskanlah tantangan dari dalam dan dari luar dalam hidup
perkawinan!
D.
TANTANGAN DAN
PELUANG UNTUK MEMBANGUN KELUARGA YANG DICITA-CITAKAN
Indikator
1. Menjelaskan pemahaman tentang keluarga menurut dalam kehidupan
masyarakat (melalui sebuah kisah kehidupan)
2. Menjelaskan Ajaran Kitab Suci tentang
keluarga(Mateus 19;1-13)
3. Menjelaskan Ajaran Gereja tentang keluarga (Gaudium et
spes art.52)
4. Menjelaskan makna keluarga sebagai panggilan (Gaudium et
spes art.52)
Sumber Belajar
1. Kitab Suci
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
2. Dokpen KWI (penterj) Dokumen Konsili Vatikan II,
Obor, Jakarta, 1993
3. KWI, Iman Katolik, Kanisius,
Yogyakarta, 1995
4. Katekismus Gereja Katolik, Nusa Indah, Ende Flores, 1995
Pendekatan
Saintifik dan kateketis
Metode
Cerita, dialog, tanya-jawab, diskusi, informasi, presentasi
Sarana
1. Kitab Suci (Alkitab)
2. Buku Siswa SMA/SMK, Kelas XII, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.
Langkah
Pertama: Menggali pemahaman tentang makna
keluarga
1.
Menyimak
cerita kehidupan
§ Guru mengajak para peserta didik untuk menyimak sebuah cerita
kesaksian berikut ini.
Saya Tidak Ingin Diganggu!
Biasanya saya
mendahulukan ego saya ketika di rumah, apalagi jika sedang dikejar deadline.
Saya akan sibuk di depan komputer, penuh konsentrasi dan tidak mudah diganggu.
Ketika anak atau istri saya mengganggu, saya akan mudah emosi karena ‘tekanan
deadline’ (atau kadang-kadang sebenarnya hanya ‘keasikan pribadi saya’)
ditambah dengan permintaan/tekanan anak atau istri.
Nada bicara saya akan mudah
meninggi. Setelah itu istri akan marah juga. Dan pada akhirnya istri saya akan
mengatakan ‘papa sekarang gampang marah’.
Hal yang saya lakukan
sekarang adalah memberi perhatian juga akan kebutuhan anak dan istri. Jika anak
saya yang masih TK minta dibacakan sesuatu, saya bacakan sambil memberi dia
kasih sayang dengan memangkunya dan memeluknya. Jika anak saya yang besar minta
dibantu belajar, saya mencoba merelakan kepentingan saya dan memberi perhatian
akan kebutuhan anak saya. Jika istri minta tolong sesuatu, saya segera
meninggalkan konsentrasi saya, dan membantu istri dulu.
Kadang-kadang memang
terlalu sulit. Sampai-sampai pekerjaan yang sedang dikerjakan jadi
terbengkalai. Dan juga sulit untuk selalu tetap melakukan hal-hal yang baik
tersebut. Perlu kesadaran penuh (akan niat memperhatikan istri dan anak) ketika
permintaan anak dan istri itu datang.
Salah satu kuncinya
adalah penyerahan kepada Tuhan. ‘Pekerjaan dengan deadlinenya’ saya serahkan
pada Tuhan. Walaupun waktu saya tidak sepenuhnya pada pekerjaan, saya yakin
Tuhan akan mencukupkan waktunya. Ketika Tuhan turun tangan, dengan waktu yang
terbatas pun (karena banyak gangguan dari anak dan istri) saya akan mampu
menyelesaikannya.
Ternyata ketika saya
punya masalah, itu adalah ujian dari Tuhan juga. Apa yang saya pentingkan di
dunia ini? Mengerjakan tugas (yang kadang-kadang adalah kepentingan pribadi)
atau mengasihi keluarga? Kalau saya lengah, saya pasti akan mementingkan tugas,
dengan akibat emosi tinggi di rumah. Tetapi jika saya sadar akan ujian ini,
saya akan memilih untuk mengasihi keluarga saya. Saya harap saya bisa tetap
mempertahankan sikap ini sehingga bisa menjadi pria sejati yang seperti
Kristus.
Sumber: http://priasejatikatolik.org
Pendalaman
§ Setelah menyimak
cerita kesaksian, guru
mengajak para peserta didik untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk
mendalami cerita tersebut.
§ Guru mengajak para peserta didik untuk
berdiskusi, dengan pertanyaan-pertanyaan
itu misalnya:
1)
Apa yang dikisahkan dalam cerita
itu?
2)
Apa yang menjadi sebab kemarahan si Bapak keluarga dalam cerita itu?
3)
Apa yang menjadi kunci bagi Bapak keluarga itu untuk membuka relasi,
komunikasi dengan istri serta anak-anaknya?
4)
Bagaiaman upaya Bapak keluarga itu untuk menjadi seorang pria sejati dalam
keluarga?
5)
Bagaimana pengalaman relasi dengan anggota keluargamu sendiri?
Penjelasan
§ Setelah
para peserta didik mengajukan pertanyaan-pertanyaan, kemudian dilanjutkan
dengan diskusi kelas atas pertanyaan-pertanyaan tersebut,
guru memberikan penjelasan, misalnya sebagai berikut:
-
Kesaksian
seorang bapak dalam kisah tadi mengungkapkan bahwa setiap anggota keluarga
hendaknya membangun kebersamaan. Pekerjaan tidak boleh sampai menyandra
hubungan relasi satu dengan yang lain.
- Perlu disadari bahwa egoisme adalah akar dari
keretakan dalam sebuah keluarga. Egoisme
atau sifat ingat diri sendiri akan merusak hubungan harmonis dalam keluarga; entah
ayah dengan ibu, atau ayah atau ibu dengan anak-anak.
- Seluruh anggota keluarga; ayah, ibu, atau suami-isteri dan anak-anak, serta
semua orang yang ada dalam keluarga, hendaknya saling menghormati, saling
berbagi waktu untuk kebersamaan dalam keluarga.
- Sebagai keluarga Katolik, kita hendaknya hidup
sesuai ajaran iman Katolik yang bersumber pada Kitab Suci (Alkitab) dan Ajaran
Gereja, yang akan dibahas berikut ini.
Langkah Kedua: Menggali Ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja tentang Keluarga
1. Ajaran Kitab Suci
a. Menelusuri Ajaran Kitab Suci
§ Guru
mengajak para peserta didik untuk menemukan teks-teks Kitab Suci yang
mengajarkan tentang keluarga.
§ Guru
mengajak para peserta didik untuk menyimak teks Kitab Suci berikut ini:
Mateus 19;1-6
“1Setelah Yesus selesai dengan pengajaran-Nya
itu, berangkatlah Ia dari Galilea dan tiba di daerah Yudea yang di seberang
sungai Yordan. 2 Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan Ia pun
menyembuhkan mereka di sana. 3 Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk
mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan
isterinya dengan alasan apa saja?" 4 Jawab Yesus: "Tidakkah kamu
baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka
laki-laki dan perempuan? 5 Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan
meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya
itu menjadi satu daging. 6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.
Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
b. Pendalaman
§ Setelah menyimak
kisah tersebut, guru mengajak
para peserta didik untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan teks
Kitab Suci yang telah mereka baca. Pertanyaan-pertanyaan itu misalnya:
1)
Apa pesan dari teks Mat 19:1-6
2)
Apa yang dicobai orang Farisi
pada Yesus?
3)
Apa jawaban Yesus?
4)
Mengapa mereka mau mencoba Yesus?
5)
Apa sifat keluarga menurut teks
tersebut?
c. Penjelasan
§ Setelah
para peserta didik mengajukan pertanyaan-pertanyaan, kemudian dilanjutkan
dengan diskusi kelas atas pertanyaan-pertanyaan tersebut,
guru memberikan masukan,
misalnya sebagai berikut:
-
Perkawinan itu persekutuan cinta antara pria dan
wanita yang secara sadar dan bebas menyerahkan diri beserta segala kemampuannya
untuk selamanya. Dalam penyerahan itu suami isteri berusaha makin saling
menyempurnakan dan bantu membantu. Hanya dalam suasana hormat-menghormati dan
saling menerima inilah, dalam keadaan manapun juga, persekutuan cinta itu dapat
berkembang hingga tercapai kesatuan hati yang dicita-citakan.
- Tuhan
menghendaki agar kesatuan antara suami dan istri tidak terceraikan, karena perkawinan
merupakan tanda kesetiaan Allah kepada manusia dan kesetiaan Kristus kepada
Gereja-Nya. Atau dengan kata lain: menjadi tanda kesetiaan cinta Allah kepada
setiap orang.Menjadi saksi akan
kesetiaan perkawinan yang tak terceraikan ini adalah salah satu tugas pasangan
Kristiani yang paling genting saat ini, di saat dunia dikaburkan oleh
banyak pandangan yang menurunkan derajat perkawinan, seolah hanya pelampiasan
keinginan jasmani semata. Jika pasangan suami istri dan anak- anak hidup dalam
kasih yang total, maka keluarga menjadi gambaran nyata sebuah Gereja, sehingga
tepatlah jika keluarga itu disebut sebagai Gereja kecil atau ecclesia
domestica. Sebab dengan menerapkan kasih seperti teladan Kristus, keluarga
turut mengambil bagian di dalam hidup dan misi Gereja dalam membangun Kerajaan
Allah.
2.
Ajaran Gereja
a. Menelusuri ajaran Gereja
§ Guru mengajak para peserta didik untuk
menelusuri ajaran – ajaran Gereja Katolik tentang perkawinan. Rujukan misalnya;
Ajaran Konsili Vatikan II, Ensiklik-ensiklik para Paus tentang keluarga.
§ Guru
mengajak para peserta didik untuk menyimak ajaran Gereja dalam Konsili Vatikan
II berikut ini.
Pengembangan perkawinan dan keluarga
merupakan tugas semua orang
“Keluarga
merupakan suatu pendidikan untuk memperkaya kemanusiaan. Supaya keluarga mampu
mencapai kepenuhan hidup dan misinya, diperlukan komunikasi hati penuh
kebaikan, kesepakatan suami-isteri, dan kerja sama orang tua yang tekun dalam
pendidikan anak-anak. Kehadiran aktif ayah sangat membantu pembinaan mereka
tetapi juga pengurusan rumah tangga oleh
ibu, yang terutama dibutuhkan oleh anak-anak yang masih muda, perlu dijamin,
tanpa maksud supaya pengembangan peranan sosial wanita yang sewajarnya
dikesampingkan.
Melalui
pendidikan hendaknya anak-anak dibina sedemikian rupa, sehingga nanti bila
sudah dewasa mereka mampu penuh tanggung jawab mengikuti panggilan mereka, juga
panggilan religius, serta memilih status hidup mereka. Maksudnya juga, supaya
bila kemudian mereka mengikat diri dalam pernikahan, mereka mampu membangun
keluarga sendiri dalam kondisi-kondisi moril, sosial dan ekonomis yang
menguntungkan. Merupakan kewajiban orang tua atau para pengasuh, membimbing
mereka yang lebih muda dalam membentuk keluarga dengan nasehat bijaksana, yang
dapat mereka terima dengan senang hati; tetapi hendaknya para pendidik itu
menjaga, jangan samapai mendorong mereka melalui paksaan langsung atau tidak
langsung, untuk mengikat pernikahan atau memilih orang tertentu menjadi jodoh
mereka.
Demikianlah
keluarga, lingkup berbagai generasi bertemu dan saling membantu untuk meraih
kebijaksanaan yang lebih penuh, dan untuk memperpadukan hak-hak pribadi-pribadi
dengan tuntutan-tuntutan hidup sosial lainnya, merupakan dasar bagi masyarakat.
Maka dari itu siapa saja, yang mampu mempengaruhipersekutuanpersekutuan dan
kelompok-kelompok sosial, wajib memberi sumbangan yang efektif untuk mengembangkan perkawinan dan hidup
berkeluarga.
Hendaknya
pemerintah memandang sebagai kewajibannya yang suci: mengakui, membela dan
menumbuhkan jati diri perkawinan dan
keluarga, melindungi tata susila umum dan mendukung kesejahteraan rumah tangga,
Hak orang tua untuk melahirkan keturunan dan
medidikanya dalam pangkuan keluarga harus dilindungi. Hendaknya
melalui perundang-undangan yang
bijaksana serta pelbagai usaha lainnya juga mereka yang malang, karena tidak
mengalami kehidupan keluarga, dilindungi dan diringankan beban mereka dengan
bantuan yang mereka perlukan.
Hendaknya
umat beriman kristiani, sambil menggunakan waktu yang ada dan membeda-bedakan
yang kekal dari bentuk-bentuk yang dapat berubah, dengan tekun mengembangkan
nilai-nilai perkawinan dan keluarga, baik melalui kesaksian hidup mereka
sendiri maupun melalui kerja sama dengan sesama yang berkehendak baik. Dengan
demikian mereka mencegah kesukaran-kesukaran, dan mencukupi
kebutuhankebutuhan keluarga serta
menyediakan keuntungan-keuntungan baginya sesuai dengan tuntutan zaman sekarang. Untuk mencapai
tujuan itu semangat kristiani umat beriman, suara hati moril manusia, begitu
pula kebijaksanaan serta kemahiran mereka yang menekuni ilmu-ilmu suci, akan
banyak membantu.
Para
pakar ilmu-pengetahuan, terutama dibidang biologi, kedokteran, sosial dan
psikologi, dapat berjasa banyak bagi kesejahteraan perkawinan dan keluarga
serta bagi ketenangan suara hati, bila – dengan memadukan hasil studi mereka –
mereka berusaha menjelaskan secara makin mendalam pelbagai kondisi yang
mendukung pengaturan kelahiran manusia yang dapat di pertanggung jawabkan.
Termasuk
tugas para imam, untuk – berbekalkan pengetahuan yang memadai tentang hidup
berkeluarga – mendukung panggilan suami-isteri dengan pelbagai upaya pastoral,
pewartaan sabda Allah, ibadat liturgis maupun bantuan-bantuan rohani lainnya
dalam hidup perkawinan dan keluarga mereka. Tugas para imam pula, untuk dengan
kebaikan hatidan dengan sabar meneguhkan mereka ditengah kesukaran-kesukaran,
serta menguatkan mereka dalam cinta kasih, supaya terbentuklah
keluarga-keluargayang sungguh-sungguh berpengaruh baik.
Pelbagai
karya, terutama himpunan-himpunan keluarga, hendaknya berusaha meneguhkan kaum
muda dan para suami-isteri sendiri, terutama yang baru menikah, dengan ajaran
maupun kegiatan, hidup kemasyarakatan dan kerasulan.
Akhirnya
hendaknya para suami-isteri sendiri, yang diciptakan menurut gambar Allah yang
hidup dan ditempatkan dalam tata-hubungan antar pribadi yang otentik, bersatu
dalam cinta kasih yang sama, bersatu pula dalam usaha saling menguduskan supaya
mereka, dengan mengikuti Kristus sumber
kehidupan, di saat-saat gembira maupun pengorbanan dalam panggilan mereka,
karena cinta kasih mereka yang setia menjadi saksi-saksi misteri cinta kasih,
yang oleh Tuhan diwahyukan kepada dunia
dalam wafat dan kebangkitan-Nya”. (GS.52)
b. Pendalaman
Setelah menyimak teks GS.52 , guru mengajak
para peserta didik untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan teks
yang telah mereka baca. Pertanyaan-pertanyaan itu misalnya:
1)
Apa makna keluarga?
2)
Apa manfaat komunikasi dalam keluarga?
3)
Apa peran bapak dan ibu dalam
keluarga?
4)
Apa upaya Gereja dalam membina keluarga?
c. Penjelasan
§ Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut dalam diskusi kelompok, guru memberikan penjelasan untuk memberikan
wawasan atau pemahaman peserta didik tentang keluarga.
2). Arti dan makna Keluarga
§ Keluarga dalam arti
sempit: melibatkan suami, istri dan anak-anak mereka, disebut keluarga inti.
Keluarga dalam arti luas mencakup semua sanak saudara.
§ Keluarga adalah masyarakat
paling asasi.
§ Keluarga merupakan sekolah
yang terbaik untuk menanamkan keutamaan-keutamaan sosial, misalnya perhatian
terhadap sesama, rasa tanggung jawab, sikap adil dan bertenggang rasa, dan
sebagainya.
§
Arti dan Makna Keluarga menurut Gaudium et Spes (52)
Keluarga adalah adalah Sekolah Kemanusiaan yang kaya. Akan tetapi supaya kehidupan dan
perutusan keluarga dapat mencapai kepenuhan, dituntut komunikasi batin yang
baik, yang ikhlas dalam pendidikan anak. Kehadiran ayah yang aktif sangat
menguntung-kan pembinaan anak-anak, akan tetapi juga perawatan ibu di rumah,
yang dibutuhkan anak-anak dan seterusnya. (GS.52)
1.
Cinta adalah dasar dari hidup perkawinan dan keluarga.
Secara berturut-turut akan kita bicarakan tentang pentingnya cinta dalam hidup
kita dan membina cinta dalam kehidupan perkawinan dan keluarga.
a. Pentingnya cinta dalam
hidup kita
b. Membina cinta dalam hidup
perkawinan dan keluarga
§ Menghargai teman hidup
sebagai partner
§ Cinta kasih yang saling
memberi dan menerima
2.
Komunikasi
a. Faktor-faktor yang
mempengaruhi komunikasi
§ Citra diri: Ketika orang
berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain, dia mempunyai citra diri: dia
merasa dirinya sebagai apa, bagaimana…Ketika berbicara dengan anaknya, seorang
ayah punya citra diri sebagai seorang bapak.
§ Citra pihak lain. Pihak
lain yakni: orang yang diajaknya berkomunikasi.
§ Kondisi: Situasi fisik
yang dimiliki oleh seseorang ketika sedang berkomunikasi.
b. Komunikasi yang mengena
§ Mendengarkan
§ Keterbukaan
§ Sikap percaya
c. Rintangan-rintangan
Komunikasi
§ Kepentingan diri sendiri
§ Emosi
§ Permusuhan
§ Pengalaman masa lampau
§ Pembelaan diri
§ Hubungan yang retak atau
tak serasi
d. Bentuk-bentuk Komunikasi
§ Diskusi
§ Dialog
§ Bahasa Tubuh
3.
Tugas dan Kewajiban dalam
Keluarga
a. Tugas dan kewajiban suami
terhadap istri dan keluarga
§ Suami sebagai kepala
keluarga
§ Suami sebagai partner
istri
§ Suami sebagai kekasih dari
istri
b. Tugas dan Kewajiban Istri
Terhadap suami dan keluarga
§ Istri sebagai hati dalam
keluarga
§ Istri sebagai partner dari
suami
§ Istri sebagai kekasih
suami
4.
Keluarga Berencana
1. Pandangan Gereja Mengenai
KB pada umumnya
a. Alasan-alasan mengapa KB
sangat urgen dan penting
·
Alasan kesejahteraan keluarga
Alasan pertama mengapa KB harus dipromosikan ialah
kesejahteraan keluarga sebagai sel yang paling kecil dari masyarakat. Dengan
KB, mutu kehidupan dapat diselamatkan dan ditingkatkan. Bagaimana hal itu bisa
terjadi?
Ø Dengan KB kesehatan ibu
bisa agak terjamin. Kesehatan di sini dimengerti secara fisik maupun psikis.
Setiap persalinan dan kehamilan memerlukan tenaga ibu.
Ø Dengan KB relasi suami
istri bisa semakin kaya. Kalu kehamilan dan kelahiran terjadi secara
terus-menerus, tugas utama suami istri seolah-olah hanya terpaut pada urusan
pengadaan dan pendidkan anak.
Ø Dengan KB taraf hidup yang
lebih pantas dapat dibangun. Semakin banyak anak berarti semakin banyak mulut
dan kepala yang memerlukan maknanan, pakaian, rekreasi, perawatan kesehatan dan
sebagainya.
Ø Dengan KB pendidikan anak
dapat lebih dijamin. Semua orang tua yang mencintai anak-anaknya pasti
inginmemberikan pendidkan yang sesuai dengan masa modern ini supaya nasib
anak-anaknya lebih baik daripada nasib mereka sendiri.
·
Kepentingan masyarakat dan umat manusia
b. Pandangan Gereja mengenai
Metode KB pada Khususnya
·
Penilaian moral tentang metode pada umumnya
Walaupun ajaran Gereja pada umumnya hanya mengakui
metode Kb alamiah, namun Gereja Indonesia melalui uskup-uskupnya mengatakan
bahwa dalam keadaan terjepit para suami istri dapat menggunakan metode lain,
asalkan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Ø Tidak merendahkan martabat
istri atau suami. Misalnya, suami istri tidak boleh pernah dipaksa untuk
menggunakan salah satu metode.
Ø Tidak berlawanan dengan
hidup manusia. Jadi, metode-metode yang bersifat abortif jelas ditolak
Ø Dapat
dipertanggungjawabkan secara medis, tidak membawa efek samping yang menyebabkan
kesehatan atau nyawa ibu berada dalam bahaya.
Evaluasi:
1. Jelaskanlah pandangan
Gereja tentang metode KB pada umumnya!
2. Jelaskanlah pandangan
Gereja mengenai metode KB pada khususnya!
3. Sebutkanlah
rintangan-rintangan dalam berkomunikasi!
E.
PERKAWINAN CAMPUR
1. Problem Perkawinan Campur
a. Alasan terjadinya
perkawinan campur antara lain sebagai berikut:
§ Jumlah umat yang terbatas
pada suatu tempat sehingga muda-mudi Ktolik sulit bertemu dengan teman seiman.
Pertemuan terus-menerus dengan muda-mudi yang berbeda iman pasti bisa
menimbulkan rasa suka satu sama lain. Jika sudah saling jatuh cinta maka jalan
menuju perkawinan terbuka lebar
§ Perkembangan usia,
terutama untuk wanita. Jika usia sudah beranjak tua maka simpati dan lamaran
dari mana saja akan lebih gampang diterima
§ Karakter, status sosial,
dan jaminan sosial ekonomi. Seseorang yang mempunyai karakter atau status
sosial dan jaminan sosial ekonomi yang baik akan lebih gampang diterima.
Pertimbangan segi iman tidak lagi menjadi terlalu dominan.
§ Pergaulan sudah terlalu
jauh sehingga harus dilanjutkan.
b. Akibat Perkawinan campur
§ Iman suami atau istri bisa
terguncang
§ Pendidikan anak mungkin
tak menentu
§ Banyak persoalan keluarga
tidak bisa dipecahkan karena keyakinan yang berbeda
2. Perkawinan Campur Beda Agama
Dalam hukum Gereja Katolik perkawinan campur dapat
berarti sebagai berikut.
a. Perkawinan antara seorang
Kristen – Katolik dan seorang yang berbeda agama. Jadi, perkawinan antara
seorang yang dibaptis dan orang yang tidak dibaptis atau penganut agama lain.
b. Perkawinan dua orang
Kristen yang berbeda Gereja. Misalnya antara orang Katolik dan orang Protestan
atau Gereja-gereja Kristen Lainnya. Kedua-duanya telah dibaptis.
3. Pandangan Katolik dan
Islam tentang perkawinan Campur
a. Pandangan Katolik
Agama Katolik tidak mutlak melarang perkawinan campur
antara orang Katolik dan orang yang berbeda agama, tetapi juga tidak
menganjurkannya. Perkawinan campur beda agama memerlukan dispensasi dari Gereja
supaya sah. Dispensasi ini diberikan dengan persyaratan sebagai berikut:
·
Pernyataan tekad pihak Katolik untuk menjauhkan bahaya
meninggalkan imannya dan berjanji untuk sekuat tenaga mengusahakan pembaptisan
dan pendidikan anak-anak yang akan lahir secara Katolik.
·
Pihak bukan Katolik harus diberitahu mengenai janji pihak
Katolik tersebut supaya sebelum menikah ia sadar akan janji dan kewajiban pihak
Katolik.
·
Penjelasan kepada kedua belah pihak tentang tujuan dan
sifat-sifat hakiki perkawinan yang tidak boleh disangkal agar perkawinan itu
menjadi sah.
b. Pandangan Islam
Dalam pandangan Islam perkawinan campur sulit
dilakukan, bahkan tidak mungkin dilaksanakan.
Ø Seorang pria Islam hanya
akan menikah secara sah dengan wanita non-Islam, jika wanita itu memeluk
agama yang memiliki Kitab Suci (Kristen, Yahudi) dan pernikahan itu dilakukan
secara Islam, di depan wali nikah (wanita itu dapat tetap memeluk agamanya).
Tanpa adanya wali nikah untuk pihak wanita, perkawinan itu dianggap tidak sah
secara Islam (Islam tidak mengenal lembaga dispensasi). Dengan demikian,
menurut pandangan Islam, pernikahan yang dilakasanakan secara Katolik tidak sah
dan hal itu juga berarti bahwa pria Islam itu hidup dalam percabulan yang
berkepanjangan dengan istrinya yang Kristen/Katolik.
Ø Seorang wanita Islam tidak
boleh menikah dengan pria yang bukan Islam. Pria pemeluk agama lain yang akan
menikah dengannya harus meninggalkan agamanya dan memeluk agama Islam.
Ø Baik perkawinan campur
maupun perkawinan yang biasa secara Islam dapat diceraikan dengan alasan-alasan
yang sah.
4. Perkawinan Campur Beda
Gereja
Menurut teologi Kristen Protestan,
suatu perkawinan adalah sah jika tekad nikah diungkapakan secara umum sehingga
upacara di Gereja hanya merupakan pemberian berkat dan pesan. Perkawinan bukan suatu sakramen.
Sementara, menurut keyakinan Katolik, jika salah satu diantara kedua mempelai
dibaptis di Gereja Katolik maka peneguhan Gerejanilah yang diperlukan supaya
perkawinan itu sah. Perkawinan adalah suatu sakramen.
Perkawinan campur antara dua orang Kristen, yaitu perkawinan orang
Katolik dan orang Kristen bukan Katolik (perkawinan beda Gereja atau mixta religio) dilarang, jika dilakukan
tanpa dispensasi. Meskipun demikian, ”perbedaan Gereja” bukan merupakan
halangan yang menggagalkan perkawinan.
“Tanpa ijin yang tegas dari yang berwewenang, dilarang
perkawinan antara dua orang yang sudah dibaptis, yang diantaranya satu baptis
dalam Gereja Katolik atau diterima di dalamnya setelah Pembaptisan dan tidak
meninggalkan secara resmi, sedangkan pihak lain tercatat pada Gereja atau
persekutuan Gerejani yang tidak bersatu penuh dengan Gereja Katolik” (KHK
1124).
Izin yang dituntut oleh kanon ini dapat diberikan oleh
uskup setempat, jika ada alasan yang wajar dan masuk akal. Namun, ia hanya
boleh memberikan izin itu, jika syarat-syarat berikut ini terpenuhi.
1.
Pihak Katolik menyatakan bersedia menjauhkan bahaya
meninggalkan imannya dan berjanji dengan jujur bahwa ia akan berusaha sekuat
tenaga agar semua anaknya dibaptis dan dididik di Gereja Katolik.
2.
Mengenai janji yang wajib dibuat pihak Katolik itu, pihak
lain hendaknya diberitahu pada waktunya dan sedemikian rupa, sehingga jelas
bahwa ia sungguh sadar akan janji dan kewajiban pihak Katolik.
3.
Kedua pihak hendaknya diberi penjelasan mengenai tujuan dan
sifat hakiki perkawinan, yang tidak boleh ditiadakan oleh pihak manapun (KHK
1125)
Pihak Katolik
terikat pada tata peneguhan perkawinan, yaitu perkawinan di hadapan uskup dan
pastorparoki (atau imam maupun diakon yang diberi delegasi yang sah dan
dihadapan dua orang saksi). Akan tetapi, jika ada alasan
yang berart, uskup berhak memberikan dispensasi dari tata peneguhan itu
(lih.KHK 1127 & 1 dan 2).Jadi. Peneguhan nikah dapat dilaksanakan di depan
pendeta atau pegawai catatan sipil asal mendapat dispensasi dari uskup. Pihak
Katolik wajib memohon dispensasi ini jauh sebelum peresmian perkawinan, bukan
baru pada saat penyelidikan kanonik.
Karena menurut
pandangan Kristen upacara di Gereja hanya merupakan berkat, sedangkan menurut
pandangan Katolik merupakan peneguhan yang membuat perkawinan itu sah maka
dalam perkawinan ekumenis disarankan supaya pendeta membawakan firman dan
pastor memimpin peneguhan atau kesepakatan nikah.
Evaluasi:
1. Jelaskanlah alasan-alasan
terjadinya perkawinan campur!
2. Jelaskanlah pandangan
Katolik dan Islam tentang perkawinan Campur!
3. Apa syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh sepasang pengantin yang beda Gereja agar mendapat
dispensasi dari uskup setempat supaya pernikahan mereka sah menurut Kitab Hukum
kanonik no. 1124-1125? Jelaskan!
F.
PANGGILAN HIDUP
MEMBIARA/SELIBAT
1.
Arti dan inti Hidup
Membiara
Hidup membiara merupakan ungkapan hidup manusia, yang
menyadari bahwa hidupnya berada di hadirat Allah.Agar hidup di hadirat Allah
bisa diungkapkan secara padat dan menyeluruh, orang melepaskan diri dari segala
urusan membentuk hidup berkeluarga. Hal ini dilakukan mengingat,
berdasarkan pengalaman, kesibukan hidup berkeluarga sangat membatasi
kemungkinan untuk mengungkapkan hidup di hadirat Allah secara menyeluruh dan
padat.
Dilihat dari hidup manusia keseluruhan, ternyata hidup
membiara mempunyai nilai dan kepentingannya. Melalui hidup membiara,
umatmanusia semakin menentukan dimensi rohani dalam hidupnya. Dari pengalaman
hidup yang praktis, orang menyadari bahwa dalam keterbatasan hidup mereka hidup
di hadirat Allah tidak dapat dinyatakan dengan bobot yang sama. Untuk kepentingan
itu tampaklah betapa pentingnya hidup membiara bagi hidup manusia.
Hidup membiara menuntut suatu penyerahan diri secara
mutlak dan menyeluruh. Cara hidup ini merupakan suatu
kemungkinan bagi manusia untuk mengembangkan diri dan pribadinya.Hidup membiara
mempunyai amanatnya sendiri, yaitu menunjukkan dimensi hadirat Allah dalam
hidup manusia.Karenanya, hidup manusia juga disebut panggilan.
2.
Frater/pastor
suster
Inti Hidup Membiara, yang juga dituntut dari setiap
orang Kristen, ialah persatuan atau keakraban dengan Kristus. Tugas ataupun
kariernya adalah soal tambahan. Tanpa keakraban ini maka kehidupan
membiara sebenarnya tak memiliki suatu dasar. Seorang biarawan hendaknya selalu
bersatu dengan Kristus dan menerima pola nasib hidup Yesus Kristus secara
radikal bagi dirinya. Oleh karena itu, semboyan
klasik hidup membiara adalah: ”mengikuti jejak Tuhan kita Yesus
Kristus”, atau “meniru Kristus”. Contoh hidup akrab dengan Kristus bisa kita
temukan dalam hidup para orang kudus, misalnya Santa Teresia dari Kanak-Kanak
Yesus.Sikap akrabnya dengan Yesus antara lain terungkap dalam doa-doanya.
3.
Arti dan makna kaul-kaul
a. Kaul Kemiskinan
Memiliki harta benda
adalah hak setiap orang. Dengan mengucapkan dan menghayati
kaul kemiskinan, orang yang hidup membiara melepaskan hak untuk memiliki harta
benda tersebut. Ia hendak menjadi seperti Kristus: dengan sukarela melepaskan
haknya untuk memiliki harta benda. Orang yang mengucapkan kaul kemiskinan rela
menyumbangkanbukan hanya harta bendanya demi kerasulan, melainkan juga tenaga,
waktu, keahlian dan keterlampilan; bahkan segala kemampuan dan seluruh
kehidupan.
b. Kaul Ketaatan.
Kemerdekaan dan kebebasan
adalah milik manusia yang sangat berharga. Dengan kaul ketaatan, orang
memutuskan untuk taat seperti Kristus, melepaskan kemerdekaannya, dan taat
kepada pembesar demi kerajaan Allah.Ketaatan religius adalah ketaatan yang
diarahkan kepada kehendak Allah.Ketaatan kepada pembesar merupakan konkretisasi
ketaatan kepada Allah.Maka itu, baik pembesar maupun anggota biasa perlu
bersama-sama mencari dan berorientasi kepada kehendak Allah.
c. Kaul Keperawaan
Dengan kaul keperawanan,
sikap penyerahan diri seorang Kristen dinyatakan dalam seluruh hidup dan setiap
segi. Intikaul keperawanan bukanlah “tidak kawin”, melainkan penyerahan secara
menyeluruh kepada Kristus, yang dinyatakan dengan meninggalkan segala-galanya
demi Kristus dan terus-menerus berusaha mengarahkan diri kepad Kristus,
terutama melalui hidup doa.
d. Bentuk kaul keperawanan
yang lain
Di samping hidup membiara,
masih ada bentuk hidup selibat lain yang dijalani oleh orang-orang yang memilih
hidup tidak menikah demi pengabdian mereka kepada sesama dan Tuhan. Misalnya,
ada perawat yang tidak menikah karena ingin mengabdikan diri sepenuhnya bagi
pelayanan orang sakit. Ada guru yang tidak menikah
karena ingin mengabdi kepada anak didiknya secara penuh.Mereka tidak menikah
bukan karena tidak memiliki cinta.Justru karena mereka memiliki cinta kepada
Allah dan sesama, dengan suka rela mereka meninggalkan hak mereka untuk
menikah, demi Kerajaan Surga.
e. Kaul-kaul adalah tanda
Kerajaan Allah
Dengan menghayati kaul-kaul kebiaraan
itu, para biarawan menjadi tanda:
a.Yang memperingatkan kita
supaya tidak terlalu “terpaku” pada kekayaan dan harta, kuasa dan kedudukan,
perkawinan dan kehidupan berkeluarga, walupun semua itu sangat bernilai;
b.Yang mengarahkan kita
kepada Kerajaan Allah, yang sudah mulai terungkapkan kepada kenyataan yang akan
datang.
Evaluasi:
1. Apa inti dari hidup
membiara?
2. Jelaskanlah makna kaul
kemiskinan, keperawanan dan ketaatan!
G.
CITA-CITA DAN KARIER
1.
Menggapai cita-cita
Usaha mencapai cita-cita dijalankan melalui suatu
proses penyempurnaan diri. Upaya penyempurnaan diri dilakukan melalui pemilihan
dan pelaksanaan suatu pekerjaan atau karya tertentu, yang sebaiknya sesuai
dengan bakat, minat dan ketrampilan. Kesempurnaan diri secara utuh dan terpadu
menuntut persiapan, ketekunan, dan kesediaan mengembangkan diri melalui
peningkatan pekerjaan yang dilaksanakan, baik dari segi mutu, cara, maupun
hasil.
Dalam mengejar cita-cita orang harus memilih bidang
karya: ekonomi, pendidikan, sosial, kesehatan, hukum, politik dan sebagainya.
Pemilihan dan penentuan bidang kerja tertentu ini penting mengingat pada zaman
modern ini spesialisasi semakin ditonjolkan. Di samping itu, masih ada alasan
lain mengapa orang harus memilih pekerjaan tertentu.
a. Orang bisa melaksanakan
pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
b. Orang bisa belajar dan
mempraktikkan hal-hal yag dipelajari selama masa pendidikannya
c. Orang bisa merencanakan
serta mengembangkan pekerjaannya, dan dengan demikian mengembangkan kariernya.
2.
Mengembangkan Karier
Biasanya, orang bekerja untuk mengejar dan
meningkatkan karier. Karier seseorang meningkat apabila pekerjaan
orang itu memberikan hasil yang semakin berkualitas dan meningkat.Peningkatan
mutu pekerjaan dapat dilakukan melalui pembinaan.Dengan pembinaan, orang
diharapkan dapat menjalankan pekerjaannya secara lebih efektif, dapat
mengembangkan pekerjaan dan kariernya ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih
luas, serta dapat semakin dibentuk dan diperkaya. Pembinaan dalam rangka
pengembangan diri dan peningkatan karier dapat dilaksanakan antara lain dengan
langkah-langkah berikut.
a. Menerima pekerjaan apa pun
wujudnya (asl baik dan tidak melanggar hukum) dan dengan senang hati
menjalankannya dengan tekun, setia, dan bertanggungjawab.
b. Mencari atau mempergunakan
kesempatan untuk belajar lebih lanjut, baik formal maupun informal. Dengan
belajar, diharapkan pengetahuan bertambah, keterampilan lebih terasah, sikap
terhadap pekerjaan menjadi lebih benar dan tepat.
Supaya semangat belajar dapat dipacu dibutuhkan:
1. Motivasi yang tangguh
2. Konsetrasi dan keaktifan
yang prima
3. Pengaturan waktu yang
berimbang
4. Kerajinan mengulangi
pelajaran.
Evaluasi:
1. Jelaskanlah alasan-alasan
memilih pekerjaan tertentu!
2. Apa yang harus dibutuhkan
supaya semangat belajar dapat dipacu? Jelaskan!
H. PANGGILAN KARYA/PROFESI
a. Gambaran tentang kerja
Gambar
1 Gambar
2
Gambar 3 Gambar
4
Jenis-jenis
profesi
b. Pendalaman
§ Berdasarkan pengamatanmu pada gambar-gambar diatas
sekarang cobalah menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini
1)
Jenis kerja apa yang tampak pada gambar-gambar itu?
2)
Apa saja jenis kerja manusia?
3)
Apa yang dimaksudkan dengan kerja!
4)
Apa tujuan manusia bekerja?
HAKEKAT KERJA SEBAGAI PROFESI
Pekerjaan adalaha suatu panggilan, yakni perwujudan peran
serta manusia dalam karya Allah: mengembangkan dan menyempurnakan kehidupan,
demi terciptanya kesejahteraan/keselamatan manusia. Dalam Kitab Kejadian, Allah
dilukiskan sebagai Pencipta yang sedang bekerja dan pada hari ketujuh
beristirahat dari pekerjaan-Nya (Kej 1: 1-2:3)
2.
Arti dan Makna Kerja menurut Ajaran
Sosial Gereja
a. Studi
Dokumen Ajaran Sosial Gereja
tentang Kerja
Simaklah ajaran Gereja berikut ini.
Kerja Sebagai
Partisipasi dalam Kegiatan Sang Pencipta
Menurut
Konsili Vatikan II: ”Bagi kaum beriman ini merupakan keyakinan: kegiatan
manusia baik perorangan maupun kolektif, atau usaha besar-besaran itu sendiri,
yang dari zaman ke zaman dikerahkan oleh banyak orang untuk memperbaiki
kondisi-kondisi hidup mereka, memang sesuai dengan rencana Allah. Sebab
manusia, yang diciptakan menurut gambar Allah, menerima titah-Nya, supaya
menaklukkan bumi beserta segala sesuatu yang terdapat padanya, serta menguasai
dunia dalam keadilan dan kesucian; ia mengemban perintah untuk mengakui Allah
sebagai Pencipta segala-galanya, dan mengarahkan diri beserta seluruh alam
kepada-Nya, sehingga dengan terbawahnya segala sesuatu kepada mausia nama Allah
sendiri dikagumi di seluruh bumi”.
Sabda
perwahyuan Allah secara mendalam ditandai oleh kebenaran asasi, bahwa manusia,
yang diciptakan menurut citra Allah, melalui kerjanya berperan serta dalam
kegiatan Sang Pencipta, dan dalam batas-batas daya-kemampuan manusiawinya
sendiri ia dalam arti tertentu tetap makin maju dalam menggali sumber-sumber
daya serta nilai-nilai yang terdapat dalam seluruh alam tercipta. Kebenaran itu
tercantum pada awal Kitab suci sendiri, dalam Kitab Kejadian , yang
menyajikankarya penciptaan dalam bentuk ”kerja” yang dijalankan oleh Allah
selama ”enam hari”, sedangkan Ia ”beristirahat” pada hari ketujuh. Selain itu
kitab terakhir Kitab suci menggemakan
sikap hormat yang sama terhadap segala yang telah dikerjakan oleh Allah
melalui ”karya” penciptaan-Nya, bila menyatakan: ”Agung dan ajaiblah segala
karya-Mu, ya Tuhan, Allah yang Mahakuasa!”Itu senada dengan Kitab Kejadian,
yang menutup lukisan setiap hari penciptaan dengan pernyataan: ”Dan Allah
melihat bahwa itu baik adanya”
Gambaran
pencitaan, yang terdapat dalam bab pertama Kitab Kejadian dalam arti tertentu
merupakan ”Injil Kerja” yang pertama. Sebab menunjukkan di mana letak martabat
kerja: di situ diajarkan, bahwa manusia harus meneladan Allah Penciptanya dalam
bekerja, sebab hanya manusialah yang mempunyai ciri unik menyerupai Allah.
Manusia harus berpola pada Allah dalam bekerja maupun dalam dalam beristirahat,
sebab Allah sendiri bermaksud menyajikankegiatan-Nya menciptakan alam dalam
bentuk kerja dan istirahat. Kegiatan Allah di dunia itu selalu berlangsung,
seperti dikatakan oleh Kristus: ”Bapa-Ku tetap masih berkarya...”: Ia berkarya
degnankuasa pencipta-Nya dengan melestarikan bumi, yang dipanggil-Nya untuk
berada dari ketiadaan, dan Ia berkarya dengan kuasa penyelamat-Nya dalam hati
mereka, yang sejak semula telah ditetapkan-Nya untuk ”beristirahat” dalam
persatuan dengan diri-Nya di ”rumah Bapa”-Nya. Oleh karena itu kerja manusia
pun tidak hanya memerlukan istirahat setiap”hari ketujuh”, melainkan tidak dapat pula terdiri
hanya dari penggunaan tenaga manusiawi dalam kegiatan lahir. Kerja harus
membuka peluang bagi manusia untuk menyiapkan diri, dengan semakin menjadi
seperti yang dikehendaki oleh Allah, bagi ”istirahat” yang disediakan oleh
Tuhan bagi para hamba dan sahabat-Nya.
Kesadaran,
bahwa kerja manusia ialah partisipasi dalam kegiatan Allah, menurut Konsili,
bahkan harus meresapi ”pekerjaan sehari-hari yang biasa sekali. Sebab pria
maupun wanita, yang-sementara mencari nafkah bagi diri maupun keluarga
mereka-melakukan pekerjaan mereka sedemikian rupa sehingga sekaligus
berjasa-bakti bagi masyarakat, memang dengan tepat dapat berpandangan, bahwa
dengan jerih-payah itu mereka mengembangkan karya Sang Pencipta, ikut memenuhi
kepentingan sesama saudara, dan menyumbangkan kegiatan mereka pribadi demi
terlaksananya rencana ilahi dalam sejarah”.
Spiritualitas
Kristiani kerja itu harus merupakan warisan bagi semua. Khususnya pada zaman
modern, spiritualitas kerja harus menampilkan kematangan yang dibutuhkan untuk
menanggapi ketegangan-ketegangan dan ketidak-tenangan budi dan hati. ”Umat
kristiani tidak beranggapan seolah-olah karya-kegiatan, yang dihasilkan oleh
bakat-pembawaan serta daya-kekuatan manusia, berlawanan dengan kuasa Allah,
seakan-akan ciptaan yang berakalbudi menyaingi Penciptanya. Mereka malahan
yakin, bahwa kemenangan-kemenangan bangsa manusia justru menandakan keagungan
Allah dan merupakan buah rencana-Nya yang tak terperikan. Adapun semakin
kekuasaan manusia bertambah, semakin luas pula jangkauan tanggung jawabnya,
baik itu tanggung jawab perorangan maupun tanggung jawab bersama. Maka jelaslah
pewartaan kristiani tidak menjauhkan orang-orang dari usaha membangun dunia pun
tidak mendorong mereka untuk mengabaikan kesejahteraan sesama; melainkan mereka
justru semakin terikat tugas untuk melaksanakan itu”.
Kesadaran,
bahwa melalui kerja manusia berperan serta dalam karya penciptaan merupakan
motif yang terdalam untuk bekerja di pelbagai sektor. ”Jadi”-menurut Konstitusi
”Lumen Gentium”-”kaum beriman wajib mengakui makna sedalam-dalamnya, nilai
serta tujuan segenap alam tercipta, yakni: demi kemuliaan Allah. Lagi pula
mereka wajib saling membantu juga melalui kegiatan duniawi untuk hidup dengan
lebih suci, supaya dunia diresapi semangat Kristus, dan dengan lebih tepat
mencapai tujuannya dalam keadilan, cinta kasih dan damai....Maka dengan
kompetensinya di bidang profan serta dengan kegiatannya, yang dari dalam
diangkat oleh rahmat Kristus, hendaklah mereka memberi sumbangan yang andal,
supaya hal-hal tercipta dikelola dengan kerja manusia, keahlian teknis, serta
kebudayaan yang bermutu, menurut penetapan Sang Pencipta dan dalam cahaya
Sabda-Nya”(LE 25)
*****
Centesimus Annus (Ulang tahun ke seratus)
“....Sumber pertama segala sesuatu
yang baik ialah karya Allah sendiri yang menciptakan bumi dan manusia, serta
mengurniakan bumi kepada manusia, supaya manusia dengan jerih-payahnya
menguasainya dan menikmati buah-hasilnya (bdk. Kej 1:28-29). Allah
menganugerahkan bumi kepada seluruh umat manusia, supaya bumi menjadi sumber
kehidupan bagi semua anggotanya, tanpa mengecualikan atau mengutamakan siapapun
juga. Itulah yang menjadi dasar mengapa harta-benda bumi diperuntukkan bagi
semua orang. Sebab berkat kesuburannya dan kemampuannya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan manusia,; bumi merupakan kurnia Allah yang pertama untuk
menjadi sumber kehidupan baginya. Tetapi bumi tidak menghasilkan buah-buahnya
tanpa tanggapan manusia yang khusus terhadap anugerah Allah, atau : tanpa
kerja. Melalui kerja manusia dengan menggunakan akal-budi dan kebebasannya
menguasai bumi, dan menjadikannya kediaman yang layak bagi dirinya. Begitulah
manusia menjadikan miliknya sebagian bumi yang diperolehnya denganbekerja.
Itulah asal-mula milik perorangan. Sudah jelaslah ia terikat kewajiban untuk
tidak menghalang-halangi sesamanya mendapat bagiannya dari kurnia Allah. Bahkan
ia harus bekerja sama dengan mereka untuk bersama-sama menguasai seluruh bumi.....” (CA 31).
b. Pendalaman/Diskusi
§ Setelah menyimak beberapa dokumen
Ajaran Sosial Gereja di atas, sekarang cobalah berdiskusi dengan teman-temanmu dalam kelompok untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
1) Apa arti dan makna dari kerja
2) Apa tujuan manusia bekerja?
3) Apa hubungan kerja dengan doa?
4) Apa hubungan kerja dengan
istiahat?
3.
Menghayati Arti dan Makna Kerja
a. Refleksi
§ Tulislah
sebuah refleksi tentang kerja; bagaimana kamu mempersiapkan masa
depannya untuk bekerja kelak dengn memulainya dari bangku sekolah.
b. Aksi
§
Ungkapkan niatmu
secara tertulis untuk rajin belajar, mengerjakan tugas mandiri dan
kelompok belajar di sekolah dan di luar
sekolah secara bertanggungjawab untuk mempersiapkan masa depannya untuk
bekerja.
§
Bersikap menghargai, hormat, sopan dan santun pada para guru serta semua yang karyawan di
sekolahnya yang bekerja untuk melayani
setiaphari.
ARTI KERJA
Kerja merupakan kegiatan manusia yang dimaksudkan
bagi kemajuan manusia, jasmani maupun rohani. Ada 2 hal yang perlu diingat
berkaitan dengan kerja:
(1) Kerja memerlukan pemikiran
secara sadar yang diarahkan pada tujuan tertentu, dan oleh karenanya martabat
luhur manusia semakin nyata. Manusia tidak boleh dipaksa untuk melakukan kerja
tertentu, karena bertentangan dengan hak asasi manusia.
(2) Setiap pekerjaan yang halal
sama mulianya, meskipun dilihat dari segi tujuan dan hasil bisa berbeda. Namun,
nilai insaninya serta martabatnya tidak berubah karenanya.
2. MAKNA KERJA
Ada berbagai makna kerja, a.l.:
(1) Makna Ekonomis:
Kerja dipandang sebagai pengerahan tenaga untuk
menghasilkan sesuatu yang diperlukan atau diinginkan oleh seseorang atau
masyarakat. Maka kerja dapat dibedakan: pekerjaan produktif,
distributif, & jasa. Dalam konteks ini kerja ialah usaha memenuhi
dan menyelenggarakan kebutuhan-kebutuhan hidup primer.
(2) Makna Sosiologis:
Kerja, selain sebagai usaha untuk memenuhi
kebutuhan sendiri, sekaligus juga mengarahkan kepada pemenuhan kebutuhan
masyarakat. Selain itu, melalui kerja manusia dimungkinkan untuk membangun
relasi dengan sesamanya.
(3) Makna Antropologis:
Kerja memungkinkan manusia untuk membina dan
membentuk diri pribadinya. Dengan kerja, manusia menjadi lebih manusia dan
lebih bisa menjadi teman bagi sesamanya dengan menggunakan akal budi, kehendak,
tenaga, daya kreatif, serta rasa tanggung jawab terhadap kesejahteraan umum.
3. TUJUAN KERJA
Tujuan kerja manusia juga dapat dirumuskan
berbeda-beda, a.l.:
(1) Mencari Nafkah
Bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup, memperoleh kedudukan dan
kejayaan ekonomi. Nilai kerja yang hendak dicapai bersifat jasmani.
(2) Memajukan Teknik & Kebudayaan
Bekerja untuk memajukan salah satu cabang teknologi atau
kebudayaan, dari yang paling sederhana sampai ke yang paling canggih. Nilai kerja
yang hendak dicapai bersifat rohani.
(3) Menyempurnakan diri sendiri
Bekerja untuk menyempurnakan dirinya sendiri. Ia menemukan harga
dirinya. Dkl. Untuk mengembangkan kepribadiannya. Nilai kerja yang hendak
dicapai untuk memanusiakan dirinya, atau meningkatkan kualitas hidupnya.
(4) Memuliakan Tuhan
Bekerja dihayati sebagai partisipasi nyata manusia dalam karya
penciptaan Allah. Karya penciptaan Allah masih harus dilanjutkan oleh manusia,
karena Allah menjadikan manusia sebagai partner kerjanya untuk menyempurnakan
penciptaan.
Dalam hal ini hendaknya kita menjadi kritis terhadap etos kerja
masyarakat. Perlu kiranya memperhatikan beberapa hal berikut ini:
(1) Dengan tujuan apa Anda
kerja?
(2) Kalau sudah memperoleh uang,
untuk apa uang itu?
(3) Apakah kebutuhan hidup Anda
ada batasnya? Mengapa?
(4) Apa yang akan Anda lakukan,
jika hasil kerja keras Anda masih belum juga dapat menutupi kebutuhan hidup?
(5) Sampai kapan Anda mampu
bekerja keras?
(6) Apa yang Anda pikirkan, jika
sudah tidak mampu bekerja keras lagi?
Ada 2 pola pikir dalam memandang makna Belajar
& Kerja
Pola pikir pada umumnya:
Ø Sekolah untuk mempersiapkan diri memasuki
dunia kerja
Ø Bekerja, untuk memperoleh dan mengumpulkan
uang
Pola pikir baru:
Ø Sekolah, untuk menemukan cara belajarnya
sendiri, sehingga dengan senang hati mau belajar, bahkan akan menjadi
pembelajar seumur hidup (long life education).
Ø Bekerja, untuk belajar, sehingga terus
menerus mampu meningkatkan taraf hidupnya, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
Apa itu BELAJAR?
Ø Belajar merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan secara mental atau fisik yang diikuti dengan kesempatan untuk
merefleksikan hal-hal yang harus dilakukan, sehingga dapat mencapai tujuan
dengan memanfaatkan sebagai pengetahuan/pengalaman yang sudah dimiliki.
Ø Belajar: merupakan suatu PROSES UNTUK
MENEMUKAN SESUATU dari pada suatu PROSES UNTUK MENGUMPULKAN SESUATU.
4. HUBUNGAN
ANTARA KERJA & DOA
Doa & Kerja mempunyai hubungan yang sinergi:
(1) Doa dapat menjadi daya
dorong bagi kita untuk bekerja lebih tekun, lebih tabah, dan tawakal.
(2) Doa dapat memurnikan pola
pikir (etos), motivasi, dan orientasi kerja.
(3) Doa seringkali merupakan
saat-saat refleksi diri dan kerja yang sangat efektif.
(4) Doa dapat menjadikan kerja manusia
mempunyai aspek religius & adikodrati.
Sesungguhnya orang yang paling bahagia adalah
orang yang menikmati pekerjaannya dengan segenap jiwa-raganya, dan dari situ ia
dapat memberi kepuasan dan kebahagiaan bagi sesamanya.
Bekerja adalah suatu kodrat manusia yang tidak
dapat ditolak atau dihindari. Kerja bukan sekedar kewajiban, tetapi juga hak
bagi setiap manusia. Tentu saja manusia ingin memiliki pekerjaan yang “mulia”
dan sesuai dengan bakat serta talenta yang ada padanya.
Kerja & belajar merupakan 2 hal yang tak
dapat dipisahkan. Belajar yang paling efektif adalah dilakukan sambil melakukan
tindakan (=bekerja) atau learning by doing. Melalui kerja kita akan
banyak menjalani proses belajar. Belajar menekuni apa yang ia kerjakan, agar
semakin kompeten/ahli. Oleh karena kita tidak mungkin hanya menekuni bidang
tertentu saja, kita pun belajar hal lain. Dengan demikian, tak dapat ditolak
lagi bahwa kita harus mempelajari bidang apa saja yang dapat dipelajari, entah
suka atau tidak suka, selagi masih ada kesempatan untuk belajar.
Belajar dalam pendidikan formal, non-formal, maupun non formal,
sesungguhnya baru merupakan permulaan atau titik tolak belajar kita. Belajar
yang sesungguhnya adalah sewaktu kita telah menyelesaikan pendidikan dan
memasuki dunia kerja. Dari pekerjaan itu kita akan banyak belajar tentang
banyak hal. Dan dengan belajar hidup manusia akan menjadi semakin bermutu dan
berarti. Atau manusia menemukan dirinya sebagai “gambar dan rupa Allah”.
|
BAB II MEMPERJUANGKAN NILAI-NILAI PENTING DALAM
HIDUP BERMASYARAKAT
|
Kompetensi
Inti
1.
Menghargai dan menghayati ajaran
agama yang dianutnya.
2.
Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3.
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4.
Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam
ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan
ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.
Kompetensi Dasar
3.2. Memahami
nilai-nilai keadilan, kejujuran, kebenaran, perdamaian dan keutuhan ciptaan
sesuai dengan ajaran Yesus Kristus.
4.2. Menerapkan
nilai-nilai keadilan, kejujuran, kebenaran, perdamaian dan keutuhan ciptaan
sesuai dengan ajaran Yesus Kristus.
Indikator
·
Menjelaskan situasi sosial, politik dan ekonomi
bangsa Israel pada saat nabi Amos tampil
- Menjelaskan
pola pendekatan untuk menegakkan keadilan bagi mereka yang tertindas
- Menyebutkan
bentuk-bentuk kebohongan, sebab-sebab kebohongan dan akibat kebohongan
- Menceritakan pesan kisah MARSINAH bagi diri siswa
- Menjelaskan
keterlibatan siswa dalam menegakkan kasus ketidakadilan di Indonesia
·
Menjelaskan makna nilai-nilai keadilan menurut ajaran Kitab Suci (Am 5:7-15; Luk 11:37-46)
·
Menjelaskan makna nilai-nilai kejujuran menurut ajaran Kitab Suci(Mat
5:33-37; 23:13-16)
·
Menjelaskan makna nilai-nilai kebenaran menurut ajaran Kitab Suci(Kel 23:
1-3. 6-8; Ul 16: 18-19; Mat 5:37; Yoh 8:43 – 47)
·
Menjelaskan makna nilai-nilai perdamaian
menurut ajaran Kitab Suci (Yoh 14:27; 16:33; Luk 1:78-79; Mat 5:39)
- Menjelaskan
makna nilai-nilai keutuhan ciptaan menurut ajaran Kitab Suci (Kej
Materi Ajar
1. Memperjuangkan Keadilan
2. Memperjuangkan Kebenaran
3. Memperjuangkan Kejujuran
4. Memperjuangkan Perdamaian
dan Persaudaransejati
5. Lingkungan Hidup yang
Indah danHarmonis
A. Memperjuangkan Keadilan
a. Kasus-kasus Ketidakadilan:
Dalam sejarah bangsa kita, sejak
jaman penjajahan Belanda, pendudukan Jepang, kemudian pada jaman demokrasi
terpimpin, dan rezim orde baru, rakyat kecil sering mengalami tindakan yang
tidak adil. Pada zaman reformasi ini pun ketidakadilan itu tidak surut, tetap
berlangsung. Ketidakadilan itu tampak nyata dalam bentuk-bentuk antara lain:
·
Tindakan perampasan dan penggusuran hak milik orang,
pencurian, perampokan, dan korupsi:
·
Tindakan pemerasan, KKN, dan rekayasa
·
Tindakan atau keengganan membayar utang, termasuk kredit
macet, yang berbuntut merugikan rakyat kecil, dan sebagainya.
Semua tindakan
tersebut menunjukkan bahwa masyarakat kita, sadar atau tidak sadar, sering
tidak menghormati hak miliki orang, termasuk hak milik masyarakat dan Negara.
b. Akar Masalah Ketidakadilan
Berbagai ketidakadilan yang menyengsarakan dan
memiskinkan mayoritas bangsa kita lebih banyak disebabkan atas sistem dan
struktur sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang diciptakan oleh penguasa. Sistem sosial, politik, dan
ekonomi yang dibangun oleh penguasa dan pengusaha sering menciptakan
ketergantungan rakyat kecil. Di samping itu, pembangunan ekonomi, sosial,
politik dunia dewasa ini belum menciptakan kesempatan yang luas bagi
“orang-orang kecil”, tetapi justru mempersempit ruang gerak mereka untuk
mengungkapkan jati dirinya secara penuh.
Ada
berbagai bentuk ketidakadilan, misalnya sikap diskriminatif dan tidak
berprikemanusiaan terhadap kaum perempuan, pendatang/imigran.Penganiayaan
karena asal-usul etnis ataupun atas
dasar kesukuan yang kadang-kadang berakibat pembunuhan masal. Penganiayaan terhadap orang-orang yang
memiliki kepercayaan tertentu oleh partai-partai penguasa karena ingin mempertahankan
kepercayaan yang mereka anut. Perlakuan semena-mena terhadap
orang-orang dari aliran politik tertentu masih sering terjadi. Nasib
orang-orang jompo, yatim-piatu, orang sakit dan cacat sering tidak
diperhatikan. Orang-orang ini tentu saja sangat menderita karena tidak mampu
berbuat apa-apa.
Teks Kitab Suci: Amos 5:
7-13
7 Hai kamu yang mengubah keadilan menjadi ipuh dan
menghempaskan kebenaran ke tanah! 8 Dia yang telah membuat binatang kartika dan
binatang belantik, yang mengubah kekelaman menjadi pagi, dan yang membuat siang
gelap seperti malam; Dia yang memanggil air laut dan mencurahkannya ke atas
permukaan bumi – Tuhan itu namanya.9Dia yang menimpakan kebinasaan atas yang
kuat, sehingga kebinasaan datang atas tempat yang berkubu.10Mereka benci kepada
yang memberi teguran di pintu gerbang, dan mereka keji kepada mereka yang
berkata dengan tulus ikhlas. 11Sebab itu, karena kamu menginjak orang-orang
yang lemah dan mengambil pajak gandum dari padanya, sekalipun kamu telah
mendirikan rumah-rumah dari batu pahat, kamu tidak akan mendiaminya; sekalipun
kamu telah membuat kebun anggur yang indah, kamu tidak akan minum anggurnya. 12
Sebab aku tahu, bahwa perbuatanmu yang jahat banyak dan dosamu berjumlah besar,
hai kamu yang menjadikan orang benar terjepit, yang menerima uang suap, dan
yang mengesampingkan orang miskin di pintu gerbang. 13Sebab itu orang yang
berakal budi akan berdiam diri pada waktu itu, karena waktu itu adalah waktu
yang jahat.
Pertanyaannya:
1. Kepada siapa kata-kata
keras dari nabi Amos itu ditujukan?
2. Bentuk-bentuk
ketidakadilan apa yang dikecam oleh nabi Amos?
3. Kelompok mana yang dibela
oleh nabi Amos? Mengapa?
c. Arti dan makna Keadilan
Keadilan berarti memberikan kepada setiap orang
apayang menjadi haknya, misalnya hak untuk hidupwajar, hak untuk memilih
agama/kepercayaan, hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk bekerja, hak
untuk memiliki sesuatu, hak untuk mengeluarkan pendapat, dan sebagainya.
Keadilan menunjuk pada suatu keadaan, tuntutan, dan
keutamaan.
d. Distingsi (Pembedaan)
Keadilan
Kita membedakan keadilan komutatif, distributif, dan keadilan legal.
Keadilan komutatif menuntut kesamaan dalam pertukaran,
misalnya mengembalikan pinjaman atau jual beliyang berlaku pantas, tidak ada
yang rugi.
Keadilan distributif menuntut kesamaan dalam membagikan apa
yang menguntungkan dan dalam menuntut pengurbanan. Misalnya, kekayaan alam
dinikmati secara adil dan pengorbanan untuk pembangunan dipikul bersama-sama
dengan adil.
Keadilan Legal menuntut kesamaan hak dan kewajiban terhadap
Negara sesuai dengan undang-undanag yang berlaku.
Keadilan Individual; perwujudan keadilan yang tergantung pada
pribadi-pribadi, dapat diberi contoh, msalnya: upah yang tergantung pada sang
majikan untuk para karyawan atau buruh.
Keadilan sosial: perwujudan keadilan yang tergantung dari
struktur dan proses politik, ekonomi, sosial dan budaya, mau mengatakan bahwa
misalnya seorang buruh tidak hanya tergantung pada rasa keadilan sang majikan,
tetapi juga dari situasi ekonomi dan politik yang ada.
e. Keadilan adalah Dasar
Masyarakat dan Negara
Keadilan
adalah keutamaan sosial yang paling mendasar. Sebab keadilan tidak hanya
mengatur kehidupan orang perorangan, melainkan kehidupan bersama antar-manusia.
f.
Landasaran untuk Memperjuangkan Keadilan
·
Negara
Dalam pembukaan UUD 1945 dikatakan bahwa menciptakan
keadilan sosial merupakan salah satu tugas utama Republik Indonesia.Tuntutan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indoensia tersebut di jabarkan dalam pasal
33 dan 34 yang menentukan bagaimana perekonomian nasional harus disusun.Ayat
pertama pasal 33 mengungkapakan semangat yang harus menjiwai penyelenggaraan
perekonomian nasional yaitu semangat kekeluargaan.Kekeluargan berarti bahwa
dalamproduksi, kita tidak bekerja hanya untuk diri kita semata-mata melainkan
kita bekerja untuk kita semua.
·
Gereja
Gereja harus tetap mewartakan firman yang ketujuh, yakni perintah “jangan mencuri”. Jangan mencuri sesuai dengan
maksud aslinya berarti jangan mencuri orang. Jangan menculik dan kemudian
menjualnya sebagai budak. Menculik dianggap sama dengan membunuh. Merampas
kebebasan sesorang sama dengan mengambil hidupnya. Firman Tuhan yang ketujuh
ini kemudian diperluas oleh Gereja menjadi “jangan mencuri milik orang”.
Mengambil milik orang itu melanggar keadilan. Ensiklik - ensiklik para paus
merupakan acuan bagi ajaran sosial Gereja, namun bukan satu-satunya. Contoh:
Ø Ensiklik Rerum Novarum (Paus Leo XIII) dan Quadragessimo Anno (Paus Pius XI) antara
lain berbicara tentang keadilan terhadap para buruh.
Ø Ensiklik Pacem in Terris (Paus Yohanes XXIII)
berbicara tentang perdamaian antara bangsa-bangsa dalam kebenaran, keadilan,
dan kemerdekaan.
Ø Ensiklik Populorum Progressio (Paus Paulus V)
menyinggung kesenjangan antara Negara-negara kaya dan Negara-negara miskin di
dunia ini.
g. Pola Pendekatan menegakkan
Keadilan
Tentu saja ada banyak pola atau cara untuk
memperjuangkan keadilan, antara lain:
·
Pendekatan karitatif saja kiranya tidak cukup, sebab pola ini
meninabobokan kaum tertindas,
·
Pola proyek tidak manusiawi, karena kaum tertindas hanya di
jadikan objek penanganan
·
Pola yang agak baik adalah pola kooperatif, bersama-sama
memperjuangkan keadilan. Langkah-langkah yang harus diambil adalah:
Pertama: Orang perlu mempelajari
dengan baik masalah-masalah hak-hak dasar manusia, sehingga orang dapat
menentukan mana yang perlu dilindungi dan mana yang perlu ditegaskan.
Kedua: Keadilan hanya dapat
diperjuangkan dengan memberdayakan mereka yang menjadikorban ketidakadilan
Ketiga: Cara bertindak yang
tepat adalah dengan memberikan suatu kesaksian hidup melalui keterlibatan untuk
mencapai suatu keadilan dalam diri kita sendiri dan lingkungan kita
Keempat: Usaha memperjuangkan
keadilan tidak boleh menggunakan kekerasan tetapi dengan semangat cinta kasih.
Pendalaman: mengamati kasus Marsinah.
Marsinah (lahir 10 April1969 – meninggal 8 Mei1993 pada umur 24
tahun) adalah seorang aktivis dan buruh pabrik PT. Catur
Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa Timur yang
diculik dan kemudian ditemukan terbunuh pada 8 Mei1993 setelah
menghilang selama tiga hari. Mayatnya ditemukan di hutan di Dusun
JegongKecamatan
Wilangan, Nganjuk, dengan
tanda-tanda bekas penyiksaan berat.Dua orang yang terlibat dalam otopsi pertama
dan kedua jenazah Marsinah, Haryono (pegawai kamar jenazah RSUD
Nganjuk) dan Prof. Dr. Haroen Atmodirono
(Kepala Bagian Forensik RSUD
Dr. SoetomoSurabaya), menyimpulkan, Marsinah tewas akibat penganiayaan
berat.Marsinah memperoleh Penghargaan Yap
Thiam Hien pada tahun yang sama.
Evaluasi:
1. Jelaskanlah akar masalah
ketidakadilan!
2. Jelaskanlah arti dan makna
keadilan!
3. Jelaskanlah distingsi (pembedaan)
keadilan!
4. Jelaskanlah ajaran Gereja
tentang keadilan!
5. Jelaskanlah
langkah-langkah yang harus diambil dalam memperjuangkan keadilan berdasarkan
pola kooperatif!
B.
Memperjuangkan Kebenaran
A.
Bentuk-bentuk Kebohongan
·
Berdusta atau saksi dusta: Berdusta berarti
mengatakan yang tidak benar dengan maksud untuk menyesatkan.Dusta adalah
pelanggaran paling langsung terhadap kebenaran.
·
Rekayasa atau manipulasi. Rekayasa atau manipulasi
berarti menyiasati atau membawa orang lain kepada suatu tujuan yang
menguntungkan diri sendiri, yang mungkin saja orang lain mendapat rugi.
·
Asal bapak senang (ABS). Kata-kata dan sikap manis
yang dilakukan sekedar untuk menyenagkan atasan, yang mungkin saja jauh dari
kebenaran.
·
Fitnah dan umpatan. Fitnah dan umpatan
adalah tindakan yang sangat jahat, sebab yang difitnah tidak hadir untuk
membela diri. Fitnah dapat berkembang tanpa saringan.
B.
Sebab-sebab Kebohongan
·
Orang berbohong hanya
sekedar iseng. Orang dapat berbohong hanya karena mau menikmati kesenangan
murahan.
·
Orang berbohong untuk memperoleh keuntungan tertentu. Para pedagang misalnya dapat
berbohong, supaya mendapat keuntungan
sebesar-besarnya.
·
Orang berbohong karena berada dalam situasi terjepit.
C.
Akibat Kebohongan
·
Bagi diri sendiri: kehilangan kepercayaan, kemerosotan
pribadi.
·
Bagi orang yang dibohongi: mendapatkan gambaran yang salah
dan dapat bertindak fatal bagi dirinya. Orang yang dibohongi dapat masuk ke
dalam komunikasi dan relasi yang semu dengan yang membohonginya.
·
Bagi masyarakat luas: tindakan penipuan, rekayasa, dan manipulasi
dapat merugikan bagi masyarakat luas.
DUSTA DAN KEBENARAN MENURUT KITAB SUCI
·
Dalam Kitab Suci, kebenaran tidak hanya berarti tidak
berbohong, tetapi juga berarti mengambil bagian dalam kehidupan Allah. Allah
adalah sumber kebenaran, karena Allah selalu berbuat sesuai dengan janji-Nya.
Maka Allah berfirman: “jangan bersaksi
dusta”.
·
Dengan kesaksian palsu, orang dicelakakan, karena ia dihukum
secara tidak adil dan tata keadilan dijungkirbalikan. Sebetulnya masalahnya bukan ”bohong”, melainkan tidak
adanya kepastian hukum yang dapat diandalkan. (Baca: Keluaran 23: 1-3.6-8).
1Janganlah engkau menyebarkan kabar
bohong; janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang
tidak benar.2 Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang melakukan
kejahatan, dan dalam memberikan kesaksian mengenai sesuatu perkara janganlah
engkau turut-turut kebanyakan orang membelokkan hukum.3Juga janganlah memihak
kepada orang miskin dalam perkaranya.
6 Janganlah engkau memperkosa
hak orang miskin di antaramu dalam perkaranya.7Haruslah kaujauhkan dirimu dari
perkara dusta. Orang yang tidak bersalah dan orang yang benar tidak boleh
kaubunuh, sebab Aku tidak akan membenarkan orang yang bersalah. 8Suap janganlah
kauterima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan
memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar.
·
Dalam tradisi Gereja, firman
Tuhan kedelapan itu sudah ditafsirkan secara luas. Kita dilarang untuk
berbohong dalam segala bentuknya. Bagi Orang Kristen, mengatakan kebenaran
adalah ungkapan cinta kasih. Jujur tidak hanya bicara sesuai dengan kenyataan,
melainkan harus mengungkapkannya dalam semangat cintakasih. Maka kita tidak
perlu mengungkapkan semua kebenaran dengan sejujur-jujurnya tanpa memikirkan
perlunya, akibatnya, dan kewajarannya. Ada kalanya kebenaran tidak perlu
disebut-sebut, karena bila disebut akan berdampak buruk. Diam atau menyimpan
kebenaran tidak otomatis berdusta. Orang harus menggunakan lidahnya
dengan bijaksana. (Matius 12: 36-37). Apalagi kalau kebenaran itu berhubungan
dengan masalah rahasia jabatan (imam, dokter, advokat). Kebenaran tidak boleh
diungkapkan kepada siapapuntanpa mempertimbangkan perlunya dan tanpa
persetujuan orang yang bersangkutan.
·
Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, dikatakan bahwa Yesus
adalah kebenaran. Dengan kebangkitan-Nya, Allah menyatakan bahwa Yesus adalah
orang benar. Ia adalah pewahyuan dari Allah sendiri. Membela kebenaran berarti
juga memperjuangkan kehendak Allah dan meneladani Yesus sang kebenaran sendiri.
Contoh: Thomas
More.
Thomas More adalah tokoh dari Inggris yang mengkritik kondisi masyarakat yang makmur
namun semu atau Utopis. Dia
membela kebebasan hati nuraninya terhadap paksaan mengakui raja sebagai kepala gereja. Ia dihukum
mati dan menjadi martir pada tahun 1535.
Thomas More lahir di London pada tahun 1478 dan meninggal pada
tahun 1535. Dia belajar di Oxford dan Inn of Court. Berteman dengan
Erasmus dan dapat dikatakan menjadi wakil dari pandangan abad Renaissance
tentang nilai-nilai kemuanusiaan (humanisme). Dia
mengajar di kota di mana Agustinus
menjuluki kota itu sebagai Kota Tuhan, yang pada 1516 menerbitkan karya berjudul Utopia,
yang menyatakan dua hal; sebuah deskripsi tentang kemakmuran dan sindiran
terhadap masyarakat yang makmur waktu itu. Utopia membela subordinasi
kehendak dari setiap individu untuk menuju kemakmuran, komunitas yang memiliki
kebaikan, pendidikan nasional dan pekerjaan bagi semua rakyat.
Hakim-hakim dipilih dan perang sudah ditinggalkan. Namun hal ini sekali lagi
hanya sindiran. Gaya hidupnya yang saleh sebagai seorang Katolik yang
saleh, akhirnya dia menolak untuk mengakui Henry VIII sebagai
kepala Gereja di Inggris. Sebagai
akibat dari perbuatannya, dia dikurung dan dipenggal kepalanya. Hal ini
dibukukan pada 1935.
Evaluasi:
1. Jelaskanlah bentuk-bentuk kebohongan!
2. Jelaskanlah sebab-sebab kebohongan!
3. Jelaskanlah akibat-akibat kebohongan!
4. Jelaskanlah dusta dan
kebohongan menurut Kitab Suci!
C.
Memperjuangkan Kejujuran
Mendalami Cerita
Kisah seorang Direktur (Arti suatu Kejujuran)
Cerita
bermakna...
ada
seorang direktur sebuah perusahaan besar sedang mencari pengganti dirinya,
dikarenakan beliau sudah cukup tua. Maka direktur itu pun memanggil ketiga
wakil direktur. Setelah
semua berkumpul pak direktur pun membagikan masing2 1 buah bibit tanaman,, dan
ia berkata kepada tiga wakil nya "saya sudah mau pensiun makanya saya
mengumpulkan kalian disini, sekarang bibit itu kalian bawa pulang dan tolong
tanam di rumah kalian masing2. nanti ketika sudah 3 bulan bawa tanaman itu ke
saya barang siapa yg tanamanya paling bagus maka dia akan menggantikan saya
sebagai direktur. akhirnya tanaman itu pun di bawa pulang oleh ketiga wakilnya
itu
tiga bulan kemudian tiga wakil direktur itu pun
menghadap direktur sambil membawa tanamanya. direktur pun bertanya
direktur:
wakil 1 coba saya lihat tanaman anda?
wakil
1: ini pak punya saya sudah bagus dan rimbun
direktur:
bisa sebagus ini?
wakil 1: iya pak, saya pupuk setiap hari dan saya
rawat.
sekarang
giliran wakil 2
direktur:
wakil 2 coba saya lihat tanaman anda?
wakil
2: ini silahkan pak, punya
saya lebih rimbun dan tinggi dari pada wakil 1
direktur:
anda beri apa tanaman ini?
wakil 2: saya rawat pak dan keluarga saya setiap hari
menyiraminya.
sekarang
giliran wakil 3
direktur:
wakil 3 mana tanaman anda?
wakil
3: maaf pak
bibit yg anda berikan tidak tumbuh pak padahal sudah
saya
rawat pak setiap hari, maavkan saya pak mungkin memang
bukan
rezeki saya untuk menjadi direktur.
direktur: baiklah nak.
sesudah
itu pak direktur pun berkata
direktur:
wakil 1 dan wakil 2 dimana anda membeli tanaman itu?
wakil
1 dan 2: saya tidak membeli pak saya merawatnya dari bibit yg anda
berikan.
direktur:
anda berdua jgn berbohong
wakil 1 dan 2: iya pak saya membelinya dari toko
bunga.
direktur:
wakil 3 anda memang pantas menggantikan saya sebagai direktur
karena
anda telah jujur. karena bibit yang saya berikan kepada
kalian
bertiga adalah bibit yg sudah pasti tidak akan tumbuh...
jadi anda memang pantas menggantikan saya.
seorang
pemimpin memang harus mempunyai perilaku jujur, belajarlah menjadi jujur...
Pertanyaannya:
2.
Apa Pesan pokok cerita di atas?
A.
Arti dan makna Kejujuran
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia ditulis, jujur berarti tidak curang dan tidak
berbohong. Jujur juga kerap diartikan satunya kata
dengan perbuatan.Apa yang ada di dalam hati sama dengan apa yang di katakan.
Makna kejujuran dapat disebut antara lain:
Ø Kejujuran dapat menjadi
modal utama untuk perkembangan pribadi dan kemajuan kelompok. Orang yang jujur
akan sanggupmenerima kenyataan pada diri sendiri, pada orang lain dan kelompok.
Sikap ini dapat membawa banyak perkembangan pribadi dan kelompok.
Ø Kejujuran menimbulkan
kepercayaan yang menjadi landasan pergaulan dan hidup bersama! Tanpa kekujuran
orang tidak dapat bergauldan hidup secara wajar.
Ø Kejujuran dapat memecahkan
banyak persoalan. Baik persoalan pribadi, kelompok, masyarakat maupun Negara.
B.
Bagaimana memperjuangkan
kejujuran?
Ø Kejujuran adalah suatu
sikap yang tidak dapat dicapai dengan suatu program jangka pendek yang bersifat
teknis operasional belaka.
Ø Gerakan moral ini sungguh
murni gerakan moral.
Ø Gerakan moral jangan
sekedar menjadi gerakan rohani, tetapi bermuara pada aksi untuk pembaharuan dan
pembangunan masyarakat yang sejahtera dan adil.
Ø Gerakan moral boleh saja
diinspirasi dan diprakarsai dari atas tetapi sebaiknya mulai tumbuh dan menguat
dalam basis-basis umat.
Ø Pendekatan yang dipakai
hendaklah bersifat proses yang komunikatif.
Ø Gerakan moral harus mulai
dari diri kita sendiri dan kelompok itu sendiri, jangan menunggu.
C.
Renungan untuk Kita.
Buah
keJUJURan......
Pada
suatu hari ada seorang penebang kayu yang sedang menebangi cabang sebuah pohon
yang melintang di atas sungai. Tiba-tiba kapaknya terjatuh ke sungai itu.
Ketika ia mulai menangis, Raja menampakkan diri dan bertanya, “Mengapa kamu
menangis?” Si penebang kayu menjawab bahwa kapaknya telah terjatuh ke dalam
sungai. Segera Raja masuk ke dalam air dan muncul
dengan sebuah kapak emas. “Inikah
kapakmu?” Raja bertanya.“Bukan,” si penebang kayu menjawab.Raja masuk kembali
ke air dan muncul dengan kapak perak.“Inikah kapakmu?”Raja bertanya
lagi.“Bukan,” si penebang kayu menjawab.Sekali lagi Raja masuk ke air dan
muncul dengan kapak besi.“Inikah kapakmu?”Raja bertanya.“Ya!” jawab si penebang
kayu.Raja sangat senang dengan kejujurannya dan memberikan ketiga kapak itu
kepadanya.Si penebang kayu pulang ke rumahnya dengan hati bahagia.Beberapa
waktu kemudian, si penebang kayu berjalan-jalan di sepanjang sungai dengan
istrinya. Tiba-tiba sang istri terjatuh ke dalam sungai. Ketika ia mulai
menangis, Raja menampakkan diri dan bertanya, “Mengapa kamu menangis?” Si
penebang kayu menjawab bahwa istrinya telah terjatuh ke dalam sungai. Segera Raja masuk ke dalam air dan muncul dengan
Cleopatra. “Inikah
istrimu?”Raja bertanya.“Ya!” si penebang kayu menjawab, cepat.Mendengar itu,
Raja menjadi sangat marah.“Kamu berbuat curang!Aku akan mengutukmu!” tegur
Raja.Si penebang kayu segera menjawab, “Maafkan saya, ya Raja.Ini hanya
kesalahpahaman belaka. Kalau saya berkata ‘Bukan’ pada Clopatra, Engkau pasti
akan muncul kembali dengan Ratu Interniti. Kalau saya juga berkata ‘Bukan’
kepadanya, pada akhirnya Engkau pasti akan muncul dengan istri saya, dan saya
akan berkata ‘Ya’. Kemudian Engkau pasti akan memberikan ketiganya kepada saya.
“Raja, saya adalah orang miskin. Saya tidak akan mampu menghidupi mereka
bertiga. Itu sebabnya saya menjawab ‘Ya’. ”Hmm Kejujuran,
kapan pun memang selalu membawa kisah manis.
Evaluasi:
1. Jelaskan arti dan makna
kejujuran!
2. Bagaimanacara
memperjuangkan kejujuran?
3. Mengapa kita perlu
bersikap jujur dalam hidup? jelaskan!
D.
Memperjuangkan Perdamaian
dan Persaudaran sejati
1.
Berbagai fakta
pertikaian/konflik yang terjadi di tengah masyarakat:
a. Pertikaian yang bernuansa
balas dendam antara dua kampung yang terjadi di Timika, Papua.
b. Pertikaianan yang
bernuansa politik di elite politik level atas antara oknum polisi dan kejaksaan
melawan petinggi KPU
c. Pertikaian yang bernuansa
hak intelektual dan hak cipta antara bangsa Indonesia dengan Malaysia, karena
cukup banyak karya cipta bangsa Indonesia yang diklaim Malaysia
d. Pertikaian politik dalam
Pansus Skandal Bank century, dalam upaya membongkar skandal Bank Century yang
menyebabkan Indonesia kecolongan sebesar 6,7milyar rupiah.
e. Pertikaian yang terjadi di
TanjungPriok antara warga dengan satpol PP dan polisi yang akan mengeksekusi
tanah makam di kawasan tersebut.
2.
Alasan yang
melatarbelakangi terjadinya konflik tersebut:
a.
Fanatisme sempit: sikap fanatik terhadap
suatu keyakinan bukanlah sesuatu yang tidak baik. Justru diperlukan sikap
tersebut di dalam menghayati sebuah keyakinan. Masalah muncul ketika sikap
fanatik itu menjadi perwujudan dari semangat fanatisme yang sempit. Artinya,
sikap fanatik yang dihayati tidak disertai dengan keterbukaan terhadap segala
sesuatu yang ada di luar keyakinannya dan menganggap bahwa keyakinannyalah yang
paling benar.
b.
Sikap arogan/angkuh. Selalu ada suku atau
bangsa yang merasa diri kuat dan dapat bertindak secara sepihak dan
sewenang-wenang.
c.
Keserakahan: banyak pertikaian dan
perang berlatar-belakang ekonomi karena ingin merebut harta karun tertentu.
Demi harta dan uang, orang dapat berbuat apa saja, termasuk perang.
d.
Merebut kemerdekaan dan
mempertahankan hak. Kadang-kadang perang terpaksa dilakukan untuk merebut
kemerdekaan dan mempertahankan hak.
3.
Apa akibatnya bila terjadi
konflik antarwarga?
a.
Kehancuran secara jasmani
dan fisik:
perang dapat menyebabkan banyak orang mati, sekian banyak sarana dan prasarana
hancur dan sebagainya. Dalam setiap pertikaian dan peperangan selalu berlaku
pepatah: “menang jadi arang, kalah jadi abu”.
b.
Kehancuran secara Rohani. Dalam perang dapat
terjadi segala kejahatan terhadap kemanusiaan. Perang menyisakan trauma dan
luka pemerkosaan terhadap martabat dan peradaban manusia. Perang dapat saja
membawa akibat yang baik tetapi tidak sebanding dengan kehancuran yang
diakibatkannya, apalagi di zaman modern ini.
4.
Mendalami kedamaian dalam
Terang Kitab suci
1.
Perjanjian Lama
Kita suci Perjanjian Lama sering berbicara tentang
shalom. Kata shalom berarti kesejahteraan pribadi dan masyarakat. Dalam hidup sehari-hari damai
berarti sehat jasmani dan kesejahteraan keluarga.
2.
Ajaran Yesus tentang Damai
Yesus berkata: ”Damai sejahtera Kutinggalkan
bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak
seperti yang diberikan dunia kepadamu” (Yoh. 14:27).Damai macam apakah yang
ditinggalkan oleh Yesus?Damai yang diajarkan oleh Yesus membersihkan dunia ini
dari segala macam kejahatan dan kedurhakaan.Damai itu benar-benar damai bagi
mereka yang sejiwa dengan Yesus.Damai adalah suatu pencapaian kebenaran dan
hasil perjuangan serta pergulatan batin.Damai bukan hanya tidak ada perang atau
kekacauan.Lebih dari itu, damai berarti suatu rasa ketenangan hati karena orang
memiliki hubungan yang bersih dengan Tuhan, sesama, dan dunia.Damai sejahtera
yang menampakkan Kerajaan Allah.
3.
Ajaran Gereja tentang
Perdamaian
Damai berarti situasi selamat sejahtera dalam diri
manusia. Perdamaian adalah keadilan.Perdamaian adalah
hasil tatanan masyarakat manusia yang haus akan keadilan yang lebih sempurna.
Damai merupakan kesejahteraan tertinggi yang sangat diperlukan untuk
perkembangan manusia dan lembaga-lembaga kemanusiaan.Dalam hal ini mengandaikan
adanya tatanan sosial yang adil dan yang menjamin ketenangan serta keamanan
hidup setiap orang.Setiap orang sadar atau tidak sadar mempunyai empat relasi
dasar.Keempat relasi dasar itu ialah
relasi denga Tuhan atau dunia atas, relasi dengan sesama, relasi dengan alam
semesta dan relasi dengan diri sendiri.Harmoni di antara keempat relasi
tersebut sangat menentukan situasi hidup manusia.Damai dengan diri sendiri,
dengan sesama, dengan alam semesta, dan dengan Tuhan merupakan satu kesatuan
yang saling berkaitan.
Contoh: kisah Mahatma Ghandi
5.
Memperjuangkan perdamaian
dan Persaudaraan Sejati
1.
Perjuangan Mahatma Ghandi
Mahatma Ghandi adalah
seorang pemimpin moral dan spiritual yang pantas dicontoh. Ada dua mantra
peninggalan Ghandi yang dapat menjadi pegangan para pemimpin di manapun, yang
menekankan perjuangan tanpa kekerasan. Kedua mantra itu adalah ahimsa dan satya
Graha. Ahimsa adalah falsafah pantang kekerasan yang ia kembangkan. Satyagraha
adalah aksi perjuangan yang tidak memakai kekuasaan.
2.
Perjuangan Gereja untuk
menegakkan Perdamaian dan Persaudaraan Sejati
·
Mempelajari dengan cermat ajaran Yesus, ajaran Gereja dan
ajaran tokoh-tokoh perjuangan perdamaian seperti Ghandi tentang arti dan makna
perdamaian.
·
Jadikanlah usaha menegakkan perdamaian dan persaudaran sejati
ini suatu gerakan moral
·
Jadikanlah gerakan moral ini suatu gerakan mulai dari akar
rumput
·
Mulailah dari diri dan golongan sendiri menghayati budaya
damai dan persaudaraan sejati.
E.
Evaluasi:
1. Sebut dan jelaskanlah
alasan-alasan yang melatarbelakangi terjadinya konflik!
2. Jelaskanlah akibat-akibat
bila terjadi konflik!
3. Jelaskanlah ajaran Kitab
Suci, Yesus dan Gereja tentang perdamaian dan persaudaraan sejati
4. Bagaimana perjuangan
Mahatma Ghandi dalam menegakkan perdamaian di India? Jelaskanlah!
E.
Lingkungan Hidup yang
Indah dan Harmonis
A.
Tanah: manfaat tanah
1. Tanah adalah sumber
kehidupan
2. Tanah adalah tempat
tinggal
3. Tanah adalah simbol
persatuan
B.
Manfaat Flora
1. Hutan membantu manusia
untuk bernafas
2. Hutan mengatur suhu udara
3. Hutan mendatangkan Hujan
4. Hutan menjadi Tempat
Tinggal Margasatwa
5. Hutan Menyimpan Air
6. Hutan Melindungi Tanah
C.
Manfaat Fauna
1. Manfaat fauna bagi
manusia: sebagai sarana transportasi, sarana kerja maupun diambil dagingnya
sebagai makanan.
2. Manfaat Fauna bagi sesama
Fauna: ada satu kerja sama yang rapi, misalnya: semut, burung parkit.
3. Manfaat Fauna bagi Flora:
membantu penyebarluasan tanaman tertentu. Misalnya: kelelawar, musang, tupai
yang membuang kotorannya yang mengandung biji-bijian suatu tanaman yang
dimakannya dapat membantu pertumbuhan dan penyebaran tersebut di tempat ia
membuang kotoran.
4. Manfaat Fauna bagi Tanah:
Kotoran binatang dapat menjadi pupuk yang dapat menyuburkan tanah.
D.
Kitab Suci: Kejadian 1:
1-24
(1) Pada mulanya Allah
menciptakan langit dan bumi. (2) Bumi belum berbentuk dan kosong;
gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas
permukaan air. (3) Berfirmanlah Allah: "Jadilah
terang." Lalu terang itu jadi. (4) Allah melihat bahwa terang
itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. (5) Dan
Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi,
itulah hari pertama. (6) Berfirmanlah Allah:
"Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari
air." (7) Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan
air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah
demikian. (8) Lalu Allah menamai
cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi,
itulah hari kedua. (9) Berfirmanlah Allah:
"Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat,
sehingga kelihatan yang kering." Dan jadilah demikian. (10) Lalu Allah menamai yang
kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu
baik.(11) Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan
tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan
yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi."
Dan jadilah demikian. (12) Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas
muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan
yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. 13) Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga. (14) Berfirmanlah Allah: "Jadilah benda-benda penerang pada
cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu
menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan
tahun-tahun, (15) dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah
benda-benda itu menerangi bumi."Dan jadilah demikian. (16) Maka Allah menjadikan
kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai
siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga
bintang-bintang. (17) Allah menaruh semuanya itu di cakrawala
untuk menerangi bumi, (18) dan untuk menguasai siang dan malam,
dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. (19) Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat. (20) Berfirmanlah Allah: "Hendaklah dalam air berkeriapan
makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi
cakrawala."(21) Maka Allah menciptakan binatang-binatang
laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan
dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap.Allah melihat bahwa semuanya
itu baik.(22) Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya:
"Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut,
dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak."(23)
Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima.(24)
Berfirmanlah Allah: "Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang
hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar." Dan
jadilah demikian.
Penjelasan:
Kisah penciptaan yang penuh simbolik di atas hanya akan mengatakan dua pesan
pokok berikut;
1. Segala sesuatu berasal
dari Allah, langsung atau tidak langsung. Sejalan dengan teori evolusi, kita
harus mengatakan bahwa betapa ajaibnya dari unsur alam yang amat sederhana.
2. Semua yang tercipta adalah
baik.
E.
Evaluasi:
1. Jelaskanlah manfat tanah,
flora dan fauna bagi manusia!
2. Apa pesan pokok yang mau
disampaikan dalam kisah penciptaan dunia (Kejadian 1: 1-24)
|
BAB III KEBERAGAMAN DALAM HIDUP BERMASYARAKAT
|
Kompetensi
Inti
1.
Menghargai dan menghayati ajaran
agama yang dianutnya.
2.
Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3.
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4.
Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam
ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan
ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.
Kompetensi Dasar
3.3. Memahami kemajemukan bangsa Indonesia sebagai anugerah Allah
4.3. Mensyukuri kemajemukan bangsa Indonesia sebagai anguerah Allah
Indikator
·
Menjelaskan keanekaragaman yang ada di masyarakat Indonesia
pada saat ini
·
Menjelaskan pandangan Kitab suci mengenai keberagaman yang
ada
·
Menyebutkan keprihatinan-keprihatinan hidup manusia yang
dapat merusak kedamaian dan persatuan bangsa
·
Menjelaskan
sikap dan perjuangan Gereja dalam mengupayakan perdamaian dan persatuan umat
manusia demi terwujudnya Kerajaan Allah
Materi Ajar
Kemajemukan Bangsa
Indonesia
1. Keanekaragaman yang ada di
dalam masyarakat kita pada saat ini
·
Suku: Batak, Jawa, Nias, Cina
·
Budaya: Sunda, Jawa, Flores, Batak
·
Gaya Hidup: menetap, sukaberkumpul
·
Agama: Islam, Hindu, Katolik, Protestan
·
Bahasa: Sunda, Hindu, Jawa
·
Pulau: Jawa, Flores, Kalimantan
Sikap-sikap yang harus dimiliki berhadapan dengan perbedaan:
§ Saling menghormati antara
satu kelompok dengan kelompok yang lain
§ Mencari dan berusaha
menemukan titik kesamaan. Semangat kesatuan itu membuat Indonesia merdeka
2. Dua hal yang perlu
diusahakan oleh umat Katolik dalam bersikap menghadapi kemajemukan, yaitu:
§
Membongkar sikap eksklusif
Upaya-upaya konkret untuk membangun kehidupan bersama
harus dikembangkan dengan menghapus semangat primordial dan semangat sektarian. Dengan demikian, diperlukan pula
usaha-usaha untuk menghapus sekat-sekat dan pengkotak-kotakan masyarakat yang
ada.
§
Membangun semangat inklusif
Dalam masyarakat majemuk, setiap orang harus berani
menerima perbedaan sebagai suatu rahmat. Perbedaan/keanekaragaman
adalah keindahan dan merupakan faktor yang memperkaya. Adanya perbedaan itu
memberi kesempatan untuk berpartisipasi menyumbangkan keunikan dan
kekhususannya demi kesejahteraan bersama, bukan sebagai modal untuk memunculkan
suatu konflik/perselisihan. Kecuali itu, perlu dikembangkan sikap saling
menghargai, toleransi, menahan diri, rendah hati, dan rasa solidaritas demi kehidupan yang tenteram,
harmonis dan dinamis. Setiap orang bahu-membahu menata masa depan yang lebih
cerah, lebih adil, makmur dan sejahtera. Mengusahakan tata kehidupan yang adil
dan beradab dan mengusahakan kegiatan dan komunikasi lintas suku, agama dan
ras.
3. Pandangan Kitab Suci
mengenai Keberagaman tersebut
v Pada bagian awal Kitab
Kejadian (Kejadian 1: 1-2; 25)
Tentang
kisah penciptaan: hari ke-1 sampai dengan hari ke-6, Allah menciptakan dari yang
tidak ada menjadi ada, entah itu ciptaan yang bernapas maupun yang tidak
bernapas. Allah menciptakan terang dan gelap, siang dan malam, memisahkan diri
dari daratan. Tidak ada makhluk yang sama satu dengan
yang lain. Pluralitas yang ada dan
terkadang bukan ditujukan untuk terbentuknya kelompok eksklusif yang dapat
memicu munculnya konflik atau pertentangan.
v Pengalaman Bangsa Israel.
Bangsa
Israel memiliki kebanggan yang tidak dapat disamai oleh bangsa-bangsa lain
sampai hari ini. Dalam perjalanan waktu Bangsa Israel menyebut Tuhan dengan
disertai nama Abraham dan keturunannya: Allah Abraham, Ishak, Yakub. Berbicara
mengenai keturunan berarti berbicara mengenai proses. Kebanggan bangsa
Israel semakin dipertegas dengan
dipilihnya Yakub oleh Allah. Ketika mereka diperbudak di Mesir.Rasa senasib itu
semakin kuat sehingga mereka bisa menyelamatkan diri.
v Pada Zaman Yesus.
Bangsa
Israel dijajah Bangsa Romawi, ada perbedaan antara orang Samaria dan orang
Yahudi. Rasa kebangsaan orang Yahudi karena ada keyakinan dan harapan akan
janji Allah yang diberikan kepada mereka.
4. Tindakan-tindakan konkret
yang dilakukan dalam menghadapi keanekaragaman yang ada dalam masyarakat:
·
Toleransi terhadap kehadiran agama, budaya dan suku lain
·
Membangun semangat dialog: membersihkan lingkungan tempat
tinggal
·
Bergaul tanpa memandang suku, agama, dan ras
5. Keprihatinan-keprihatinan
hidup manusia yang dapat merusak kedamaian dan persatuan bangsa:
·
Keretakan hidup berbangsa dan bernegara dan formalisme agama
·
Korupsi
·
Kemiskinan
·
Pengangguran
·
Kriminalitas
·
Kekerasan dalam Rumah Tangga
·
Lingkungan Hidup yang rusak
6. Faktor-faktor yang
menyebabkan timbunya keprihatinan-keprihatinan:
Gereja
menyadari dirinya sebagai bagian integral dari masyarakat dan dunia sehingga
umat Katolik tidak mungkin untuk menutup diri dan tidak peduli terhadap apa
yang terjadi di luar Gereja. Kesadaran akan adanya kewajiban inilah yang
memungkinkan umat Katolik memiliki motivasi untuk ambil bagian dalam penanganan
keprihatinan masyarakat dan dunia.
7. Sikap dan perjuangan
Gereja dalam mengupayakan perdamaian dan persatuan umat manusia demi
terwujudnya Kerajaan Allah
Sebagaimana
diuraikan dalam refleksi SAGKI, Gereja hendak membaharui hidup dalam Habitus
Baru.Perubahan diri, dalam arti pertobatan, hendaknya dimengerti sebagai
kembali kepada misteri natal. Bertobat bukan hanya berarti
perubahan hidup dari buruk/bersekutu dengan dosa berubah menjadi baik, tetapi
harus dimengerti secara radikal, yaitu perubahan dari baik menjadi lebih baik;
kalau sudah lebih baik berubah lagi menjadi terbaik atau sempurna. Umat katolik
belum sempurna menjadi murid Kristus jika baru sampai pada level menjadi orang
baik saja. Umat Katolik dituntut mempunyai semangat magis. Semangat magis
adalah semangat dalam diri orang yang menandakan bahwa orang itu sendiri
menginginkan yang terbaik dalam segala hal. Oleh karena itu, orang itu tidak
membandingkan dirinya dengan orang lain, mereka tidak memamerkan keunggulannya
pada orang lain, serta tidak meremehkan orang lain.
Mendalami Keanekaragaman dan Kesatuan
Suatu Bangsa dalam Terang Iman Kristiani
1.
Mendalami Ajaran Kitab Suci dan ajaran Gereja
a.
Mendalami Ajaran Pesan Kitab Suci
1)
Menyimak Ajaran Kitab Suci
§ Guru mengajak para peserta didik dalam kelompok untuk menyimak dan
mendiskusikan teks-teks Kitab Suci berikut ini.
Kejadian 35:1-15
1Allah berfirman kepada Yakub:
"Bersiaplah, pergilah ke Betel, tinggallah di situ, dan buatlah di situ
mezbah bagi Allah, yang telah menampakkan diri kepadamu, ketika engkau lari
dari Esau, kakakmu."2 Lalu berkatalah Yakub kepada seisi rumahnya dan
kepada semua orang yang bersama-sama dengan dia: "Jauhkanlah dewa-dewa
asing yang ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan tukarlah
pakaianmu.3 Marilah kita bersiap dan pergi ke Betel; aku akan membuat mezbah di
situ bagi Allah, yang telah menjawab aku pada masa kesesakanku dan yang telah
menyertai aku di jalan yang kutempuh."4 Mereka menyerahkan kepada Yakub
segala dewa asing yang dipunyai mereka dan anting-anting yang ada pada telinga
mereka, lalu Yakub menanamnya di bawah pohon besar yang dekat Sikhem.5 Sesudah
itu berangkatlah mereka. Dan kedahsyatan yang dari Allah meliputi kota-kota
sekeliling mereka, sehingga anak-anak Yakub tidak dikejar.6 Lalu sampailah
Yakub ke Lus yang di tanah Kanaan -- yaitu Betel --, ia dan semua orang yang
bersama-sama dengan dia.7 Didirikannyalah mezbah di situ, dan dinamainyalah
tempat itu El-Betel, karena Allah telah menyatakan diri kepadanya di situ,
ketika ia lari terhadap kakaknya.8 Ketika Debora, inang pengasuh Ribka, mati,
dikuburkanlah ia di sebelah hilir Betel di bawah pohon besar, yang dinamai
orang: Pohon Besar Penangisan.9 Setelah Yakub datang dari Padan-Aram, maka
Allah menampakkan diri pula kepadanya dan memberkati dia.10 Firman Allah
kepadanya: "Namamu Yakub; dari sekarang namamu bukan lagi Yakub, melainkan
Israel, itulah yang akan menjadi namamu." Maka Allah menamai dia Israel.11
Lagi firman Allah kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa. Beranakcuculah
dan bertambah banyak; satu bangsa, bahkan sekumpulan bangsa-bangsa, akan
terjadi dari padamu dan raja-raja akan berasal dari padamu.12 Dan negeri ini
yang telah Kuberikan kepada Abraham dan kepada Ishak, akan Kuberikan kepadamu
dan juga kepada keturunanmu."13 Lalu naiklah Allah meninggalkan Yakub dari
tempat Ia berfirman kepadanya.14 Kemudian Yakub mendirikan tugu di tempat itu,
yakni tugu batu; ia mempersembahkan korban curahan dan menuangkan minyak di
atasnya.15 Yakub menamai tempat di mana Allah telah berfirman kepadanya
"Betel".
Yohanes 4:1- 42
1Ketika Tuhan Yesus mengetahui, bahwa orang-orang Farisi telah
mendengar, bahwa Ia memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada
Yohanes. 2 meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya, 3
Ia pun meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea.4Ia harus melintasi
daerah Samaria. 5 Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama
Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf.6 Di situ
terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk
di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. 7Maka datanglah seorang
perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku
minum." 8 Sebab murid-murid-Nya
telah pergi ke kota membeli makanan. 9Maka kata perempuan Samaria itu
kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang
Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria) 10Jawab
Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah
Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta
kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup." 11 Kata perempuan
itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam;
dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? 12 Adakah Engkau lebih besar dari
pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah
minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?" 13
Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, 14
tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus
untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan
menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada
hidup yang kekal." 15 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah
aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk
menimba air." 16 Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu
dan datang ke sini." 17 Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai
suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak
mempunyai suami, 18 sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada
sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar." 19
Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau
seorang nabi. 20 Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu
katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah." 21 Kata Yesus
kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa
kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu
kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa
Yahudi. 23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa
penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab
Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. 24 Allah itu Roh dan barangsiapa
menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." 25 Jawab
perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang
disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu
kepada kami." 26 Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang
berkata-kata dengan engkau." 27 Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya
dan mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan.
Tetapi tidak seorang pun yang berkata: "Apa yang Engkau kehendaki? Atau:
Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?" 28 Maka perempuan itu
meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang
yang di situ: "Mari, lihat! Di sana
ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.
Mungkinkah Dia Kristus itu?" 30 Maka mereka pun pergi ke luar kota lalu
datang kepada Yesus. 31 Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya:
"Rabi, makanlah." 32 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka:
"Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal." 33 Maka murid-murid itu
berkata seorang kepada yang lain: "Adakah orang yang telah membawa sesuatu
kepada-Nya untuk dimakan?" 34 Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku
ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
35 Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku
berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah
menguning dan matang untuk dituai. 36 Sekarang juga penuai telah menerima
upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan
penuai sama-sama bersukacita. 37 Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang
seorang menabur dan yang lain menuai. 38 Aku mengutus kamu untuk menuai apa
yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik
hasil usaha mereka." 39 Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah
menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi:
"Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat." 40
Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya,
supaya Ia tinggal pada mereka; dan Ia pun tinggal di situ dua hari lamanya. 41 Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi
percaya karena perkataan-Nya, 42 dan mereka berkata kepada perempuan itu:
"Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami
sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat
dunia.
2)
Pendalaman
§ Guru mengajak para peserta didik
untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan teks Kitab Suci yang telah
dibacanya. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul kemudian diformulasikan untuk
didiskusikan bersama.
§ Pertanyaan-pertanyaan untuk diskusi
lebih lanjut, misalnya:
1) Apa pesan Kejadian 35:1-15 dalam
kaitan dengan semangat persatuan, kebersamaan?
2) Apa pesan Yohanes 4:1- 42?
3) Bagaimana sikap Yesus waktu Ia
hidup di dunia ini terhadap keanekaan dari bangsanya? Apakah Ia pernah
mendambakan semangat persatuan dari bangsanya yang terdiri atas suku-suku?
4) Apa kaitan pesan Kitab Suci
berkaitan dengan sikap kita sebagai umat
Kristiani kebhinekatunggalikaan di negeri kita Indonesia?
§ Guru meminta para peserta didik
untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok dan setiap kelompok dapat memberikan
tanggapan, atas laporan diskusi kelompok yang lain.
3)
Penjelasan
§ Guru memberikan penjelasan setelah mendapat jawaban dari para peserta
didik, misalnya sebagai berikut:
-
Pada saat Mesias datang, bangsa Yahudi sudah dijajah oleh bangsa Romawi,
karena mereka lemah dan terpecah belah. Ketika Yesus ingin mempersatukan mereka
dalam suatu Kerajaan dan Bangsa yang baru yang bercorak rohani, Yesus mengeluh
bahwa betapa sulit untuk mempersatukan bangsa ini. Mereka seperti anak-anak
ayam yang kehilangan induknya .
-
Yesus bahkan berusaha untuk menyapa suku yang dianggap bukan Yahudi lagi
seperti orang-orang Samaria. Kita tentu masih ingat akan sapaan dan dialog
Yesus dengan wanita Samaria sumur Yakob.
-
Bagi orang Yahudi, orang Samaria adalah orang asing, baik dari sisi
adat-istiadat maupun agamanya. Dalam praktek hidup sehari-hari pada zaman
Yesus, antara orang Yahudi dan orang Samaria terjadi permusuhan. Orang Yahudi
menganggap orang Samaria tidak asli Yahudi, tetapi setengah kafir. Akibatnya,
mereka tidak saling menyapa dan selalu ada perasaan curiga. Yang menarik untuk
direnungkan adalah kesediaan Yesus menyapa perempuan Samaria dan menerimanya.
Dalam perbincangan dengan perempuan Samaria itu, Yesus menuntun perempuannya sampai
pada kesadaran akan iman yang benar. Bagi Yesus siapa pun sama, perempuan
Samaria bagi Yesus adalah sesama yang sederajat. Yesus tidak pernah membedakan
manusia berdasar atas suku, agama, golongan, dan sebagainya. Di mata Tuhan
tidak ada orang yang lebih mulia atau lebih rendah. Tuhan memberi kesempatan
kepada siapa pun untuk bersaudara. Tuhan menyatakan diri-Nya bukan hanya untuk
suku/golongan tertentu, tetapi untuk semua orang.
b.
Mendalami ajaran Gereja
1)
Menelusuri ajaran Gereja
§ Setelah mendalamai pesan Kitab Suci, guru mengajak para peserta didik untuk
menyimak dan mendiskusikan ajaran Gereja berikut ini:
“Tetapi kita tidak dapat menyerukan nama Allah Bapa
semua orang, bila terhadap orang-orang tertentu, yang diciptakan menurut citra
kesamaan Allah, kita tidak mau bersikap sebagai saudara. Hubungan manusia
dengan Allah Bapa dan hubungannya dengan sesama manusia saudaranya begitu erat,
sehingga Alkitab berkata: “Barang siapa tidak mencintai, ia tidak mengenal
Allah” (1Yoh 4:8). Jadi tiadalah dasar bagi
setiap teori atau praktik, yang mengadakan pembedaan mengenai martabat manusia
serta hak-hak yang bersumber padanya antara manusia dan manusia, antara bangsa
dan bangsa. Maka Gereja mengecam setiap dikriminasi antara orang-orang atau
penganiayaan berdasarkan keturunan atau warna kulit, kondisi hidup atau agama,
sebagai berlawanan dengan semangat kristus. Oleh karena itu Konsili suci,
mengikuti jejak para Rasul kudus Petrus dan Paulus, meminta dengan sangat
kepada Umat beriman kristiani, supaya bila ini mungkin “memelihara cara hidup
yang baik diantara bangsa-bangsa bukan Yahudi” (1Ptr 2:12), dan sejauh
tergantung dari mereka hidup dalam damai dengan semua orang[13], sehingga
mereka sungguh-sungguh menjadi putera Bapa di sorga”. (NA.5)
Allah, yang sebagai Bapa memelihara semua orang,
menhendaki agar mereka semua merupakan satu keluarga, dan saling menghadapi
dengan sikap persaudaraan. Sebab mereka semua diciptakan menurut gambar Allah,
yang “menghendaki segenap bangsa manusia dari satu asal mendiami seluruh muka
bumi” (Kis 17:26). Mereka semua dipanggil untuk satu tujuan yang sama, yakni
Allah sendiri.
Oleh karena itu cinta kasih terhadap Allah dan sesama
merupakan perintah yang pertama dan terbesar. Kita belajar dari Kitab
suci, bahwa kasih terhadap Allah tidak
terpisahkan dari kasih terhadap sesama: “… sekiranya ada perintah lain, itu
tercakup dalam amanat ini: Hendaknya engkau mengasihi sesamamu seperti dirimu
sendiri … jadi kepenuhan hukum ialah cinta kasih” (Rom 13:9-10; lih. 1Yoh
4:20). Menjadi makin jelaslah, bahwa itu sangat penting bagi orang-orang yang
semakin saling tergantung dan bagi dunia yang semakin bersatu.
Bahakan ketika Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa, supaya
“semua orang menjadi satu …, seperti kita pun satu” (Yoh 17:21-22), dan membuka
cakrawala yang tidak terjangkau oleh akalbudi manusiawi, ia mengisyaratkan
kemiripan antara persatuan Pribadi-Pribadi ilahi dan persatuan putera-puteri
Allah dalam kebenaran dan cinta kasih. Keserupaan itu menampakkan, bahwa
manusia, yang di dunia ini merupakan satu-satunya makhluk yang oleh Allah
dikehendaki demi dirinya sendiri, tidak dapat menemukan diri sepenuhnya tanpa
dengan tulus hati memberikandirinya” (GS.24)
2)
Pendalaman
§ Guru mengajak para peserta didik untuk merumuskan
pertanyaan-pertanyaan berdasarkan teks
ajaran Gereja yang telah dibacanya.
§ Guru mengajak para peserta didik untuk bersiskusi dalam kelompok, dengan
panduan pertanyaan-pertanyaan:
a) Apa pesan ajaran Ggereja dalam Nostra Aetate (NA) artikel 5 diatas?
b) Apa pesan ajaran Gereja dalan
Gaudium et Spes (GS) artikel 24 diatas?
c) Apa sikap umat kristiani yang
diharapkan?
3)
Penjelasan
§ Guru memberikan penjelasan setelah mendapat jawaban dalam diskusi dengan
para peserta didik, misalnya sebagai berikut:
Sikap
Yesus harus menjadi sikap setiap orang Kristiani, maka perlu diusahakan, antara
lain:
a)
Sikap-Sikap yang Bersifat
Mencegah Perpecahan
-
Upaya-upaya konkret untuk membangun kehidupan bersama harus dikembangkan
dengan menghapus semangat primordial dan semangat sektarian dengan menghapus
sekat-sekat dan pengkotak-kotakan masyarakat menurut kelompok-kelompok agama,
etnis, dll.
b)
Sikap-Sikap yang Positif/Aktif
-
Dalam masyarakat majemuk, setiap orang harus berani menerima perbedaan
sebagai suatu rahmat. Perbedaan/keanekaragaman adalah keindahan dan merupakan
faktor yang memperkaya. Adanya perbedaan itu memberi kesempatan untuk
berpartisipasi menyumbangkan keunikan dan kekhususannya demi kesejahteraan
bersama.
-
Perlu dikembangkan sikap saling menghargai, toleransi, menahan diri, rendah
hati, dan rasa solidaritas demi kehidupan yang tenteram, harmonis, dan dinamis.
-
Setiap orang bahu-membahu menata masa depan yang lebih cerah, lebih adil,
makmur, dan sejahtera.
-
Mengusahakan tata kehidupan yang adil dan beradab.
-
Mengusahakan kegiatan dan komunikasi lintas suku, agama, dan ras.
2.
Menghayati keberagaman dan Persatuan
a.
Refleksi
§ Guru mengajak para peserta didik untuk menuliskan refleksi tentang
keberagaman dalam masyarakat dan bangsa Indonesia sebagai suatu anugerah dari
Tuhan yang perlu disyukuri dan dipraktikan dalam hidup sehari-hari.
§ Mengungkapkan secara tertulis doa syukur untuk bangsa Indonesia yang telah
dianugerahi keanekaragaman suku dan budaya.
b.
Aksi
§ Guru mengajak para peserta didik untuk membuat poster yang berisi ajakan
untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa.
Evaluasi:
1. Jelaskanlah keanekaragaman
yang ada di masyarakat Indonesia pada saat ini?
2. Bagaimana pandangan Kitab
Suci mengenai keberagaman yang ada? Jelaskan!
3. Sebutkanlah
keprihatinan-keprihatinan hidup manusia yang dapat merusak kedamaian dan persatuan
bangsa!
4. Jelaskanlah sikap dan
perjuangan Gereja dalam mengupayakan perdamaian dan persatuan umat manusia demi
terwujudnya Kerajaan Allah!
|
BAB
IV DIALOG
DAN KERJA
SAMA ANTARA UMAT
|
BAB IV DIALOG DAN KERJA SAMA ANTARAUMAT
Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati
perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Kompetensi Dasar
3.4. Memahami
makna berdialog serta bekerja sama dengan umat beragama lain
4.4. Berdialog
serta kerja sama dengan umat beragama lain.
Indikator
1.
Menganalisis kekhasan ajaran
agama-agama di Indonesia (agama Islam, Kristen Protesan, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu).
2.
Menganalisis persamaan-persamaan ajaran agama-agama di Indonesia Indonesia
(agama Islam, Kristen Protesan, Katolik,
Hindu, Budha, Konghucu).
3.
Menganalisis ajaran atau pandangan
Gereja Katolik terhadap agama-agama dan kepercayaan lain di Indonesia menurut Nostra Aetate (NA)
art. 2 dan 3
4.
Menjelaskan sebab akibat
terjadinya perpecahan dalam tubuh gereja yang melahirkan Gereja Katolik dan
Gereja Protestan
5. Menjelaskan persamaan dan perbedaan Gereja Katolik dan Gereja Protestan
6. Menjelaskan ciri-ciri protestantisme
7. Menjelaskan beberapa pokok penting ajaran Islam
8. Menjelaskan macam-macam dialog yang dapat dilaksanakan antara umat Katolik
dengan umat Islam dan sekaligus menemukan caranya
9. Menjelaskan beberapa pokok penting ajaran agama Hindu, Budha, konghucu dan
aliran kepercayaan
10. Menjelaskan beberapa hal yang dapat kita pelajari dari agama Hindu dan
Budha, Konghucu, Aliran Kepercayaan dan Agama Asli.
Materi Ajar
§ Berdialog dengan Umat
Protestan
§ Berdialog dengan Umat
Islam
§ Berdialog dengan Umat
Hindu, Budha, Konghucu, dan Aliran Kepercayaan.
I.
BERDIALOG DENGAN UMAT
KRISTEN PROTESTAN
1.
Sejarah singkat Perpecaha
Gereja
a.
Gereja Lutheran
Dalam
situasi seperti itu, banyak orang yang bermaksud untuk memperbaharui hidup
Gereja, namun tidak ditanggapi. Kemudian, tampilah Marthin
Luther.Luther mula-mula menyerang masalah penjualan indulgensi. Kemudian, ia
membela beberapa pandangan baru, khususnya ajaran tentang “pembenaran hanya
karena iman” (sola fide). Luther
menyerang wewenang paus dan menolak beberapa ajaran teologi sebelumnya dengan
bertumpu hanya pada Alkitab sesuai dengan tafsiran sendiri.
Luther
semula pasti tidak menginginkan perpecahan. Ia ingin memelopori
pembaharuan. Tetapi ia terseret oleh arus yang disebabkan oleh rasa tidak puas
yang umum dalam umat yang mendambakan pembaharuan yang bentuknya kurang jelas. Ajaran - ajaran para teolog yang
mendukung perbuatan-perbuatan saleh, kini diragukan Luther. Indulgensi, stipendia untuk misa arwah, sumbangan untuk membangun
Gereja bersama dengan patung-patung yang menghiasinya, pajak untuk roma, ziarah
dan puasa, relikui dan kaul-kaul,
semua tidak ditemukan dalam Kitab Suci, maka ditolak oleh Luther.Luther
menegaskan : semuanya itu tidak bermanfaat untuk memperoleh keselamatan. Yang
perlu hanya satu: beriman (sola fide). Orang yang percaya dibenarkan
Allah tanpa mengindahkan perbuatan baik manusia (sola gratia). Lalu dengan sendirinya orang yang dibenarkan itu akan
berbuat baik dengan bebas dan tenang, bukan karena cemas akan keselamatannya. Jadi, rasa lega membuat orang
tertarik kepada kotbah Luther yang disebarluaskan di seluruh Jerman.
Sola fide –fides ex audition- “hanya iman, dan iman karena mendengar”
itu sudah cukup untuk menjamin keselamatan. Maka, tujuh sakramen tidak
penting lagi, selibat tidak berguna, hidup membiara tidak berarti. Semuanya ini “buatan paus” saja
untuk mengejar kuasa dan untung. Maka, imam, biarawan, dan suster
berbondong-bondong meninggalkan biara mereka masing-masing.
Luther
didukung oleh banyak kelompok dengan alasan berbeda-beda, misalnya para
bangsawan yang mengingini milik biara, warga kota yang mendambakan kebebasan
berpikir, para petani yang ingin lepas dari kerja rodi dan pajak, para
nasionalis yang membenci privilege Roma, para humanis yang ingin membuang
kungkungan teologi skolastik, pemerintahan kota-kota kerajaan yang mencium
kesempatan memperluas wewenang mereka di kota. Maka, Luther tampil sebagai
pahlawan pembebasan. Ia disambut dengan antusias. Orang mengira akhirnya
pembaharuan sungguh-sungguh dimulai juga. Mula-mula Roma kurang menyadari apa
yang terjadi, kemudian bereaksi salah, sehingga tidak mampu mengarahkannya
lagi.
Banyak hal
baru dimulai, namun tidak jarang merupakan perusakan yang alam saja.Bukan
reformasi Gereja yang lama.Tetapi, orang sudah menunggu terlalu lama.Mereka
tidak sabar lagi.Maka, ekskomunikasi Luther oleh paus (1520) dan pengucilan
oleh kaisar (1523) tidak dapat membendung gerakan ini lagi.Roma tidak memahami
reksi dahsyat di Jerman ini dan masih lama bertindak seperti pada abad-abad
sebelumnya.Luther juga mulai menyerang umat yang setia kepada paus.Tuntutannya
semakin radikal.Persatuan Gereja tidak dapat dicari lagi, bahkan diboikot.Para
bangsawan yang mendukungnya tidak tertarik pada persatuan kembali, karena
antara lain milik Gerejani yang mereka rampas tidak mau mereka kembalikan. Unsur
keagamaan, politis, dan pribadi di kedua belah pihak menyulitkan persatuan
kembali. Reformasi selesai; umat terpecah-belah ke dalam
kelompok katolik, Lutheran, kalvinis, anglikan dan sebagainya.
b.
Gereja Kalvinis
c.
Gereja Anglikan
Komuni
Anglikan adalah afiliasi sedunia dari Gereja-gereja Anglikan."Gereja
Anglikan" selalu mempunyai otoritas yuridis yang universal, karena setiap
gereja nasional atau regional mempunyai otonomi yang penuh. Seperti yang
tersirat dari namanya, Komuni Anglikan adalah asosiasi dari
gereja-gereja ini yang memiliki komuni penuh atau
persekutuan dengan Gereja Inggris (yang dapat
dianggap sebagai "gereja induk" dari komuni sedunia, dan secara
khusus dengan primatnya, Uskup Agung Canterbury. Dengan lebih
dari 70 juta anggotanya, Komuni Anglikan adalah komuni terbesar ketiga di
dunia, setelah Gereja Katolik Roma dan Gereja-gereja Ortodoks Timur.
Raja atau Ratu Britania (sekarang ini Elizabeth II), secara
konstitusional memegang gelar sebagai "Pemimpin Tertinggi Gereja Inggris".Namun
pada praktiknya, kepemimpinan administratif gereja
berada di tangan Uskup
Agung Canterbury. Komuni Anglikan sedunia yang terdiri
atas gereja-gereja nasional atau regional yang independen mengakui Uskup Agung
Canterbury sebagai semacam pemimpin 'simbolik'. Dr. Rowan
Williams telah menjadi Uskup Agung Canterbury sejak 2002.
Selama hampir seribu
tahun Inggris menjadi bagian dari Gereja Katolik Roma.Pada 1534 Gereja di
Inggris memisahkan diri dari Roma, pada masa pemerintahan Raja Henry VIII.Di bawah anaknya, Edward VI Gereja ini secara teologis menjadi lebih
radikal, namun kemudian sebentar bergabung kembali dengan Gereja Roma pada masa
pemerintahan Ratu Mary I, pada 1555.Di bawah Elizabeth I dibentuklah sebuah
Gereja yang mapan (artinya, takluk kepada dan merupakan bagian dari negara),
yang agak bersifat protestan, Katolik, dan apostolik.Gereja ini mengakomodasi
posisi-posisi teologis yang merentang luas, yang menjadi cirinya sejak saat
itu.
d.
Gereja Katolik
Reaksi dari Gereja Katolik Roma atas gerakan reformasi
ini adalah “Kontra – Reformasi” atau “Gereja
Pembaharuan Katolik”. Gerakan pembaharuan ini dimulai dengan
menyelenggarakan Konsili Trente (1545 – 1563), Gereja Katolik berusaha untuk
menyingkirkan kesesatan-kesesatan dalam Gereja dan menjaga kemurnian Injil”.
Konsili juga menegaskan posisi Katolik dalam hal-hal yang disangkal oleh pihak
reformasi (Soal Kitab Suci dan Tradisi, Penafsiran Kitab Suci, Pembenaran,
jumlah sakramen-sakramen, kurban misa, imamat dan tahbisan, pembedaan imam dan
awam serta lain-lainnya).
Konsisi
Trente dan sesudahnya menekankan Gereja sebagai penjaga iman yang benar dan
utuh, ditandai dengan sakramen-sakramen. Khususnya ekaristi yang dimengerti
serta dirayakan sebagai kurban sejati. Gereja bercorak hierarkis yang
dilengkapi dengan jabatan-jabatan Gerejani dan imamat yang berwewenang khusus
dalam hal merayakan ekaristi, melayani pengakuan dosa; Gereja adalah kelihatan
dan ini menjadi jelas dalam lembaga kepausan sebagai puncaknya; Gereja
mewujudkan diri sebagai persekutuan para kudus lewat penghormatan pada mereka
(para kudus); Gereja menghormati tradisi.
Katedral di Jakarta
2.
CIRI-CIRI PROTESTANTISME
DAN PERBEDAANNYA DENGAN GEREJA KATOLIK
a. Gereja diadakan oleh
rahmat Tuhan, oleh pilihan, sabda, sakramen, dan anugerah iman. Gereja yang
benar ini tidak kelihatan dan tidak identik dengan Gereja-gereja yang kita
ketahui anggota dan susunannya.
b. Kitab Suci adalah
satu-satunya sumber ajaran dan susunan Gereja. Maka, sola scriptura (diselamatkan karena Kitab Suci) adalah prinsip
formal protestantisme. Alkitab menerangkan sendiri artinya kepada setiap orang
yang membacanya, sehingga Gereja tidak berwenang memberi tafsiran otentik
c. Pembenaran dari semula
sampai selesai semata-mata rahmat Ilahi (Sola
Gratia). Tuhan menyatakan orang beriman benar bukan karena ia benar,
melainkan karena kebenaran yang lain, yaitu kebenaran Kristus yang dikenakan
padanya. Perbuatan baik manusia adalah buah rahmat ilahi semata-mata, tetapi
tidak berarti untuk memperoleh pembenaran. Maka, keselamatan diharapakan hanya
dari Sabda Ilahi saja.
d. Sabda Ilahi adalah
satu-satunya sarana rahmat yang dapat berbentuk Alkitab, Kotbah, sakramen, dan
pembicaraan rohani.
e. Imamat umum semua orang
beriman saja yang diakui, sehingga pendeta dan orang awam hanya berbeda menurut
fungsi saja tanpa perbedaan rohani secara eksistensial.
3.
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN
ANTARA KATOLISISME DAN PROTESTANTISME
Persamaan antara Gereja Katolik dan Gereja Protestan
jelas sangat banyak dan menyangkut hal-hal yang sangat fundamental, karena
berasal dari Yesus Kristus yang diakui oleh keduanya sebagai dasar Gereja.
Keduanya mengakui Allah yang sama, para nabi, Kitab suci, dan syahadat yang
sama.
Perbedaanya;
|
KATOLIK |
PROTESTAN |
|
Tekanan ada pada sakramen dan pada segi sakramen (tanda
kelihatan) dari karya keselamatan Allah |
Tekanan pada sabda/pewartaan dan pada segi misteri
karya Allah |
|
Kultis, yang mementingkan kurban (Ekaristi) Hubungan
dengan Gereja menentukan hubungan dengan Kristus |
Profetis, yang berpusat pada sabda (pewartaan).
Hubungan dengan Kristus menentukan hubungan dengan Gereja |
|
Gereja secara hakiki bersifat hirarkis |
Segala pelayanan gerejawi adalah ciptaan manusia |
|
Kitab Suci dibaca dan dipahami di bawah pimpinan hierarki |
Setiap orang membaca dan mengartikan Kitab Suci |
|
Jumlah Kitab Suci 73, termasuk Deuterokanonika
yaitu: 1, 2 Makabe, Sirakh, Kebijaksanaan, Tobit, Yudith dan Baruk |
Jumlah Kitab Suci 66, tidak termasuk Deuterokanonika |
|
Ada 7 sakramen |
Ada 2 sakramen, yaitu sakramen Baptis dan
Ekaristi/Perjamuan |
|
Ada devosi kepada para Kudus |
Tidak menerima devosi kepada para kudus |
4.
USAHA UNTUK BERDIALOG DAN
KERJA SAMA ANTAR-SESAMA GEREJA KRISTUS
Gerakan ekumenis ialah: kegiatan-kegiatan dan
usaha-usaha untuk menanggapi bermacam-macam kebutuhan Gereja dan berbagai
situasi dalam rangka mendukung kesatuan umat Kristen, misalnya:
·
Upaya untuk menghindari kata-kata, penilaian-penilaian, dan
tindakan-tindakan yang ditinjau dari sudut keadilan dan kebenaran tidak cocok
dengan situasi saudara-saudari yang terpisah, dankarena itu mempersukar
hubungan-hubungan dengan mereka.
·
Melaksanakan dialog, terutama dialog kehidupan, dialog karya
·
Menyelenggarakan kerja sama demi kesejahteraan umum
·
Doa bersama atau ibadat bersama sejauh memungkinkan dapat
dilaksanakan sebagai puncak dari suatu kegiatan yang bersifat ekumenis.
II.
BERDIALOG DENGAN UMAT
ISLAM
1.
Pengertian Islam
Islam (bahasa Arab) berarti penyerahan diri sepenuhnya
kepada Allah, masuk ke dalam suasana damai, sejahtera, dan hubungan serasi,
baik antarsesama manusia maupun antara manusia dan Allah. Islam merupakan agama
monoteis dengan tekanan kuat pada Allah
yang Mahabesar. Monoteisme Islam (yang disebut tauhid) sedemikian ditekankan sehingga takada toleransi sedikit pun
terhadap apapun juga yang dapat mengaburkan keesaan Allah. Syirk atau
“mensyarikat-kan Allah” berarti menempatkan sesuatu,
betapapun kecilnya, di samping atau sejajar dengan Allah.Syirk merupakan dosa
yang terbesar.
2.
Beberapa Ajaran pokok
Agama Islam
a. 6 (enam) Rukun Iman Islam
1. Percaya kepada Allah yang
Mahaesa dan Muhammad sebagai rasul Allah
2. Percaya kepada Malaikat
3. Percaya kepada Kitab Suci
4. Percaya kepada Rasul
5. Percaya kepada Hari Kiamat
6. Percaya kepada Takdir
Ilahi
b. 5 (lima) Rukun Islam
1. Syahadat
2. Sholat lima waktu
3. Saum (puasa dalam bulan
ramadhan
4. Zakat
5. Haji (naik haji ke Mekah)
3.
Ajaran Islam tentang sikap
Islam terhadap agama lain
a. Surat Al Baqarah 62
Dalam hubungannya dengan agama lain, agama Islam
mempunyai sikap dasar toleransi yang tinggi. Toleransi Islam digariskan
langsung dalam Al-Quran. Misalnya dalam Sura Al Baqarah 62 disebutkan
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan orang Yahudi dan Nasrani dan Kaum
Shobiin itu adalah orang-orang yang percaya kepada Allah, hari kiamat dan
beramal soleh maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya, dan tidak ada
ketakutan bagi mereka dan juga tidaklah mereka merasa patah hati.”
b. Surat Al Madiah 83
Dalam sura Al madiah 82 juga disebutkan: ”Dan sesungguhnya kamu akan
mendapatkan orang-orang yang paling dekat rasa kasih sayangnya kepada
orang-orang mukmin ialah mereka yang menyatakan dirinya kami adalah orang-orang
Nasrani.”Dalam Islam juga ada keyakinan bahwa tidak ada paksaan dalam hal
memeluk agama. Bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri telah banyak memberi contoh
bagaimana ia menghormati dan menyayangi orang yang beragama lain.
4.
Ajaran Katolik tentang
Sikap Kita terhadap Islam
Dalam Dekrit Konsili
Vatikan II, tentang hubungan Gereja dengan agama-agama bukan Kristen (Nostra Aetate 3), sikap gereja Katolik
terhadap Islam dirumuskan sebagai berikut:
“Gereja juga mengharagai
umat Islam, yang menyembah Allah satu-satunya, yang hidup dan berdaulat, penuh
belas kasihan, maha kuasa pencipta langit dan bumi, yang telah bersabda kepada
umat manusia.Kaum muslimin berusaha menyerahkan diri dengan segenap hati kepada
ketetapan-ketetapan Allah juga yang bersifat rahasia, seperti dahulu Abraham –
iman Islam dengan suka rela mengacu kepadanya – telah menyerahkan diri kepada
Allah.Memang mereka tidak mengakui Yesus sebagai Allah, melainkan
menghormati-Nya sebagai Nabi. Mereka juga mengormati Maria Bunda-Nya yang tetap
perawan, dan pada saat-saat tertentu dengan khidmat berseru kepadanya. Selain
itu mereka mendambakan Hari Pengadilan, bila Allah akan mengganjar semua orang
yang telah bangkit, maka mereka juga menjunjung tinggi kehidupan susila, dan berbakti
kepada Allah terutama dalam doa, dengan memberi sedekah, dan berpuasa.
5.
Bentuk-bentuk dialog
a. Dialog Kehidupan
Dalam kehidupan bermasyarakat dapat terjadi bahwa kita berdampingan dan
bertetangga dengan sesama saudara yang Islam.Kita harus berusaha untuk hidup
rukun dan saling bertegur sapa.
b. Dialog Karya
Ada banyak karya demi
kepentingan umum dan demi kemanusiaan yang mendorong kita untuk bekerja sama.
Dalam kerja sama itu kita akan lebih dekat dan lebih mengenal satu sama lain
c. Dialog teologis (Doktrin)
Ada banyak ajaran Islam
yang indah dan menyelamatkan. Konsili Vatikan II mengatakan bahwa dalam
agama Islam pasti ada banyak kebenaran dan keselamatan yang dapat kita
timba.Demikian juga sebaliknya.
d. Dialog Iman
Kita saling mensharingkan
kesaksian hidup kita sebagai orang beriman: dapat juga saling meneguhkan.
6.
Menghilangkan rasa Curiga
dan Membangun Persaudaraan Sejati
a. Hal-hal yang dapat
menghambat pelaksanaan dialog antara lain:
·
Sikap saling curiga satu sama lain
·
Isue Kristenisasi dan Islamisasi
·
Takut dan curiga
·
Menutup diri
·
Menganggap diri paling baik dan yang lain salah dan
sebagainya
b. Kita dapat menghilangkan
sikap saling curiga dan arogansi antara lain dengan:
·
Saling membuka diri, berusaha untuk saling mengenal
·
Saling mengunjungi dalam kesempatan-kesempatan tertentu
·
Bahu-membahu untuk menyelesaikan masalah bersama
·
Saling menghormati
III.
BERDIALOG DENGAN UMAT
HINDU, BUDHA, KONGHUCU, ALIRAN KEPERCAYAAN DAN AGAMA ASLI
1.
Agama Hindu
Seorang perempuan Hindu Bali sedang
menempatkan sesajian di tempat suci keluarganya
§ Agama Hindu masuk ke
Indonesia tahun 1993, dengan nama agama Hindu Dharma. Ibadat dalam agama Hindu
merupakan unsur yang sangat pokok, berupa upacara-upacara harian yang
dilaksanakan di tempat-tempat dan pada saat-saat yang berkaitan erat dengan
irama hidup manusia setiap hari seperti sekitar rumah tinggal, sumber-sumber
air, persawahan, pada waktu matahari terbit, dan matahari terbenam, serta
waktu-waktu penting lainnya.
§ Kitab-kitabnya: Weda,
Usana bali dan juga Upanisad
§ Ajaran yang pokok.
Yang menjadi tujuan pokok hidup manusia menurut Hindu Dharma
adalah mokhsa, yaitu pembebasan dari
lingkaran reinkarnasi yang tak habis-habisnya. Pembebasan atau mokhsa ini dapat
dicapai melalui tiga jalan (trimarga), yaitu;
karma marga: askese badani, yoga,
tapa, ketaatan pada aturan-aturan kasta.
jnana marga: askese budi,
mengheningkan cipta dalam meditasi, dengan tujuan semakin menyadari kesatuan
dirinya dengan sang Brahma
bhakti marga: orang menyucikan diri
dengan penyerahan diri seutuhnya menuju pertemuan dalam cinta kasih dengan
Tuhan.
§ Kasta-kasta: brahmana, kesatria (keduanya menjadi kasta
bangsawan), waiseya (petani, prajurit, dan pedagang), sudra/jaba (rakyat
jelata). Di luar keempat kasta ini masih ada kelompok kelima yang disebut paria, yakni: mereka yang tersisih, tak
mempunyai tempat sosial, marginal, dan terbuang.
§ Hari Raya: Hari Nyepi
sebagai hari besar keagamaan. Ada juga hari raya Galungan (yang jatuh pada hari
Rabu Kliwon) dan Wuku Dungulan (setiap 20 hari sekali).
2.
Agama Budha
Bhikku Buddha melaksanakan puja bakti di Borobudur
§ Pendiri: Sidharta Gautama
(554 – 478 SM)
§ Inti ajaran Agama
Budha: Catur Arya Satya, yaitu Empat
kesunyataan atau kebenaran mulia, yaitu:
Dukha-Satya: hidup dalam segala
bentuk adalah penderitaan
Samudaya-Satya: penderitaan disebabkan
karena manusia memiliki keinginan dan nafsu
Nirodha-Satya: penderitaan itu dapat
dilenyapkan (mokhsa) dan orang mencapai nirwana dengan membuang segala keinginan
dan hawa nafsu.
Marga-Satya: jalan untuk mencapai
pelenyapan penderitaan sehingga dapat masuk ke dalam nirvana adalah delapan
jalan utama yaitu: keyakinan yang benar, pikiran yang benar, perkataan yang
benar, perbuatan yang benar, penghidupan yang benar, daya upaya yang benar,
perhatian yang benar, dan semedi yang benar.
§ Hari Raya: Waisak
3.
Agama Konghucu
JAMBI – Majelis Agama
Khonghucu Indonesia (Makin) Klenteng “Sai Che Tien”
§ Pendirinya: Konghucu. Ia
Lshir di kota Tsow di negeri Lu dataran Cina. Ia ditinggal bapaknya waktu ia
masih berusia 3 tahun dan pada usia 26 tahun ibunya juga meninggal dunia. Sejak
kecil ia suka berdoa. Dalam permainan dengan teman sebayanya, ia suka
memerankan diri sebagai seorang yang memimpin doa. Pada masa mudanya, ia sangat
berhasil dalam tugasnya di dinas pertanian dan peternakan. Ia berhasil
menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur. Konghucu tumbuh menjadi
seorang yang jujur, hidup sederhana, dan suka memberi nasehat orang lain. Ia
dikenal sebagai guru dan pemimpin yang bijaksana. Ajaran-ajaran Konghucu terus
dipelihara oleh pengikutnya dan dihayati sebagai jalan hidup.
§ Inti Ajaran Konghucu
Konghucu sangat mementingkan ajaran moral. Jika setiap orang dapat
mengusahakan keharmonisan dengan sesama, dengan alam, dan dengan Tuhan maka
akan tercipta perdamaian Allah. Tujuan hidup yang dicita-citakan dalam Konghucu
adalah menjadi seorang Kuncu
(manusia budiman). Seorang kuncu adalah
orang yang memiliki moralitas tinggi yang mendekati moralitasSang Nabi (Konghucu).Agama Konghucu sangat
menghormati arwah leluhur.Tuhan yang Maha Esa disebut Tuhan.
4.
Aliran Kepercayaan
§ Kepercayaan kepada Tuhan
yang Maha Esa mementingkan sikap batin dan berkisar pada ilham dari diri
sendiri, yakni:
ü Peningkatan integrasi diri
manusia (melawan pengasingan)
ü Pengalaman batin bahwa diri
pribadi beralih ke kesatuan dan persatuan yang lebih tinggi
ü Partisipasi dalam tata
tertibsempurna yang mengatasi daya kemampuan manusia biasa.
Aliran-aliran
kepercayaan ingin mencapai budi luhur untuk meraih kesempurnaan hidup. Hal itu dilakukan secara
perseorangan atau dalam kelompok-kelompok perguruan. ”Umat” dalam aliran kepercayaan
sulit dibatasi.Organisasi tidak dipentingkan, sumbernya adalah tradisi
agama-agama asli.
§ Kaitan antara Aliran Kepercayaan dan Agama Asli
§ Ibadat dan Pembinaan
Unsur ibadat menjadi amat sederhana, sebab yang pokok
adalah kesadaran dan keyakinan serta hati nurani.Pertemuan-pertemuan diarahkan
pertama-tama kepada pembinaan hati, serta menghaluskan budi pekerti dalam tata
pergaulan.Tujuannya adalah pendidikan, bukan kebaktian, sebab setiaporang
menemukan Tuhan dalam hatinya sendiri.Dengan membersihkan hati serta
mengembangkan kedewasaan rohani, maka dengan sendirinya dimaksud sebagai
pernyataan dan pelaksanaan hubungan pribadi dengan Allah yang diwujudkan dalam
prilaku ketakwaan terhadap Tuhan.Peribadatan merupakan pengalaman budi luhur, bukan suatu kebaktian
lahiriah, maka juga tidak ada tempat atau petugas ibadat. Semua bersifat
batiniah.
Contoh Agama Asli: Agama Merapu
Agama Marapu adalah
"agama asli" yang masih hidup dan dianut oleh orang Sumba di Pulau
Sumba, Nusa Tenggara Timur.Adapun yang dimaksud dengan agama Marapu
ialah sistem keyakinan yang berdasarkan kepada pemujaan arwah-arwah leluhur (ancestor
worship). Dalam bahasa Sumba arwah-arwah leluhur disebut Marapu,
berarti “yang dipertuan” atau “yang dimuliakan”. Karena itu agama yang mereka
anut disebut Marapu pula. Marapu ini banyak sekali
jumlahnya dan ada susunannya secara hirarki yang dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu Marapu dan Marapu Ratu.Marapu ialah arwah
leluhur yang didewakan dan dianggap menjadi cikal-bakal dari suatu kabihu
(keluarga luas, clan), sedangkan Marapu Ratu ialah marapu
yang dianggap turun dari langit dan merupakan leluhur dari para marapu
lainnya, jadi merupakan marapu yang mempunyai kedudukan yang tertinggi.
Kehadiran para marapu di dunia nyata diwakili dan dilambangkan dengan
lambang-lambang suci yang berupa perhiasan mas atau perak (ada pula berupa
patung atau guci) yang disebut Tanggu Marapu. Lambang-lambang suci itu
disimpan di Pangiangu Marapu, yaitu di bagian atas dalam menara uma
bokulu (rumah besar, rumah pusat) suatu kabihu.
Walaupun mempunyai banyak Marapu
yang sering disebut namanya, dipuja dan dimohon pertolongan, tetapi hal itu
sama sekali tidak menyebabkan pengingkaran terhadap adanya Yang Maha Pencipta.
Tujuan utama dari upacara pemujaan bukan semata-mata kepada arwah para leluhur
itu sendiri, tetapi kepada Mawulu Tau-Majii Tau (Pencipta dan Pembuat
Manusia), Tuhan Yang Maha Esa.Pengakuan adanya Yang Maha Pencipta biasanya
dinyatakan dengan kata-kata atau kalimat kiasan, itu pun hanya dalam
upacara-upacara tertentu atau peristiwa-peristiwa penting saja.Dalam keyakinan Marapu,
Yang Maha Pencipta tidak campur tangan dalam urusan duniawi dan dianggap tidak
mungkin diketahui hakekatnya sehingga untuk menyebut nama-Nya pundipantangkan.
IV.
BERBAGAI BENTUK DIALOG
Ada berbagai bentuk dialog yang dapat kita kembangkan
dengan saudara-saudari umat Hindu, Budha, Konghucu, Aliran Kepercayaan dan
agama asli, antara lain sebagai berikut:
Dialog Kehidupan
Kita sering hidup bersama dengan umat beragama lain
dalam suatu lingkungan atau daerah. Dalam hidup bersama itu, kita tentu
berusaha untuk
bertegur sapa, bergaul dan saling mendukung serta saling membantu satu
samalain. Hal itu dilakukan bukan saja demi tuntutansopan santun dan etikapergaulan,
tetapi juga tuntutan iman kita.
Dialog Karya
Dalam hidup bersama dengan umat beragama lain, kita
sering diajak dan didorong untuk bekerja sama demi kepentingan bersama atau
kepentingan yang lebih luas dan luhur. Kita bekerja sama dalam kegiatan sosial
karitatif, kegiatan rekreatif, dsb.
Dialog Iman
Dalam hal hidup beriman, kita dapat saling memperkaya,
walaupun kita berbeda agama. Ada banyak ajaran iman yang sama, ada bayak visi
dan misi agama yang sama. Lebih dari itu semua, kita memiliki perjuangan yang
sama dalam menghayati ajaran iman kita. Dalam hal ini, kita dapat saling
belajar, saling meneguhkan, dan saling memperkaya. Dari pihak kita, umat
Katolik, dapat memberikan kesaksiaan iman kita tentang bagaimana kita
menghayati nilai-nilai Injili seperti: cinta kasih, solidaritas, pengampunan,
pemaafan, kebenaran, kejujuran, keadilan, perdamaian, dsb.
V.
APA YANG KITA PELAJARI.
Dari Agama Hindu dan Budha (juga aliran kepercayaan), kita
dapat belajar, misalnya, tentang penekanan pada hal-hal batin. Agama Hindu dan
Budha sangat menekankan doa batin, meditasi, kontemplasi. Yoga dan berbagai
seni bermeditasi lainnya sangat disukai dan dipraktekkan di seluruh dunia.
Dari agama Konghucu, kita dapat belajar tentang penekanan dan
penghayatan pada hidup moral dan perilaku. Mereka sangat menekankan praktek
hidup yang baik. Agama konghucu dan agama Budha adalah agama moral.
Dari aliran Kepercayaan dan agama asli, kita dapat belajar
tentang kedekatan pada alam lingkungan hidup. Agama asli percaya akan keharmonisan
seluruh kosmis ini. Ada mata rantai kehidupan yang melingkupi seluruh alam raya
ini, yang tidak boleh dirusakkan. Maka, umat agama asli selalu membuat upacara
sebelum mereka mengolah tanah atau menebang pohon, semacam tindakan minta izin
kepada sesama saudara sekehidupan.
Dalam gerakan melestarikan ekologi saat ini, kita dapat
menimba inspirasi dari agama asli.
VI.
EVALUASI
1. Jelaskanlah pengertian
istilah sola fide, sola scriptura, sola
gratia!
2. Jelaskanlah ciri-ciri
protestantisme!
3. Jelaskanlah perbedaan dan
persamaan antara Katolisme dan Protestantisme!
4. Sebutkanlah 6 rukun iman
Islam dan 5 hukum Islam!
5. Sebut dan jelaskanlah
bentuk-bentuk dialog!
6. Jelaskanlah ajaran pokok
dalam agama Hindu!
7. Jelaskanlah Inti Ajaran
Agama Budha!
8. Jelaskanlah inti ajaran
agama Konghucu!
9. Jelaskanlah inti ajaran
Aliran Kepercayaan!
10. Apa yang dapat kita
pelajari dari agama Hindu, Budha, Konghucu, aliran Kepercayaan dan agama asli?
|
BAB V PERAN SERTA UMAT KATOLIK DALAM MEMBANGUN BANGSA INDONESIA
|
Kompetensi
Inti
1.
Menghargai dan menghayati ajaran
agama yang dianutnya.
2.
Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3.
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4.
Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam
ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan
ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.
Kompetensi
Dasar
3.5.
Memahami makna makna keterlibatan aktif umat Katolik dalam membangun bangsa dan
negara.
4.5. Berperan aktif umat Katolik dalam
membangun bangsa dan negara Indonesia.
Indikator
1. Menjelaskan akar masalah
yang paling pokok yang membuat negeri kita tidak sejahtera.
2. Menganalisis
situasi masyarakat Indonesia dalam terang Kitab Suci (Luk 4:18-19)
3. Menjelaskan
ajaran Gereja tentang usaha-usaha masyarakat untuk membangun masyarakat seperti
yang dikehendaki Tuhan (Evangelii Nuntiandi artikel 31)
4. Menjelaskan
hambatan-hambatan dalam usaha membangun masyarakat yang dikehendaki Tuhan dan
cara mengatasinya;
5. Menjelaskan partisipasi-aktif apa yang dapat dlakukan untuk membangun
masyarakat yang dikehendaki Tuhan.
6. Menjelaskan akar masalah
yang paling pokok yang membuat negeri kita tidak sejahtera.
7. Menyebutkan beberapa
prinsip dasar dalam Membangun Masyarakat yang Adil dan sejahtera.
4. Materi Ajar
§ Membangun Masyarakat Yang
Dikehendaki Tuhan
A.
Situasi Negeri kita saat
ini
1.
Situasi Politik dan
Ekonomi
Dewasa ini, politik hanya dimanfaatkan untuk
kepentingan pribadi atau kelompok. Dari apa yang sedang berlangsung sekarang,
tampak bahwa politik menjadi ajang pertarungan kekuatan dan perjuangan untuk
memenangkan kepentingan kelompok atau kepentingan finansial pribadi atau
kelompok. Terkesan tidak ada upaya serius untuk mewujudkan kesejahteraan
bersama. Bukan kepentingan bangsayang diutamakan melainkan kepentingan
kelompok, dengan mengabaikan cita-cita dan kehendak kelompok lain. Yang lebih
memprihatinkan lagi ialah agama sering digunakan untuk kepentingan kelompok
politik. Simbol-simbol agama dijadikan lambang politik
kelompok tertentu dan dengan demikian membangun sekat-sekat antara pemeluk
agama, yang kadang kala melahirkan berbagai bentuk kekerasan yang berbau SARA.
Politik kekuasaan
yang mementingkan kelompok sendiri semacam itu, dengan sendirinya akan
mengorbankan tujuan utama, yakni kesejahteraan bersama yang mengandaikan
kebenaran dan keadilan. Penegakan hukum juga diabaikan. Akibatnya, fenomena KKN (Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme) tidak ditangani secara serius, bahkan makin merajalela di
berbagai wilayah, lebih-lebih sejak pelaksanaan otonomi daerah. Otonomi daerah yang seharusnya
dimaksudkan sebagai desentralisasi kekuasaan, kekayaan, fasilitas, dan
pelayanan ternyata menjadi desentralisasi KKN. Perhatikan salah satu berita di
bawah ini:
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) menilai secara umum, komitmen pemimpin bangsa masih
rendah dalam memberantas korupsi. Kalau pun ada dari sebagian pemimpin yang
memberikan perlawanan terhadap korupsi, itu masih dianggap tidak konsisten.
Demikian diungkapkan Wakil Ketua
KPK, Zulkarnaen saat dihubungi wartawan, Rabu (16/5/2012).
"Komitmen pemimpin masih rendah
dan tidak konsisten," tegasnya.
Oleh karena itu, lembaga penegak
hukum khusus yang lahir pada era reformasi itu, justru menganggap pelaksanaan
demokrasi saat ini tidak kondusif untuk memberantas korupsi.
"Situasi politik dan demokrasi
tidak kondusif untuk memberantas korupsi," ujar Zulkarnaen
Sebelumnya, Wakil Ketua KPK Busyro
Muqoddas (saat menyampaikan hal ini masih menjabat sebagai Ketua KPK)
membenarkan bahwa korupsi berakar dari kepentingan politik.
"Korupsi itu melibatkan pejabat
struktural. Dimana,
pejabat struktural itu terkadang berasal dari petinggi partai politik,"
kata Ketua KPK Busyro Muqoddas di kantornya, Kamis (15/12/2012) tahun
lalu.
Busyro menjelaskan, proses korupsi
politik itu bermula akibat pendidikan politik praktis yang selalu diwarnai oleh
politik uang. Sehingga, Busyro menyimpulkan, politik uang itu lah yang
memunculkan korupsi yang memiliki kepentingan politik
Sumber: www.tribunnews.com
2.
Situasi Ekonomi
Secara ekonomis, negeri kita praktis dikuasai oleh
segelintir orang yang kaya raya, yang memiliki perusahaan-perusahaan
multinasional dengan modal dan kekayaan yang sangat besar. Selanjutnya, tatanan ekonomi yang
berjalan di Indonesia mendorong kolusi kepentingan antara pemilik modal dan
pejabat, untuk mendapat keuntungan sebanyak-banyaknya. Kesempatan ini juga
dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu bersama dengan para politisi yang
mempunyai kepentingan, untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya dengan cara
mudah. Akibatnya, antara lain terjadi penggusuran tempat-tempat tinggal rakyat
untuk berbagai mega proyek dan eksploitasi alam demi kepentingan para pengusaha
kaya. Persaingan antarkelompok dan antarpribadi menjadi semakin tajam. Suasana persaingan itu menumbuhkan
perasaan tidak adil, terutama ketika berhadapan dengan pengelompokan kelas
ekonomi antara yang kaya dan miskin.
B.
Akar Masalah
1. Salah satu akar terdalam
ialah kurangnya iman yang menjadi sumber inspirasi kehidupan nyata. Penghayatan
iman masih berkisar pada hal-hal lahiriah, seperti simbol-simbol dan upacara
keagamaan
2. Kerakusan akan kekuasaan
dan kekayaan yang menjadi bagian dari pendorong politik kepentingan yang sangat
membatasi ruang publik, yakni ruang kebebasan politik dan ruang peran serta
warga negara sebagai subyek. Ruang publik disamakan dengan pasar. Yang dianggap
paling penting adalah kekuatan uang dan hasil ekonomi.
3. Nafsu untuk mengejar
kepentingan sendiri bahkan dengan mengabaikan kebenaran. Meluasnya praktek korupsi tidak
lepas dari upaya memenangkan kepentingan diri dan kelompok. Ini mendorong terjadinya
pemusatan kekuasaan dan lemahnya daya tawar politik berhadapan dengan
kepentingan-kepentingan pihak yang menguasai sumber daya keuangan, terutama
sektor bisnis.
4. Dalil tujuan menghalalkan
segala cara. Ketika tujuan menghalalkan cara, terjadilah kerancuan besar karena
apa yang merupakan “cara” diperlakukan sebagai “tujuan”. Dalam logika ini yang
digunakan sebagai ukuran adalah hasil. Intimidasi, kekerasan, politik, uang, politik
pengerahan massa, teror, dan cara-cara immoral lainnya dihalalkan karena
memberi hasil yang diharapkan. Akibatnya tidak sedikit pelaku kejahatan politik, provokator, dan koruptor
menikmati tiadanya sanksi hukum (impunity).
Lemahnya penegakkan hukum mengaburkan pemahaman nilai “baik” dan “buruk’ yang
pada gilirannya menumpulkan kesadaran moral dan perasaan bersalah.
C.
Yesus Mewartakan Kabar
Baik
Sebagai remaja desa
Nazaret, pastilah Yesus banyak melihat, mendengar, dan mungkin mengalami
sendiri berbagai ketidakadilan yang dialamioleh bangsanya. Ketika Ia mulai
merasa terpanggil dan tampil di depan umum mewartakan kabar baik tentang
Kerajaan Allah, di desa-Nya, Nazaret, Ia memaklum perutusan-Nya:
(18) Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk
menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku.
(19) untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan
bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk
memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
Kehidupan rakyat jelata
semasa Yesus sungguh parah.Mereka ditindas dan dihimpit oleh para penguasa dan
pemimpin-pemimpin agama.Negeri Yahudi waktu itu dikuasai oleh Kekaisaran
Roma.Roma menempatkan seorang gubernur dengan tentaranya yang cukupkuat di
Palestina.Waktu Yesus mulai aktif berkotbah,Pontius Pilatus menjadi gubernur
Roma di Palestina, sedangkan yang menjadi raja adalah Herodes.Roma tidak campur
tangan dalam kehidupan sosial dan keagamaan bangsa Yahudi, asal mereka tidak
memberontak dan rajin membayar pajak.Pajak memang membebani rakyat miskin.
Betapa tidak! Selain pajakkepada pemerintah penjajah, masih ada lagi pajak
kepada pemerintahan daerahdan pajak agama. Pajak agama ialah pajak bagi
Bait Allah yang berupa sepersepuluh dari hasil bumi.
Selain dihimpit oleh para penguasa, rakyat kecil masa itu
dihimpit pula oleh para rohaniwan, yaitu kaum Farisi.Kaum Farisi itu berjuang
untuk menjaga kemurnian agama. Mereka mewajibkan diri untuk
melaksanakan bermacam-macam tindakan religius dan ritual, sepertipuasa,
matiraga, dan sebagainya.Orang-orang Farisi tidak hanya berada di Yerusalem,
tetapi juga di desa-desa di seluruh tanah Yahudi.Karena kegiatan mereka,
pengaruh mereka sangat besar dalam masyarakat. Di antara mereka terdapat para
rabi yang mengajar seluruh rakyat. Akan tetapi, di balik semuanya itu mereka
sebenarnya suka memanipulasi hukum-hukum Taurat dan menciptakan 1001 macam
peraturan yang sangat menekan rakyat kecil, tetapi menguntungkan diri mereka.
Terhadap penindasan dan ketidakadilan seperti itu, Yesus
bangkit untuk membela rakyat kecil yang menderita. Ia menyerang the rulling class pada waktu itu tanpa
takut.Yesus tak pernah bungkam terhadap praktik-praktik yang tidak adil.Ia
tidak berdiam diri atau bersikap kompromistis supaya terelak dari kesulitan.Ia
sudah bisa membayangkan resikonya. Akan tetapi, ia konsekuen. Ia tidak segan
mengkritik mereka yang “berpakaian halus di istana” (Matius 11:8). Ia mengecam
raja-raja yang tak mengenal dan mencintai Allah, tetapi menindas rakyat. Ia
mengecam penguasa-penguasa yang menyebut diri “pelindung rakyat” (Lukas 22:
250. Ia tidak takut menyebut raja Herodes sebagai serigala (Lukas 13: 32).
Yesus sangat berani! Jangan dilupakan kaum Farisi adalah
golongan yang sangat berpengaruhi pada saat itu, seperti rohaniwan pada masa
kita sekarang ini! Yesus tahu resikonya. Ia berani membela rakyat
kecil. Ia menyerang setiap penindasan dan ketidakadilan!, Namun, jangan salah
mengerti! Jangan lantas berpikir bahwa Yesus itu seorang tokoh revolusioner
yang mau mengubah keadaan sosial dan politik masa itu. Yesus tidak mewartakan suatu
revolusi kiri atau kanan untuk melawan kaum penguasa dan kaum berada pada masa
itu.
Ia hanya mewartakan Kabar Gembira. Dan Kabar Gembira
bukanlah suatu program sosial politis. Orang boleh mengikuti warta-Nya
dengan komitmen sosial politis apapun.Kritik-Nya yang tajam terhadap penguasa
tidak bernada politis dan perjuangan kelas.Ia hanya menegakkan nilai-nilai
Kerajaan Allah, seperti keadilan, cinta kasih dan perdamaian.Para penguasa dan
pemimpin-pemimpin agama harus menegakkan nilai-nilai itu.Mereka harus melayani
rakyat kecil, bukan menindas.
Boleh saja melihat Yesus sebagai tokoh revolusioner dan
pembebas, tetapi tokoh yang membebaskan manusia dari egoisme, kesombongan,
kesewenang-wenangan, ketidakadilan, dan sebagainya. Yesus memang Pembebas;
membebaskan manusia tanpa kekerasan, Suatu pembebasan yang:
§ Terbit dari batin manusia,
lalu mewujud dalam masyarakat dalam bentuk apapun;
§ Berupa pertobatan, yaitu
suatu peralihan sikap dari segala praktik egoistis kepada sikap mengabdi Allah
dan sesama.
Nah, sebagai tokoh pembebas dari setiap bentuk
kejahatan dan dosa, Yesus tidak takut untuk berbicara lantang dan tajam dengan
risiko apapun. Coba bayangkan, sekiranya Yesus datang lagi ke tengah lingkungan
kita pada saat ini, apa yang akan Ia katakan?
D.
Usaha-usaha yang harus
dilakukan untuk Membangun Masyarakat yang Adil dan sejahtera sesuai dengan
Kehendak Tuhan
Tuhan senantiasa menghendaki supaya bangsa manusia
hidup sejahtera di bumi dan kemudia bahagia di Surga.Tuhan pasti menghendaki
pula bangsa Indonesia hidup sejahtera dan bahagia.Untuk membangun hidup
sejahtera dibutuhkan Suasana damai.Damai bukan saja sekedar tidak ada perang
dan penindasan, tetapi situasi yang selamat dan sejahtera dalam diri manusia
sebagai buah keadilan yang tercipta dalam suatu masyarakat.Perdamaian adalah
hasil tatanan masyarakat yang adil.Keadilan, perdamaian dan kesejahteraan
adalah syarat mutlak bagi perkembangan pribadi dan martabat manusia, tetapi
juga martabat suatu masyarakat dan suatu bangsa.Kita kini mengalami bahwa
masyarakat bangsa kita belum sejahtera, damai, dan adil.Kita masih mengalami
krisis dalam berbagai bidang hidup, baik bidang politik, hukum, ekonomi, maupun
budayanya.Pokok dari semua krisis ini ialah krisis etika dan krisis ekonomi
dengan orientasi pada kepentingan diri sendiri dan kelompok.
Apa kiranya yang harus kita perhatikan dan bagaimana
caranya kita dapat membangun masyarakat yang adil dan sejahtera?
1.
Beberapa prinsip dalam
Membangun masyarakat yang Adil dan Sejahtera?
a.
Hormat terhadap martabat
manusia
Martabat manusia Indonesia harus dihargai sepenuhnya
dan tak boleh diperalat untuk tujuan apapun, termasuk tujuan politik. Dasarnya:
manusia adalah citra Allah, yang diperbaharui oleh Yesus Kristus dengan karya
penebusan-Nya mengangkat manusia menjadi anak Allah.
b.
Kebebasan
Kebebasan adalah hak setiap orang dan kelompok: bebas
dari segala bentuk ketidakadilan dan bebas untuk mengembangkan diri secara
penuh. Setiap warga sangat membutuhkan kebebasan dari ancaman dan tekanan,
kebebasan dari kemiskinan yang membelenggunya, dan juga kebebasan untuk
berkembang menjadi manusia seutuhnya.
c.
Keadilan
Keadilan adalah memberikan kepada setiap orang apa
yang menjadi haknya. Keadilan merupakankeutamaan yang membuat
manusia sanggup,memberikan kepada setiap orang atau pihak lain apa yang
merupakan haknya.
d.
Solidaritas
Dalam tradisi solidaritas, sikap solider terungkap
dalam semangat gotong royong dan kekeluargaan, yang menurut pepatah lama
berbunyi; “berat sama dipikul, ringan
sama dijinjing”.
e.
Subsidiaritas
Menjalankan prinsip subsidiaritas berarti menghargai kemampuan setiap manusia, baik pribadi
maupun kelompok, untuk mengutamakan usahanya sendiri, sementara pihak yang
lebih kuat siap membantu seperlunya. Bila kelompok yang lebih kecil
dengan kemampuan dan sarana yang dimiliki bisa menyelesaikan masalah yang
dihadapi, kelompok yang lebih besar atau pemerintah/negara tidak perlu campur
tangan.
f.
Sikap jujur dan tulus
ikhlas
Dengan prinsip ini kebenaran dihargai dan dipegang
teguh. Dewasa ini, sikap kritis (fair)
berarti menciptakan aturan yang adil dan menaatinya, menghormati pribadi dan
nama baik lawan politik, membedakan antara wilayah publik dan wilayah privat,
serta menyadari dan melaksankan kewajiban untuk memperjuangkan kepentingan dan
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
g.
Demokrasi
Demokrasi sebagai sistem tidak hanya menyangkut hidup kenegaraan,
melainkan juga hidup ekonomi, sosial dan kultural. Dalam arti ini, demokrasi
dimengerti sebagai cara-cara pengorganisasian kehidupan bersama yang paling
mencerminkan kehendak umum, dengan tekanan pada peran serta, perwakilan dan
tanggung jawab.
h.
Tanggung Jawab
Bertanggung jawab berarti mempunyai komitmen penuh
pengabdian dalam pelaksanaan tugas. Tanggung jawab disertai dengan
tanggung jawab kepada.Bagi politisi, bertanggung jawab berarti bekerja
sebaik-baiknya demi tercapainya tujuan Negara dan mempertanggung jawabkan
pekerjaannya kepada rakyat. Tanggung jawab hanya bisa dituntut bila kebijakan
umum pemerintah terumus jelas dalam hal prioritas., program, metode, dan
pendasaran filosofi. Atas dasar kebijakan umum ini, wakil rakyat dan kelompok-kelompok
masyarakat bisamembuat evaluasi pelaksanaan kinerja pemerintah dan menuntut
pertanggungjawabannya.
2.
Cara, pola, dan Pendekatan
Perjuangan Kita harus merupakan Gerakan yang Melibatkan sebanyak Mungkin Orang,
Mulai dari akar Rumput.
Perlu disadari bahwa ketidakadilan
yang menyengsarakan rakyat banyak sudah bersifat struktural dan membudaya,
terlalu sulit mengatasinya. Ia tidak dapat ditangani
dengan slogan-slogan atau indoktrinasi, tetapi dengan suatu gerakan yang
melibatkan sebanyak mungkin orang, mulai dari akar rumput. Gerakan ini
merupakan gerakan penyadaran yang akan memakan waktu. Masyarakat perlu
disadarkan bahwa ada ketidakadilan di negeri ini yang membuat rakyat banyak
sengsara.
Menyangkut gerakan itu kiranya perlu
diperhatikan beberapa hal, antara lain sebagai berikut.
a. Gerakan ini adalah gerakan
pembaharuan pikiran dan roh
b. Gerakan pembaharuan ini
hendaknya menjadi gerakan sosial dan moral kea rah pertobatan dan hidup baru
c. Gerakan pembaharuan ini
sungguh merupakan suatu “gerakan’’
Evaluasi:
1. Manakah akar masalah yang
paling pokok yang membuat negeri kita tidak sejahtera?
2. Sebut dan jelaskan
beberapa prinsip dasar dalam Membangun Masyarakat yang Adil dan sejahtera
3. Bagaimana situasi politik
dan ekonomi pada jaman Yesus? Jelaskan!
A. TANTANGAN DAN PELUANG UMAT
KATOLIK DALAM MEMBANGUN BANGSA DAN NEGARA SEPERTI
YANG DIKEHENDAKI TUHAN
1. Tantangan- tantangan yang dihadapi bangsa
Indonesia saat ini.
Berikut ini secara garis besar diberikan
gambaran tentang beberapa tantangan yang
sedang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, guna menjadi perhatian kita semua
sebagai warga negara Indonesia untuk
bersama-sama menghadapinya. Bahkan kita secara positif melihat tantangan ini
menjadi peluang bagi kita untuk
menggunakan talenta yang diberikan Tuhan untuk membangun bangsa dan negara yang
kita cintai ini.
a. Krisis Etika Politik
Etika Politik di Indonesia yang masih carut marut. Politik hanya dipahami pragmatis
sebagai sarana untuk mencari kekuasaan dan kekayaan bagi pribadi-pribadi dan
golongan sendiri. Politik yang berkembang saat ini, khususnya oleh partai
politik lebih bersifat transaksional yaitu untuk membagi-bagi kekuasaan dan
berujung pada praktik politik uang. Banyak kepala daerah, dan dan para
pejabat lembaga negara lainnya, baik
eksekutif, legislatif, dan yudislatif (polisi, jaksa, hakim) kini berurusan
dengan KPK karena terlibat kasus
korupsi yang tentu saja merugikan
pembangunan bagi kesejahteraan rakyat.
b. Krisis Ekonomi.
Masyarakat
Indonesia kini masih dilanda krisis
ekonomi. Banyak yang masih hidup di bawah garis kemiskinan, padahal Indonesia
sendiri dikenal sebagai negara yang kaya
akan sumber daya alamnya. Dengan berkembangnya
neoliberalisme saat ini, orang kaya akan semakin kaya, dan orang miskin
akan semakin miskin. Orang miskin, atau bahkan para pedagang kecil atau
menengah sekalipun tidak pernah akan mampu bersaing dengan para pedagang besar atau orang-orang kaya.
c. Merebaknya aliran
fundamentalisme radikal
Kini merebak berbagai aliran fundamental radikal
di Indonesia. Fundamentalisme itu pandangan yang berpusat pada diri manusia, sehingga
manusia menjadi tolok ukurnya. Karena itu fundamentalisme prinsipnya “menutup
diri” terhadap kebenaran dari paham di luar dirinya. Akhirnya fundamentalisme dapat berakhir
pada arogansi terhadap orang lain,
kekerasan demi mencapai tujuannya sendiri. Fundamentalisme radikal tidak hanya terbatas pada aliran agama
tertentu, tetapi juga suku bahkan daerah. Nampaknya bahwa setelah
diberlakukannya sistem otonomi daerah, dan otonomi khusus, terjadilah gerakan
daerahisme. Mereka berusaha menolak dan bahkan “mengusir” orang dari daerah
lain, khususnya dalam urusan pejabat pemerintahan, atau pengangkatan PNS dengan istilah mengutamakan putra daerah.
d. Lemahnya penegakan hukum di Indonesia
Dalam berbagai
kasus penegakan hukum baik perdata maupun pidana, banyak terjadi
ketidakadilan. Keadilan hukum hanya
tajam untuk orang di bawah tetapi tumpul untuk orang yang di atas. Artinya
bahwa keadilan hukum di lembaga
peradilan hanya diberlakukan bagi masyarakat kecil, yang lemah secara ekonomi
karena mereka tidak mampu menyogok para
penegak hukum. Sementara para penguasa dan kaum kaya raya dapat membeli para
penegak hukum sehingga mereka bisa bebas dari hukuman, atau minimal hukumannya
ringan. Dalam beberapa kasus, seorang
pencopet, atau maling ayam, dihukum jauh lebih berat daripada seorang koruptor
yang telah mencuri uang negara ratusan juta atau bahkan miliaran rupiah. Publik
Indonesia pun sudah mengetahui bagaimana banyak koruptor kelas kakap, yang
sedang mendekam di penjara, tetapi nyatanya dapat berkeliaran bebas di luar dan
berpesta pora serta melancong ke mana-mana.
e. Berbagai bencana dan kerusakan alam
Bencana alam dan kerusakan alam menjadi tantangan real di
hadapan kita. Bencana alam bisa disebabkan oleh kondisi alam itu sendiri,
seperti gempa bumi, dan letusan gunung berapi. Namun bencana alam juga dapat
disebabkan oleh perbuatan manusia Indonesia sendiri, seperti penggundulan dan
pembakaran hutan untuk berbagai tujuan,
penebangan pohon secara serampangan sehingga menimbulkan bencana longsor dan
banjir bandang yang merenggut jiwa dan harta. Kerusakan alam juga disebabkan
oleh limbah-limbah industri yang mematikan ekosistem di sekitarnya.
Pendalaman:
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
1)
Tantangan-tantangan apa saja yang sedang
dihadapi bangsa dan negara kita?
2)
Apa pandangan anda terhadap tantangan-tantangan tersebut?
2. Ajaran Gereja tentang bagaimana peluang-peluang Umat Katolik dalam
pembangunan.
Kita telah
menemukan berbagai macam tantangan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia yaitu
: krisis etika politik, krisis ekonomi, merebaknya aliaran fundamentalisme
radikal, lemahnya penegakan hukum, dan bencana alam serta kerusakan lingkungan.
Berdasarkan masalah-masalah yang merupakan
tantangan itu, apa peluang bagi umat Katolik untuk membangun bangsa sesuai
kehendak Tuhan sebagaimana yang diajarkan Gereja dalam bidang:
a. Krisis Etika Politik
b.Krisis Ekonomi
c. Menanggulangi aliran
fundamentalisme radikal
d.Masalah Penegakan hukum
e. Bencana alam dan kerusakan
lingkungan
a. Dari segi krisis
Etika Politik
Situasi Etika Politik di Indonesia yang masih carut marut: Kita umat (Gereja) Katolik perlu
memperjuangkan agar politik tidak hanya dipahami pragmatis sebagai sarana untuk
mencari kekuasaan dan kekayaan, melainkan politik dipahami sebagai suatu jerih
payah untuk membuat transformasi situasi masyarakat yang kacau mejadi
masyarakat yang tertata dan mampu menciptakan kesejahteraan umum.
Relasi Gereja dan Negara
untuk kepentingan terwujudnya kesejahteraan umum dinyatakan oleh Konsili
sebagai berikut: “Di bidang masing-masing negara dan Gereja bersifat
otonom tidak saling tergantung. Tetapi keduanya, kendati atas dasar yang
berbeda, melayani panggilan pribadi dan sosial orang-orang yang sama.
Pelaksanaan itu akan semakin efektif dijalankan oleh keduanya demi
kesejahteraan umum, semakin baik keduanya menjalin kerja sama yang sehat,
dengan mengindahkan situasi setempat dan sesama. Sebab manusia tidak
terkungkung dalam tata duniawi melulu, melainkan sementara mengarungi sejarah
manusiawi ia sepenuhnya mengabdi kepada panggilannya untuk kehidupan kekal.
Gereja, yang bertumpu pada cinta kasih Sang Penebus, menyumbangkan bantuannya,
supaya di dalam kawasan bangsa sendiri dan antara bangsa-bangsa makin meluaslah
keadilan dan cinta kasih. Dengan mewartakan kebenaran Injil, dan dengan
menyinari semua bidang manusiawi melalui ajaran-Nya dan melalui kesaksian umat
kristen, Gereja juga menghormati dan mengembangkan kebebasan serta tanggung
jawab politik para warganegara.” (KV II, GS art. 76)
b. Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi
telah lama membelit masyarakat Indonesia pada umumnya. Inti persoalannya adalah kebijakan perekonomian pemerintah
hanya uuntuk mengejar target produksi sementara masyarakat Indonesia dikorbankan demi keuntungan perekonomian sektor formal. Untuk masalah pemiskinan secara ekonomi tersebut, Konsili Vatikan
mengajarkan bahwa; “Makna-tujuan yang paling inti
produksi itu bukanlah semata-mata bertambahnya hasil produksi, bukan pula
keuntungan atau kekuasaan, melainkan
pelayanan kepada manusia, yakni manusia seutuhnya, dengan mengindahkan tata
urutan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya maupun tuntutan-tuntutan hidupnya di
bidang intelektual, moral, rohani, dan keagamaan; katakanlah: manusia siapa
saja, kelompok manusia mana pun juga, dari setiap suku dan wilayah dunia. Oleh
karena itu kegiatan ekonomi harus dilaksanakan menurut metodemetode dan
kaidah-kaidahnya sendiri, dalam batas-batas moralitas sehingga terpenuhilah
rencana Allah tentang manusia”. (KV II GS art. 64). Harapan Konsili itu jelas,
perekonomian mesti terutama mengabdi kepentingan perkembangan manusia, sehingga
titik berat perkembangan ekonomi bukan sekedar keuntungan semata mata! Di sinilah tantangan sekaligus sebagai
peluang bagi umat Katolik dan umat
beragama dan berkepercayaan lainnya untuk mengembangkan ekonomi yang berpihak
pada kesejahteraan rakyat.
c. Merebaknya aliran fundamentalisme radikal
Fundamentalisme
itu pandangan yang berpusat pada diri manusia, sehingga manusia menjadi tolok
ukurnya. Karena itu fundamentalisme prinsipnya “menutup diri” terhadap
kebenaran dari paham di luar dirinya.
Akhirnya fundamentalisme dapat berakhir pada arogansi terhadap orang lain, kekerasan demi
mencapai tujuannya sendiri.
Berhadapan dengan berbagai aliran itu, kepentingan kehadiran Gereja tidak
lain adalah mendorong gerakan “kebebasan beragama” dan “gerakan humanisme
sejati, yang tertuju pada Allah.” Demi kepentingan gerakan kebebasan beragama, Konsili Vatikan II, secara
khusus menyatakanya “bahwa pribadi manusia berhak atas kebebasan beragama.
Kebebasan itu berarti, bahwa semua orang harus kebal terhadap paksaan dari
pihak orang-orang perorangan maupun kelompok-kelompok sosial atau kuasa
manusiawi mana pun juga, sedemikian rupa, sehingga dalam hal keagamaan tak
seorang pun dipaksa untuk bertindak melawan suara hatinya, atau
dihalang-halangi untuk dalam batas-batas yang wajar bertindak menurut suara
hatinya, baik sebagai perorangan maupun dimuka umum, baik sendiri maupun
bersama dengan orang-orang lain. Selain itu Konsili menyatakan, bahwa hak
menyatakan kebebasan beragama sungguh didasarkan pada martabat pribadi manusia,
sebagaimana dikenal berkat sabda Allah yang diwahyukan dan dengan
akal-budi. Hak pribadi manusia atas
kebebasan beragama harus diakui dalam tata hukum masyarakat sedemikian rupa,
sehingga menjadi hak sipil.”(KV II, Dignitatis Humanae, art. 1).
Terhadap cara pandang yang sempit dan
picik dan merasa benar sendiri, Paulus VI menunjukkan nilai humanisme yang
semestinya menjadi nilai universal dalam masyarakat dunia, “Tujuan mutakhir ialah humanisme yang terwujudkan seutuhnya.
Dan tidakkah itu berarti pemenuhan manusia seutuhnya dan tidap manusia?
Humanisme yang picik, terkungkung dalam dirinya tidak terbuka bagi nilai-nilai roh
dan bagi Allah yang menjadi Sumbernya, barangkali nampaknya saja berhasil,
sbeba manusia dapat berusha menta kenyataan duniawi tanpa Allah. Akan tetapi
bula kenyatan kenyataan itu tertutup bagi Allah, akhirnya justru akan berbalik
melaswan manusia. Humanisme yang tertutup bagi kenytaan lain jadi tidak
manusiawi. Humanisme yang sejati menunjukkan jalan kepada Allah serta mengakui
tugas yagn menjadi pokok panggilan kita, tugas yang menyajikan kepada kita
makna sesungguhya hidup manusiawi. Bukan manuasialah norma mutakhir manusia.
Manusia hanya menjadi sungguh manusiawi bila melampaui diri sendiri. Menurut
Blaise Pascal, “ Manusia secara tidak terbatas mengungguli martabatnya” (Paulus
VI, Populorum Progressio art. 42)
d. Lemahnya penegakan hukum di Indonesia
Dari segi
lemahnya penegakan hukum, kita harus berusaha
mengubah mind-set peranan hukum dalam masyarakat, bahwa hukum bukan
sarana untuk mempermudah agar “kasus-kasus” Pidana dan Perdata diperlakukan
sebagai “komoditi”, tetapi hukum berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan hidup
bersama yang memungkinkan terciptanya kesejahteraan umum. Konsili Vatikan II menegaskan bahwa “Pelaksanaan
kekuasaan politik, baik dalam masyarakat sendiri, maupun di lembaga-lembaga
yang mewakili negara, selalu harus berlangsung dalam batas-batas tata moral,
untuk mewujudkan kesejahteraan umum yang diartikan secara dinamis, menurut tata
perundang-undangan yang telah dan harus ditetapkan secara sah. Maka para
warganegara wajib patuh-taat berdasarkan hati nurani mereka. Dari situ jelas
jugalah tanggung jawab, martabat dan kewibawaan para penguasa. (KV II GS art. 73).
Dalam
Kitab Suci, kita dapat
melihat bagaimana Yesus menuntut bangsa Yahudi supaya taat kepada hukum
Taurat sebab pada dasarnya hukum Taurat dibuat demi kebaikan dan keselamatan
manusia (bdk. Mat 5: 17-43). Satu titik pun tidak boleh dihilangkan dari hukum
Taurat. Ia hanya menolak hukum Taurat uang sudah dimanipulasi, di mana hukum
tidak diabdikan untuk manusia, tetapi manusia diabdikan untuk hukum. Segala
hukum, peraturan, dan perintah harus diabdikan untuk tujuan kemerdekaan
manusia. Maksud terdalam dari setiap hukum adalah membebaskan (atau
menghindarkan) manusia dari segala sesuatu yang (dapat) menghalangi manusia
untuk berbuat baik. Demikian pula tujuan hukum Taurat. Sikap Yesus terhadap
hukum Taurat dapat diringkaskan dengan mengatakan bahwa Yesus selalu memandang
hukum Taurat dalam terang hukum kasih.
Mereka
yang tidak peduli dengan maksud dan tujuan hukum, hanya asal menepati huruf
hukum, akan bersikap legalistis: pemenuhan hukum secara lahiriah sedemikian
rupa sehingga semangat hukum kerap kali dikurbankan. Misalnya, ketika kaum
Farisi menerapkan peraturan mengenai hari Sabat dengan cara yang merugikan
perkembangan manusia, Yesus mengajukan protes demi tercapainya tujuan peraturan
itu sendiri, yakni kesejahteraan manusia: jiwa dan raga. Menurut keyakinan awal
orang Yahudi sendiri, peraturan mengenai hari Sabat adalah karunia Allah demi
kesejahteraan manusia (bdk. Ul 5:
12-15; Kel 20: 8-11; Kej 2: 3). Akan tetapi, sejak pembuangan Babilonia
(587-538 SM), peraturan itu oleh para rabi cenderung ditambah dengan
larangan-larangan yang sangat rumit. Memetik butir gandum sewaktu melewati
ladang yang terbuka tidak dianggap sebagai pencurian. Kitab Ulangan yang bersemangat
perikemanusiaan mengizinkan perbuatan tersebut. Akan tetapi, hukum seperti yang
ditafsirkan para rabi melarang orang menyiapkan makanan pada hari Sabat dan
karenanya juga melarang menuai dan menumbuk gandum pada hari Sabat. Dengan
demikian, para rabi menulis hukum mereka sendiri yang bertentangan dengan
semangat perikemanusiaan Kitab Ulangan. Hukum ini menjadi beban, bukan lagi bantuan guna
mencapai kepenuhan hidup sebagai manusia.
Oleh
karena itu Yesus mengajukan protes. Ia mempertahankan maksud Allah yang
sesungguhnya dengan peraturan mengenai Sabat itu. Yang dikritik Yesus bukanlah
aturan mengenai hari Sabat sebagai pernyataan kehendak Allah, melainkan cara
hukum itu ditafsirkan dan diterapkan. Mula-mula, aturan mengenai hari Sabat
adalah hukum sosial yang bermaksud memberikan kepada manusia waktu untuk
beristirahat, berpesta, dan bergembira setelah enam hari bekerja. Istirahat dan
pesta itu memungkinkan manusia untuk selalu mengingat siapa sebenarnya dirinya
dan untuk apakah ia hidup. Sebenarnya, peraturan mengenai hari Sabat mengatakan
kepada kita bahwa masa depan kita bukanlah kebinasaan, melainkan pesta. Dan,
pesta itu sudah boleh mulai kita rayakan sekarang dalam hidup di dunia ini,
dalam perjalanan kita menuju Sabat yang kekal. Cara unggul mempergunakan hari
Sabat ialah dengan menolong sesama (bdk.Mrk 3: 1-5). Hari Sabat bukan untuk
mengabaikan kesempatan berbuat baik. Pandangan Yesus tentang Taurat adalah
pandangan yang bersifat memerdekakan, sesuai dengan maksud yang sesungguhnya
dari hukum Taurat.
e. Berbagai bencana dan kerusakan alam
Bencana alam dan kerusakan alam menantang Gereja untuk berefleksi, “Di
manakah Gereja itu hidup, bukankah lingkungan hidup juga sangat crucial untuk
hidup Gereja di tengah dunia? Maka persoalan pengrusakan lingkungan hidup itu tidak hanya masalah
dunia, tetapi juga masalah Gereja. Paus Paulus VI, dalam Ensiklik Populorum Progressio, art. 21, menegaskan “Bukan saja lingkungan materiil terus menurus merupakan
anaman pencemaran dan sampah, penyakit baru dan daya penghancur, melainkan
lingkungan hidup manusiawi tidak lagi dikendalikan oleh manusia, sehingga
menciptakan lingkungan yang untuk masa depan mungkin sekali tidak tertanggung
lagi. Itulah persoalan sosial berjangkau
luas, yang sedang memprihatinkan segenap keluarga manusia.” Dengan demikian, Gereja
juga ditantang untuk terlibat dalam dunia pertanian yang sudah rusak
karena perusakan sistematis sehingga merusak tatanan dan fungsi lingkungan
hidup. Tepatlah Konsili Vatikan II mendesak pentingnya membangun
kondisi kerja untuk para petani sehingga mereka mampu mengembangkan diri
sebagai manusia utuh: “Perlu diusahakan dengan
sungguh-sungguh, supaya semua orang menyadari baik haknya atas kebudayaan,
maupun kewajibannya yang mengikat, untuk mengembangkan diri dan membantu
pengembangan diri sesama. Sebab kadang-kadang ada situasi hidup dan kerja, yang
menghambat usaha-usaha manusia di bidang kebudayaan dan menghancurkan seleranya
untuk kebudayaan. Hal itu secara khas berlaku bagi para petani dan kaum buruh;
bagi mereka itu seharusnya diciptakan kondisi-kondisi kerja sedemikian rupa,
sehingga tidak menghambat melainkan justru mendukung pengambangan diri mereka
sebagai manusia”. (KV II, GS art. 60).
3. Menghayati tantangan dan peluang
untuk membangun bangsa dan negara
- Menggali Inspirasi dari Tokoh Nasional Katolik
a.
Menyimak cerita
Simaklah cerita berikut ini
IJ Kasimo dan Politik Bermartabat
|
Gbr.5.7. Ignatius
Joseph Kasimo saat Presiden Soekarno Sbr: Arsip Kompas
|
“Nama Ignatius Joseph Kasimo (1900-1986)
tidak setenar nama-nama tokoh pergerakan kemerdekaan lainnya. Namun, ketika
praksis berpolitik belakangan ini cenderung menjadi komoditas dan tempat
mencari kedudukan, sosok Kasimo menjadi referensi aktual. Bersama orang-orang
seangkatan, seperti Natsir dan Prawoto, tujuan Kasimo berpolitik itu jernih,
untuk rakyat dan bukan untuk dapat banyak honor,” kata sejarawan Anhar Gonggong
seputar ketokohan IJ Kasimo dalam sejarah pergerakan kemerdekaan.
Kasimo memberi teladan
bahwa berpolitik itu pengorbanan tanpa pamrih. Berpolitik selalu memakai
beginsel atau prinsip yang harus dipegang teguh. Berpolitik menjadi
bermartabat. Moto salus populi suprema lex (kepentingan rakyat hukum
tertinggi), kata Jakob Oetama, Pemimpin Umum Harian Kompas, merupakan cermin
etika politik yang nyaris jadi klasik dari tangan Kasimo. Masuk ke gelanggang
politik merupakan panggilan hidup, sikap dan perbuatannya jauh dari motivasi
memperkaya diri, keluarga, dan kelompok. Kasimo seorang negarawan sejati.
Menyambung Jakob Oetama,
di mata Harry Tjan Silalahi, Kasimo adalah manusia berkarakter. Berkorban tanpa
pamrih, hidup sederhana. Kesederhanaan menjadi kesalehan hidup. Karena itu,
Kasimo dianugerahi umur panjang. Meninggal dalam usia 86 tahun, 1 Agustus 1986,
tidak pernah korup berkat pendidikan Barat yang membedakan ”milikku” dan ”milik
negara”, mine and yours.
Dari Jawa Mengindonesia
|
Gbr.5.8 I.J.
Kasimo Sbr.
Hidupkatolik.com
|
Indonesia, tetapi umat Katolik
Indonesia bagian utuh dari kemajemukan bangsa Indonesia. ”Dari Jawa mengindonesia,”
tegas Harry Tjan.
Lahir sebagai anak kedua
dari 7 bersaudara dari pasangan Dalikem-Ronosentika, seorang prajurit Keraton
Yogyakarta, Kasimo tampil memperjuangkan hak-hak anak jajahan. Ia berjuang
lewat Volksraad, lewat partai, tidak dengan menampilkan sikap sektarian, tetapi
berdasar platform kebangsaan yang majemuk.
Partai Katolik bukanlah
partai konvensional, melainkan partai yang mendasarkan diri pada ajaran dan
moralitas Katolik. Mengenai posisi golongan Katolik, kata Daniel Dhakidae,
Pemimpin Redaksi Majalah Prismadi Hindia Belanda tahun 1930-an golongan Katolik
dianggap seperti golongan ”paria” di India. Karena itu,
kehadirannya tidak diperhitungkan.
Dalam kondisi demikian,
peran pastor-pastor Belanda yang Katolik di Hindia Belanda menjadi serba salah.
Pastor Frans van Lith SJ merupakan satu dari antara mereka yang bersimpati dan
kemudian memihak orang bumiputra. Menurut JB Sudarmanto yang melakukan
penelitian tentang Kasimo, setahun setelah diangkat sebagai anggota Volksraad
tanggal 19 Juli 1932, Kasimo melontarkan pernyataan, ”Tuan Ketua! Dengan ini saya
menyatakan bahwa suku bangsa-suku bangsa Indonesia yang berada di bawah
kekuasaan negeri Belanda, menurut kodratnya mempunyai hak serta kewajiban untuk
membina eksistensinya sendiri sebagai bangsa.”
Kasimo juga ikut serta
dalam Petisi Soetardjo yang diajukan pada 15 Juli 1936. Menurut sejarawan Asvi
Warman Adam, berkat diangkatnya Kasimo menjadi anggota penuh delegasi RI untuk
perundingan dengan pihak Belanda dari Partai Katolik, dan Supeno dari Partai
Sosialis, Belanda bersedia bertemu Indonesia di meja perundingan. Bersama
Kolonel AH Nasution, Kasimo—Ketua Partai Katolik (1924-1960)—menjalankan fungsi
pemerintahan negara dengan membentuk Komisariat Pemerintah Pusat di Jawa
(KPPD). Kerja sama erat dalam kedudukannya sebagai pejabat KPPD di Jawa dengan
Markas Komando di Jawa lewat penandatanganan bersama menghasilkan banyak
keputusan sebagai legalitas formal Pemerintah Pusat RI di Jawa ketika
bergerilya semasa Clash II.
Partai
politik, bagi Kasimo, merupakan sarana dan bukan tujuan. Itu pula yang
menjadikan Kasimo berbesar hati menerima Partai Katolik RI yang dia dirikan
berfusi ke Partai Demokrasi Indonesia tahun 1972. Dosen Sejarah
Gereja, RL Hasto Rosariyanto SJ, menggarisbawahi pendapat orang tentang
kesamaan ketokohan Kasimo dan Cory Aquino. Mereka bertemu dalam kegiatan
politik yang digerakkan oleh cinta tanah air, sederhana, dan jujur. Sebuah
bentuk keluhuran yang di hari-hari ini menjadi amat mewah, terlebih saat
berpolitik tidak lagi didasarkan atas keberpihakan memperjuangkan kepentingan
rakyat....” (St. Sularto/Kompas, 8 Okt. 2010)
- Diskusi
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1) Apa pesan dari kisah ini?
2) Apa kesanmu dengan kisah ini?
3) Apa saja yang dapat kamu diteladani dari perjuangan I.J. Kasimo
untuk Indonesia saat ini?
4) Apa kiaranya ajaran Gereja Katolik yang menyemangati IJ.
Kasimo dalam karyanya?
- Refleksi dan aksi
a. Refleksi
§ Tuliskanlah sebuah refleksi tentang
tantangan dan peluang umat Katolik Indonesia untuk membangun bangsa dan negara seperti yang di kehendaki Tuhan.
b. Aksi
§ Membuat rencana aksi, pada salah satu tantangan yang sedang dihadapi bangsa
Indonesia, misalnya di bidang lingkungan hidup dengan melalukan kegiatan atau
gerakan ekologi di lingkungan sekolah. Atau dari
segi hukum dengan melakukan gerakan kesadaran hukum, mulai dengan bersikap
disiplin terhadap peraturan di sekolah di masyarakat.
B.
DASAR KETERPANGGILAN GEREJA
KATOLIK DALAM MEMBANGUN BANGSA DAN NEGARA
1.
Pengalaman
Keterlibatan Umat Katolik dalam Pembangunan bangsa dan negara.
a. Menyadari situasi
Bacalah
kisah berikut ini.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ikut Bangun Masjid di Flores, Pastur
Swiss Perkuat Persaudaraan
BERN, KOMPAS.com - Ada yang tak biasa dalam
misa minggu pagi di gereja Katolik Stans, Nidwalden, Swiss Tengah, Minggu
(9/11/2014). Di antara doa dalam bahasa Jerman yang dipanjatkan pastur
David dan Martin Chen, mengalun secara bergantian lagu-lagu rohani berbahasa
Indonesia. "Memang misa kali ini ada hubungannya dengan Indonesia,“ujar
Albert Nampara, pastur asal Flores yang juga ikut dalam misa ini. Semua tak
lepas dari sosok Ernst Waser. Pastur kelahiran Oberdorf, Stans
ini, memang sedang dirayakan kehadirannya oleh para umat,
khususnya Waser Freundeskreis, kawan seperjuangan Ernst Waser.
"Jasa jasanya sangat besar untuk Indonesia, khususnya bagi masyarakat Flores,“tutur Gogi Soegiarto, salah satu anggota komunitas
Kristiani Indonesia di Swiss. Thomas Mueller, mantan pekerja LSM
yang pernah bertemu beberapa kali dengan Ernst Waser di Kupang, NTT, mengungkapkan
hal senada. "Banyak yang dilakukannya untuk rakyat Flores. Dia memperbaiki
sistem pengairan, jalan raya, hingga sekolah menengah umum (SMU),“kenang Thomas, Stans, meski ibu kota
provinsi, jangan dibayangkan segemerlap Bandung, Jakarta atau Semarang. Kota
ini tak jauh lebih ramai ketimbang Depok. Di kelilingi lahan hijau pertanian,
Stans merupakan salah satu kota paling indah di Swiss. Di sebuah peternakan
kelas menengah di kota inilah Ersnt Waser dilahirkan 85 tahun lalu. Namun, tak
banyak catatan kehidupan sang pastor yang diketahui publik. "Pak Ernst
orang pendiam, lebih suka bekerja ketimbang berbicara,“tutur Martin Chen, pastur yang akan meneruskan
cita-cita Ernst Waser. Menginjak usia 20 tahun, Ernst memutuskan menjadi pastur
dan melanjutkan kuliah teologi di Bonn, Jerman. Tahun 1954, Ernst
resmi ditahbiskan sebagai pastur. Seperti umumnya misionaris, Ernst sangat
ingin menjalankan misinya di negara berkembang. Sayang, keinginannya melihat
dunia luar, selalu ditolak atasannya. Sambil menunggu kesempatan menjadi
misionaris di luar negeri, Ernst bekerja sebagai guru di SMU Merienburg, Saint
Gallen, Swiss Timur. Di waktu luangnya Pastur Ernst menambah wawasannya dengan
melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Zurich. Pergi ke Flores Akhirnya
kesempatan menjadi misionaris datang ketika berkenalan dengan seorang uskup
dari Ruteng, Flores. Pada 1978, berangkatlah Ernst Waser ke Flores,
tepatnya di Wangkung. Jalan desa yang semula terlalu menanjak, kata
Thomas, dibuat Ernst menjadi landai dan berliku. "Kalau tidak demikian,
akan cepat rusak,“ kata Thomas. Anak-anak yatim piatu di Wangkung dan
sekitarnya, juga diajak untuk bergabung di asrama yang didirikannya. "Ada
bengkel, ada juga pelatihan untuk menjadi perawat,“ lanjut Thomas.
Sementara sekolah swasta yang dibangunnya, dari tingkat SD sampai SMU, masih
kata Thomas, mendapatkan pengakuan dari pemerintah Indonesia. "Orang
mungkin gampang bikin sekolah, tapi Ernst membangunnya sekaligus mendapatkan
pengakuan pemerintah,“ kata Thomas. Hubungannya tak hanya terpaku dengan
masyarakat Kristiani. Hubungan Ernst dengan umat Muslim juga sangat baik. Dia
bahkan sempat membangun sebuah masjid untuk masyarakat muslim di Flores. Atas
jasanya, masyarakat Muslim setempat, menghadiahi Ernst sebidang tanah.
"Pastor Ernsh orangnya memang terbuka, menolong baginya tidak ada batasan
agama,“ imbuh Albert Nampara. Meskipun Swiss terbilang negara kaya, makmur dan
rapi, Ernst Waser memilih tidak kembali ke kota kelahirannya. Dia
bertekad mengabdikan hidupnya untuk masyarakat Wangkung, Flores, sampai akhir
hayatnya. "Nggak akan mau kembali ke Swiss, kalau mati pun ingin dikubur
di sana,“ kata Albert Nampara. Bagi warga Stans, kepergian Ernst ke Indonesia,
disyukuri sekaligus disesali. Walter, salah satu umat yang mengikuti misa
khusus itu, mengaku bangga ada warga kotanya yang berjasa bagi sekelompok warga
di negara lain. "Kalau memang dia memilih mengabdikan hidupnya di
Indonesia, dan ingin mentap disana, kami akan selalu berdoa yang terbaik
untuknya,“imbuh Walter.(KrisnaDiantha)
b.
Pendalaman
Jawablah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
1)
Apa isi cerita tentang Pastor Wasser SVD?
2)
Apa alasan atau motivasi Pastor Wasser membangun mesjid?
3)
Apa pesan cerita itu bagi hidupmu serndiri?
4)
Sebutkan beberapa saja orang Katolik yang telah mengabdikan dirinya
bagi pembangunan Indonesia dan telah
mendapat penghargaan atas dhrma bhaktinya itu baik oleh pemerintah atau
LSM Indonesia maupun dari luar negeri?
- Mendalami Ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja sebagi
dasar keterpanggilan kita untuk membangun bangsa dan negara.
a. Ajaran Kitab Suci
1) Menyimak cerita Kitab Suci
Markus
12: 13-17
13. Kemudian disuruh
beberapa orang Farisi dan Herodian kepada Yesus untuk menjerat Dia dengan suatu
pertanyaan.
14. Orang-orang itu
datang dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang
yang jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak
mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah dengan segala
kejujuran. Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?
Haruskah kami bayar atau tidak?"
15. Tetapi Yesus
mengetahui kemunafikan mereka, lalu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu
mencobai Aku? Bawalah ke mari suatu dinar supaya Kulihat!"
16. Lalu mereka bawa. Maka
Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab
mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar."
17. Lalu kata Yesus
kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan
kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!"
Mereka sangat heran mendengar Dia.
2)
Pendalaman
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
ini
a) Apa yang dikisahkan dalam Kitab
Suci tersebut
b) Apa yang ditanyakan orang Farisi
kepada Yesus
c) Apa maksud orang Farisi menanayakan hal itu.
d) Apa jawaban Yesus?
e) Apa maksud jawaban Yesus seperti
itu?
f) Apa makna pesan ajaran Yesus bagi
dirimu sebagai pengikut Yesus di hidup
di Indonesia?
b. Ajaran Gereja sebagi dasar keterpanggilan kita untuk membangun bangsa dan
negara.
Berikut ini adalah salah satu kutipan arah dasar
dari Gereja Katolik Indonesia bagi umat Katolik dalam rangka mendorong
umat untk berperan aktif dalam
pembangunan.
ARAH DASAR GEREJA KATOLIK INDONESIA
(Sidang Agung Gereja
Katolik Indonesia 1995)
Gereja Diutus ke
Seluruh Dunia
Jemaat kristiani Indonesia sudah hadir di Nusantara pada abad
ke-7 di Barus, Sumatra untuk menjadi ‘saksi Yesus Kristus sampai ke ujung
bumi’. Kemudian Fransiskus Xaverius dan para murid Kristus lainnya sampai ke
Maluku serta pelbagai bagian Nusantara, membagikan Kabar baik kedatangan
Kerajaan Allah, yakni kabar bahwa Allah memimpin seluruh umat manusia
lahir-batin. Setelah itu, tidak sedikit rakyat Nusantara yang mengikuti jejak
para bangsa, bagaikan mendengarkan pewartaan Petrus di hari Pentakosta, meminta
dibaptis dan berusaha hidup sebagaimana diwariskan oleh Gereja Perdana. Mereka
itu juga disukai semua orang. Peristiwa itu masih berlanjut sampai saat ini
sehingga umat lambat laun tumbuh dalam 36 keuskupan dan keuskupan agung, dari
Sabang sampai Merauke. Pertumbuhan itu telah kita hayati kembali dalam beberapa
pertemuan para waligereja Indonesia. Seluruh umat Katolik Indonesia,
sendiri-sendiri ataupun dalam kelompok-kelompok pengabdian serta
sebagai satu persekutuan, telah berusaha mengabdikan diri bangsa, negara dan
masyarakat.
TUHAN BERPERAN DALAM SEJARAH
Dengan rahmat dan kekuatan Roh Allah,
kita meneruskan cita-cita para leleuhur bangsa. Kita ingat anak cucu Abraham
yang yakin bahwa dalam mencari sejarah kesejahteraan itu Allah mencintai
mereka. Ketika kita mengalami betapa egoisme menggerogoti hidup bangsa, dan
tatkala kita menyadari bagaimana dosa membelit manusia dalam lingkaran
setan yang rumit, kita terkenang akan Yesus Kristus, yang memerdekakan manusia
dari dosa dan segala akibat dosa, karena manusia menolak kasih-sayang Allah.
Saksi Keselamatan
Guna menanggapi Karya Penyelamatan Allah itu, kita mau
mewartakan Kabar Baik penyelamatanNya kepada sesama rakyat dalam segala segi
dan lapisan hidup manusia serta seluruh bangsa. Oleh karena itu, demi Yesus Kristus
serta dalam RohNya, yang menyertai orang beriman sampai akhir zaman, kita
berusaha melibatkan diri tanpa henti, dalam berbagai bentuk, dalam setiap
situasi dan kondisi masyarakat, selaras dengan tahap-tahap perkembangannya.
Pengutusan Gereja
Umat beriman diutus:
a. menjadi persekutuan (koinonia) tanda dan
sarana Kehadiran Kerajaan Allah, yang diwartakan oleh Putera Allah sendiri,
Sang Jalan, Kebenaran dan Hidup di tempat tinggal serta di lingkungan
pengabdian masing-masing.
b. Merayakan
koinonia dalam ibadat dan membagikan iman dalam pewartaan serta bersama umat
yang berlainan agama dan kepercayaan mau mendengarkan bisikan Roh, bagaikan
nabi yang jeli dan berani menampilkan pesan keselamatan, dalam karya-karya
pelayanan (diakonia).
Proses
Membudaya
Kita berikhtiar agar terus menyadari
bahwa proses bertaqwa bersama itu terlaksana dalam lingkup dan proses membudaya
di tengah lingkungan masyarakat, bangsa, dan negara. Semua itu terpadu dengan
kebudayaan global.
Keterbukaan
Dalam perjalanan sebagai musafir,
umat Katolik mau membuka diri. Kita mempersilahkan Tuhan mengutus kita sebagai
saksi datangnya cinta Allah yang tanpa batas. Kesaksian itu terlaksana dalam
membangun persatuan dengan seluruh bangsa Indonesia dari segala lapisan dan
golongan, seraya mengupayakan kesejahteraan bersama yang lebih baik.
Keterbukaan itu juga menghendaki agar kita mau secara bersama-sama mencari
jalan-jalan baru, memanfaatkan penemuan-penemuan ilmu kemanusiaan dan ilmu alam
yang semakin menyatukan seluruh umat Allah dan melestarikan alam ciptaan Allah.
Dialog
Hidup
Dalam kesatuan dengan peziarahan
hidup seluruh insan beriman tersebut, kita menghayati pasang surut dinamika
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagai dialog hidup. Umat Katolik
bertekad mendukung segala upaya membangun pemerintahan yang makin bersih dan
berwibawa, meneguhkan badan perwakilan rakyat yang lebih tanggap, berdaulat,
dan menjaga demokrasi Pancasila yang berperikemanusiaan, serta memantapkan
badan yudikatif yang lebih mampu menegakkan hukum secara menyeluruh. Dialog
hidup itu berakar pada iman akan Tuhan Yang Maha Esa, sebagai Allah yang
menjadi Bapa semua orang dan yang telah menyerahkan PuteraNya, agar RohNya
hidup dan berkarya di dalam dunia. Sebagai kawanan kecil di antara
umat yang beragama Islam, Hindu, Budha, Kristen Protestan, dan penganut
agama-agama asli, umat Katolik dipanggil untuk membangun koinonia yang mengalirkan diakonia.
Gereja
Indonesia
Dengan pendirian itu, kita ingin
mengungkapkan penghayatan kita sebagai bagian integral rakyat Indonesia. Gereja
Katolik Indonesia mau mencurahkan segenap tenaga guna menyingkirkan segala hal
yang dapat memecahbelah persatuan bangsa Indonesia. Di tengah bangsa Indonesia
itu kia berpadu dengan seluruh Gereja semesta.
Pancasila
Semangat menyelenggarakan dialog
hidup itu menyebabkan kita memandang segala masalah di dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara tidak melalui kepentingan golongan sendiri. Kita dipanggil supaya menggunakan cakrawala iman, yang merangkum segala hal
demi keagungan Allah. Masalah-masalah politis, ekonomis, sosial, budaya,
persekolahan, komunikasi sosial, pertahanan dan keamanan mendapat tempatnya
yang selaras di dalam cakrawala tanpa batas iman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Segala sesuatu dalam pembangunan ingin dirangkum dalam semangat persaudaraaan,
dengan penuh rasa kemanusiaan sambil menjunjung tinggi persatuan bangsa.
Kedaulatan rakyat ingin diwujudkan bersama keadilan sosial dallam segala segi
dan tahap pembangunan sesuai dengan cita-cita Pembukaan UUD 1945.Begitulah kita
memandang Pancasila dari lubuk hati yang terdalam, serasi dengan ajaran iman.
Pancasila secara tulus kita akui sebagai dasar hidup bangsa yang merupakan
jaminan kemerdekaan dan kesamaan kedudukan tiap warga negara.
Bhinneka
Tunggal Ika
Hasrat persatuan yang menjiwai setiap
keterlibatan membuat kita juga terbuka terhadap semua kekhususan semua pihak.
Kesatuan mengijinkan adanya perbedaan dalam ciri setiap kelompok dan juga
perbedaan cara dalam mencapai persatuan itu. Perbedaan pandangan diterima sebagai
suatu potensi guna menemukan hal-hal yang lebih baik lagi dari pada sekarang
yang sudah dimilii bangsa ini. Persatuan bangsa Indonesia mengijinkan perbedaan
peran, yang sering berkaitan dengan perbedaan pendidikan, kedudukan sosial, dan
profesi. Umat Katolik sendiri juga majemuk dan terdiri atas sekian banyak suku
maupun golongan sosial. Ada orang Katolik yang berada, namun sebagian besar
warga Katolik hidup dalam keadaan amat sederhana.
Subsidiaritas
Kebhinnekaan memungkinkan tata hidup
bersama yang beraneka ragam. Dalam Gereja dan di dalam masyarakat diperlukan
suatu iklim yang memungkinkan kita menjaga persatuan seraya memberi kesempatan
kepada perseorangan dan persekutuan yang lebih kecil tumbuh sehat. Yang dapat
mereka lakukan tidak selayaknya dilakukan oleh lembaga yang lebih tinggi. Di
lain pihak, apabila kepentingan umum menuntut, lembaga yang lebih tinggi dapat
memberikan arah sebagaimana disepakati bersama. Begitulah kita menjunjung
tinggi prinsip subsidiaritas: prinsip yang memberikan tempat yang serasi
bagi kepentingan perseorangan, kepentingan kelompok, dan seluruh rakyat secara
proporsional dan wajar.
Gereja
Sungguh Indonesia
Dalam melaksanakan tekad tersebut,
kita berpegang teguh pada ajakan pahlawan nasional, Mgr. A. Soegijapranata, S.J.
supaya menjadi sepnuh-penuhnya beriman Katolik dan seutuh-utuhnya berjiwa
Indonesia. Masih teringat jelas bahwa pada kunjungannya ke Indonesia, Paus
Johannes Paulus II juga meminta umat Katolik Indonesia menjadi betul-betul
Indonesia dan sungguh-sungguh Katolik. Kita bertekad hendak terus menerus
melibatkan diri dalam pembentukan hidup berkeluarga, politik dan ekonomi demi
kesejahteraan rakyat dan negara; mengabdi diri dalam pendidikan, kesehatan,
komunikasi massa, pelbagai karya sosial, dan amal di tengah rakyat. Sebab kita
adalah anak-anak satu Allah yang bersikap bagaikan Bapa kepada umat manusia.
Hidup Berkeluarga
Kita berhasrat mewujudkan masyarakat
yang bertumpu pada hidup berkeluarga yang sehat:
a. Yang betul-betul merupakan
kancah tempat laki-laki dan perempuan secara sepadan saling membangun kasih
dalam suka dan duka serta mendidik anak sebagai buah cinta yang tumbuh dalam
kemandirian yang bersifat sosial;
b. Yang
memungkinkan seorang pria dan seorang wanita tumbuh sebagai kesatuan pribadi
yang penuh kasih dengan menghargai kekhasan serta potensi masing-masing;
c. Yang
menjadi awal pendidikan citarasa Katolik, berupa pendidikan nilai, khususnya
bimbingan berkomunikasi antar generasi yang menghargai sejarah masa
silam dan terbuka terhadap aktivitas baru;
d. Yang
mewariskan tradisi-tradisi kemanusiaan yang sehat serta membangun
tradisi-tradisi keluarga kristiani yang menghormati sejarah dan kreatif
menciptakan pola-pola hidup bersama yang baru;
e. Yang
mengembangkan badan yang bugar, jiwa yang sehat, kepandaian yang berdayacipta,
keterampilan yang membekali hidup anak-anak, kesalehan yang mengokohkan hidup
rohani seluruh anggota keluarga;
f. Yang
tidak hanya merupakan kesatuan ke dalam tetapi ke luar juga mampu berperan
konstruktif dalam pengabdian gerejawi dan kemasyarakatan;
g. Yang
melihat pengutusannya dalam menyiapkan tenaga kemasyarakatan yang andal dan
tenaga gerejawi yang terlibat, serta juga mampu menumbuhkan panggilan hidup
rohani bagi Gereja.
Hidup Politik
Kita mendambakan pembangunan politik
yang berperikemanusiaan melalui:
a. pembentukan kehidupan bernegara yang menghormati hak-hak
asasi manusia denga semangat solider sejati; dalam kerangka ini kaum wanita
sepatutnya semakin mendapat tempat dalam pengambilan keputusan;
b. pengembangan kehidupan kenegaraan dengan sistem demokrasi
yang memungkinkan pelaksanaan Pancasila sebagai ideologi terbuka dan UUD 1945
secara konsekwen;
c. pembangunan sistem hukum nasional yang adil secara
demokratis sebagai penjabaran cita-cita negara hukum;
d. pembinaankehidupan kepartaian yang bebas dan adil ke arah
partisipasi rakyat yang merata serta berpedoman “salus populi suprema lex”;
e. pengembangan sistem keberimbangan kekuasaan
yang kreatif dan dinamis seraya mengandalkan integritas pribadi pejabat;
f. penyusunan kehidupan bermasyarakat yang ditandai
kemajemukan yang bebas, dinamis dan berwawasan kebangsaan;
g. pembangunan hidup bersama yang menciptakan rasa-aman
lahir-batin dengan kemampuan bela-negara yang serasi;
h. hidup kemasyarakatan yang berfokus pada proses pemberdayaan
setiap lapisan masyarakat dengan terus menerus memperluas kalangan yang
dilibatkan dalam pengambilan keputusan;
Hidup
Ekonomi
Kita pun mencita-takan pembangunan
ekonomi yang berkeadilan:
a. yang
menjunjung tinggi martabat manusia, tidak meremehkan atau mengabaikan hak asasi
manusia karea mengejar target atau hasil lahiriah tertentu; dengan demikian
manusia tidak menjadi sekedar angka atau sumber daya bagi ekonomi; terutama
tenaga kerja wanita dan anak-anak pantas mendapat pembelaan yang lebih tepat
guna;
b. yang
menghargai manusia sebagai pelaku ekonomi yang terpenting, karena menjadi asal,
isi, tujuan dan muara segala kegiatan ekonomi sehingga pemberdayaan usaha
rakyat kecil merupakan poros segala gerak ekonomi;
c. yang
menjamin peran serta semua warga negara di dalam bidang ekonomi, dengan tidak
melalaikan ‘kaum marjinal’; dengan demikian, usaha-usaha ekonomi memang
mendukund pelaku-pelaku ekonomi agar cukup dapat berperan secara global, namun
terus menerus mencari jalan agar pemerataan upaya penyejahteraan menjadi
kenyataan;
d. yang
merangsang terbentuknya kemitraan dan jaringan kerjasama antara semua pihak
berpegangan pada Code of Conduct yang
bercirikan keadilan sosial;
e.
yang secara berdayaguna menciptakan mekanisme untuk mencegah perluasan korupsi.
Hidup
Budaya
Kita merindukan pembangunan
kebangsaan dan kebudayaan:
a. yang
dengan sekuat tenaga berusaha memupuk dan mengembangkan persatuan bangsa, agar
jangan sampai terjadi pengkotak-kotakan di dalam masyarakat karena suku, ras,
kedaerahan, dan agama atau kepercayaan yang berbeda;
b. yang
menjamin persatuan sejati seluruh bangsadenga menjamin hak serta kewajiban
semua orang berperan-serta di dalam pembangunan kebudayaan nasional yang
terbuka dan beradab selaras dengan tuntutan perkembangan dan perubahan zaman;
budaya menghargai kesepadanan peran laki-laki dan perempuan perlu lebih
diupayakan;
c. yang
menumbuhkan, mengembangkan, memelihara dan menyuburkan wawasan kebangsaan,
sehubungan dengan adanya peralihan generasi, dari generasi 45 yang,
mengalami secara langsung perjuangan mempersatukan bangsa ini, ke generasi
penerus, yang tidak mengalami hal tersebut. Pada masa mendatang perlu dicari
ungkapan wawasan kebangsaan baru dengan beertumpu pada kejujuran dalam
memandang masa silam serta kebesaran hati dalam menyambut masa depan;
d. pembangunan
kebudayaan nasional membutuhkan pengembangan kebudayaan setiap daerah secara
terbuka. Sebab justru kebudayaan daerah itu dapat menciptakan kebudayaan
nasional yang berakar pada situasi dan kondisi masyarakat yang nyata. Dalam
pada itu, kebudayaan nasional seperti itu akan memiliki ketangguhan dan
kelenturan yang memadai dalam mengintegrasikan pengaruh proses globalisasi
secara terbuka.
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Kita mengharapkan pembangunan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tepat:
a. ilmu
pengetahun dan teknologi modern adalah bagian dari peradaban baru yang
berkembang sebagai buah dari pikiran dan perasaan manusia. Isi dan tujuan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi adalah daya-daya manusia yang mulia. Oleh sebab itu
kita harus ikut menjaga, agar ilmu pengetahuan dan teknologi senantiasa
mengabdi kesejahteraan manusia sedalam-dalamnya dan tidak dipergunakan untuk
merosotkan martabat manusia;
b. pembangunan
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi memang diperlukan dalam
membangun dan memajukan bangsa. Namun perlu dipikirkan dan dijaga agar
kelsetarian lingkungan hidup tidak dirusak oleh pembangunan tersebut; kita
perlu menciptakan hidup keilmuan dan teknologi yang mengabdi kebutuhan
kesejahteraan serta tidak tinggal di lapisan dangkal yang
terlalu pragmatis dan oportunistis;
c. ilmu
pengetahuan dan teknologi harus sungguh-sungguh dihayati sebagai karunia Tuhan
untuk memelihara, mengembangkan dan memanfaatkan alam secara manusiawi; dalam
pada itu juga sadar bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi dapat disalahgunakan
untuk kepentingan sekelompok orang atau seseorang sehingga merugikan
kesejahteraan bersama;
d. generasi
muda perlu dididik dan diberi kesempatan agar dapat ikut ambil bagian dalam
pembangunan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sampai memiliki
keilmuan yang tangguh dengan dasar etika ilmu yang bertanggung jawab.
Pendidikan
dan Persekolahan
Kita meneruskan tekad ikut mendukung
usaha pendidikan dengan visi bersama yang luas dan yang:
a. memungkinkan
manusia muda menemukan dan mengembangkan dirinya dalam kesatuan dengan
sesama dan selueuh alam semesta; alam upaya tersebut pada pokoknya
kita mewariskan dan mengembangkan nilai-nilai dasar manusiawi;
b. memberi
bekal kepada manusia muda membangun masa depannya, supaya memiliki kepandaian,
kepribadian, keterampilan, keahlian dan kemampuan mengambil keputusan dengan
suara hati yang tepat sebagai orang beriman;
c. menyediakan
pembimbing-pembimbing yang penuh keterlibatan dan perhatian pada peserta didik;
untuk itu diperlukan lebih banyak alternatif penyediaan pendidik yang
berdedikasi, berketerampilan dan memperoleh prasarana yang memadai;
d. dapat
berdiri di atas kaki sendiri dalam interaksi sehat dengan orang tua, negara,
lembaga-lembaga keagamaan, dan pelaku-pelaku media serta seluruh sektor
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
e. menolong
terbentuknya gerakan-gerakan dan organisasi kaum muda yang memungkinkan
interaksi optimal antara pria dan wanita dengan semangat kebangsaan yang
terbuka;
f. merangsang
terbentuknya lingkaran-lingkaran penelitian dan pengembangan masalah
kepemudaan;
Kesehatan
Kita mengharapkan terbentuknya budaya
masyarakat dan bangsa yang sehat dengan prinsip dasar menghormati pribadi
manusia sebagai pribadi dan makhluk sosial yang diciptakan menurut citra Allah,
sehingga:
a. mampu
memelihara sendiri
kesehatannya dan aneka usaha meningkatkan derajat kesehatannya, termasuk olah
raga;
b. mampu
menyediakan pelayanan kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat,
baik di kota maupun di desa, sehingga tidak menumpukkan sarana
kesehatan hanya di beberapa pusat kekuasaan;
c. menciptakan
sistem pembiayaan kesehatan sehingga sebanyak mungkin rakyat dapat menjangkau
pelayanan penyehatan yang dibutuhkannya;
d. meratakan
tenaga-tenaga kesehatan, meningkatkan kemampuan mereka, serta menyediakan
tenaga kesehatan yang memadai etika dan moralnya;
e. menggalang
kerjasama semua pihak untuk mendukung pembangunan yang berwawasan lingkungan;
f. merangsang
terbentuknya pusat penelitian dan pengembangan etik yang menolong para ahli dan
praktisi guna membela kehidupan secara terencana;
g. memajukan
pergaulan yang saling menghargai dan setia antara laki-laki dan perempuan
sehingga ikut serta dalam mencegah meluasnya ancaman HIV/AIDS.
Komunikasi
Sosial
Kita ikut berperan dalam dunia media
yang semakin menciptakan persaudaraan global, menjadi sarana informasi, hiburan
dan pendidikan tak terperi, namun kadang kala juga menyodorkan tantangan bagi
suara hati kita. Kita ingin memperjuangkan media yang:
a. menolong
seluruh umat dan bangsa mencari kebenaran sebagai dasar kehidupan bersama yang
sehat;
b. menyediakan
informasi, pendidikan dan hiburan sehat kepada semua yang tersangkut;
c. menyediakan
pelaku-pelaku media yang memiliki suara hati yang jernih, dan yang peduli
dengan persoalan rakyat kebanyakan;
d. menolong
seluruh bangsa membuka cakrawala seluas dunia dan mengembangkan kebudayaan
secara terbuka;
e. mendidik
rakyat untuk mempunyai sikap kritis yang sehat dan daya tangkal yang
tinggi terhadap segala bahaya globalisasi yang mengancam hidup pribadi, hidup
keluarga dan persatuan kita dari media;
f. mendukung
semua usaha untuk perlakuan wajar dan penuh hormat terhadap wanita di dunia
hiburan.
Membangun Gereja
Kita membangun terbentuknya tradisi
Gereja Indonesia yang tanggap pada masyarakat setempat seraya terbuka pada
kebudayaan global dan Gereja semesta: suatu koinonia yang mengalir dalam
diakonia:
a. Gereja
yang semakin merupakan persekutuan umat beriman bergaya sinodal-kolegial dengan
mekanisme pengambilan keputusan yang partisipatif, meninggalkan pola feodal dan
piramida klerikal; hal itu dapat semakin mengikutsertakan wanita dalam
pengambilan keputusan;
b. Gereja
yang mampu membentuk cara-cara hidup, pola kerja dan modal layanan yang solider
dengan rakyat jelata sebagai tanda dan sarana kehadiran kasih Allah di dunia
ini secara profetik;
c. Gereja
yang memiliki kemandirian sedemikian sehingga mampu berdialog secara leluasa
dengan semua pemeluk agama lain;
d. Gereja
yang mempunyai kepercayaan yang begitu besar kepada kuat-kuasa Kerajaan Allah
sehingga mampu bertahan dalam segala suka dan duka pergumulan hidup yang tanpa
henti;
e. Gereja
yang dapat mencukupi sendiri kebutuhan akan pemimpin awam, biarawan/wati, dan
rohaniwannya sehingga menyelenggarakan pendidikan-pendidikan kader segala
bidang secara terencana;
f. Gereja
yang mampu menciptakan pola-pola ibadat selaras dengan kondisi tempat dan
kelompok;
g. Gereja
yang membangun lingkaran-lingkaran pengembangan dan penelitian untuk
menyediakan kelompok pemikir tangguh dalam kepemimpinannya.
Hak
Asasi Manusia
Sebagai dasar-pijak bersama, dalam
pelbagai bidang pembangunan tersebut haruslah dijunjung tinggi hak-hak asasi
bagi setiap warga negara sebagai manusia, tidak hanya karena tuntutan politis
tetapi karena manusia itu makhluk lhuru ciptaan Allah. Hak asasi manusia tidak
diberikan oleh negara atau masyarakat, tetapi sudah dipunyai manusia sejak
diciptakan Tuhan. Diantaranya hak untuk hidup, hak untuk memeluk dan
melaksanakan agama, serta hak untuk membangun keluarga selaras dengan
keyakinannya. Begitulah kita bertekad terus terlibat dengan cita-cita yang
menjiwai para pendahulu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia ini,
sebagaimana terungkap dalam Pancasila yang dirumuskan oleh Pembukaan
Undang-undang Dasar 1945.
Sumber: Hasil SAGKI 1995
dalam Spektrum – Dokpen KWI.
3. Menghayati keterpanggilan Gereja untuk membangun bangsa dan negara
indonesia sesuai kehendak Tuhan.
a. Refleksi
- Tuliskanlah
sebuah refleksi tentang keterpanggilan Gereja Katolik Indonesia
untuk membangun bangsa dan negara yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
b.
Aksi
- Membentuk kelompok kerja untuk membuat rencana aksi,
sebagai anggota Gereja Katolik Indonesia yang terpanggil untuk ikut
membangun bangsa dan negara. Peserta didik dapat memilih salah satu saja
bidang aksi, misalnya di bidang politik, hukum, ekonomi, budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi, pendidikan, kesehatan, komunikasi sosial, Komunitas
Basis Gerejani, serta HAM.
- Melaporkan kegiatan yang telah dilakukan dalam suatu
format laporan kegiatan (projek)
yang telah dilakukan. Diharapkan agar kegiatan tersebut menjadi
habitus para peserta didik dalam kehidupannya sehari, sebagai anggota atau
warga Gereja dan warga masyarakat.
PENILAIAN
A. HIDUP MANUSIA ITU BERHARGA
1.Penilaian
Sikap
§ Penilaian diri:
Partisipasi dalam Diskusi kelompok
Nama :
...............................................
Nama-nama anggota kelompok :
..............................................
Kegiatan Kelompok :
...............................................
Isilah pernyataan berikut dengan
jujur. Untuk No.1 s.d. 6, tulislah huruh A,B,C atau D didepan tiap pernyataan:
A: Selalu C:
Kadang - kadang
B: Sering D.
Tidak pernah
1.....Selama
diskusi saya mengusulkan ide kepada kelompok untuk didiskusikan
2.....Ketika
kami berdiskusi, tiap orang diberi kesempatan mengusulkan sesuatu
3....Semua
anggota kelompok kami melakukan sesuatu selama kegiatan
4....Tiap orang
sibuk dengan yang dilakukannya dalam kelompok saya
5. Selama kerja
kelompok, saya.....
.........mendengarkan orang lain
.........mengajukan pertanyaan
........ mengorganisasi ide-ide saya
.......
mengacaukan kegiatan
...... ..melamun
1. Apa yang kamu lakukan selama
kegiatan?
........................................................................................................................................
2. Penilaian
Pengetahuan
Tes
tertulis:
§ Bentuk Uraian:
1.
Apa artinya
bahwa hidup manusia itu berharga?
2.
Bagaimana
sikap, tindakan manusia dalam memperjuangkan hidupnya sebagai sesuatu yang
sangat berharga?
3.
Apa arti kata Kitab Suci Ayub bahwa “orang akan memberikan segala yang dipunyainya sebagai ganti
nyawanya.”
4. Apa maksud sabda Yesus
ini; “Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, tapi
kehilangan nyawanya?” (Mrk 8:37)
5.
Apa maksud
Sabda bahagia Yesus (Mat 5:1 – 12)
6.
Apa maknanya
bahwa hidup Mnusia itu sesungguhnya merupkan
suatu panggilan?
3. Penilaian
Keterampilan:
§ Portofolio
Cobalah mewawancarai dengan beberapa temanmu untuk mengetahui tentang seberapa jauh mereka memaknai hidupnya
sebagai suatu anugerah Tuhan yang sangat berharga. Hasil wawancara ditulis
dengan baik, kemudian dipresentasikan di
kelas.
4. Kegiatan Remedial
Bagi peserta didik yang belum memahami pokok
bahasan ini, diberikan remidial dengan
kegiatan:
1)
Guru menyampaikan pertanyaan kepada peserta didik akan hal-hal apa saja
yang belum mereka pahami tentang makna dan hakikat hidup manusia sebagai
sesuatu yang sangat berharga sehingga perlu diperjuangkan.
2)
Apabila ada hal-hal tertentu yang
belum mereka pahami, guru mengajak peserta didik untuk mempelajari kembali
dengan memberikan bantuan peneguhan-peneguhan yang lebih praktis.
3)
Guru memberikan penilaian ulang untuk penilaian pengetahuan, dengan
pertanyaan yang lebih sederhana, sesuai dengan kondisi peserta didik.
5. Kegiatan
Pengayaan
Bagi
peserta didik yang telah memahami pokok bahasan ini, diberikan pengayaan dengan
kegiatan:
1) Guru meminta peserta didik untuk
melakukan studi pustaka (ke perpustakaan atau mencari di koran/ majalah) untuk
menemukan cerita/ kisah tentang
orang-orang yang berjuang membela hidupnya
2) Hasil temuannya ditulis dalam
laporan tertulis yang berisi gambaran singkat dari kisah atau cerita tersebut
serta memberikan refleksi kritisnya.
B. PANGGILAN HIDUP BERKELUARGA
1.Penilaian Sikap
§ Penilaian diri
Partisipasi dalam Diskusi kelompok
Nama :
...............................................
Nama-nama anggota kelompok :
..............................................
Kegiatan Kelompok :
...............................................
Isilah pernyataan berikut dengan
jujur. Untuk No.1 s.d. 6, tulislah huruh A,B,C atau D didepan tiap pernyataan:
A: Selalu C:
Kadang - kadang
B: Sering D.
Tidak pernah
1.....Selama
diskusi saya mengusulkan ide kepada kelompok untuk didiskusikan
2.....Ketika
kami berdiskusi, tiap orang diberi kesempatan mengusulkan sesuatu
3....Semua
anggota kelompok kami melakukan sesuatu selama kegiatan
4....Tiap orang
sibuk dengan yang dilakukannya dalam kelompok saya
5. Selama kerja
kelompok, saya.....
.........mendengarkan orang lain
.........mengajukan pertanyaan
........ mengorganisasi ide-ide saya
.......
mengacaukan kegiatan
...... ..melamun
6. Apa yang kamu
lakukan selama kegiatan?
........................................................................................................................................
2.
Penilaian Pengetahuan
§ Tes tertulis
-
Uraian:
1. Jelaskan arti dan makna
keluarga
2. Jelaskan apa maksud tugas dan
tanggung dalamkeluarga
3. Jelaskan apa yang dimaksudkan
dengan cinta kasih dan komunikasi dalam keluarga
§ Penjodohan
Petunjuk: Cocokkanlah
pernyataan/pertanyaan di sebelah atas dengan
jawaban di bawah ini.
1.
Dimensi yang
menyatakan bahwa, kewajiban dan tanggung jawab keluarga bisa terarah kedalam
diri sendiri, tetapi juga terarah
keluar, ke masyarakat.
2.
Seluruh ajaran dan
perbuatan kristiani termasuk dalam hidup keluarga berdasarkan pada hukum.
2.
Hal penting yang dibutuhkan
suami-istri-anak dalam keluarga sehingga
setiap anggota keluarga dapat membangun sikap “mendengar” dan “terbuka” atas dasar cinta kasih.
3.
Keluarga yang mencakup suami-istri dan anak adalah
keluarga dalam pengertian...
4.
Tugas pokok seorang
suami adalah mencari nafkah, dan tidak boleh membebankan isteri dan anak. Hal
ini dilihat dari posisi suami sebagai.....
5.
Anak-anak (kakak/adik)
dalam keluarga mengalami proses
sosialisasi. Mereka tidak hanya dididik oleh orangtua, tetapi juga saling
mendidik. Hal ini berkaitan dengan keluarga sebagai....
6.
Agar cinta dalam hidup
berkeluarga semakin hari, semakin bertumbuh dan berkembang, perlu dibutuhkan
suasana.......
7.
Isteri dapat
menciptakan suasana kasih sayang, ketentraman, keindahan, keharmonisan dalam
keluarga. Hal ini berkaitan dengan peran isteri sebagai...
8.
Surga di bawah kaki
ibu. Pepatah ini menggambarkan peran isteri sebagai.........
9.
Pemahaman keluarga
menurut Pedoman Pastoral Keluarga (MAWI 1975)
A.Hati dalam keluarga
B. Partner
C.Persekutuan cinta antara pria dan wanita yang secara sadar dan bebas
menyerahkan diri beserta segala kemampuannya
untuk selamanya.
D. Pendidik.
E.Partnership.
F.Sekolah
Kemanusiaan.
G. Kepala Keluarga
H. Sempit
I. Misioner
J. Kasih
L. Komunikasi.
3. Penilaian
Keterampilan:
§ Portofolio
Cobalah mewawancarai beberapa pasangan suami istri tentang pengalaman suka-dan duka mereka selama ini
dalam membangun hidup keluarganya. Hasil wawancara ditulis dalam bentuk sebuah laporan bersifat jurnalistik.
4. Kegiatan Remedial
Bagi peserta didik yang belum memahami pokok
bahasan ini, diberikan remidial dengan
kegiatan:
1) Guru menyampaikan pertanyaan
kepada peserta didik akan hal-hal apa saja yang belum mereka pahami tentang
makna dan hakikat panggilan hidup berkeluarga.
2) Apabila ada hal-hal tertentu yang belum mereka pahami, guru mengajak
peserta didik untuk mempelajari kembali dengan memberikan bantuan
peneguhan-peneguhan yang lebih praktis.
3) Guru memberikan penilaian ulang
untuk penilaian pengetahuan, dengan pertanyaan yang lebih sederhana, sesuai
dengan kondisi peserta didik.
5. Kegiatan
Pengayaan
Bagi
peserta didik yang telah memahami pokok bahasan ini, diberikan pengayaan dengan
kegiatan:
1) Guru meminta peserta didik untuk
melakukan studi pustaka (ke perpustakaan atau mencari di koran/ majalah) untuk
menemukan cerita/ kisah tentang keluarga
katolik yang harmonis.
2) Hasil temuannya ditulis dalam
laporan tertulis yang berisi gambaran singkat dari kisah atau cerita tersebut
serta memberikan refleksi kritisnya.
C. PERKAWINAN
1.Penilaian Sikap
§ Penilaian Diri
Partisipasi
dalam Diskusi kelompok
Nama :
...............................................
Nama-nama
anggota kelompok : ..............................................
Kegiatan
Kelompok :
...............................................
Isilah
pernyataan berikut dengan jujur. Untuk No.1 s.d. 6, tulislah huruh A,B,C atau D
didepan tiap pernyataan:
A: Selalu C: Kadang -
kadang
B: Sering D. Tidak
pernah
1.....Selama diskusi saya mengusulkan
ide kepada kelompok untuk didiskusikan
2.....Ketika kami berdiskusi, tiap orang
diberi kesempatan mengusulkan sesuatu
3....Semua anggota kelompok kami
melakukan sesuatu selama kegiatan
4....Tiap orang sibuk dengan yang
dilakukannya dalam kelompok saya
5. Selama kerja kelompok, saya.....
.........mendengarkan orang lain
.........mengajukan pertanyaan
........ mengorganisasi ide-ide saya
....... mengacaukan kegiatan
...... ..melamun
2. Apa yang kamu lakukan selama
kegiatan?
........................................................................................................................................
1. Penilaian Pengetahuan
§ Tes Tertulis
-
Uraian
Untuk
memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, jawablah
pertanyaann-pertanyaan berikut ini.
1) Jelaskan arti perkawinan dari
beberapa segi atau sudut pandang
2) Jelaskan apa tujuan suatu
perkawinan menurut ajaran Gereja Katolik
3) Sebut dan jelaskan sifat-sifat
perkawinan menurut Ajaran Gereja Katolik
- Pilihan Benar – Salah
Petunjuk:
Tandailah B jika pernyataan di bawah ini benar, S jika pernyataan ini salah!
1. B - S :
Perkawinan merupakan sebuah karier
pokok.
2. B - S :
Perkawinan dalam visi umat Kristiani
(Katolik) berarti suatu panggilan.
3. B -
S : Dalam Kej 2:18, dikatakan: “Tuhan Allah
berfirman: Tidak baik kalau manusia tinggal seorang diri saja. Aku akan
menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”. Maksud Firman ini
adalah meski sepadan, seorang pria lebih dominan daripada seorang wanita dalam hidup keluarga.
4. B -
S : Menurut ajaran moral Katolik, setiap hubungan
seksual hendaknya terbuka untuk keturunan dan hubungan itu hanya dapat
dibenarkan dalam perkawinan yang sah.
5. B -
S : Dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) dikenal
istilah perkawinan sebagai Perjanjian. Maksudnya adalah dimensi personal dari hubungan suami
istri ditunjuk dengan simbol-simbol
hubungan manusia dengan Tuhannya.
6. B -
S : Menurut KHK, Perkawinan sebagai kebersamaan
seluruh hidup pria dan wanita. Maksudnya, dalam perkawinan, kebersamaan itu
dilihat dari segi kuantitatif semata, yaitu dari segi lamanya waktu suami
isteri mengarungi bahtera perkawinan.
7. B -
S : Perkawinan sebagai sakramen, artinya perkawinan
pria dan wanita menjadi tanda cinta Allah kepada ciptaanNya dan cinta
Kristus kepada Gereja-Nya.
8. B -
S : Perkawinan merupakan kesatuan mesra dalam
hidup dan kasih antara pria dan wanita yang merupakan lembaga tetap yang
berhadapan dengan masyarakat. Pengertian
perkawinan ini menurut UU Perkawinan No.1, Thn. 1974.
9. B -
S : Anak-anak menurut padangan Gereja adalah anugerah nikah yang
paling utama dan sangat membantu kebahagiaan orang tua.
10. B -
S : Pemenuhan tujuan perkawinan menurut
Gereja adalah berhenti pada lahirnya
anak.
3. Penilaian
Keterampilan
§ Portofolio
Cobalah wawancara dengan pastor paroki atau ketua stasi,
atau tokoh-tokoh umat setempat tentang permasalahan-permasalahan apa saja yang
paling menonjol pada pasangan kawin Katolik saat ini. Hasil wawancara ditulis
dalam bentuk sebuah laporan paper.
4. Kegiatan Remedial
Bagi peserta didik yang belum memahami pokok
bahasan ini, diberikan remidial dengan
kegiatan:
1) Guru menyampaikan pertanyaan
kepada peserta didik akan hal-hal apa saja yang belum mereka pahami tentang
makna dan hakikat perkawinan Katolik.
2) Apabila ada hal-hal tertentu yang belum mereka pahami, guru mengajak
peserta didik untuk mempelajari kembali dengan memberikan bantuan
peneguhan-peneguhan yang lebih praktis.
3) Guru memberikan penilaian ulang
untuk penilaian pengetahuan, dengan pertanyaan yang lebih sederhana, sesuai
dengan kondisi peserta didik.
5. Kegiatan Pengayaan
Bagi peserta
didik yang telah memahami pokok bahasan ini, diberikan pengayaan dengan
kegiatan:
1) Guru meminta peserta didik untuk
melakukan studi pustaka (ke perpustakaan atau mencari di koran/ majalah) untuk
menemukan cerita/ kisah tentang pasangan
perkawinan Katolik yang bahagia.
2) Hasil temuannya ditulis dalam
laporan tertulis yang berisi gambaran singkat dari kisah atau cerita tersebut
serta memberikan refleksi kritisnya.
A. PANGGILAN KARYA DAN PROFESI
1. Penilaian Sikap
§ Penilaian Diri
Partisipasi dalam Diskusi kelompok
Nama :
...............................................
Nama-nama anggota kelompok :
..............................................
Kegiatan Kelompok : ...............................................
Isilah pernyataan berikut dengan
jujur. Untuk No.1 s.d. 6, tulislah huruh A,B,C atau D didepan tiap pernyataan:
A: Selalu C:
Kadang - kadang
B: Sering D.
Tidak pernah
1.....Selama
diskusi saya mengusulkan ide kepada kelompok untuk didiskusikan
2.....Ketika
kami berdiskusi, tiap orang diberi kesempatan mengusulkan sesuatu
3....Semua
anggota kelompok kami melakukan sesuatu selama kegiatan
4....Tiap orang
sibuk dengan yang dilakukannya dalam kelompok saya
5. Selama kerja
kelompok, saya.....
.........mendengarkan orang lain
.........mengajukan pertanyaan
........ mengorganisasi ide-ide saya
.......
mengacaukan kegiatan
...... ..melamun
6. Apa yang kamu
lakukan selama kegiatan?
........................................................................................................................................
1.
Penilaian Pengetahuan
§
Tes Tertulis:
- Pilihan Ganda
Pilihlah satu jawaban
yang paling benar dan tepat.
1.
Budaya
kerja hendaknya ditumbuhkembangkan dalam diri setiap orang karena:
A.
Kerja
merupakan bagian dari martabat pribadi manusia.
B.
Kerja
menghasilkan uang untuk berfoya-foya.
C.
Kerja
dapat menyibukkan orang setiap saat.
D.
Kerja
dapat mendorong orang untuk tidak bertindak macam-macam.
2.
Kerja
untuk mencapai kemajuan:
A.
Rohani
B.
Jasmani
C.
Materi
D. Jawaban a dan b benar
3.
Makna
kerja secara sosiologis adalah:
A.
Menghasilkan
sesuatu yang diperlukan atau yang diinginkan oleh seseorang atau masyarakat.
B.
Merupakan
unsur pokok produksi.
C.
Usaha
untu memenuhi kebutuhan sendiri sekaligus mengarah pada pemenuhan kebutuhan
masyarakat.
D.
Membina
dan membentuk diri dan pribadinya,
4.
Tujuan
kerja adalah:
A.
Mencari
nafkah
B.
Memajukan
teknik dan kebudayaan
C.
Memuliakan
Tuhan
D.
Semua
jawaban benar
5.
Makna
kerja secara religius adalah kecuali:
A.
Menyelenggarakan
ciptaan Tuhan.
B.
Pengabdian
pribadi kepada Allah sebagai tujuan akhir.
C.
Menjadi
partner Tuhan di dunia.
D.
Semua
jawaban benar
6.
Selain
bekerja, manusia membutuhkan istirahat karena:
A.
Allah
sendiri adalah pekerja yang mau beristirahat karena itu kita meneladaninya.
B.
Kerja
manusia sudah digantikan oleh robot canggih.
C.
Tidak
ada untungnya terus bekerja tetapi penghasilan pas-pasan.
D.
Tidak
ada jawaban yang benar.
7.
Kel.
20:10, menyatakan hari ke-7 adalah hari Sabat Tuhan. Firman Tuhan ini
mengandung kewajiban-kewajiban manusia kecuali:
A.
Kewajiban
bekerja
B.
Kewajiban
beristirahat
C.
Kewajiban
melindungi mereka yang harus bekerja dalam ketergantungan.
D.
Semua
jawaban benar.
8.
Ora
et labora memilih makna,
kecuali:
A.
Doa
dapat menjadi daya dorong untuk bekerja lebih tekun.
B.
Doa dan kerja tidak ada hubungan atau korelasinya
C.
Doa dapat memurnikan pola kerja dan motivasi
D.
Doa dapat menjadikan kerja manusia mempunyai aspek
religius
9.
Semakin orang bekerja,
seharusnya semakin berdoa. Maksudnya adalah:
A.
Doa sebagai refleksi atas kerja
B.
Doa dan kerja merupakan ungkapan
perwujudan iman
C.
Doa sebagai pendorong semu
D.
Jawaban A dan B Benar
10.
Tukang becak pernah dicap sebagai
pekerja yang tidak bermartabat manusiawi.
A. Pernyataan
tersebut benar karena membawa beban tanpa bantuan tenaga mesin.
B. Tukang
becak juga mabnusia bukan robot
C. Pekerjaan
mendayung becak itu bermartabat manusiawi sejauh tidak merugikan diri sendiri
dan orang lain.
D. Tukang
becak tidak berbudaya modern
3. Penilaian
Keterampilan:
§ Portofolio
Cobalah wawancara dengan beberapa orang yang sudah bekerja. Baik kalau dari
beberapa macam profesi, tentang pengalaman suka dan duka serta harapannya
akan pengembangan profesi mereka ke depan. Hasil wawancara ditulis
dalam bentuk sebuah laporan paper.
4. Kegiatan Remedial
Bagi peserta didik yang belum memahami pokok
bahasan ini, diberikan remidial dengan
kegiatan:
1) Guru menyampaikan pertanyaan
kepada peserta didik akan hal-hal apa saja yang belum mereka pahami tentang
makna dan hakikat karya dan profesi.
2) Apabila ada hal-hal tertentu yang belum mereka pahami, guru mengajak
peserta didik untuk mempelajari kembali dengan memberikan bantuan
peneguhan-peneguhan yang lebih praktis.
3) Guru memberikan penilaian ulang
untuk penilaian pengetahuan, dengan pertanyaan yang lebih sederhana, sesuai
dengan kondisi peserta didik.
5. Kegiatan Pengayaan
Bagi peserta didik yang telah memahami pokok bahasan
ini, diberikan pengayaan dengan kegiatan:
1) Guru meminta peserta didik untuk
melakukan studi pustaka (ke perpustakaan atau mencari di koran/ majalah) untuk
menemukan cerita/ kisah tentang
spiritualitas kerja katolik.
2) Hasil temuannya ditulis dalam
laporan tertulis yang berisi gambaran singkat dari kisah atau cerita tersebut
serta memberikan refleksi kritisnya.
E. PANGGILAN HIDUP MEMBIARA
1. Penilaian Sikap
§
Penilaian diri
Partisipasi dalam Diskusi kelompok
Nama :
...............................................
Nama-nama anggota kelompok :
..............................................
Kegiatan Kelompok :
...............................................
Isilah pernyataan berikut dengan
jujur. Untuk No.1 s.d. 6, tulislah huruh A,B,C atau D didepan tiap pernyataan:
A: Selalu C:
Kadang - kadang
B: Sering D.
Tidak pernah
1.....Selama
diskusi saya mengusulkan ide kepada kelompok untuk didiskusikan
2.....Ketika kami
berdiskusi, tiap orang diberi kesempatan mengusulkan sesuatu
3....Semua
anggota kelompok kami melakukan sesuatu selama kegiatan
4....Tiap orang
sibuk dengan yang dilakukannya dalam kelompok saya
5. Selama kerja
kelompok, saya.....
.........mendengarkan orang lain
.........mengajukan pertanyaan
........ mengorganisasi ide-ide saya
.......
mengacaukan kegiatan
...... ..melamun
6. Apa yang kamu
lakukan selama kegiatan?
........................................................................................................................................
2. Penilaian Pengetahuan
§
Tes Tertulis
- Uraian
1)
Menurut
kalian, apakah kehidupan membiara masih dibutuhkan oleh Gereja dan dunia pada
saat ini? Jelaskan
pendapat Anda.
2) Mengapa di banyak negara Barat
kehidupan membiara tidak terlalu diminati lagi oleh orang-orang muda?
3) Bagaimana pengamatanmu terhadap
biarawan-biarawati di Indonesia?
3. Penilaian
Keterampilan
§ Portofolio
Cobalah wawancara dengan satu-dua orang biarawan, biarawati (pastor, bruder,
fater, suster) tentang pengalaman, mulai dengan sejarah panggilannya, apa suka dan duka mereka dalam menjalani panggilan hidupnya. Hasil wawancara ditulis
dalam bentuk sebuah laporan.
4. Kegiatan Remedial
Bagi peserta didik yang belum memahami pokok
bahasan ini, diberikan remidial dengan
kegiatan:
1) Guru menyampaikan pertanyaan
kepada peserta didik akan hal-hal apa saja yang belum mereka pahami tentang
makna dan hakikat panggilan hidup membiara.
2) Apabila ada hal-hal tertentu yang belum mereka pahami, guru mengajak
peserta didik untuk mempelajari kembali dengan memberikan bantuan
peneguhan-peneguhan yang lebih praktis.
3) Guru memberikan penilaian ulang
untuk penilaian pengetahuan, dengan pertanyaan yang lebih sederhana, sesuai
dengan kondisi peserta didik.
5. Kegiatan Pengayaan
Bagi peserta didik yang telah memahami pokok bahasan
ini, diberikan pengayaan dengan kegiatan:
1) Guru meminta peserta didik untuk
melakukan studi pustaka (ke perpustakaan atau mencari di koran/ majalah) untuk
menemukan cerita/ kisah hidup biarawan dan biarawati, termasuk mereka yang
sudah menjadi santo dan santa.
Hasil temuannya ditulis dalam
laporan tertulis yang berisi gambaran singkat dari kisah atau cerita tersebut
serta memberikan re
SOAL-SOAL LATIHAN
Perhatikan persamaan dan perbedaan antara gereja Katolik
dan Gereja Protestan yang ada di bawah ini:
- ada 7 sakramen
- mengakui Allah yang
sama
- ada devosi kepada
para kudus
- memiliki jumlah
Kitab Suci yang sama
- mengakui Yesus
Kristus sebagai dasar dari Gereja
1. Dari pernyataan di atas
manakah yang termasuk pernyataan yang menunjukkan perbedaan antara Gereja
Katolik dan Gereja Protestan?... .
A. 1, 2 dan 3
B. 2, 3 dan 4
C. 3, 4 dan 5
D. 4, 5 dan 1
E. 5, 4 dan 3
2. Gereja Protestan memegang teguh 3 (tiga) pilar utama dalam ajarannya,
yaitu:... .
A. sola gratia, sola
fide, sola femina
B. sola fide, sola
gratia, sola sciptura
C. sola fide, sola
femina, sola scriptura
D. sola amicitia, sola
sciptura, sola fide
E. sola scriptura, sola
gratia, sola amicitia
3. Tujuan hidup yang dicita-citakan
dalam Konghucu adalah:... .
A. Sunya
B. Bodhi
C. Kuncu
D. Moksha
E. Nirwana
4. Yang menjadi tujuan pokok
hidup manusia menurut Hindu Dharma adalah:... .
A. Weda
B. Moksha
C. Jnana - marga
D. Bhakti Marga
E. Karma – Marga
5. Para pemuda Kristen dan pemuda Islam bahu membahu
membangun tanggul yang jebol di salah satu desa
di kota A. Tindakan yang dilakukan oleh kedua kelompok pemuda tersebut
merupakan bentuk dialog:… .
A. iman
B. karya
C. cinta kasih
D. kehidupan
E. perbandingan
6. Dokumen konsili
Vatikan II yang berbicara tentang dialog dengan agama-agama lain adalah:… .
A. Nostra Aetate
B. Pacem in Terris
C. Rerum Novarum
D. Gaudium et
Spes
E. Mater et Magistra
7. Keadilan yang menuntut kesamaan dalam membagikan apa
yang menguntungkan dan dalam menuntut pengurbanan adalah definisi keadilan... .
A. legal
B. sosial
C. distributif
D. individual
E. komutatif
8. Gereja mengajak setiap umatnya untuk hidup jujur,
adil, benar dan damai. Oleh karena itu, janganlah mengambil apa yang menjadi
hak oranglain. Hal ini tertuang dalam salah satu dari sepuluh perintah Allah,
yaitu: jangan mencuri. Jangan mencuri adalah isi
perintah ke… .
A. 5
B. 7
C. 8
D. 9
E. 10
9. Berikut ini yang tidak termasuk
akibat dari kebohongan adalah:… .
A. iman semakin kuat
B. kemerosotan moral
C. hati nurani tidak
berfungsi
D. hidup berkelimpahan
tapi tidak bahagia
E. menjadi akar dari
berbagai krisis multidimensi
10. Berikut ini yang tidak termasuk alasan terjadinya
pertikaian dan perang adalah:… .
A. keserakahan
B. sikap arogansi
C. fanatisme agama dan
suku
D. mengejar kepentingan
bersama
E. merebut kemerdekaan
dan mempertahankan hak
11. Makna damai menurut Yesus
adalah….
A.
menghindari kekerasan
B. situasi selamat
sejahtera
C. kesejahteraan pribadi
dan masyarakat
D. aksi perjuangan yang
tidak memakai kekerasan demi suatu tujuan
E. suatu rasa ketenangan hati karena orang memiliki hubungan yang bersih
dengan Tuhan, sesama dan dunia.
12. Bagaimana sikap Yesus
terhadap Hukum Taurat bangsa Yahudi?... .
A. merubahnya
B. memperbaharuinya
C. menolak dengan tegas
D. menerimanya secara
kritis
E. membuat hukum
tandingan
13. Perkawinan Kristen menjadi gambaran dari hubungan
cinta yang lebih mulia, yaitu:… .
A. persatuan Allah dengan
Roh-Nya
B. persatuan Kristus
dengan Roh-Nya
C. persatuan Allah dengan
Putera-Nya
D. persatuan Kristus
dengan Umat-Nya
E. persatuan antara
seorang suami dengan seorang istri
14. Berikut ini adalah
sifat-sifat perkawinan:
- monogami
- poligami
- poliandri
- tak terceraikan
- dapat diceraikan
Sifat – sifat perkawinan sakramental
adalah:… .
A. 1 dan 2
B. 2 dan 3
C. 3 dan 4
D. 4 dan 5
E. 1 dan 4
15. Dalam keluarga Katolik suami harus menjadi:… .
A. partner istri
B. pengawal istri
C. pembantu istrinya
D. anggota keluarga istrinya
E. pengagum utama sang
istri
16. Perkawinan
merupakan suatu ”persekutuan hidup” yang mempunyai bentuk, tujuan, dan hubungan
yang khusus antar-anggota. Definisi ini menurut pandangan… .
A. hukum
B. sosiologis
C. tradisional
D. antropologis
E. agama Kristen
17. Berikut ini yang tidak termasuk hal-hal yang harus
diperhatikan agar komunikasi kita dengan orang lain lebih mengena adalah… .
A. keterbukaan
B. sikap percaya
C. mendengarkan
D. saling menghormati
E. lebih banyak berbicara
18. Yang menjadi dasar dan
landasan dari hidup perkawinan Kristen adalah... .
A. harta
B. cinta
C. jabatan
D. komunikasi
E. status sosial
19. Agama Katolik tidak mutlak
melarang perkawinan campur antara orang Katolik dan orang berbeda agama, tetapi
juga tidak menganjurkannya. Perkawinan campur beda agama memerlukan.....dari
Gereja supaya sah.
A. berkat
B. laisasi
C. legitimasi
D.dispensasi
E. disorientasi
20. Yang menjadi inti kehidupan
membiara, yang juga dituntut dari setiap orang Kristen adalah... .
A. hidup miskin
B. membantu yang miskin
C. keakraban dengan
sesama
D. membantu para korban
bencana alam
E. persatuan dan
keakraban dengan Kristus
21. Orang yang hidup membiara
melepaskan haknya untuk hidup berkeluarga demi Kerajaan Allah. Dengan demikian
ia dapat meneladani dan mengikuti Kristus sepenuhnya, dan membaktikan dirinya
secara total demi terlaksannya Kerajaan Allah. Hal itu diungkapkan dalam bentuk
kaul atau janji yakni kaul... .
A. ketaatan
B. kesetiaan
C. kemiskinan
D. kesederhaan
E. keperawanan
22. Kerja memungkinkan manusia
untuk membina dan membentuk diri dan pribadinya. Dengan kerja, manusia menjadi
lebih manusia dan lebih bisa menjadi teman bagi sesamanya dengan menggunakan
akal budi, kehendak, tenaga, daya kreatif, serta rasa tanggung jawab terhadap
kesejahteraan umum. Pernyataan tersebut merupakan makna kerja ditinjau
dari segi:.. .
A. politis
B. biologis
C. ekonomis
D. sosiologis
E. antropologis
23. Berikut ini yang tidak
termasuk peranan doa dalam pekerjaan kita, adalah:.. .
A. Kita dapat bekerja
lebih sabar
B. Kita dapat bekerja
lebih tekun
C. Menjadikan kita
bekerja lebih santai
D. Memurnikan motivasi
dan orientasi kita dalam bekerja
E. Menjadikan kerja
manusia mempunyai aspek religius dan adikodrati
23. Berikut ini yang tidak
termasuk tujuan kerja, adalah:.. .
A. mencari nafkah
B. memuliakan Tuhan
C. menyempunakan diri
sendiri
D. memajukan teknik dan
kebudayaan
E. meningkatkan harga
diri dalam masyarakat
LAMPIRAN
PELAJARAN TAMBAHAN
BINA IMAN ANAK
Doa-doa Katolik
Diambil dari buku Puji Syukur (Ps), cetakan ke-1, 1992,
cetakan ke-30.
Penerbit Obor, Jakarta bekerja sama dengan Komisi Liturgi KWI.
|
|
|
|
Kebiasaan umat Kristen
|
Bapa Kami
|
|
5. Bapa Kami
(2) [Ps no 11 hal 14] Mat6:9-13
|
6. Bapa Kami
(3) [Ps no 12 hal 14]
|
Kemuliaan
7. Kemuliaan [Ps no 13 hal 14]
Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus,
seperti pada permulaan, sekarang, selalu,
dan sepanjang segala abad. (Amin.)
|
Salam Maria 8.
Salam Maria [Ps no 14 hal 15] Luk1:28:42 |
Doa Tobat 9.
Doa Tobat (1) [Ps no 25 hal 21] |
10.
Terpujilah [Ps no 20 hal 18] |
|
Peristiwa-peristiwa
Terang. |
Sumber:http://ekaristi.org/doa/dokumen.ph
Doa Malaikat Tuhan
P: Maria diberi kabar dari
malaikat Tuhan,
U: bahwa ia akan mengandung
dari roh kudus.
Salam maria...................
P: aku ini hamba Tuhan,
U: terjadilah kepadaku
menurut perkataanMu.
Salam maria..................
P: Sabda sudah menjadi
daging,
U: dan tinggal diantara kita.
Salam maria..................
P: doakanlah kami, ya Santa Bunda Allah,
U: Supaya kami dapat menikmati janji kristus
Marilah berdoa,
Ya Allah, karena kabar malaikat kami mengetahui bahwa Yesus putraMu menjadi
manusia.
Curahkanlh rahmatMu dalam hati kami,supaya karena sengsara dan salibnya kami
dibawa kepada kebangkitan yang mulia. Sebab dialah tuhan,pengantara kami.Amin
DOA RATU SURGA (dalam
Masa Paskah)
P: Ratu
Surga bersukacitalah, alleluya,
U: sebab Ia yang sudi kau kandung, alleluya,
P: telah
bangkit seperti disabdakan-Nya, alleluya!
U: Doakanlah kami
pada Allah, alleluya!
P:
Bersukacita dan bergembiralah, Perawan Maria, alleluya,
U: sebab
Tuhan sungguh telah bangkit, Alleluya!
Ya Allah, Engkau telah menggembirakan dunia dengan
kebangkitan PutraMu, Tuhan kami Yesus Kristus.Kami mohon, perkenankanlah kami
bersukacita dalam kehidupan kekal bersama BundaNya, Perawan Maria. Demi
Kristus, pengantara kami. Amin
|
DAFTAR PUSTAKA |
Alkitab
A. Heuken SJ. Ensiklopedi
Gereja. 1991. Jakarta: Cipta Loka
Caraka
Badrika, I Wayan. 2005. Sejarah. Jakarta:
Platinium
Bambang Ruseno Utomo MA.1992. Sekilas Mengenal Berbagai Agama dan
Kepercayaan di Indonesia. Malang: Pusat Pembinaan, Anggota Gereja.
Dahler, Franz. 1970.
Masalah Agama. Yogyakarta: Kanisius
Darminta, J. 1997.
Gereja, Dialog, dan Kemartiran.(Cet
ke-8). Yogyakarta: Kanisius
Farndon, John. 2005.
Sejarah Dunia. Yogyakarta: Platinum.
H. Ikhsan Tanggok. Jalan Keselamatan Melalui Agama Konghucu. Gramedia: Jakarta, 2000.
H.Arifin M.Ed. 1986. Mengenal Misteri Ajaran Agama-Agama Besar. Jakarta: Golden Terayon
Pres: Jakarta
H.M. Srifin M.Ed. 2001. Mengenal Misteri Ajaran Agama-Agama Besar. Jakarta: Golden Terayan
Press
Hardawiryana, R. SJ,
Dr. 1993. (Alih bahasa) Dokumen Konsili
Vatikan II. Jakarta: Dokpen KWI dan
Obor.
Hardjana, Am. 1993.
Penghayatan Agama: Yang Otentik
dan Tidak Otentik. Cet ke-1. Yogyakarta: Kanisius.
Heuken A. SJ.1992. Ensiklopedi Gereja. Jakarta: CLC
Kieser Bernhard, SJ, Dr
1991. Paguyuban Manusia dengan Dasa Firman. Yogyakarta: Kanisius.
Kieser Bernhard, SJ,
Dr.1987. Moral Dasar; Kaitan Iman dan
Perbuatan. Yogyakarta: Kanisius.
Kieser Bernhard, SJ. Moral Sosial; Keterlibatan Umat dalam Hidup Bermasyarakat. Yogyakarta: Kanisius.
Kirchberger, Georg dan John Mansford Prior. 1996. Iman
dan Transformasi Budaya. Ende
Flores: Nusa Indah.
Konferensi Waligereja Indonesia (penerjemah).
2009. Kompendium Katekismus Gereja
Katolik. Yogyakarta: Kanisius.
Konferensi Waligereja
Indonesia 1991. Allah Penyayang Kehidupan.
Jakarta: CLC.
Konferensi Waligereja
Indonesia 1996. Iman Katolik; Buku
Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius.
Muskens, M.P.M. 1973.
Sejarah Gereja Katolik Indonesia.
Ende Flores: Arnoldus
Paus Yohanes Paulus II
(1996). Evangelium Vitae. Jakarta:
Dokpen KWI.
Paus Yohanes Paulus II. Menuju Kesempurnaan Ilahi. Kanisius: Yogyakarta, 1999.
Place & Sammie 1998. Hidup dalam Kristus. Jakarta: Obor.
Riyanto, Armada. 1995. Dialog Agama dalam
Pandangan Gereja Katolik. Cet
ke-7. Yogyakarta: Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar