04 Maret 2022

MATERI PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS XII

  


BAB I

PANGGILAN HIDUP UMAT ALLAH

 


Kompetensi Inti

1.   Menghargai dan menghayati  ajaran agama yang dianutnya.

2.   Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

3.   Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

4.   Mencoba,  mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

 

 

Kompetensi Dasar

1.1.   Menghayati panggilan hidupnya sebagai umat Allah (Gereja) dengan menentukan langkah yang tepat dalam  menjawab panggilan hidup tersebut

2.1. Berperilaku tannggungjawab  pada  panggilan hidupnya sebagai umat Allah (Gereja) dengan menentukan langkah yang tepat dalam  menjawab panggilan hidup tersebut

3.1.   Memahami panggilan hidupnya sebagai umat Allah (Gereja) dengan menentukan langkah yang tepat dalam  menjawab panggilan hidup tersebut

4.1.   Melaksanakan panggilan hidupnya sebagai umat Allah (Gereja) dengan menentukan langkah yang tepat dalam  menjawab panggilan hidup tersebut

 

Indikator

1.    Menjelaskan makna  hidup manusia menurut pengalaman hidup manusiawi (dari sebuah kisah kesaksian “bangkit dari keterpurukan”).

2.    Menjelaskan makna hidup manusia menurut ajaran Kitab Suci (Mateus 5:1 – 12

3.    Menuliskan refleksi tentang  hidup manusia yang bermakna

 

Materi Ajar

1.    Makna Hidup manusia

  Melihat Pandangan masyarakat tentang hidup manusia

 

Simaklah sebuah cerita kesaksian  berikut ini.

Bangkit dari keterpurukan..

“Pada tahun 2000, bulan Juli, suami saya, ayah dari anak-anak meninggalkan kami untuk selama-lamanya kembali ke haribaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Betapa kiamatnya hidup saya menyaksikan anak-anak yang masih kecil-kecil yang benar-benar membutuhkan kehadiran kedua orang tua mereka. Sampai kira-kira satu tahun, saya dalam keadaan seperti orang yang tidak waras, tidak mempedulikan diri sendiri, serta benar-benar merasakan panjangnya malam.

            Pada suatu hari, kira-kira jam 09.00 pagi, saya bersiap-siap akan menjemput anak kedua saya, yang bersekolah di Taman Kanak-Kanak. Waktu saya membuka almari untuk berganti pakaian, terlihat sekilas piyama (baju tidur), yakni piyama almarhum suami yang sangat disayanginya dan dalam piyama itulah saya melepaskan arwahnya. Hati saya luluh, piyama itu saya dekap erat-erat untuk melepaskan rindu dan haru, sambil saya basahi dengan air mata.

            Saya baru sadar, waktu mendengar suara anak sulung saya yang baru pulang dari sekolah menanyakan adiknya, “Ma, mana ad`ik? Ini saya bawa permen untuknya.” Saya kaget mendengar si sulung menanyakan adiknya. Ternyata saya bersimpuh mendekap piyama itu sudah hampir tiga jam. Saya cepat-cepat meninggalkan rumah dan menjemput adiknya yang sekolah di TK. Waktu saya tiba di sekolah, ternyata sudah sepih dan anak saya pun tidak ada di sana. Dua hari saya dilanda beban perasaan serba bingung entah ke mana harus saya cari. Tiba-tiba ada orang yang menghantarkan anak saya ke rumah. Rupanya waktu itu anak saya pulang sendiri dan tersesat serta ada orang berbaik hati membawa ke rumah saya.

Sejak peristiwa itu, saya berjanji pada diri sendiri akan mencurahkan kasih sayang dan perhatian saya kepada ketiga anak saya. Untuk itu keadaan di rumah saya ubah. Bahkan tidurpun saya pindah ke kamar belakang bersama anak-anak. Melalui perantaraan Bunda Maria, aku berdoa setiap hari memohon kekuatan  serta berkat  dari Yesus Puteranya  agar dapat  melanjutkan perjuangan dalam hidup ini sebagai singel parent (orang tua tunggal) guna membesarkan dan mendidik anak-anak  untuk menyongsong masa depannya. (MM)

 

Sumber cerita : Buletin Motivasi, Vol.1 no.5 Thn. 2014 dengan sedikit perubahan.

a.    Pendalaman/Diskusi

 

§  Cobalah kamu merumuskan pertanyaan-pertanyaan dengan memerhatikan konteks cerita serta topik pembelajaran ini kemudian  berdiskusilah bersama teman-temanmu tentang hidup yang bermakna.

§  Temukan kisah-kisah pengalaman kehidupan lainnya yang kamu temukan dalam masyarakat yang menjelaskan bagaimana orang-orang memaknai hidupnya di dunia ini?

 

2.   Makna Hidup Manusia menurut  Ajaran Kitab Suci 

 

a.    Makna Hidup Manusia menurut  Ajaran Kitab Suci

1)      Menelusuri Ajaran Kitab Suci

§  Setelah memahami makna hidup manusia melalui cerita cerita kehidupan, sekarang cobalah dalam kelompok menelusuri ajaran Kitab Suci Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB) yang mengajarkan bahwa hidup manusia sangatlah berharga. 

2)   Menyimak teks Kitab Suci

§  Setelah kamu menemukan ayat-ayat Kitab Suci yang dimaksudkan, sekarang cobalah menyimak  teks Kitab Suci berikut ini.

 

 

Delapaan Sabda Bahagia Yesus

Mateus 5:1 – 12

 

“Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya.2 Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya. 3 "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.5 Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.6 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.7 Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.10 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.11 Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.12 Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu”.

 

3)   Pendalaman/Diskusi

 

§  Setelah menyimak teks Kitab Suci Mateus 5:1-12, cobalah kamu merumuskan pertanyaan-pertanyaan untuk berdiskusi tentang hidup manusia yang bermakna menurut teks ayat-ayat  Kitab Suci tersebut.

 

3.    Menghayati Hidup sebagai anugerah Tuhan yang sangat berharga bagi diriku

 

Untuk menghayati hidup sebagai anugerah Tuhan yang sangat berharga bagi setiap insan manusia, maka sekarang buatlah refleksi pribadi dan rencanakan suatu aksi.

 

 

 

a.    Refleksi

§  Tulislah sebuah refleksi tentang makna hidupmu sebagai sesuatu yang berharga  dari Tuhan. Apa saja yang perlu kamu lakukan sebagai pelajar untuk mengisi hidupmu  secara berkualitas.

 

b.   Aksi

§  Tulislah sebuah rencana aksi  untuk menghargai hidupmu sendiri dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang bermutu, seperti rajin belajar, disiplin terhadap peraturan di sekolah dan di rumah serta di masyarakat.

§  Hasil refleksimu dapat dipajangkan di Mading kelas.

 


B.   PANGGILAN HIDUP BERKELUARGA

1.      Kompetensi Inti

KI 1:  Menghayati dan mengamalkan  ajaran agama yang dianutnya

KI 2: Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4:  Mengolah,  menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

2.        Kompetensi Dasar:

1.2.  Menghayati panggilan hidupnya sebagai umat Allah (Gereja) dengan menentukan langkah yang tepat dalam  menjawab panggilan hidup tersebut

2.1. Berperilaku tannggungjawab  pada  panggilan hidupnya sebagai umat Allah (Gereja) dengan menentukan langkah yang tepat dalam  menjawab panggilan hidup tersebut

4.2.  Memahami panggilan hidupnya sebagai umat Allah (Gereja) dengan menentukan langkah yang tepat dalam  menjawab panggilan hidup tersebut

4.3.  Melaksanakan panggilan hidupnya sebagai umat Allah (Gereja) dengan menentukan langkah yang tepat dalam  menjawab panggilan hidup tersebut

 

3.      Indikator Pencapaian:

·         Menjelaskan sifat-sifat perkawinan sakramental

·         Menyebutkan tantangan dan kesulitan dalam perkawinan

·         Menyebutkan isi surat Apostolik “Familiaris Consortio” (1981) tentang hidup berkeluarga

 

4.      Tujuan Pembelajaran:

Pada akhir pelajaran, siswa dapat:

·         menjelaskan sifat-sifat perkawinan sakramental

·         menyebutkan tantangan dan kesulitan dalam perkawinan

·         menyebutkan isi surat Apostolik “Familiaris Consortio” (1981) tentang hidup berkeluarga

5.         Materi Ajar

·         Perkawinan Dalam Tradisi Katolik

 

C.   PERKAWINAN DALAM TRADISI KATOLIK

 

1.       Arti dan Makna Perkawinan

a.    Pandangan Tradisional: perkawinan merupakan suatu ikatan, yang tidak hanya mengikat seorang laki-laki dengan seorang wanita, tetapi juga mengikat kaum kerabat si laki-laki dengan kaum kerabat si wanita dalam suatu hubungan tertentu.

b.    Pandangan Hukum (Yuridis): Perkawinan adalah perjanjian. Dengan perkawinan, seorang pria dan seorang wanita saling berjanji untuk hidup bersama, di depan masyarakat agama atau masyarakat negara, yang menerima dan mengakui perkawinan itu sebagai sah

c.     Pandangan Sosiologi: perkawinan merupakan suatu persekutuan hidup yang mempunyai bentuk, tujuan, dan hubungan yang khusus antara anggota. Ia merupakan suatu lingkungan hidup yang khas. Dalam lingkungan hidup ini, suami dan istri dapat mencapai kesempurnaan atau kepenuhannya sebagai manusia, sebagai bapak dan ibu.

d.    Pandangan Antropologis: perkawinan merupakan persekutuan cinta. Pada umumnya, hidup perkawinan dimulai dengan cinta. Ia ada dan akan berkembang atas dasar cinta. Seluruh kehidupan bersama sebagai suami istri didasarkan dan diresapi seluruhnya oleh cinta.

e.    Pandangan agama-agama: (1) Agama Islam: nikah adalah hidup bersama antara suami istri. Nikah itu diperbolehkan bahkan dianjurkan oleh rasulullah SAW kepada umat manusia sesuai dengan tabiat alam, yang mana antara golongan pria dan golongan wanita itu saling membutuhkan untuk mengadakan ikatan lahir batin sebagai suami istri yang sah dalam terang hukum agama. (2) Agama Katolik: perkawinan adalah sakramen, suatu peristiwa di mana Allah bertemu dengan suami istri itu.

 

2.      Perkawinan sebagai sakramen

Perkawinan Kristiani bersifat sakramental. Bagi pasangan yang telah dibaptis, ketika mereka saling memberikan konsensus dalam perjanjian, maka perkawinan mereka menjadi sah sekaligus sakramen.

Sakramen artinya tanda. Perkawinan sebagai sakramen artinya perkawinan sebagai tanda;

1. Tanda Cinta Allah

Dalam sakramen perkawinan, suami adalah tanda kehadiran Allah untuk mencintai sang istri dan istri menjadi tanda cinta dan kebaikan Allah bagi sang suami. Mereka dipilih untuk menjadi utusan atau tangan Tuhan. Melalui suami istri Tuhan hadir menolong, menguatkan dan membahagiakan pasangannya. Suami istri melakukan dan mengikrarkan janji di hadapan Tuhan dan umat beriman, itulah yang akan mereka teruskan selama hidup perkawinan mereka saling menyempurnakan atau saling menguduskan sebagai anak Allah. Pasangan manusia dicita-citakan oleh Tuhan menurut hakikatnya sendiri: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya,… laki-laki dan perempuan…”(Kej 1: 26-28). Hakikat Tuhan ialah cinta yang maha sempurna, yang menyatukan Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Allah mengehndaki supaya manusia menjadi seperti hakikat-Nya itu. Satu dalam cinta yang mesra. Manusia yang menjadi dua ketika Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam, langsung disatukan kembali secara lebih sempurna dalam cinta. Allah membimbing hawa kepada Adam dan Adam kegirangan berucap, “Inilah dai tulang dari tulangku dan daging dari dagingku!” Sejak saat itu, memang lelaki harus meninggalkan ibu-bapaknya untuk bersatu padu jiwa dan raga istrinya. Mereka bukan lagi dua, melainkan satu!

2. Tanda Cinta Kristus kepada GerejaNya

Perkawinan Kristiani menjadi gambaran dari hubungan cinta yang lebih mulia dari hubungan cinta yang mulia yaitu persatuan hidup Kristus dengan umatNya. Santo Paulus berkata, “Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diriNya baginya untuk menguduskannya.”

Jadi dapatlah kita menarik kesimpulan: cinta kasih suami istri didukung oleh kesatuan Gereja, tetapi kesatuan yang berlangsung dalam perkawinan Kristiani. Oleh karena itu, kehidupan perkawinan disebut sel hidup umat Allah.

Sakramen perkawinan adalah hidup pasangan itu, mulai pada hari pernikahan mereka saat maut memisahkan mereka. Hidup perkawinan adalah suatu ziarah iman dalam cinta, bila dihayati hari demi hari dengan setia, akan menjadi tanda bahwa Allah mencintai kita tanpa batas.

 

3.      Sifat-sifat Perkawinan sakramental

Apa saja sifat-sifat hakiki perkawinan Katolik?

Kanon 1056 mengatakan: “Sifat-sifat hakiki perkawinan ialah monogam dan tak terputuskan, yang dalam perkawinan kristiani memperoleh kekukuhan khusus karena sakramen”.

Jadi sifat-sifat hakiki perkawinan Katolik, yaitu:

  1. Unitas, artinya kesatuan antara seorang pria dan seorang wanita menurut relasi cinta yang eksklusif. Dengan kata lain, tidak ada hubungan khusus di luar pasutri. Sifat unitas mengecualikan relasi di luar perkawinan, poligami, PIL, WIL.
  2. lndissolubilitas, tak terceraikan, artinya ikatan perkawinan hanya diputuskan oleh kematian salah satu pasangan atau keduanya. "Apa yang sudah disatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (bdk. Mat 19:6; Mrk 10:9). Untuk itu, dituntut adanya kesetiaan dalam untung dan malang, dalam suka dan duka. Dalam hal inilah saling pengertian, pengampunan sangat dituntut. 
  3. Sakramental, artinya sakramentalitas perkawinan dimulai sejak terjadinya konsensus/perjanjian antara dua orang dibaptis yang melangsungkan perkawinan. Perkawinan disebut sakramental, artinya menjadi tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan. Untuk itu, dari pasangan suami-istri dituntut adanya cinta yang utuh, total, radikal, tak terbagi sebagaimana cinta Yesus kepada Gereja-Nya (bdk. Ef 5: 22-33). 

Patut diperhatikan bahwa penafsiran serta penerapannya di dalam Gereja Katolik tak jarang berbeda dengan di kalangan non-Katolik. Sifat-sifat hakiki ini berkaitan erat sekali, sehingga perkawian kedua tidak sah, meskipun suami-istri perkawinan pertama telah diceraikan secara sipil atau menurut hukum agama lain, karena Gereja Katolik tidak mengakui validitas atau efektivitas perceraian itu. Dengan demikian suami-istri yang telah cerai itu di mata Gereja masih terikat perkawinan dan tak dapat menikah lagi dengan sah. Andaikata itu terjadi, maka di mata Gereja terjadi poligami suksesif.

Monogami berarti perkawinan antara seorang pria dan seorang wanita. Jadi, merupakan lawan dari poligami atau poliandri. Sebenarnya UU Perkawinan RI No. 1 tahun 1974 juga menganut asas monogami, tetapi asas ini tidak dipegang teguh karena membuka pintu untuk poligami, tetapi tidak untuk poliandri.

Sebaiknya dibedakan implikasi/konsekuensi moral dan hukum. Di sini perhatian lebih dipusatkan pada hukum. Dengan berpangkal pada kesamaan hak pria dan wanita yang setara, sehingga poligami dan poliandri disamakan: 

  1. Mengesampingkan poligami simultan: dituntut ikatan perkawinan dengan hanya satu jodoh pada waktu yang sama.
  2. Mengesampingkan poligami suksesif, artinya, berturut-turut kawin cerai, sedangkan hanya perkawinan pertama yang dianggap sah, sehingga perkawinan berikutnya tidak sah. Kesimpulan ini hanya dapat ditarik berdasarkan posisi dua sifat perkawinan seperti yang dicanangkan Kan. 1056: monogami eksklusif dan tak terputuskannya ikatan perkawinan. Implikasi dan konsekuensi ini lain - tetapi hal ini termasuk moral - ialah larangan hubungan intim dengan orang ketiga.

Bagaimana memahami makna dari ‘sifat kodrati keterarahan’ dalam perkawinan Katolik?

Sifat kodrati keterarahan kepada kesejahteraan suami-istri (bonum coniugum). Selain tiga “bona” (bonum = kebaikan) perkawinan yang diajarkan St. Agustinus, yakni:

  1. Bonum prolis: kebaikan anak, bahwa perkawinan ditujukan kepada kelahiran dan pendidikan anak,
  2. Bonum fidei: kebaikan kesetiaan, menunjuk kepada sifat kesetiaan dalam perkawinan, dan
  3. Bonum sacramenti: kebaikan sakramen, menunjuk pada sifat permanensi perkawinan; Gaudium et Spes no. 48 menambah lagi satu “bonum” yang lain, yakni bonum coniugum (kebaikan, kesejahteraan suami-istri).

Sifat kodrati keterarahan kepada anak. Perkawinan terbuka terhadap kelahiran anak dan pendidikannya. KHK 1983 tidak lagi mengedepankan prokreasi sebagai tujuan pertama perkawinan yang mencerminkan tradisi berabad-abad sejak Agustinus, melainkan tanpa hirarki tujuan-tujuan menghargai aspek personal perkawinan dan menyebut lebih dahulu kesejahteraan suami-istri (bonum coniugum).

Perkawinan sebagai Sakramen. Perkawinan Katolik bersifat sakramental. Bagi pasangan yang telah dibaptis, ketika mereka saling memberikan konsensus dalam perjanjian, maka perkawinan mereka menjadi sah sekaligus sakramen.

Apa yang menjadi paham dasar perjanjian perkawinan Katolik?

Paham dasar perkawinan Katolik adalah “Dengan perjanjian perkawinan pria dan wanita membantu antara mereka kebersamaan seluruh hidup; dari sifat kodratinya perjanjian itu terarah pada kesejahteraan suami-istri serta kelahiran dan pendidikan anak, oleh Kristus Tuhan, perjanjian perkawinan antara orang-orang yang dibaptis diangkat ke martabat Sakramen.” (kan 1055 §1).

  1. Perjanjian Perkawinan

Perkawinan itu dari kodratnya adalah suatu perjanjian (covenant, foedus). Dalam tradisi Yahudi, perjanjian berarti suatu agreement (persetujuan) yang membentuk (menciptakan) suatu hubungan sedemikian rupa sehingga mempunyai kekuatan mengikat sama seperti hubungan antara orang-orang yang mempunyai hubungan darah. Konsekuensinya, hubungan itu tidak berhenti atau berakhir, sekalipun kesepakatan terhadap perjanjian itu ditarik kembali. Berdasarkan pilihan bebas dari suami-istri, suatu perjanjian sesungguhnya akan meliputi relasi antar pribadi seutuhnya yang terdiri dari hubungan spiritual, emosional dan fisik.

  1. Kebersamaan Seluruh Hidup

Dari kodratnya perkawinan adalah suatu kebersamaan seluruh hidup (consortium totius vitae; “consortium” asalnya dari con = bersama, sors = nasib, jadi kebersamaan senasib; totius vitae = seumur hidup, hidup seutuhnya). Ini terjadi oleh perjanjian perkawinan. Suami-istri berjanji untuk menyatukan hidup mereka secara utuh hingga akhir hayat (bdk. janji perkawinan).

  1. Antara Pria dan Wanita

Pria dan wanita diciptakan menurut gambaran Allah dan diperuntukkan satu sama lain, saling membutuhkan, saling melengkapi, saling memperkaya. Menjadi “satu daging” (Kej 2:24).

Apa yang dimaksud dengan ‘kesetiaan yang sempurna dan tidak mungkin dibatalkan lagi oleh siapapun, kecuali oleh kematian’?

Setia dalam hal apa? Empat hal yang sudah diuraikan di atas, yakni persekutuan hidup antara seorang pria dan seorang wanita, memelihara dan memperkembangkan persetujuan pribadi, membangun saling mencintai sebagai suami-istri, membangun hidup berkeluarga yang sehat. Tidak melaksanakan salah satunya berarti sudah tidak setia. Apalagi kalau kemudian mengalihkan perhatiannya kepada sesuatu yang lain: membangun persekutuan yang lain, membuat persetujuan pribadi yang lain, membangun hubungan saling mencintai sebagai suami-istri dengan orang lain, membangun suasana kekeluargaan dengan orang lain (juga saudara): ini dosanya besar sekali.

Satu pedoman untuk kesetiaan yang sempurna adalah Kristus sendiri. Ia setia kepada tugas perutusanNya, Ia setia kepada BapaNya, Ia setia kepada manusia, kendati manusia tidak setia kepada-Nya.

Persekutuan perkawinan terjadi oleh dua pihak, yakni oleh suami dan istri. Maka, tidak ada instansi atau siapapun yang akan dapat memutuskan persetujuan pribadi itu. Bahkan suami-istri itu sendiripun tidak dapat memutuskannya, sebab persekutuan itu dibangun atas dasar kehendak Tuhan sendiri. Dan Tuhanlah yang merestuinya. Maka, pemutusan persekutuan perkawinan bisa dipandang sebagai pemotongan kehidupan pribadi suami/istri. Ini bisa berarti pembunuhan, karena pribadi itu dihancurkan.

Pengecualian ini didengar tidak enak. Namun, nyatanya, misteri kematian tidak terhindarkan. Karena kematian yang wajar, persetujuan pribadi itu menjadi batal, karena pribadi yang satu sudah tidak mampu lagi secara manusiawi melaksanakan persetujuannya. 

TUJUAN PERKAWINAN

1. UU Perkawinan RI: Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga bahagia, tetap dan sejahtera.

2. Dalam tradisi Gereja, KHK, kanon 1055: Tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi panggilan Tuhan, memperoleh kesejahteraan suami istri, dan kelahiran serta kesejahteraan anak

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan hidup bersama sebagai suami istri pada umumnya adalah 1membantu satu sama lain, dengan saling memberikan dan mendapatkan pengertian dengan mengalami perkembangan berkat yang lain. 2. membantu satu sama lain dan membiarkan diri dibantu oleh pasangan dalam perjalanan hidup menuju kebahagiaan di dunia ini dan di akhirat.

Di dunia: dengan mengalami diri sebagai orang yang bermanfaat bagi yang lain, dengan memberikan dan mendapatkan pengertian, denganmengalami perkembangan berkat yang lain

Di akhirat: dengan bersatu denga Yang Mahabaik karena menjadi teman hidup yang setia.

4.      Tantangan dan kesulitan dalam perkawinan

Di sini dibicarakan tantangan-tantangan yang disebabkan oleh factor-faktor dalam perkawinan itu sendiri.

1.   Kebosanan dan Kejenuhan

Pada masa pacaran, pertunangan, dan pemulaan perkawinan orang biasanya berada pada tahap cinta emosional dan romantic. Cinta tanpa banyak pertimbangan rasional. Pada masa-masa itu, hidup ini terasa sangat indah dan menyenangkan. Si dia di mata kita sungguh tanpa cacat cela. Cinta kita kepadanya merupakan cinta ultroistis, cinta yang rela berkorban sampai melupakan diri demi kebahagiaan.

Akan tetapi, sesudah beberapa waktu, kita mulkai merasa bahwa si dia bukanlah seseorang yang tanpa cacat cela. Dari hari ke hari semakin banyak cacat dan kekurangan yang kita lihat. Mungkinh cacat yang kecil, tetapi kalau terus ditimbun dari waktu ke waktu, kita akan merasa kecewa, bosan, dan jenuh. Kita bisa jatuh kepada cinta diri.

Dan, kalau kita mulai mementingkan diri sendiri, timbullah rupa-rupa bencana. Di mana ada cinta diri, di sana tidak ada tempat lagi bagi sikap bertengang rasa, sikap saling mengerti dan memaafkan. Yang ada hanyalah nafsu kesenangan sendiri, nafsu menang sendiri, nafsu tahu sendiri, dan sebagainya.

Dalam situasi ini seperti ini cinta romantic harus diganti dengan cinta yang rasional. Cinta dengan dimensi tanggung jawab yang lebih kuat. Tanggung jawab kepada teman hidup dan anak-anak.

 

2.   Perbedaan Pendapat dan Pandangan

Perbedaan pendapat dan pandangan sebenarnya soal biasa, aal saja orang mau saling menghormati pendapat dan keyakinan teman hidup. Dalam hal-hal yang agak prinsipii (misalnya menyangkut pendidikan anak dalam keluarga), dapat dicari jalan keluar bersama-sama, dengan kepala dingin. Persoalan akan muncul kalau salah seorang dari suami istri itu mulai memaksakan kehendaknya serta mengambil keputusan dan tindakan secara sepihak. Pihak lain tentu merasa disepelekan dan dianggap sepi. Dengan demikian percekcokkan tidak dapat dielakkan. Setiap saat pertengkaran dan bentrokan selalu bisa terjadi. Perbedaan pandangan ini sering terjadi dalam bidang pendidikan anak, pengaturan kesejahteraan keluarga, KB, dan sebagainya.

 

   Ketakserasian dalam Hubungan Seksual

Hubungan seksual merupakan soal yang sangat peka pula. Kalau tidak bertenggang rasa, bisa menimbulkan kerenggangan antara suami dan istri. Kalau suami terlalu menuntut, baik mengenai waktu dan cara maupun tempat untuk berhubungan seksual, istri akan merasa bahwa dirinya hanyalah alat pemuas nafsu suami saja. Dengan itu, ia akan merasa sangat tersinggung dan menderita. Sebaliknya, kalau istri menolak melayani suaminya atau melayaninya dengan setengah hati, suami akan merasa sangat tersinggung. Banyak suami yang jatuh ke pelukan wanita lain atau pelacur karena dendam kepada istrinya atau untuk mendapat pelayanan seksual yang lebih memuaskan daripada istrinya.

 

4·   Perzinahan/Perselingkuhan

Sering kali, oleh suatu keadaan tertentu, suami dan istri tidak bisa melakukan hubungan seksual untuk jangka waktu tertentu. Mungkin karena urusan tugas, urusan kesehatan, masa hamil tua, minggu-minggu pertama sesudah persalinan, atau halangan-halangan lainnya. Kurangnya perhatian dan pengertian yang diberikan kepada pasangan juga dapat meretakkan keluarga. Dalam situasi semacam ini, salah seorang pasangan dapat merasa tergoda untuk menyeleweng dari kewajiban suci perkawinannya: dia akan mencari kepuasan hubungan seks dengan seorang wanita atau laki-laki yang lain.

Tentu saja, perzinahan adalah pelanggaran berat melawan kesucian dan kesetiaan perkawinan yang mendatangkan penderitaan besar untuk semua anggota keluarga, termasuk pihak yang tidak setia.

Gereja Katolik cukup tegas dalam menilai dosa perzinahan itu, namun Gereja tak pernah mengizinkan perceraian. Jalan satu-satunya yang wajar untuk pasutri itu ialah bertobat, saling mengampuni dan memabarui cinta yang ikhlas demi kebahagiaan seluruh keluarga.

   Kemandulan

Kalau salah satu pasangan ternyata mandul, sering kali timbul krisis dalam perkawinan. Biasanya, satu pihak mempersalahkan pihak lain walaupun kemandulan bukanlah kesalahan pribadi. Apa yang penting dalam situasi itu ialah janganlah berhenti saling mencintai, tetapi pakailajh akal budi dan cobalah memeriksakan diri dulu ke dokter. Bisa terjadi bahwa kemandulan tidak bersifat tetap, tetapi dapat diatasi secara fisiologis dan psikologis.

Akan tetapi, kalau ternyata salah seorang dari pasangan suami istri ini mandul tetap, mereka harus menerima kenyataan pahit ini. Mereka tidak boleh percaya kepada pendapat kolot bahwa perkawinannya tidak direstui oleh nenek moyang, dan dengan demikian boleh merencanakan perceraian sebagai jalan keluar. Perkawinan Kristen tetap mempunyai arti yang dalam, meski tanpa kemungkinan untuk mendapat anak sendiri.

 

2.      Tantangan yang Bersifat dari Luar

Yang dimaksudkan dengan tantangan yang bersifat dari luar ialah tantangan-tantangan yang disebabkan oleh faktor-faktor di luar perkawinan itu sendiri. Kita akan menyebutkan dua contoh saja.

1.   Pengaruh-pengaruhg atau suasana negatif yang bisa mengganggu dan mengaburkan martabat lembaga perkawinan. Pengaruh-pengaruh atau suasana negatif tersebut antara lain sebagai berikut.

 Kawin cerai yang semakin banyak terjadi di dalam masyarakay kita sekarang ini. Dikatakan lebih dari 50% perkawinan di Indonesia berakhir dengan perceraian.

 Suasana dan kebiasaan berpoligami, atau dengan gaya yang lebih modern: memiliki wanita simpanan. Belum lagi penyelewengan-penyelewengan (sampai dengan kebiasaan tukar kunci) yang semakin biasa di zaman ini. Akhir-akhir ini banyak Koran mengungkapkan bahwa ternyata sebagian besar bapak (suami) di kota-kota besar di Indonesia pernah menyeleweng. Ibu-ibu pun ternyata mulai berperilaku yang sama.

Cinta bebas dan pelacuran dalam berbagai bentuk semakin meluas. Koran-koran menuliskan bagaimana suasana mesum ini sudah melibatkan para pelajar, mahasiswi, ibu-ibu rumah tangga, dokter, bahkan anak-anak dibawah umur. Suasana ini mungkin akan semakin mewabah.

   Media massa dan sarana-sarana lain yang bersifat pornografis telah menyusup secara meluas ke dalam masyarakat kita.

Semua hal yang disebutkan di atas tentu saja bisa merupakan godaan besar bagi pasangan suami istri untuk mengkhianati kesetiaan perkawinan mereka.

2.   Masalah-masalah lain yang tak terlalu langsung berhubungan dengan perkawinan, tetapi bisa mempunyai akibat yang cukup besar untuknya. Sekedar contoh, kita bisa menyebutkan satu diantaranya, yaitu keadaan ekonomi rumah tangga yang morat-marit. Suatu rumah tangga yang selalu terbentur pada kesulitan ekonomi, bisa mengalami kegagalan dalam kehidupan perkawinan. Kesulitan ekonomi rumah tangga bisa membuat seseorang berprasangka buruk tentang teman hidupnya. Dalam keadaan semacam itu bapak atau ibu bisa mulai berspekulasi, mencari peruntungan dalam bentuk judi, korupsi, mencuri, dan sebagainya.

Menghadapi kesulitan-kesulitan itu, kiranya agak sulit untuk memberikan suatu resep yang siap pakai. Akan tetapi, ada saran yang bersifat sangat umum tetapi penting, yaitu dalam setiap kesulitan yang timbul, suami istri harus jujur dan saling terbuka satu sama lain. Banyak kesulitan dan ketegangan dalam rumah tangga bisa semakin menumpuk dan berlarut-larut karena baik suami maupun istri tidak berani berbicara secara terus terang tentang kesulitan-kesulitan yang dialami. Padahal, sekali mereka berani membukia hati, segala kesulitan itu bisa tersingkir, atau setidak-tidaknya menjadi lebih ringan.

Tantangan Perakawinan Zaman NOW

Pernikahan adalah wadah yang mempersatukan wanita dan pria, dimana mereka saling berbagi senang maupun duka sampai tua. Namun, setelah memasuki pernikahan, terkadang dengan mudahnya mereka bercerai karena merasa tidak cocok satu sama lain. Tapi bukan berarti pernikahan itu sepenuhnya horor. Kalau tahu tantangn terberat pernikahan masa kini, mudah-mudahan tidak kaget dan karenanya terus bersama selama sisa hidup:

Tantangan Pertama: Wanita yang Mandiri

Bukan berarti wanita yang mandiri dan bisa menghasilkan uang sendiri tidak diperbolehkan. Banyak dari mereka yang berpendidikan tinggi dan punya karir bagus, bahkan terkadang lebih bagus daripada si suami. Keadaan ini sering bikin konflik dalam rumah tangga.

Solusi: Sebelum menikah, ada baiknya dibahas berdua konsep keluarga yang seperti apa yang ingin dibina. Mulai dari cara mendidik anak, pembagian kerja di rumah, maupun cara menghadapi konflik. Di dalam rumah tangga perlu kerjasama. Harus ada porsi give and take yang seimbang.

Tantangan Kedua: Nilai Sakral Pernikahan yang Memudar

Menurut konsultan pernikahan, Adriana S. Ginanjar, nilai sakral pernikahan sekarang ini telah memudar. Banyak pasangan muda yang mengambil keputusan bercerai padahal baru menikah 1-3 tahun. Tidak ada tekanan dari keluarga besar, tidak ada kekuatiran tentang anak yang masih kecil, maupun status single mom yang juga tidak lagi menakutkan.

Solusi: Coba untuk lebih bersabar. Menyatukan dua orang yang berbeda tidak cukup dengan waktu 1-3 tahun karena memang sulit dua kepribadian, dua pemikiran, dua individu yang berlatar belakang berbeda menjadi satu keputusan dalam rumah tangga.

Tantangan Ketiga: Kebutuhan yang Meningkat

Kebutuhan terus meningkat, terutama dalam hal keuangan. Biaya pendidikan, harga makanan, angsuran rumah maupun mobil, begitupun kebutuhan akan hiburan pun tidak bisa dipisahkan. Kalau tidak dikonsep dengan baik, bisa jadi salah satu pemicu masalah perceraian.

Solusi: Suami dan istri harus sepakat bagaimana mereka mengatur keuangan mereka. Buat perencanaan dengan jujur. Kalau uang belanja dirasa kurang ya bilang. Jangan sampai ada pos pengeluaran yang ditutup-tutupi, itu yang bahaya. Kalau memutuskan untuk hidup sebagai keluarga yang sederhana, lakukanlah karena keputusan bersama.

Tantangan Keempat: Godaan Sosial

Masa kini, banyak godaan yang bisa membuat seseorang berselingkuh, apalagi kalau bertemu seseorang yang dirasa lebih pengertian dibandingkan pasangan. Perselingkuhan juga jadi lebih gampang sejak adanya sosial media. Banyak orang yang berselingkuh walau sebatas chatting di BBM ataupun bertukar status twitter. Bahaya sekali bukan?

Solusi: Kepercayaan adalah komponen yang terpenting di dalam hubungan suami istri. Menjaga kepercayaan itulah yang harus kita lakukan. Sekali kepercayaan dirusak, susah mengembalikannya. Penting buat menghabiskan waktu luang bersama pasangan maupun keluarga. Kalau sehari-hari sudah sibuk, siapkanlah hari libur buat ngobrol, nonton bareng, ataupun kegiatan lainnya yang membuat keharmonisan makin terasa. Bangunlah keluarga dalam dasar agama yang kuat dan baik.

Empat tantangan terbesar ini memang tidak mudah, ditambah lagi masih ada tantangan lainnya. Namun, jika sebuah keluarga dibangun dengan dasar takut akan Tuhan, saling pengertian, dan saling terbuka serta berkomunikasi dengan baik, pernikahan yang sulit pada awalnya pun dapat jadi harmonis.

Tantangan dan Keprihatinan Lain zaman NOW dalam Perkawinan Katolik

1.   Rapuhnya nilai kesetiaan dari perkawinan katolik.

Di abad yang serba praktis ini dengan arus hidup yang hedonisme, konsumeris, materialis ada sebagian kelurga kristiani yang mengalami persoalan di dalam menghayati nilai- nilai dasar perkawinan katolik. Ini berkaitan dengan penghayatan terhadap nilai monogamy perkawinan dan kesetiaan yang utuh terhadap pasangan hidup. Misalnya adanya PIL, WIL, TTM, Praktek poligami bahkan sampai pada keputusan untuk berpisah ketika suasana kelurga tidak harmonis,

2. Kemerosotan penanaman dan penghayatan religiusitas dalam keluarga

Arus hedonis, konsumerisme, dan materialis membawah dampak yang luar biasa bagi penanaman dan penghayatan nilai-nilai religiusitas di dalam keluarga. Ada banyak kasus yang di jumpai di lapangan bahwa munculnya perkembangan teknologi informatika membawah pengaruh negatif bagi penanaman dan penghayatan nilai- nilai religiusitas dalam keluarga. Irama hidup keluarga hanya disibukan dengan kegiatan yang jauh dari dari hal-hal rohani. Misalnya menonton TV dan VCD, bermain HP, Sibuk dengan playstation. Sehingga aktivitas rohani berupa doa pribadi, doa bersama, dan shering masalah iman dalam keluarga sering terabaikan.

 

3.Tantangan dari lingkungan keluarga

Tantangan-tantangan yang ada dihadapan keluarga tidak hanya berasal dari masyarakat luas melainkan juga dari lingkungan keluarga sendiri, baik dari keluarga besar maupun keluarga inti. Yang di maksud keluarga besar adalah suami-istri dan sanak saudara dari suami maupun dari istri di mana pun mereka berada. Sedangkan keluarga inti adalah suami-istri dan anak-anak. Contoh tantangan dari dalam keluarga inti;

a.  kurangnya transparansi antara suami dan istri,

b.  kurangnya kerukunan antara suami dan istri

c.  kurangnya komunikasi antara suami dan istri

d.  kurangnya kesetiaan suami dan istri

e.  adanya kecemburuan dari suami atau istri

f.   adanya dominasi suami atau istri atas pasanganya.

g.  adanya tindakan kekerasan dalam rumah tangga.

 

4. Beban ekonomi biaya tinggi yang harus di hadapi oleh keluarga- keluarga moderen dewasa ini.
           Globalisasi yang kuat ditandai dengan sistim persaingan kekuatan- kekuatan ekonomi antar Negara dengan sistim pasar bebasnya yang membawah dampak dalam kehidupan social, ekonomi keluarga dewasa ini. Hal ini harus membuat keluarga hidup dengan biaya ekonomi tinggi. Ekonimi biaya tinggi ini terjadi di segala sector: baik kebutuhan pokok, pelayanan jasa transportasi, pendidikan maupun berbagai pelayanan public. Ekonomi dengan biaya tinggi sering menimbulkan tekanan baik psikis maupun fisik yang bisa menjadi sumber kekerasan dalam rumah tangga.
Dalam menghadapi tantangan dan keperihatinan actual saat ini, gereja mempunyai beberapa harapan-harapan terhadap keluarga- keluarga kristiani: antara lain:

1. Keluarga yang mau di bangun harus dipersiapkan dengan baik.

Maksudnya bahwa: ada persiapan menjelang perkawinan yaitu persiapan:

a.  Persiapan Jauh. Persiapan sejak masa kanak-kanak terutama dengan pendidikan nilai, baik nilai manusiawi maupun nilai-nilai kristiani pada khususnya.

 

b.  Persiapan dekat. Hidup keluarga hendaknya disiapkan secara intensif sejak masa pacaran. Pemuda dan pemudi yang dalam tahap pacaran harus di dampingi secara bijaksana agar mereka dapat berpacaran dengan sehat. Hendaknya dalam masa pacaran mereka diharapakan lebih mengenal dengan baik keperibadian dari dari pasanganya masing-masing.

 

c.  Persiapan akhir. Beberapa bulan menjelang pernikahan calon pengantin disiapkan secara lebih intensif lewat kursus persiapan perkawinan, penyelidikan kanonik dan pengumuman nikah.

 

2. Keluarga didasarkan pada perkawinan yang sah

Hal ini antara lain berarti: bahwa ke dua mempelai harus mengawali hidup berkeluarga mereka dengan upacara peneguhan perkawinan sesuai dengan hukum gereja, seperti termuat dalam kitab hukum kanonik dari kanon 1108- 1123.

 

3. Keluarga menjadi komunitas hidup dan kasih

Gereja berharap bahwa keluarga menjadi komunitas kehidupan dan kasih yang ditandai oleh sikap hormat dan syukur terhadap anuhgerah kehidupan serta kasih dari semua anggotanya. Harapan gereja ini antara lain terungkap dalam konstitusi pastoral konsili vatikan ke II yakni “gaudium et spes 48” dan seruan apostolic paus

Yohanes Paulus ke II yang berjudul” familiaris consortio 17-41”.

 

5.      Persiapan Perkawinan

Masa Pacaran                                   

 

 

 

 

 

 

 

Saat

pernikahan

 

 

 

 

Pernikahan/perkawinan

a.      Mendalami Perkawinan dan Hidup keluarga sebagai Karier Pokok

b.      Memperhatikan Hukum Sipil dan Hukum Gereja Tentang Perkawinan

Perkawinan menjadi sah kalau calon suami istri itu memberikan persetujuan mereka untuk hidup bersama sebagai suami istri di hadapan seorang imam dan dua orang saksi. Selanjutnya dari pasangan itu dituntut banyak syarat supaya perkawinan mereka sungguh sah, misalnya:

·   Persetujuan itu diberikan secara bebas dan ikhlas

·   Pria paling kurang berumur 16 tahun dan wanita 14 tahun

·   Tidak menderita impotensi

·   Salah satu dari pasangan itu atau kedua-duanya tidak terikat oleh perkawinan dengan orang lain atau tahbisan dan kaul yang publik dan kekal

·   Keduanya tidak mempunyai hubungan darah dalam garis lurus

·   Tidak terlibat pembunuhan suami atau istri lama untuk perkawinan yang baru

c.       Memilih Pasangan yang benar dan baik.

Apa saja yang harus diperhatikan dalam memilih pasangan sejati?

·   Kita hendaknya memilih pasangan hidup yang sungguh mencintai kita dan yang kita cintai, dengan cinta yang sungguh pribadi

·   Sifat dan karakter dari pasangan kiranya perlu diperhatikan.

·   Kesehatan jasmani dan jiwani terjamin

·   Usia yang agak sepadan

·   Pendidikan yang tidak terlalu berbeda jauh

·   Sebisa mungkin berkeyakinan dan iman yang sama

 

d.      Hal- hal lain

·   Alangkah baiknya kalau salah satu dari pasangan atau kedua-duanya sudah memiliki pekerjaan, yang akan menjadi jaminan untuk memperoleh rejeki. Tidaklah pada tempatnya berani menikah, pada hal keduanya masih menganggur.

·   Sangat baik kalau pasangan yang akan menikah sudah memiliki rumah, walalupun rumah kontrakan.

·   Memiliki tabungan atau dana merupakan hal yang wajar. Sulit dibayangkan menikah tanpa tabungan.

 

Evaluasi:

1.      Jelaskanlah arti perkawinan menurut pandangan hukum, sosiologis, antropologis, tradisional!

2.      Bagaimana sifat perkawinan dalam Gereja Katolik?

3.      Jelaskanlah tantangan dari dalam dan dari luar dalam hidup perkawinan!



D.   TANTANGAN DAN PELUANG UNTUK MEMBANGUN KELUARGA YANG DICITA-CITAKAN

 

Indikator

1.    Menjelaskan pemahaman  tentang keluarga menurut dalam kehidupan masyarakat (melalui sebuah kisah kehidupan)

2.   Menjelaskan Ajaran Kitab Suci tentang keluarga(Mateus 19;1-13)

3.    Menjelaskan Ajaran Gereja tentang keluarga (Gaudium et spes art.52)

4.    Menjelaskan makna keluarga sebagai panggilan (Gaudium et spes art.52)

Sumber Belajar

1.    Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

2.    Dokpen KWI (penterj) Dokumen Konsili Vatikan II,  Obor, Jakarta, 1993

3.    KWI, Iman KatolikKanisius, Yogyakarta, 1995

4.    Katekismus Gereja Katolik,  Nusa Indah, Ende Flores, 1995

 

Pendekatan

Saintifik dan kateketis

 

Metode

Cerita, dialog,  tanya-jawab, diskusi, informasi, presentasi

Sarana

1.    Kitab Suci (Alkitab)

2.    Buku Siswa SMA/SMK, Kelas XII,  Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.

Langkah Pertama: Menggali pemahaman tentang makna keluarga

 

1.    Menyimak cerita  kehidupan

§  Guru mengajak para peserta didik untuk menyimak sebuah cerita kesaksian  berikut ini.

 

Saya Tidak Ingin Diganggu!

Biasanya saya mendahulukan ego saya ketika di rumah, apalagi jika sedang dikejar deadline. Saya akan sibuk di depan komputer, penuh konsentrasi dan tidak mudah diganggu. Ketika anak atau istri saya mengganggu, saya akan mudah emosi karena ‘tekanan deadline’ (atau kadang-kadang sebenarnya hanya ‘keasikan pribadi saya’) ditambah dengan permintaan/tekanan anak atau istri.

Nada bicara saya akan mudah meninggi. Setelah itu istri akan marah juga. Dan pada akhirnya istri saya akan mengatakan ‘papa sekarang gampang marah’.

Hal yang saya lakukan sekarang adalah memberi perhatian juga akan kebutuhan anak dan istri. Jika anak saya yang masih TK minta dibacakan sesuatu, saya bacakan sambil memberi dia kasih sayang dengan memangkunya dan memeluknya. Jika anak saya yang besar minta dibantu belajar, saya mencoba merelakan kepentingan saya dan memberi perhatian akan kebutuhan anak saya. Jika istri minta tolong sesuatu, saya segera meninggalkan konsentrasi saya, dan membantu istri dulu.

Kadang-kadang memang terlalu sulit. Sampai-sampai pekerjaan yang sedang dikerjakan jadi terbengkalai. Dan juga sulit untuk selalu tetap melakukan hal-hal yang baik tersebut. Perlu kesadaran penuh (akan niat memperhatikan istri dan anak) ketika permintaan anak dan istri itu datang.

Salah satu kuncinya adalah penyerahan kepada Tuhan. ‘Pekerjaan dengan deadlinenya’ saya serahkan pada Tuhan. Walaupun waktu saya tidak sepenuhnya pada pekerjaan, saya yakin Tuhan akan mencukupkan waktunya. Ketika Tuhan turun tangan, dengan waktu yang terbatas pun (karena banyak gangguan dari anak dan istri) saya akan mampu menyelesaikannya.

Ternyata ketika saya punya masalah, itu adalah ujian dari Tuhan juga. Apa yang saya pentingkan di dunia ini? Mengerjakan tugas (yang kadang-kadang adalah kepentingan pribadi) atau mengasihi keluarga? Kalau saya lengah, saya pasti akan mementingkan tugas, dengan akibat emosi tinggi di rumah. Tetapi jika saya sadar akan ujian ini, saya akan memilih untuk mengasihi keluarga saya. Saya harap saya bisa tetap mempertahankan sikap ini sehingga bisa menjadi pria sejati yang seperti Kristus.

 

Sumber: http://priasejatikatolik.org

Pendalaman

§  Setelah menyimak cerita kesaksian, guru mengajak para peserta didik untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mendalami  cerita tersebut.

§  Guru mengajak para peserta didik untuk berdiskusi, dengan pertanyaan-pertanyaan itu misalnya:

1)      Apa  yang dikisahkan dalam cerita itu?

2)      Apa yang menjadi sebab kemarahan si Bapak keluarga dalam cerita itu?

3)      Apa yang menjadi kunci bagi Bapak keluarga itu untuk membuka relasi, komunikasi dengan istri serta anak-anaknya?

4)      Bagaiaman upaya Bapak keluarga itu untuk menjadi seorang pria sejati dalam keluarga?

5)      Bagaimana pengalaman relasi dengan anggota keluargamu sendiri?

 

Penjelasan

§  Setelah para peserta didik mengajukan pertanyaan-pertanyaan, kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelas atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru memberikan penjelasan, misalnya sebagai berikut:

-   Kesaksian seorang bapak dalam kisah tadi mengungkapkan bahwa setiap anggota keluarga hendaknya membangun kebersamaan. Pekerjaan tidak boleh sampai menyandra hubungan relasi satu dengan yang lain.

-  Perlu disadari bahwa egoisme adalah akar dari keretakan dalam sebuah  keluarga. Egoisme atau sifat ingat diri sendiri akan merusak hubungan harmonis dalam keluarga; entah ayah dengan ibu, atau ayah atau ibu dengan anak-anak.

-  Seluruh anggota keluarga; ayah, ibu, atau suami-isteri dan anak-anak, serta semua orang yang ada dalam keluarga, hendaknya saling menghormati, saling berbagi waktu untuk kebersamaan dalam keluarga.

-  Sebagai keluarga Katolik, kita hendaknya hidup sesuai ajaran iman Katolik yang bersumber pada Kitab Suci (Alkitab) dan Ajaran Gereja, yang  akan dibahas berikut ini.

 

Langkah Kedua: Menggali Ajaran Kitab Suci  dan Ajaran Gereja tentang Keluarga

 

1.    Ajaran Kitab Suci 

a.    Menelusuri Ajaran Kitab Suci

§ Guru mengajak para peserta didik untuk menemukan teks-teks Kitab Suci yang mengajarkan tentang keluarga.

§ Guru mengajak para peserta didik untuk menyimak teks Kitab Suci berikut ini:

 

Mateus 19;1-6

 

“1Setelah Yesus selesai dengan pengajaran-Nya itu, berangkatlah Ia dari Galilea dan tiba di daerah Yudea yang di seberang sungai Yordan. 2 Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan Ia pun menyembuhkan mereka di sana. 3 Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?" 4 Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? 5 Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. 6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."

 

b.   Pendalaman  

 

§  Setelah menyimak kisah tersebut, guru mengajak para peserta didik untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan teks Kitab Suci yang telah mereka baca.   Pertanyaan-pertanyaan itu misalnya:

1)   Apa pesan dari teks Mat 19:1-6

2)   Apa yang dicobai orang Farisi pada Yesus?

3)   Apa jawaban Yesus?

4)    Mengapa mereka mau mencoba Yesus?

5)   Apa sifat keluarga menurut teks tersebut?

 

c.    Penjelasan

 

§  Setelah para peserta didik mengajukan pertanyaan-pertanyaan, kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelas atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru memberikan masukan, misalnya sebagai berikut:

 

-       Perkawinan itu persekutuan cinta antara pria dan wanita yang secara sadar dan bebas menyerahkan diri beserta segala kemampuannya untuk selamanya. Dalam penyerahan itu suami isteri berusaha makin saling menyempurnakan dan bantu membantu. Hanya dalam suasana hormat-menghormati dan saling menerima inilah, dalam keadaan manapun juga, persekutuan cinta itu dapat berkembang hingga tercapai kesatuan hati yang dicita-citakan.

 

-       Tuhan menghendaki agar kesatuan antara suami dan istri  tidak terceraikan, karena perkawinan merupakan tanda kesetiaan Allah kepada manusia dan kesetiaan Kristus kepada Gereja-Nya. Atau dengan kata lain: menjadi tanda kesetiaan cinta Allah kepada setiap orang.Menjadi saksi akan kesetiaan perkawinan yang tak terceraikan ini adalah salah satu tugas pasangan Kristiani yang paling genting saat ini, di saat dunia dikaburkan oleh banyak pandangan yang menurunkan derajat perkawinan, seolah hanya pelampiasan keinginan jasmani semata. Jika pasangan suami istri dan anak- anak hidup dalam kasih yang total, maka keluarga menjadi gambaran nyata sebuah Gereja, sehingga tepatlah jika keluarga itu disebut sebagai Gereja kecil atau ecclesia domestica. Sebab dengan menerapkan kasih seperti teladan Kristus, keluarga turut mengambil bagian di dalam hidup dan misi Gereja dalam membangun Kerajaan Allah.

2.    Ajaran Gereja

a.  Menelusuri ajaran Gereja

§   Guru mengajak para peserta didik untuk menelusuri ajaran – ajaran Gereja Katolik tentang perkawinan. Rujukan misalnya; Ajaran Konsili Vatikan II, Ensiklik-ensiklik para Paus tentang keluarga.

§  Guru mengajak para peserta didik untuk menyimak ajaran Gereja dalam Konsili Vatikan II berikut ini.

 

Pengembangan perkawinan dan keluarga merupakan tugas semua orang

“Keluarga merupakan suatu pendidikan untuk memperkaya kemanusiaan. Supaya keluarga mampu mencapai kepenuhan hidup dan misinya, diperlukan komunikasi hati penuh kebaikan, kesepakatan suami-isteri, dan kerja sama orang tua yang tekun dalam pendidikan anak-anak. Kehadiran aktif ayah sangat membantu pembinaan mereka tetapi  juga pengurusan rumah tangga oleh ibu, yang terutama dibutuhkan oleh anak-anak yang masih muda, perlu dijamin, tanpa maksud supaya pengembangan peranan sosial wanita yang sewajarnya dikesampingkan.

Melalui pendidikan hendaknya anak-anak dibina sedemikian rupa, sehingga nanti bila sudah dewasa mereka mampu penuh tanggung jawab mengikuti panggilan mereka, juga panggilan religius, serta memilih status hidup mereka. Maksudnya juga, supaya bila kemudian mereka mengikat diri dalam pernikahan, mereka mampu membangun keluarga sendiri dalam kondisi-kondisi moril, sosial dan ekonomis yang menguntungkan. Merupakan kewajiban orang tua atau para pengasuh, membimbing mereka yang lebih muda dalam membentuk keluarga dengan nasehat bijaksana, yang dapat mereka terima dengan senang hati; tetapi hendaknya para pendidik itu menjaga, jangan samapai mendorong mereka melalui paksaan langsung atau tidak langsung, untuk mengikat pernikahan atau memilih orang tertentu menjadi jodoh mereka.

Demikianlah keluarga, lingkup berbagai generasi bertemu dan saling membantu untuk meraih kebijaksanaan yang lebih penuh, dan untuk memperpadukan hak-hak pribadi-pribadi dengan tuntutan-tuntutan hidup sosial lainnya, merupakan dasar bagi masyarakat. Maka dari itu siapa saja, yang mampu mempengaruhipersekutuanpersekutuan dan kelompok-kelompok sosial, wajib memberi sumbangan yang efektif  untuk mengembangkan perkawinan dan hidup berkeluarga.

Hendaknya pemerintah memandang sebagai kewajibannya yang suci: mengakui, membela dan menumbuhkan  jati diri perkawinan dan keluarga, melindungi tata susila umum dan mendukung kesejahteraan rumah tangga, Hak orang tua untuk melahirkan keturunan dan  medidikanya dalam pangkuan keluarga harus dilindungi. Hendaknya melalui  perundang-undangan yang bijaksana serta pelbagai usaha lainnya juga mereka yang malang, karena tidak mengalami kehidupan keluarga, dilindungi dan diringankan beban mereka dengan bantuan yang mereka perlukan.

Hendaknya umat beriman kristiani, sambil menggunakan waktu yang ada dan membeda-bedakan yang kekal dari bentuk-bentuk yang dapat berubah, dengan tekun mengembangkan nilai-nilai perkawinan dan keluarga, baik melalui kesaksian hidup mereka sendiri maupun melalui kerja sama dengan sesama yang berkehendak baik. Dengan demikian mereka mencegah kesukaran-kesukaran, dan mencukupi kebutuhankebutuhan  keluarga serta menyediakan keuntungan-keuntungan baginya sesuai dengan  tuntutan zaman sekarang. Untuk mencapai tujuan itu semangat kristiani umat beriman, suara hati moril manusia, begitu pula kebijaksanaan serta kemahiran mereka yang menekuni ilmu-ilmu suci, akan banyak membantu.

Para pakar ilmu-pengetahuan, terutama dibidang biologi, kedokteran, sosial dan psikologi, dapat berjasa banyak bagi kesejahteraan perkawinan dan keluarga serta bagi ketenangan suara hati, bila – dengan memadukan hasil studi mereka – mereka berusaha menjelaskan secara makin mendalam pelbagai kondisi yang mendukung pengaturan kelahiran manusia yang dapat di pertanggung jawabkan.

Termasuk tugas para imam, untuk – berbekalkan pengetahuan yang memadai tentang hidup berkeluarga – mendukung panggilan suami-isteri dengan pelbagai upaya pastoral, pewartaan sabda Allah, ibadat liturgis maupun bantuan-bantuan rohani lainnya dalam hidup perkawinan dan keluarga mereka. Tugas para imam pula, untuk dengan kebaikan hatidan dengan sabar meneguhkan mereka ditengah kesukaran-kesukaran, serta menguatkan mereka dalam cinta kasih, supaya terbentuklah keluarga-keluargayang sungguh-sungguh berpengaruh baik.

Pelbagai karya, terutama himpunan-himpunan keluarga, hendaknya berusaha meneguhkan kaum muda dan para suami-isteri sendiri, terutama yang baru menikah, dengan ajaran maupun kegiatan, hidup kemasyarakatan dan kerasulan.

Akhirnya hendaknya para suami-isteri sendiri, yang diciptakan menurut gambar Allah yang hidup dan ditempatkan dalam tata-hubungan antar pribadi yang otentik, bersatu dalam cinta kasih yang sama, bersatu pula dalam usaha saling menguduskan supaya mereka, dengan  mengikuti Kristus sumber kehidupan, di saat-saat gembira maupun pengorbanan dalam panggilan mereka, karena cinta kasih mereka yang setia menjadi saksi-saksi misteri cinta kasih, yang oleh Tuhan diwahyukan kepada dunia  dalam wafat dan kebangkitan-Nya”. (GS.52)

 

b. Pendalaman

Setelah menyimak teks GS.52 , guru mengajak para peserta didik untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan teks yang telah mereka baca.   Pertanyaan-pertanyaan itu misalnya:

1)        Apa makna keluarga?

2)        Apa manfaat  komunikasi dalam keluarga?

3)        Apa peran bapak dan ibu dalam keluarga?

4)        Apa upaya  Gereja dalam membina keluarga?

 

c.  Penjelasan

§   Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam diskusi kelompok, guru memberikan penjelasan untuk memberikan wawasan atau pemahaman peserta didik tentang keluarga.

 

2).    Arti dan makna Keluarga

§  Keluarga dalam arti sempit: melibatkan suami, istri dan anak-anak mereka, disebut keluarga inti. Keluarga dalam arti luas mencakup semua sanak saudara.

§  Keluarga adalah masyarakat paling asasi.

§  Keluarga merupakan sekolah yang terbaik untuk menanamkan keutamaan-keutamaan sosial, misalnya perhatian terhadap sesama, rasa tanggung jawab, sikap adil dan bertenggang rasa, dan sebagainya.

§  Arti dan Makna Keluarga menurut Gaudium et Spes (52)

       Keluarga adalah adalah Sekolah Kemanusiaan yang kaya. Akan tetapi supaya kehidupan dan perutusan keluarga dapat mencapai kepenuhan, dituntut komunikasi batin yang baik, yang ikhlas dalam pendidikan anak. Kehadiran ayah yang aktif sangat menguntung-kan pembinaan anak-anak, akan tetapi juga perawatan ibu di rumah, yang dibutuhkan anak-anak dan seterusnya. (GS.52)

 

1. Cinta dan landasan Hidup Berkeluarga

Cinta adalah dasar dari hidup perkawinan dan keluarga. Secara berturut-turut akan kita bicarakan tentang pentingnya cinta dalam hidup kita dan membina cinta dalam kehidupan perkawinan dan keluarga.

a.      Pentingnya cinta dalam hidup kita

b.      Membina cinta dalam hidup perkawinan dan keluarga

§  Menghargai teman hidup sebagai partner

§  Cinta kasih yang saling memberi dan menerima

 

2.      Komunikasi

a.      Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi

§ Citra diri: Ketika orang berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain, dia mempunyai citra diri: dia merasa dirinya sebagai apa, bagaimana…Ketika berbicara dengan anaknya, seorang ayah punya citra diri sebagai seorang bapak.

§ Citra pihak lain. Pihak lain yakni: orang yang diajaknya berkomunikasi.

§ Kondisi: Situasi fisik yang dimiliki oleh seseorang ketika sedang berkomunikasi.

b.      Komunikasi yang mengena

§ Mendengarkan

§ Keterbukaan

§ Sikap percaya

c.       Rintangan-rintangan Komunikasi

§ Kepentingan diri sendiri

§ Emosi

§ Permusuhan

§ Pengalaman masa lampau

§ Pembelaan diri

§ Hubungan yang retak atau tak serasi

d.      Bentuk-bentuk Komunikasi

§ Diskusi

§ Dialog

§ Bahasa Tubuh

 

3.      Tugas dan Kewajiban dalam Keluarga

a.      Tugas dan kewajiban suami terhadap istri dan keluarga

§ Suami sebagai kepala keluarga

§ Suami sebagai partner istri

§ Suami sebagai kekasih dari istri

b.      Tugas dan Kewajiban Istri Terhadap suami dan keluarga

§ Istri sebagai hati dalam keluarga

§ Istri sebagai partner dari suami

§ Istri sebagai kekasih suami

 

4.      Keluarga Berencana

1.      Pandangan Gereja Mengenai KB pada umumnya

a.      Alasan-alasan mengapa KB sangat urgen dan penting

·         Alasan kesejahteraan keluarga

Alasan pertama mengapa KB harus dipromosikan ialah kesejahteraan keluarga sebagai sel yang paling kecil dari masyarakat. Dengan KB, mutu kehidupan dapat diselamatkan dan ditingkatkan. Bagaimana hal itu bisa terjadi?

Ø  Dengan KB kesehatan ibu bisa agak terjamin. Kesehatan di sini dimengerti secara fisik maupun psikis. Setiap persalinan dan kehamilan memerlukan tenaga ibu.

Ø  Dengan KB relasi suami istri bisa semakin kaya. Kalu kehamilan dan kelahiran terjadi secara terus-menerus, tugas utama suami istri seolah-olah hanya terpaut pada urusan pengadaan dan pendidkan anak.

Ø  Dengan KB taraf hidup yang lebih pantas dapat dibangun. Semakin banyak anak berarti semakin banyak mulut dan kepala yang memerlukan maknanan, pakaian, rekreasi, perawatan kesehatan dan sebagainya.

Ø  Dengan KB pendidikan anak dapat lebih dijamin. Semua orang tua yang mencintai anak-anaknya pasti inginmemberikan pendidkan yang sesuai dengan masa modern ini supaya nasib anak-anaknya lebih baik daripada nasib mereka sendiri.

·         Kepentingan masyarakat dan umat manusia

 

b.      Pandangan Gereja mengenai Metode KB pada Khususnya

·         Penilaian moral tentang metode pada umumnya

Walaupun ajaran Gereja pada umumnya hanya mengakui metode Kb alamiah, namun Gereja Indonesia melalui uskup-uskupnya mengatakan bahwa dalam keadaan terjepit para suami istri dapat menggunakan metode lain, asalkan memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Ø  Tidak merendahkan martabat istri atau suami. Misalnya, suami istri tidak boleh pernah dipaksa untuk menggunakan salah satu metode.

Ø  Tidak berlawanan dengan hidup manusia. Jadi, metode-metode yang bersifat abortif jelas ditolak

Ø  Dapat dipertanggungjawabkan secara medis, tidak membawa efek samping yang menyebabkan kesehatan atau nyawa ibu berada dalam bahaya.

Evaluasi:

1.      Jelaskanlah pandangan Gereja tentang metode KB pada umumnya!

2.      Jelaskanlah pandangan Gereja mengenai metode KB pada khususnya!

3.      Sebutkanlah rintangan-rintangan dalam berkomunikasi!

 

E.      PERKAWINAN CAMPUR

 

1.      Problem Perkawinan Campur

a.      Alasan terjadinya perkawinan campur antara lain sebagai berikut:

§ Jumlah umat yang terbatas pada suatu tempat sehingga muda-mudi Ktolik sulit bertemu dengan teman seiman. Pertemuan terus-menerus dengan muda-mudi yang berbeda iman pasti bisa menimbulkan rasa suka satu sama lain. Jika sudah saling jatuh cinta maka jalan menuju perkawinan terbuka lebar

§ Perkembangan usia, terutama untuk wanita. Jika usia sudah beranjak tua maka simpati dan lamaran dari mana saja akan lebih gampang diterima

§ Karakter, status sosial, dan jaminan sosial ekonomi. Seseorang yang mempunyai karakter atau status sosial dan jaminan sosial ekonomi yang baik akan lebih gampang diterima. Pertimbangan segi iman tidak lagi menjadi terlalu dominan.

§ Pergaulan sudah terlalu jauh sehingga harus dilanjutkan.

b.      Akibat Perkawinan campur

§  Iman suami atau istri bisa terguncang

§  Pendidikan anak mungkin tak menentu

§  Banyak persoalan keluarga tidak bisa dipecahkan karena keyakinan yang berbeda

2.      Perkawinan Campur Beda Agama

Dalam hukum Gereja Katolik perkawinan campur dapat berarti sebagai berikut.

a.      Perkawinan antara seorang Kristen – Katolik dan seorang yang berbeda agama. Jadi, perkawinan antara seorang yang dibaptis dan orang yang tidak dibaptis atau penganut agama lain.

b.      Perkawinan dua orang Kristen yang berbeda Gereja. Misalnya antara orang Katolik dan orang Protestan atau Gereja-gereja Kristen Lainnya. Kedua-duanya telah dibaptis.

3.      Pandangan Katolik dan Islam tentang perkawinan Campur

a.      Pandangan Katolik

Agama Katolik tidak mutlak melarang perkawinan campur antara orang Katolik dan orang yang berbeda agama, tetapi juga tidak menganjurkannya. Perkawinan campur beda agama memerlukan dispensasi dari Gereja supaya sah. Dispensasi ini diberikan dengan persyaratan sebagai berikut:

·   Pernyataan tekad pihak Katolik untuk menjauhkan bahaya meninggalkan imannya dan berjanji untuk sekuat tenaga mengusahakan pembaptisan dan pendidikan anak-anak yang akan lahir secara Katolik.

·   Pihak bukan Katolik harus diberitahu mengenai janji pihak Katolik tersebut supaya sebelum menikah ia sadar akan janji dan kewajiban pihak Katolik.

·   Penjelasan kepada kedua belah pihak tentang tujuan dan sifat-sifat hakiki perkawinan yang tidak boleh disangkal agar perkawinan itu menjadi sah.

b.      Pandangan Islam

Dalam pandangan Islam perkawinan campur sulit dilakukan, bahkan tidak mungkin dilaksanakan.

Ø  Seorang pria Islam hanya akan menikah secara sah dengan wanita non-Islam, jika wanita itu memeluk agama yang memiliki Kitab Suci (Kristen, Yahudi) dan pernikahan itu dilakukan secara Islam, di depan wali nikah (wanita itu dapat tetap memeluk agamanya). Tanpa adanya wali nikah untuk pihak wanita, perkawinan itu dianggap tidak sah secara Islam (Islam tidak mengenal lembaga dispensasi). Dengan demikian, menurut pandangan Islam, pernikahan yang dilakasanakan secara Katolik tidak sah dan hal itu juga berarti bahwa pria Islam itu hidup dalam percabulan yang berkepanjangan dengan istrinya yang Kristen/Katolik.

Ø  Seorang wanita Islam tidak boleh menikah dengan pria yang bukan Islam. Pria pemeluk agama lain yang akan menikah dengannya harus meninggalkan agamanya dan memeluk agama Islam.

Ø  Baik perkawinan campur maupun perkawinan yang biasa secara Islam dapat diceraikan dengan alasan-alasan yang sah.

4.      Perkawinan Campur Beda Gereja

Menurut teologi Kristen Protestan, suatu perkawinan adalah sah jika tekad nikah diungkapakan secara umum sehingga upacara di Gereja hanya merupakan pemberian berkat dan pesan. Perkawinan bukan suatu sakramen. Sementara, menurut keyakinan Katolik, jika salah satu diantara kedua mempelai dibaptis di Gereja Katolik maka peneguhan Gerejanilah yang diperlukan supaya perkawinan itu sah. Perkawinan adalah suatu sakramen.

Perkawinan campur antara dua orang Kristen, yaitu perkawinan orang Katolik dan orang Kristen bukan Katolik (perkawinan beda Gereja atau mixta religio) dilarang, jika dilakukan tanpa dispensasi. Meskipun demikian, ”perbedaan Gereja” bukan merupakan halangan yang menggagalkan perkawinan.

“Tanpa ijin yang tegas dari yang berwewenang, dilarang perkawinan antara dua orang yang sudah dibaptis, yang diantaranya satu baptis dalam Gereja Katolik atau diterima di dalamnya setelah Pembaptisan dan tidak meninggalkan secara resmi, sedangkan pihak lain tercatat pada Gereja atau persekutuan Gerejani yang tidak bersatu penuh dengan Gereja Katolik” (KHK 1124).

Izin yang dituntut oleh kanon ini dapat diberikan oleh uskup setempat, jika ada alasan yang wajar dan masuk akal. Namun, ia hanya boleh memberikan izin itu, jika syarat-syarat berikut ini terpenuhi.

1.      Pihak Katolik menyatakan bersedia menjauhkan bahaya meninggalkan imannya dan berjanji dengan jujur bahwa ia akan berusaha sekuat tenaga agar semua anaknya dibaptis dan dididik di Gereja Katolik.

2.      Mengenai janji yang wajib dibuat pihak Katolik itu, pihak lain hendaknya diberitahu pada waktunya dan sedemikian rupa, sehingga jelas bahwa ia sungguh sadar akan janji dan kewajiban pihak Katolik.

3.      Kedua pihak hendaknya diberi penjelasan mengenai tujuan dan sifat hakiki perkawinan, yang tidak boleh ditiadakan oleh pihak manapun (KHK 1125)

Pihak Katolik terikat pada tata peneguhan perkawinan, yaitu perkawinan di hadapan uskup dan pastorparoki (atau imam maupun diakon yang diberi delegasi yang sah dan dihadapan dua orang saksi). Akan tetapi, jika ada alasan yang berart, uskup berhak memberikan dispensasi dari tata peneguhan itu (lih.KHK 1127 & 1 dan 2).Jadi. Peneguhan nikah dapat dilaksanakan di depan pendeta atau pegawai catatan sipil asal mendapat dispensasi dari uskup. Pihak Katolik wajib memohon dispensasi ini jauh sebelum peresmian perkawinan, bukan baru pada saat penyelidikan kanonik.

Karena menurut pandangan Kristen upacara di Gereja hanya merupakan berkat, sedangkan menurut pandangan Katolik merupakan peneguhan yang membuat perkawinan itu sah maka dalam perkawinan ekumenis disarankan supaya pendeta membawakan firman dan pastor memimpin peneguhan atau kesepakatan nikah.

 

 

Evaluasi:

1.   Jelaskanlah alasan-alasan terjadinya perkawinan campur!

2.   Jelaskanlah pandangan Katolik dan Islam tentang perkawinan Campur!

3.   Apa syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh sepasang pengantin yang beda Gereja agar mendapat dispensasi dari uskup setempat supaya pernikahan mereka sah menurut Kitab Hukum kanonik no. 1124-1125? Jelaskan!

 

 

F.    PANGGILAN HIDUP MEMBIARA/SELIBAT

1.      Arti dan inti Hidup Membiara

Hidup membiara merupakan ungkapan hidup manusia, yang menyadari bahwa hidupnya berada di hadirat Allah.Agar hidup di hadirat Allah bisa diungkapkan secara padat dan menyeluruh, orang melepaskan diri dari segala urusan membentuk hidup berkeluarga. Hal ini dilakukan mengingat, berdasarkan pengalaman, kesibukan hidup berkeluarga sangat membatasi kemungkinan untuk mengungkapkan hidup di hadirat Allah secara menyeluruh dan padat.

Dilihat dari hidup manusia keseluruhan, ternyata hidup membiara mempunyai nilai dan kepentingannya. Melalui hidup membiara, umatmanusia semakin menentukan dimensi rohani dalam hidupnya. Dari pengalaman hidup yang praktis, orang menyadari bahwa dalam keterbatasan hidup mereka hidup di hadirat Allah tidak dapat dinyatakan dengan bobot yang sama. Untuk kepentingan itu tampaklah betapa pentingnya hidup membiara bagi hidup manusia.

Hidup membiara menuntut suatu penyerahan diri secara mutlak dan menyeluruh. Cara hidup ini merupakan suatu kemungkinan bagi manusia untuk mengembangkan diri dan pribadinya.Hidup membiara mempunyai amanatnya sendiri, yaitu menunjukkan dimensi hadirat Allah dalam hidup manusia.Karenanya, hidup manusia juga disebut panggilan.

 

2.      Inti Hidup Membiara

 

 

 

 

 

Frater/pastor                                                          suster

 

Inti Hidup Membiara, yang juga dituntut dari setiap orang Kristen, ialah persatuan atau keakraban dengan Kristus. Tugas ataupun kariernya adalah soal tambahan. Tanpa keakraban ini maka kehidupan membiara sebenarnya tak memiliki suatu dasar. Seorang biarawan hendaknya selalu bersatu dengan Kristus dan menerima pola nasib hidup Yesus Kristus secara radikal bagi dirinya. Oleh karena itu, semboyan klasik hidup membiara adalah: ”mengikuti jejak Tuhan kita Yesus Kristus”, atau “meniru Kristus”. Contoh hidup akrab dengan Kristus bisa kita temukan dalam hidup para orang kudus, misalnya Santa Teresia dari Kanak-Kanak Yesus.Sikap akrabnya dengan Yesus antara lain terungkap dalam doa-doanya.

 

3.      Arti dan makna kaul-kaul

a.      Kaul Kemiskinan

Memiliki harta benda adalah hak setiap orang. Dengan mengucapkan dan menghayati kaul kemiskinan, orang yang hidup membiara melepaskan hak untuk memiliki harta benda tersebut. Ia hendak menjadi seperti Kristus: dengan sukarela melepaskan haknya untuk memiliki harta benda. Orang yang mengucapkan kaul kemiskinan rela menyumbangkanbukan hanya harta bendanya demi kerasulan, melainkan juga tenaga, waktu, keahlian dan keterlampilan; bahkan segala kemampuan dan seluruh kehidupan.

b.      Kaul Ketaatan.

Kemerdekaan dan kebebasan adalah milik manusia yang sangat berharga. Dengan kaul ketaatan, orang memutuskan untuk taat seperti Kristus, melepaskan kemerdekaannya, dan taat kepada pembesar demi kerajaan Allah.Ketaatan religius adalah ketaatan yang diarahkan kepada kehendak Allah.Ketaatan kepada pembesar merupakan konkretisasi ketaatan kepada Allah.Maka itu, baik pembesar maupun anggota biasa perlu bersama-sama mencari dan berorientasi kepada kehendak Allah.

c.       Kaul Keperawaan

Dengan kaul keperawanan, sikap penyerahan diri seorang Kristen dinyatakan dalam seluruh hidup dan setiap segi. Intikaul keperawanan bukanlah “tidak kawin”, melainkan penyerahan secara menyeluruh kepada Kristus, yang dinyatakan dengan meninggalkan segala-galanya demi Kristus dan terus-menerus berusaha mengarahkan diri kepad Kristus, terutama melalui hidup doa.

d.      Bentuk kaul keperawanan yang lain

Di samping hidup membiara, masih ada bentuk hidup selibat lain yang dijalani oleh orang-orang yang memilih hidup tidak menikah demi pengabdian mereka kepada sesama dan Tuhan. Misalnya, ada perawat yang tidak menikah karena ingin mengabdikan diri sepenuhnya bagi pelayanan orang sakit. Ada guru yang tidak menikah karena ingin mengabdi kepada anak didiknya secara penuh.Mereka tidak menikah bukan karena tidak memiliki cinta.Justru karena mereka memiliki cinta kepada Allah dan sesama, dengan suka rela mereka meninggalkan hak mereka untuk menikah, demi Kerajaan Surga.

e.      Kaul-kaul adalah tanda Kerajaan Allah

Dengan menghayati kaul-kaul kebiaraan itu, para biarawan menjadi tanda:

a.Yang memperingatkan kita supaya tidak terlalu “terpaku” pada kekayaan dan harta, kuasa dan kedudukan, perkawinan dan kehidupan berkeluarga, walupun semua itu sangat bernilai;

b.Yang mengarahkan kita kepada Kerajaan Allah, yang sudah mulai terungkapkan kepada kenyataan yang akan datang.

 

Evaluasi:

1.      Apa inti dari hidup membiara?

2.      Jelaskanlah makna kaul kemiskinan, keperawanan dan ketaatan!

 

G.     CITA-CITA DAN KARIER

 

1.      Menggapai cita-cita

Usaha mencapai cita-cita dijalankan melalui suatu proses penyempurnaan diri. Upaya penyempurnaan diri dilakukan melalui pemilihan dan pelaksanaan suatu pekerjaan atau karya tertentu, yang sebaiknya sesuai dengan bakat, minat dan ketrampilan. Kesempurnaan diri secara utuh dan terpadu menuntut persiapan, ketekunan, dan kesediaan mengembangkan diri melalui peningkatan pekerjaan yang dilaksanakan, baik dari segi mutu, cara, maupun hasil.

Dalam mengejar cita-cita orang harus memilih bidang karya: ekonomi, pendidikan, sosial, kesehatan, hukum, politik dan sebagainya. Pemilihan dan penentuan bidang kerja tertentu ini penting mengingat pada zaman modern ini spesialisasi semakin ditonjolkan. Di samping itu, masih ada alasan lain mengapa orang harus memilih pekerjaan tertentu.

a.      Orang bisa melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

b.      Orang bisa belajar dan mempraktikkan hal-hal yag dipelajari selama masa pendidikannya

c.       Orang bisa merencanakan serta mengembangkan pekerjaannya, dan dengan demikian mengembangkan kariernya.

 

 

 

2.      Mengembangkan Karier

Biasanya, orang bekerja untuk mengejar dan meningkatkan karier. Karier seseorang meningkat apabila pekerjaan orang itu memberikan hasil yang semakin berkualitas dan meningkat.Peningkatan mutu pekerjaan dapat dilakukan melalui pembinaan.Dengan pembinaan, orang diharapkan dapat menjalankan pekerjaannya secara lebih efektif, dapat mengembangkan pekerjaan dan kariernya ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih luas, serta dapat semakin dibentuk dan diperkaya. Pembinaan dalam rangka pengembangan diri dan peningkatan karier dapat dilaksanakan antara lain dengan langkah-langkah berikut.

a.      Menerima pekerjaan apa pun wujudnya (asl baik dan tidak melanggar hukum) dan dengan senang hati menjalankannya dengan tekun, setia, dan bertanggungjawab.

b.      Mencari atau mempergunakan kesempatan untuk belajar lebih lanjut, baik formal maupun informal. Dengan belajar, diharapkan pengetahuan bertambah, keterampilan lebih terasah, sikap terhadap pekerjaan menjadi lebih benar dan tepat.

Supaya semangat belajar dapat dipacu dibutuhkan:

1.      Motivasi yang tangguh

2.      Konsetrasi dan keaktifan yang prima

3.      Pengaturan waktu yang berimbang

4.      Kerajinan mengulangi pelajaran.

Evaluasi:

1.      Jelaskanlah alasan-alasan memilih pekerjaan tertentu!

2.      Apa yang harus dibutuhkan supaya semangat belajar dapat dipacu? Jelaskan!

 

 

 

 

 

 

 

H. PANGGILAN KARYA/PROFESI

a. Gambaran tentang kerja

         Perhatikan gambar-gambar  berikut ini!

Gambar 1                                                        Gambar 2

 

 

 

 

 

 

Gambar 3                                            Gambar 4                                                                        

Jenis-jenis profesi

 

b. Pendalaman

 

§  Berdasarkan pengamatanmu pada gambar-gambar diatas sekarang cobalah menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini

1)         Jenis kerja apa yang tampak pada gambar-gambar itu?

2)         Apa saja jenis kerja manusia?

3)         Apa  yang dimaksudkan dengan  kerja!

4)         Apa   tujuan manusia bekerja?

 

HAKEKAT KERJA SEBAGAI PROFESI

ž   Pekerjaan adalaha suatu panggilan, yakni perwujudan peran serta manusia dalam karya Allah: mengembangkan dan menyempurnakan kehidupan, demi terciptanya kesejahteraan/keselamatan manusia. Dalam Kitab Kejadian, Allah dilukiskan sebagai Pencipta yang sedang bekerja dan pada hari ketujuh beristirahat dari pekerjaan-Nya (Kej 1: 1-2:3)

 

2. Arti dan Makna Kerja menurut  Ajaran Sosial Gereja

 

a. Studi  Dokumen Ajaran Sosial  Gereja tentang Kerja

Simaklah ajaran Gereja berikut ini.

Kerja Sebagai Partisipasi dalam Kegiatan Sang Pencipta

 

            Menurut Konsili Vatikan II: ”Bagi kaum beriman ini merupakan keyakinan: kegiatan manusia baik perorangan maupun kolektif, atau usaha besar-besaran itu sendiri, yang dari zaman ke zaman dikerahkan oleh banyak orang untuk memperbaiki kondisi-kondisi hidup mereka, memang sesuai dengan rencana Allah. Sebab manusia, yang diciptakan menurut gambar Allah, menerima titah-Nya, supaya menaklukkan bumi beserta segala sesuatu yang terdapat padanya, serta menguasai dunia dalam keadilan dan kesucian; ia mengemban perintah untuk mengakui Allah sebagai Pencipta segala-galanya, dan mengarahkan diri beserta seluruh alam kepada-Nya, sehingga dengan terbawahnya segala sesuatu kepada mausia nama Allah sendiri dikagumi di seluruh bumi”.

            Sabda perwahyuan Allah secara mendalam ditandai oleh kebenaran asasi, bahwa manusia, yang diciptakan menurut citra Allah, melalui kerjanya berperan serta dalam kegiatan Sang Pencipta, dan dalam batas-batas daya-kemampuan manusiawinya sendiri ia dalam arti tertentu tetap makin maju dalam menggali sumber-sumber daya serta nilai-nilai yang terdapat dalam seluruh alam tercipta. Kebenaran itu tercantum pada awal Kitab suci sendiri, dalam Kitab Kejadian , yang menyajikankarya penciptaan dalam bentuk ”kerja” yang dijalankan oleh Allah selama ”enam hari”, sedangkan Ia ”beristirahat” pada hari ketujuh. Selain itu kitab terakhir Kitab suci menggemakan  sikap hormat yang sama terhadap segala yang telah dikerjakan oleh Allah melalui ”karya” penciptaan-Nya, bila menyatakan: ”Agung dan ajaiblah segala karya-Mu, ya Tuhan, Allah yang Mahakuasa!”Itu senada dengan Kitab Kejadian, yang menutup lukisan setiap hari penciptaan dengan pernyataan: ”Dan Allah melihat bahwa itu baik adanya”

            Gambaran pencitaan, yang terdapat dalam bab pertama Kitab Kejadian dalam arti tertentu merupakan ”Injil Kerja” yang pertama. Sebab menunjukkan di mana letak martabat kerja: di situ diajarkan, bahwa manusia harus meneladan Allah Penciptanya dalam bekerja, sebab hanya manusialah yang mempunyai ciri unik menyerupai Allah. Manusia harus berpola pada Allah dalam bekerja maupun dalam dalam beristirahat, sebab Allah sendiri bermaksud menyajikankegiatan-Nya menciptakan alam dalam bentuk kerja dan istirahat. Kegiatan Allah di dunia itu selalu berlangsung, seperti dikatakan oleh Kristus: ”Bapa-Ku tetap masih berkarya...”: Ia berkarya degnankuasa pencipta-Nya dengan melestarikan bumi, yang dipanggil-Nya untuk berada dari ketiadaan, dan Ia berkarya dengan kuasa penyelamat-Nya dalam hati mereka, yang sejak semula telah ditetapkan-Nya untuk ”beristirahat” dalam persatuan dengan diri-Nya di ”rumah Bapa”-Nya. Oleh karena itu kerja manusia pun tidak hanya memerlukan istirahat setiap”hari  ketujuh”, melainkan tidak dapat pula terdiri hanya dari penggunaan tenaga manusiawi dalam kegiatan lahir. Kerja harus membuka peluang bagi manusia untuk menyiapkan diri, dengan semakin menjadi seperti yang dikehendaki oleh Allah, bagi ”istirahat” yang disediakan oleh Tuhan bagi para hamba dan sahabat-Nya.

            Kesadaran, bahwa kerja manusia ialah partisipasi dalam kegiatan Allah, menurut Konsili, bahkan harus meresapi ”pekerjaan sehari-hari yang biasa sekali. Sebab pria maupun wanita, yang-sementara mencari nafkah bagi diri maupun keluarga mereka-melakukan pekerjaan mereka sedemikian rupa sehingga sekaligus berjasa-bakti bagi masyarakat, memang dengan tepat dapat berpandangan, bahwa dengan jerih-payah itu mereka mengembangkan karya Sang Pencipta, ikut memenuhi kepentingan sesama saudara, dan menyumbangkan kegiatan mereka pribadi demi terlaksananya rencana ilahi dalam sejarah”.

            Spiritualitas Kristiani kerja itu harus merupakan warisan bagi semua. Khususnya pada zaman modern, spiritualitas kerja harus menampilkan kematangan yang dibutuhkan untuk menanggapi ketegangan-ketegangan dan ketidak-tenangan budi dan hati. ”Umat kristiani tidak beranggapan seolah-olah karya-kegiatan, yang dihasilkan oleh bakat-pembawaan serta daya-kekuatan manusia, berlawanan dengan kuasa Allah, seakan-akan ciptaan yang berakalbudi menyaingi Penciptanya. Mereka malahan yakin, bahwa kemenangan-kemenangan bangsa manusia justru menandakan keagungan Allah dan merupakan buah rencana-Nya yang tak terperikan. Adapun semakin kekuasaan manusia bertambah, semakin luas pula jangkauan tanggung jawabnya, baik itu tanggung jawab perorangan maupun tanggung jawab bersama. Maka jelaslah pewartaan kristiani tidak menjauhkan orang-orang dari usaha membangun dunia pun tidak mendorong mereka untuk mengabaikan kesejahteraan sesama; melainkan mereka justru semakin terikat tugas untuk melaksanakan itu”.

            Kesadaran, bahwa melalui kerja manusia berperan serta dalam karya penciptaan merupakan motif yang terdalam untuk bekerja di pelbagai sektor. ”Jadi”-menurut Konstitusi ”Lumen Gentium”-”kaum beriman wajib mengakui makna sedalam-dalamnya, nilai serta tujuan segenap alam tercipta, yakni: demi kemuliaan Allah. Lagi pula mereka wajib saling membantu juga melalui kegiatan duniawi untuk hidup dengan lebih suci, supaya dunia diresapi semangat Kristus, dan dengan lebih tepat mencapai tujuannya dalam keadilan, cinta kasih dan damai....Maka dengan kompetensinya di bidang profan serta dengan kegiatannya, yang dari dalam diangkat oleh rahmat Kristus, hendaklah mereka memberi sumbangan yang andal, supaya hal-hal tercipta dikelola dengan kerja manusia, keahlian teknis, serta kebudayaan yang bermutu, menurut penetapan Sang Pencipta dan dalam cahaya Sabda-Nya”(LE 25)

 

*****

Centesimus Annus (Ulang tahun ke seratus)

 

“....Sumber pertama segala sesuatu yang baik ialah karya Allah sendiri yang menciptakan bumi dan manusia, serta mengurniakan bumi kepada manusia, supaya manusia dengan jerih-payahnya menguasainya dan menikmati buah-hasilnya (bdk. Kej 1:28-29). Allah menganugerahkan bumi kepada seluruh umat manusia, supaya bumi menjadi sumber kehidupan bagi semua anggotanya, tanpa mengecualikan atau mengutamakan siapapun juga. Itulah yang menjadi dasar mengapa harta-benda bumi diperuntukkan bagi semua orang. Sebab berkat kesuburannya dan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia,; bumi merupakan kurnia Allah yang pertama untuk menjadi sumber kehidupan baginya. Tetapi bumi tidak menghasilkan buah-buahnya tanpa tanggapan manusia yang khusus terhadap anugerah Allah, atau : tanpa kerja. Melalui kerja manusia dengan menggunakan akal-budi dan kebebasannya menguasai bumi, dan menjadikannya kediaman yang layak bagi dirinya. Begitulah manusia menjadikan miliknya sebagian bumi yang diperolehnya denganbekerja. Itulah asal-mula milik perorangan. Sudah jelaslah ia terikat kewajiban untuk tidak menghalang-halangi sesamanya mendapat bagiannya dari kurnia Allah. Bahkan ia harus bekerja sama dengan mereka untuk bersama-sama menguasai seluruh bumi.....”    (CA 31).

b. Pendalaman/Diskusi

§  Setelah menyimak  beberapa dokumen Ajaran Sosial Gereja di atas, sekarang cobalah berdiskusi  dengan teman-temanmu dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

1)    Apa arti dan makna dari kerja

2)    Apa tujuan manusia bekerja?

3)    Apa hubungan kerja dengan doa?

4)    Apa hubungan kerja dengan istiahat?

 

3. Menghayati  Arti dan Makna Kerja

a. Refleksi

§  Tulislah  sebuah refleksi tentang kerja; bagaimana kamu mempersiapkan masa depannya untuk bekerja kelak dengn memulainya dari bangku sekolah.

 

b. Aksi

§   Ungkapkan  niatmu  secara  tertulis untuk  rajin belajar, mengerjakan tugas mandiri dan kelompok belajar di  sekolah dan di luar sekolah secara bertanggungjawab untuk mempersiapkan masa depannya untuk bekerja.

§  Bersikap menghargai, hormat, sopan dan santun pada  para guru serta semua yang karyawan di sekolahnya yang bekerja untuk melayani  setiaphari.

 

 

ARTI KERJA

Kerja merupakan kegiatan manusia yang dimaksudkan bagi kemajuan manusia, jasmani maupun rohani. Ada 2 hal yang perlu diingat berkaitan dengan kerja:

(1)   Kerja memerlukan pemikiran secara sadar yang diarahkan pada tujuan tertentu, dan oleh karenanya martabat luhur manusia semakin nyata. Manusia tidak boleh dipaksa untuk melakukan kerja tertentu, karena bertentangan dengan hak asasi manusia.

(2)   Setiap pekerjaan yang halal sama mulianya, meskipun dilihat dari segi tujuan dan hasil bisa berbeda. Namun, nilai insaninya serta martabatnya tidak berubah karenanya.

 

2.     MAKNA KERJA

Ada berbagai makna kerja, a.l.:

(1)   Makna Ekonomis:

Kerja dipandang sebagai pengerahan tenaga untuk menghasilkan sesuatu yang diperlukan atau diinginkan oleh seseorang atau masyarakat. Maka kerja dapat dibedakan: pekerjaan produktif, distributif, & jasa. Dalam konteks ini kerja ialah usaha memenuhi dan menyelenggarakan kebutuhan-kebutuhan hidup primer.

 

(2)   Makna Sosiologis:

Kerja, selain sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan sendiri, sekaligus juga mengarahkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat. Selain itu, melalui kerja manusia dimungkinkan untuk membangun relasi dengan sesamanya.

 

(3)   Makna Antropologis:

Kerja memungkinkan manusia untuk membina dan membentuk diri pribadinya. Dengan kerja, manusia menjadi lebih manusia dan lebih bisa menjadi teman bagi sesamanya dengan menggunakan akal budi, kehendak, tenaga, daya kreatif, serta rasa tanggung jawab terhadap kesejahteraan umum.

 

3.     TUJUAN KERJA

Tujuan kerja manusia juga dapat dirumuskan berbeda-beda, a.l.:

(1)   Mencari Nafkah

Bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup, memperoleh kedudukan dan kejayaan ekonomi. Nilai kerja yang hendak dicapai bersifat jasmani.

(2)   Memajukan Teknik & Kebudayaan

Bekerja untuk memajukan salah satu cabang teknologi atau kebudayaan, dari yang paling sederhana sampai ke yang paling canggih. Nilai kerja yang hendak dicapai bersifat rohani.

 

(3)   Menyempurnakan diri sendiri

Bekerja untuk menyempurnakan dirinya sendiri. Ia menemukan harga dirinya. Dkl. Untuk mengembangkan kepribadiannya. Nilai kerja yang hendak dicapai untuk memanusiakan dirinya, atau meningkatkan kualitas hidupnya.

 

(4)   Memuliakan Tuhan

Bekerja dihayati sebagai partisipasi nyata manusia dalam karya penciptaan Allah. Karya penciptaan Allah masih harus dilanjutkan oleh manusia, karena Allah menjadikan manusia sebagai partner kerjanya untuk menyempurnakan penciptaan.

 

Dalam hal ini hendaknya kita menjadi kritis terhadap etos kerja masyarakat. Perlu kiranya memperhatikan beberapa hal berikut ini:

(1)   Dengan tujuan apa Anda kerja?

(2)   Kalau sudah memperoleh uang, untuk apa uang itu?

(3)   Apakah kebutuhan hidup Anda ada batasnya? Mengapa?

(4)   Apa yang akan Anda lakukan, jika hasil kerja keras Anda masih belum juga dapat menutupi kebutuhan hidup?

(5)   Sampai kapan Anda mampu bekerja keras?

(6)   Apa yang Anda pikirkan, jika sudah tidak mampu bekerja keras lagi?

 

Ada 2 pola pikir dalam memandang makna Belajar & Kerja

Pola pikir pada umumnya:

Ø Sekolah untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja

Ø Bekerja, untuk memperoleh dan mengumpulkan uang

Pola pikir baru:

Ø Sekolah, untuk menemukan cara belajarnya sendiri, sehingga dengan senang hati mau belajar, bahkan akan menjadi pembelajar seumur hidup (long life education).

Ø Bekerja, untuk belajar, sehingga terus menerus mampu meningkatkan taraf hidupnya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

 

Apa itu BELAJAR?

Ø Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara mental atau fisik yang diikuti dengan kesempatan untuk merefleksikan hal-hal yang harus dilakukan, sehingga dapat mencapai tujuan dengan memanfaatkan sebagai pengetahuan/pengalaman yang sudah dimiliki.

Ø Belajar: merupakan suatu PROSES UNTUK MENEMUKAN SESUATU dari pada suatu PROSES UNTUK MENGUMPULKAN SESUATU.

 

4.     HUBUNGAN ANTARA KERJA & DOA

Doa & Kerja mempunyai hubungan yang sinergi:

(1)   Doa dapat menjadi daya dorong bagi kita untuk bekerja lebih tekun, lebih tabah, dan tawakal.

(2)   Doa dapat memurnikan pola pikir (etos), motivasi, dan orientasi kerja.

(3)   Doa seringkali merupakan saat-saat refleksi diri dan kerja yang sangat efektif.

(4)   Doa dapat menjadikan kerja manusia mempunyai aspek religius & adikodrati.

 

Sesungguhnya orang yang paling bahagia adalah orang yang menikmati pekerjaannya dengan segenap jiwa-raganya, dan dari situ ia dapat memberi kepuasan dan kebahagiaan bagi sesamanya.

Bekerja adalah suatu kodrat manusia yang tidak dapat ditolak atau dihindari. Kerja bukan sekedar kewajiban, tetapi juga hak bagi setiap manusia. Tentu saja manusia ingin memiliki pekerjaan yang “mulia” dan sesuai dengan bakat serta talenta yang ada padanya.

Kerja & belajar merupakan 2 hal yang tak dapat dipisahkan. Belajar yang paling efektif adalah dilakukan sambil melakukan tindakan (=bekerja) atau learning by doing. Melalui kerja kita akan banyak menjalani proses belajar. Belajar menekuni apa yang ia kerjakan, agar semakin kompeten/ahli. Oleh karena kita tidak mungkin hanya menekuni bidang tertentu saja, kita pun belajar hal lain. Dengan demikian, tak dapat ditolak lagi bahwa kita harus mempelajari bidang apa saja yang dapat dipelajari, entah suka atau tidak suka, selagi masih ada kesempatan untuk belajar. Belajar dalam pendidikan formal, non-formal, maupun non formal, sesungguhnya baru merupakan permulaan atau titik tolak belajar kita. Belajar yang sesungguhnya adalah sewaktu kita telah menyelesaikan pendidikan dan memasuki dunia kerja. Dari pekerjaan itu kita akan banyak belajar tentang banyak hal. Dan dengan belajar hidup manusia akan menjadi semakin bermutu dan berarti. Atau manusia menemukan dirinya sebagai “gambar dan rupa Allah”.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

MEMPERJUANGKAN NILAI-NILAI PENTING DALAM HIDUP BERMASYARAKAT

 

 

 

 

 

 

 


Kompetensi Inti

1.   Menghargai dan menghayati  ajaran agama yang dianutnya.

 

2.   Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

 

3.   Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

 

4.   Mencoba,  mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

 

Kompetensi Dasar

 

 3.2. Memahami nilai-nilai keadilan, kejujuran, kebenaran, perdamaian dan keutuhan ciptaan sesuai dengan ajaran Yesus Kristus.

4.2. Menerapkan nilai-nilai keadilan, kejujuran, kebenaran, perdamaian dan keutuhan ciptaan sesuai dengan ajaran Yesus Kristus.

 

 

 

 

Indikator

·         Menjelaskan situasi sosial, politik dan ekonomi bangsa Israel pada saat nabi Amos tampil

  • Menjelaskan pola pendekatan untuk menegakkan keadilan bagi mereka yang tertindas
  • Menyebutkan bentuk-bentuk kebohongan, sebab-sebab kebohongan dan akibat kebohongan
  • Menceritakan pesan kisah MARSINAH bagi diri siswa
  • Menjelaskan keterlibatan siswa dalam menegakkan kasus ketidakadilan di Indonesia

·         Menjelaskan makna nilai-nilai keadilan menurut ajaran Kitab Suci  (Am 5:7-15; Luk 11:37-46)

·         Menjelaskan makna nilai-nilai kejujuran menurut ajaran Kitab Suci(Mat 5:33-37; 23:13-16)

·         Menjelaskan makna nilai-nilai kebenaran menurut ajaran Kitab Suci(Kel 23: 1-3. 6-8; Ul 16: 18-19; Mat 5:37; Yoh 8:43 – 47)

·         Menjelaskan makna nilai-nilai perdamaian  menurut ajaran Kitab Suci (Yoh 14:27; 16:33; Luk 1:78-79; Mat 5:39)

  • Menjelaskan makna nilai-nilai keutuhan ciptaan menurut ajaran Kitab Suci (Kej

Materi Ajar

1.      Memperjuangkan Keadilan

2.      Memperjuangkan Kebenaran

3.      Memperjuangkan Kejujuran

4.      Memperjuangkan Perdamaian dan Persaudaransejati

5.      Lingkungan Hidup yang Indah danHarmonis

 

A.     Memperjuangkan Keadilan

a.      Kasus-kasus Ketidakadilan:

Dalam sejarah bangsa kita, sejak jaman penjajahan Belanda, pendudukan Jepang, kemudian pada jaman demokrasi terpimpin, dan rezim orde baru, rakyat kecil sering mengalami tindakan yang tidak adil. Pada zaman reformasi ini pun ketidakadilan itu tidak surut, tetap berlangsung. Ketidakadilan itu tampak nyata dalam bentuk-bentuk antara lain:

·         Tindakan perampasan dan penggusuran hak milik orang, pencurian, perampokan, dan korupsi:

·         Tindakan pemerasan, KKN, dan rekayasa

·         Tindakan atau keengganan membayar utang, termasuk kredit macet, yang berbuntut merugikan rakyat kecil, dan sebagainya.

Semua tindakan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat kita, sadar atau tidak sadar, sering tidak menghormati hak miliki orang, termasuk hak milik masyarakat dan Negara.

b.      Akar Masalah Ketidakadilan

Berbagai ketidakadilan yang menyengsarakan dan memiskinkan mayoritas bangsa kita lebih banyak disebabkan atas sistem dan struktur sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang diciptakan oleh penguasa. Sistem sosial, politik, dan ekonomi yang dibangun oleh penguasa dan pengusaha sering menciptakan ketergantungan rakyat kecil. Di samping itu, pembangunan ekonomi, sosial, politik dunia dewasa ini belum menciptakan kesempatan yang luas bagi “orang-orang kecil”, tetapi justru mempersempit ruang gerak mereka untuk mengungkapkan jati dirinya secara penuh.

      Ada berbagai bentuk ketidakadilan, misalnya sikap diskriminatif dan tidak berprikemanusiaan terhadap kaum perempuan, pendatang/imigran.Penganiayaan karena   asal-usul etnis ataupun atas dasar kesukuan yang kadang-kadang berakibat pembunuhan masal. Penganiayaan terhadap orang-orang yang memiliki kepercayaan tertentu oleh partai-partai penguasa karena ingin mempertahankan kepercayaan yang mereka anut. Perlakuan semena-mena terhadap orang-orang dari aliran politik tertentu masih sering terjadi. Nasib orang-orang jompo, yatim-piatu, orang sakit dan cacat sering tidak diperhatikan. Orang-orang ini tentu saja sangat menderita karena tidak mampu berbuat apa-apa.

 

 

Teks Kitab Suci: Amos 5: 7-13

7 Hai kamu yang mengubah keadilan menjadi ipuh dan menghempaskan kebenaran ke tanah! 8 Dia yang telah membuat binatang kartika dan binatang belantik, yang mengubah kekelaman menjadi pagi, dan yang membuat siang gelap seperti malam; Dia yang memanggil air laut dan mencurahkannya ke atas permukaan bumi – Tuhan itu namanya.9Dia yang menimpakan kebinasaan atas yang kuat, sehingga kebinasaan datang atas tempat yang berkubu.10Mereka benci kepada yang memberi teguran di pintu gerbang, dan mereka keji kepada mereka yang berkata dengan tulus ikhlas. 11Sebab itu, karena kamu menginjak orang-orang yang lemah dan mengambil pajak gandum dari padanya, sekalipun kamu telah mendirikan rumah-rumah dari batu pahat, kamu tidak akan mendiaminya; sekalipun kamu telah membuat kebun anggur yang indah, kamu tidak akan minum anggurnya. 12 Sebab aku tahu, bahwa perbuatanmu yang jahat banyak dan dosamu berjumlah besar, hai kamu yang menjadikan orang benar terjepit, yang menerima uang suap, dan yang mengesampingkan orang miskin di pintu gerbang. 13Sebab itu orang yang berakal budi akan berdiam diri pada waktu itu, karena waktu itu adalah waktu yang jahat.

 

Pertanyaannya:

1.      Kepada siapa kata-kata keras dari nabi Amos itu ditujukan?

2.      Bentuk-bentuk ketidakadilan apa yang dikecam oleh nabi Amos?

3.      Kelompok mana yang dibela oleh nabi Amos? Mengapa?

 

c.       Arti dan makna Keadilan

Keadilan berarti memberikan kepada setiap orang apayang menjadi haknya, misalnya hak untuk hidupwajar, hak untuk memilih agama/kepercayaan, hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk bekerja, hak untuk memiliki sesuatu, hak untuk mengeluarkan pendapat, dan sebagainya.

Keadilan menunjuk pada suatu keadaan, tuntutan, dan keutamaan.

 

d.      Distingsi (Pembedaan) Keadilan

Kita membedakan keadilan komutatif, distributif, dan keadilan legal.

*      Keadilan komutatif menuntut kesamaan dalam pertukaran, misalnya mengembalikan pinjaman atau jual beliyang berlaku pantas, tidak ada yang rugi.

*      Keadilan distributif menuntut kesamaan dalam membagikan apa yang menguntungkan dan dalam menuntut pengurbanan. Misalnya, kekayaan alam dinikmati secara adil dan pengorbanan untuk pembangunan dipikul bersama-sama dengan adil.

*      Keadilan Legal menuntut kesamaan hak dan kewajiban terhadap Negara sesuai dengan undang-undanag yang berlaku.

*      Keadilan Individual; perwujudan keadilan yang tergantung pada pribadi-pribadi, dapat diberi contoh, msalnya: upah yang tergantung pada sang majikan untuk para karyawan atau buruh.

*      Keadilan sosial: perwujudan keadilan yang tergantung dari struktur dan proses politik, ekonomi, sosial dan budaya, mau mengatakan bahwa misalnya seorang buruh tidak hanya tergantung pada rasa keadilan sang majikan, tetapi juga dari situasi ekonomi dan politik yang ada.

 

e.      Keadilan adalah Dasar Masyarakat dan Negara

Keadilan adalah keutamaan sosial yang paling mendasar. Sebab keadilan tidak hanya mengatur kehidupan orang perorangan, melainkan kehidupan bersama antar-manusia.

f.        Landasaran untuk Memperjuangkan Keadilan

·         Negara

Dalam pembukaan UUD 1945 dikatakan bahwa menciptakan keadilan sosial merupakan salah satu tugas utama Republik Indonesia.Tuntutan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indoensia tersebut di jabarkan dalam pasal 33 dan 34 yang menentukan bagaimana perekonomian nasional harus disusun.Ayat pertama pasal 33 mengungkapakan semangat yang harus menjiwai penyelenggaraan perekonomian nasional yaitu semangat kekeluargaan.Kekeluargan berarti bahwa dalamproduksi, kita tidak bekerja hanya untuk diri kita semata-mata melainkan kita bekerja untuk kita semua.

·         Gereja

Gereja harus tetap mewartakan firman yang ketujuh, yakni perintah “jangan mencuri”. Jangan mencuri sesuai dengan maksud aslinya berarti jangan mencuri orang. Jangan menculik dan kemudian menjualnya sebagai budak. Menculik dianggap sama dengan membunuh. Merampas kebebasan sesorang sama dengan mengambil hidupnya. Firman Tuhan yang ketujuh ini kemudian diperluas oleh Gereja menjadi “jangan mencuri milik orang”. Mengambil milik orang itu melanggar keadilan. Ensiklik - ensiklik para paus merupakan acuan bagi ajaran sosial Gereja, namun bukan satu-satunya. Contoh:

Ø  Ensiklik Rerum Novarum (Paus Leo XIII) dan Quadragessimo Anno (Paus Pius XI) antara lain berbicara tentang keadilan terhadap para buruh.

Ø  Ensiklik Pacem in Terris (Paus Yohanes XXIII) berbicara tentang perdamaian antara bangsa-bangsa dalam kebenaran, keadilan, dan kemerdekaan.

Ø  Ensiklik Populorum Progressio (Paus Paulus V) menyinggung kesenjangan antara Negara-negara kaya dan Negara-negara miskin di dunia ini.

g.      Pola Pendekatan menegakkan Keadilan

Tentu saja ada banyak pola atau cara untuk memperjuangkan keadilan, antara lain:

·         Pendekatan karitatif saja kiranya tidak cukup, sebab pola ini meninabobokan kaum tertindas,

·         Pola proyek tidak manusiawi, karena kaum tertindas hanya di jadikan objek penanganan

·         Pola yang agak baik adalah pola kooperatif, bersama-sama memperjuangkan keadilan. Langkah-langkah yang harus diambil adalah:

Pertama: Orang perlu mempelajari dengan baik masalah-masalah hak-hak dasar manusia, sehingga orang dapat menentukan mana yang perlu dilindungi dan mana yang perlu ditegaskan.

Kedua: Keadilan hanya dapat diperjuangkan dengan memberdayakan mereka yang menjadikorban ketidakadilan

Ketiga: Cara bertindak yang tepat adalah dengan memberikan suatu kesaksian hidup melalui keterlibatan untuk mencapai suatu keadilan dalam diri kita sendiri dan lingkungan kita

Keempat: Usaha memperjuangkan keadilan tidak boleh menggunakan kekerasan tetapi dengan semangat cinta kasih.

Pendalaman: mengamati kasus Marsinah.

 

 

 

 

 

 

 


Marsinah (lahir 10 April1969 – meninggal 8 Mei1993 pada umur 24 tahun) adalah seorang aktivis dan buruh pabrik PT. Catur Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa Timur yang diculik dan kemudian ditemukan terbunuh pada 8 Mei1993 setelah menghilang selama tiga hari. Mayatnya ditemukan di hutan di Dusun JegongKecamatan Wilangan, Nganjuk, dengan tanda-tanda bekas penyiksaan berat.Dua orang yang terlibat dalam otopsi pertama dan kedua jenazah Marsinah, Haryono (pegawai kamar jenazah RSUD Nganjuk) dan Prof. Dr. Haroen Atmodirono (Kepala Bagian Forensik RSUD Dr. SoetomoSurabaya), menyimpulkan, Marsinah tewas akibat penganiayaan berat.Marsinah memperoleh Penghargaan Yap Thiam Hien pada tahun yang sama.

 

 

Evaluasi:

1.      Jelaskanlah akar masalah ketidakadilan!

2.      Jelaskanlah arti dan makna keadilan!

3.      Jelaskanlah distingsi (pembedaan) keadilan!

4.      Jelaskanlah ajaran Gereja tentang keadilan!

5.      Jelaskanlah langkah-langkah yang harus diambil dalam memperjuangkan keadilan berdasarkan pola kooperatif!

 

 

B.      Memperjuangkan Kebenaran

A.     Bentuk-bentuk Kebohongan

·         Berdusta atau saksi dusta: Berdusta berarti mengatakan yang tidak benar dengan maksud untuk menyesatkan.Dusta adalah pelanggaran paling langsung terhadap kebenaran.

·         Rekayasa atau manipulasi. Rekayasa atau manipulasi berarti menyiasati atau membawa orang lain kepada suatu tujuan yang menguntungkan diri sendiri, yang mungkin saja orang lain mendapat rugi.

·         Asal bapak senang (ABS). Kata-kata dan sikap manis yang dilakukan sekedar untuk menyenagkan atasan, yang mungkin saja jauh dari kebenaran.

·         Fitnah dan umpatan. Fitnah dan umpatan adalah tindakan yang sangat jahat, sebab yang difitnah tidak hadir untuk membela diri. Fitnah dapat berkembang tanpa saringan.

B.      Sebab-sebab Kebohongan

·          Orang berbohong hanya sekedar iseng. Orang dapat berbohong hanya karena mau menikmati kesenangan murahan.

·         Orang berbohong untuk memperoleh keuntungan tertentu. Para pedagang misalnya dapat berbohong, supaya mendapat keuntungan  sebesar-besarnya.

·         Orang berbohong karena berada dalam situasi terjepit.

C.      Akibat Kebohongan

·         Bagi diri sendiri: kehilangan kepercayaan, kemerosotan pribadi.

·         Bagi orang yang dibohongi: mendapatkan gambaran yang salah dan dapat bertindak fatal bagi dirinya. Orang yang dibohongi dapat masuk ke dalam komunikasi dan relasi yang semu dengan yang membohonginya.

·         Bagi masyarakat luas: tindakan penipuan, rekayasa, dan manipulasi dapat merugikan bagi masyarakat luas.

DUSTA DAN KEBENARAN MENURUT KITAB SUCI

·         Dalam Kitab Suci, kebenaran tidak hanya berarti tidak berbohong, tetapi juga berarti mengambil bagian dalam kehidupan Allah. Allah adalah sumber kebenaran, karena Allah selalu berbuat sesuai dengan janji-Nya. Maka Allah berfirman: “jangan bersaksi dusta”.

·         Dengan kesaksian palsu, orang dicelakakan, karena ia dihukum secara tidak adil dan tata keadilan dijungkirbalikan. Sebetulnya masalahnya bukan ”bohong”, melainkan tidak adanya kepastian hukum yang dapat diandalkan. (Baca: Keluaran 23: 1-3.6-8).

1Janganlah engkau menyebarkan kabar bohong; janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar.2 Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang melakukan kejahatan, dan dalam memberikan kesaksian mengenai sesuatu perkara janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang membelokkan hukum.3Juga janganlah memihak kepada orang miskin dalam perkaranya.

6 Janganlah engkau memperkosa hak orang miskin di antaramu dalam perkaranya.7Haruslah kaujauhkan dirimu dari perkara dusta. Orang yang tidak bersalah dan orang yang benar tidak boleh kaubunuh, sebab Aku tidak akan membenarkan orang yang bersalah. 8Suap janganlah kauterima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar.

 

·         Dalam tradisi Gereja, firman Tuhan kedelapan itu sudah ditafsirkan secara luas. Kita dilarang untuk berbohong dalam segala bentuknya. Bagi Orang Kristen, mengatakan kebenaran adalah ungkapan cinta kasih. Jujur tidak hanya bicara sesuai dengan kenyataan, melainkan harus mengungkapkannya dalam semangat cintakasih. Maka kita tidak perlu mengungkapkan semua kebenaran dengan sejujur-jujurnya tanpa memikirkan perlunya, akibatnya, dan kewajarannya. Ada kalanya kebenaran tidak perlu disebut-sebut, karena bila disebut akan berdampak buruk. Diam atau menyimpan kebenaran tidak otomatis berdusta. Orang harus menggunakan lidahnya dengan bijaksana. (Matius 12: 36-37). Apalagi kalau kebenaran itu berhubungan dengan masalah rahasia jabatan (imam, dokter, advokat). Kebenaran tidak boleh diungkapkan kepada siapapuntanpa mempertimbangkan perlunya dan tanpa persetujuan orang yang bersangkutan.

·         Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, dikatakan bahwa Yesus adalah kebenaran. Dengan kebangkitan-Nya, Allah menyatakan bahwa Yesus adalah orang benar. Ia adalah pewahyuan dari Allah sendiri. Membela kebenaran berarti juga memperjuangkan kehendak Allah dan meneladani Yesus sang kebenaran sendiri.

Contoh: Thomas More.

Thomas More adalah tokoh dari Inggris yang mengkritik kondisi masyarakat yang makmur namun semu atau Utopis. Dia membela kebebasan hati nuraninya terhadap paksaan mengakui raja sebagai kepala gereja. Ia dihukum mati dan menjadi martir pada tahun 1535.

Thomas More lahir di London pada tahun 1478 dan meninggal pada tahun 1535. Dia belajar di Oxford dan Inn of Court. Berteman dengan Erasmus dan dapat dikatakan menjadi wakil dari pandangan abad Renaissance tentang nilai-nilai kemuanusiaan (humanisme). Dia mengajar di kota di mana Agustinus menjuluki kota itu sebagai Kota Tuhan, yang pada 1516 menerbitkan karya berjudul Utopia, yang menyatakan dua hal; sebuah deskripsi tentang kemakmuran dan sindiran terhadap masyarakat yang makmur waktu itu. Utopia membela subordinasi kehendak dari setiap individu untuk menuju kemakmuran, komunitas yang memiliki kebaikan, pendidikan nasional dan pekerjaan bagi semua rakyat. Hakim-hakim dipilih dan perang sudah ditinggalkan. Namun hal ini sekali lagi hanya sindiran. Gaya hidupnya yang saleh sebagai seorang Katolik yang saleh, akhirnya dia menolak untuk mengakui Henry VIII sebagai kepala Gereja di Inggris. Sebagai akibat dari perbuatannya, dia dikurung dan dipenggal kepalanya. Hal ini dibukukan pada 1935.

Evaluasi:

1.      Jelaskanlah bentuk-bentuk kebohongan!

2.      Jelaskanlah sebab-sebab kebohongan!

3.      Jelaskanlah akibat-akibat kebohongan!

4.      Jelaskanlah dusta dan kebohongan menurut Kitab Suci!

 

 

C.      Memperjuangkan Kejujuran

Mendalami Cerita

Kisah seorang Direktur (Arti suatu Kejujuran)

Cerita bermakna...

 

ada seorang direktur sebuah perusahaan besar sedang mencari pengganti dirinya, dikarenakan beliau sudah cukup tua. Maka direktur itu pun memanggil ketiga wakil direktur. Setelah semua berkumpul pak direktur pun membagikan masing2 1 buah bibit tanaman,, dan ia berkata kepada tiga wakil nya "saya sudah mau pensiun makanya saya mengumpulkan kalian disini, sekarang bibit itu kalian bawa pulang dan tolong tanam di rumah kalian masing2. nanti ketika sudah 3 bulan bawa tanaman itu ke saya barang siapa yg tanamanya paling bagus maka dia akan menggantikan saya sebagai direktur. akhirnya tanaman itu pun di bawa pulang oleh ketiga wakilnya itu

tiga bulan kemudian tiga wakil direktur itu pun menghadap direktur sambil membawa tanamanya. direktur pun bertanya

 direktur: wakil 1 coba saya lihat tanaman anda?

wakil 1: ini pak punya saya sudah bagus dan rimbun

direktur: bisa sebagus ini?

wakil 1: iya pak, saya pupuk setiap hari dan saya rawat.

 sekarang giliran wakil 2

 

direktur: wakil 2 coba saya lihat tanaman anda?

wakil 2: ini silahkan pak, punya saya lebih rimbun dan tinggi dari pada wakil 1

direktur: anda beri apa tanaman ini?

wakil 2: saya rawat pak dan keluarga saya setiap hari menyiraminya.

 sekarang giliran wakil 3

 

direktur: wakil 3 mana tanaman anda?

wakil 3: maaf pak bibit yg anda berikan tidak tumbuh pak padahal sudah

saya rawat pak setiap hari, maavkan saya pak mungkin memang

bukan rezeki saya untuk menjadi direktur.

direktur: baiklah nak.

 sesudah itu pak direktur pun berkata

 

direktur: wakil 1 dan wakil 2 dimana anda membeli tanaman itu?

wakil 1 dan 2: saya tidak membeli pak saya merawatnya dari bibit yg anda

berikan.

direktur: anda berdua jgn berbohong

wakil 1 dan 2: iya pak saya membelinya dari toko bunga.

 direktur: wakil 3 anda memang pantas menggantikan saya sebagai direktur

karena anda telah jujur. karena bibit yang saya berikan kepada

kalian bertiga adalah bibit yg sudah pasti tidak akan tumbuh...

jadi anda memang pantas menggantikan saya.

 seorang pemimpin memang harus mempunyai perilaku jujur, belajarlah menjadi jujur...

Pertanyaannya:

2.      Apa Pesan pokok cerita di atas?

 

A.     Arti dan makna Kejujuran

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia ditulis, jujur berarti tidak curang dan tidak berbohong. Jujur juga kerap diartikan satunya kata dengan perbuatan.Apa yang ada di dalam hati sama dengan apa yang di katakan. Makna kejujuran dapat disebut antara lain:

Ø  Kejujuran dapat menjadi modal utama untuk perkembangan pribadi dan kemajuan kelompok. Orang yang jujur akan sanggupmenerima kenyataan pada diri sendiri, pada orang lain dan kelompok. Sikap ini dapat membawa banyak perkembangan pribadi dan kelompok.

Ø  Kejujuran menimbulkan kepercayaan yang menjadi landasan pergaulan dan hidup bersama! Tanpa kekujuran orang tidak dapat bergauldan hidup secara wajar.

Ø  Kejujuran dapat memecahkan banyak persoalan. Baik persoalan pribadi, kelompok, masyarakat maupun Negara.

B.      Bagaimana memperjuangkan kejujuran?

Ø  Kejujuran adalah suatu sikap yang tidak dapat dicapai dengan suatu program jangka pendek yang bersifat teknis operasional belaka.

Ø  Gerakan moral ini sungguh murni gerakan moral.

Ø  Gerakan moral jangan sekedar menjadi gerakan rohani, tetapi bermuara pada aksi untuk pembaharuan dan pembangunan masyarakat yang sejahtera dan adil.

Ø  Gerakan moral boleh saja diinspirasi dan diprakarsai dari atas tetapi sebaiknya mulai tumbuh dan menguat dalam basis-basis umat.

Ø  Pendekatan yang dipakai hendaklah bersifat proses yang komunikatif.

Ø  Gerakan moral harus mulai dari diri kita sendiri dan kelompok itu sendiri, jangan menunggu.

 

C.      Renungan untuk Kita.

Buah keJUJURan......

Pada suatu hari ada seorang penebang kayu yang sedang menebangi cabang sebuah pohon yang melintang di atas sungai. Tiba-tiba kapaknya terjatuh ke sungai itu. Ketika ia mulai menangis, Raja menampakkan diri dan bertanya, “Mengapa kamu menangis?” Si penebang kayu menjawab bahwa kapaknya telah terjatuh ke dalam sungai. Segera Raja masuk ke dalam air dan muncul dengan sebuah kapak emas. “Inikah kapakmu?” Raja bertanya.“Bukan,” si penebang kayu menjawab.Raja masuk kembali ke air dan muncul dengan kapak perak.“Inikah kapakmu?”Raja bertanya lagi.“Bukan,” si penebang kayu menjawab.Sekali lagi Raja masuk ke air dan muncul dengan kapak besi.“Inikah kapakmu?”Raja bertanya.“Ya!” jawab si penebang kayu.Raja sangat senang dengan kejujurannya dan memberikan ketiga kapak itu kepadanya.Si penebang kayu pulang ke rumahnya dengan hati bahagia.Beberapa waktu kemudian, si penebang kayu berjalan-jalan di sepanjang sungai dengan istrinya. Tiba-tiba sang istri terjatuh ke dalam sungai. Ketika ia mulai menangis, Raja menampakkan diri dan bertanya, “Mengapa kamu menangis?” Si penebang kayu menjawab bahwa istrinya telah terjatuh ke dalam sungai. Segera Raja masuk ke dalam air dan muncul dengan Cleopatra. “Inikah istrimu?”Raja bertanya.“Ya!” si penebang kayu menjawab, cepat.Mendengar itu, Raja menjadi sangat marah.“Kamu berbuat curang!Aku akan mengutukmu!” tegur Raja.Si penebang kayu segera menjawab, “Maafkan saya, ya Raja.Ini hanya kesalahpahaman belaka. Kalau saya berkata ‘Bukan’ pada Clopatra, Engkau pasti akan muncul kembali dengan Ratu Interniti. Kalau saya juga berkata ‘Bukan’ kepadanya, pada akhirnya Engkau pasti akan muncul dengan istri saya, dan saya akan berkata ‘Ya’. Kemudian Engkau pasti akan memberikan ketiganya kepada saya. “Raja, saya adalah orang miskin. Saya tidak akan mampu menghidupi mereka bertiga. Itu sebabnya saya menjawab ‘Ya’. ”Hmm Kejujuran, kapan pun memang selalu membawa kisah manis.

 

Evaluasi:

1.      Jelaskan arti dan makna kejujuran!

2.      Bagaimanacara memperjuangkan kejujuran?

3.      Mengapa kita perlu bersikap jujur dalam hidup? jelaskan!

 

 

D.     Memperjuangkan Perdamaian dan Persaudaran sejati

 

1.      Berbagai fakta pertikaian/konflik yang terjadi di tengah masyarakat:

a.      Pertikaian yang bernuansa balas dendam antara dua kampung yang terjadi di Timika, Papua.

b.      Pertikaianan yang bernuansa politik di elite politik level atas antara oknum polisi dan kejaksaan melawan petinggi KPU

c.       Pertikaian yang bernuansa hak intelektual dan hak cipta antara bangsa Indonesia dengan Malaysia, karena cukup banyak karya cipta bangsa Indonesia yang diklaim Malaysia

d.      Pertikaian politik dalam Pansus Skandal Bank century, dalam upaya membongkar skandal Bank Century yang menyebabkan Indonesia kecolongan sebesar 6,7milyar rupiah.

e.      Pertikaian yang terjadi di TanjungPriok antara warga dengan satpol PP dan polisi yang akan mengeksekusi tanah makam di kawasan tersebut.

2.      Alasan yang melatarbelakangi terjadinya konflik tersebut:

a.         Fanatisme sempit: sikap fanatik terhadap suatu keyakinan bukanlah sesuatu yang tidak baik. Justru diperlukan sikap tersebut di dalam menghayati sebuah keyakinan. Masalah muncul ketika sikap fanatik itu menjadi perwujudan dari semangat fanatisme yang sempit. Artinya, sikap fanatik yang dihayati tidak disertai dengan keterbukaan terhadap segala sesuatu yang ada di luar keyakinannya dan menganggap bahwa keyakinannyalah yang paling benar.

b.         Sikap arogan/angkuh. Selalu ada suku atau bangsa yang merasa diri kuat dan dapat bertindak secara sepihak dan sewenang-wenang.

c.          Keserakahan: banyak pertikaian dan perang berlatar-belakang ekonomi karena ingin merebut harta karun tertentu. Demi harta dan uang, orang dapat berbuat apa saja, termasuk perang.

d.         Merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak. Kadang-kadang perang terpaksa dilakukan untuk merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak.

 

3.      Apa akibatnya bila terjadi konflik antarwarga?

a.            Kehancuran secara jasmani dan fisik: perang dapat menyebabkan banyak orang mati, sekian banyak sarana dan prasarana hancur dan sebagainya. Dalam setiap pertikaian dan peperangan selalu berlaku pepatah: “menang jadi arang, kalah jadi abu”.

b.            Kehancuran secara Rohani. Dalam perang dapat terjadi segala kejahatan terhadap kemanusiaan. Perang menyisakan trauma dan luka pemerkosaan terhadap martabat dan peradaban manusia. Perang dapat saja membawa akibat yang baik tetapi tidak sebanding dengan kehancuran yang diakibatkannya, apalagi di zaman modern ini.

 

4.      Mendalami kedamaian dalam Terang Kitab suci

1.      Perjanjian Lama

Kita suci Perjanjian Lama sering berbicara tentang shalom. Kata shalom berarti kesejahteraan pribadi dan masyarakat. Dalam hidup sehari-hari damai berarti sehat jasmani dan kesejahteraan keluarga.

 

2.      Ajaran Yesus tentang Damai

Yesus berkata: ”Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan dunia kepadamu” (Yoh. 14:27).Damai macam apakah yang ditinggalkan oleh Yesus?Damai yang diajarkan oleh Yesus membersihkan dunia ini dari segala macam kejahatan dan kedurhakaan.Damai itu benar-benar damai bagi mereka yang sejiwa dengan Yesus.Damai adalah suatu pencapaian kebenaran dan hasil perjuangan serta pergulatan batin.Damai bukan hanya tidak ada perang atau kekacauan.Lebih dari itu, damai berarti suatu rasa ketenangan hati karena orang memiliki hubungan yang bersih dengan Tuhan, sesama, dan dunia.Damai sejahtera yang menampakkan Kerajaan Allah.

 

3.      Ajaran Gereja tentang Perdamaian

Damai berarti situasi selamat sejahtera dalam diri manusia. Perdamaian adalah keadilan.Perdamaian adalah hasil tatanan masyarakat manusia yang haus akan keadilan yang lebih sempurna. Damai merupakan kesejahteraan tertinggi yang sangat diperlukan untuk perkembangan manusia dan lembaga-lembaga kemanusiaan.Dalam hal ini mengandaikan adanya tatanan sosial yang adil dan yang menjamin ketenangan serta keamanan hidup setiap orang.Setiap orang sadar atau tidak sadar mempunyai empat relasi dasar.Keempat relasi dasar itu ialah relasi denga Tuhan atau dunia atas, relasi dengan sesama, relasi dengan alam semesta dan relasi dengan diri sendiri.Harmoni di antara keempat relasi tersebut sangat menentukan situasi hidup manusia.Damai dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan alam semesta, dan dengan Tuhan merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan.

 

Contoh: kisah Mahatma Ghandi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


5.      Memperjuangkan perdamaian dan Persaudaraan Sejati

1.      Perjuangan Mahatma Ghandi

Mahatma Ghandi adalah seorang pemimpin moral dan spiritual yang pantas dicontoh. Ada dua mantra peninggalan Ghandi yang dapat menjadi pegangan para pemimpin di manapun, yang menekankan perjuangan tanpa kekerasan. Kedua mantra itu adalah ahimsa dan satya Graha. Ahimsa adalah falsafah pantang kekerasan yang ia kembangkan. Satyagraha adalah aksi perjuangan yang tidak memakai kekuasaan.

 

2.      Perjuangan Gereja untuk menegakkan Perdamaian dan Persaudaraan Sejati

·   Mempelajari dengan cermat ajaran Yesus, ajaran Gereja dan ajaran tokoh-tokoh perjuangan perdamaian seperti Ghandi tentang arti dan makna perdamaian.

·   Jadikanlah usaha menegakkan perdamaian dan persaudaran sejati ini suatu gerakan moral

·   Jadikanlah gerakan moral ini suatu gerakan mulai dari akar rumput

·   Mulailah dari diri dan golongan sendiri menghayati budaya damai dan persaudaraan sejati.

 

E.      Evaluasi:

1.      Sebut dan jelaskanlah alasan-alasan yang melatarbelakangi terjadinya konflik!

2.      Jelaskanlah akibat-akibat bila terjadi konflik!

3.      Jelaskanlah ajaran Kitab Suci, Yesus dan Gereja tentang perdamaian dan persaudaraan sejati

4.      Bagaimana perjuangan Mahatma Ghandi dalam menegakkan perdamaian di India? Jelaskanlah!

 

E.      Lingkungan Hidup yang Indah dan Harmonis

 

A.     Tanah: manfaat tanah

1.      Tanah adalah sumber kehidupan

2.      Tanah adalah tempat tinggal

3.      Tanah adalah simbol persatuan

 

 

B.      Manfaat Flora

1.      Hutan membantu manusia untuk bernafas

2.      Hutan mengatur suhu udara

3.      Hutan mendatangkan Hujan

4.      Hutan menjadi Tempat Tinggal Margasatwa

5.      Hutan Menyimpan Air

6.      Hutan Melindungi Tanah

 

C.      Manfaat Fauna

1.      Manfaat fauna bagi manusia: sebagai sarana transportasi, sarana kerja maupun diambil dagingnya sebagai makanan.

2.      Manfaat Fauna bagi sesama Fauna: ada satu kerja sama yang rapi, misalnya: semut, burung parkit.

3.      Manfaat Fauna bagi Flora: membantu penyebarluasan tanaman tertentu. Misalnya: kelelawar, musang, tupai yang membuang kotorannya yang mengandung biji-bijian suatu tanaman yang dimakannya dapat membantu pertumbuhan dan penyebaran tersebut di tempat ia membuang kotoran.

4.      Manfaat Fauna bagi Tanah: Kotoran binatang dapat menjadi pupuk yang dapat menyuburkan tanah.

 

D.     Kitab Suci: Kejadian 1: 1-24

(1) Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. (2) Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. (3) Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi. (4) Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. (5) Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama. (6) Berfirmanlah Allah: "Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air." (7) Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian. (8) Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua. (9) Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering." Dan jadilah demikian. (10) Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.(11) Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi." Dan jadilah demikian. (12) Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. 13) Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga. (14) Berfirmanlah Allah: "Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, (15) dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi."Dan jadilah demikian. (16) Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang. (17) Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi, (18) dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. (19) Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat. (20) Berfirmanlah Allah: "Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala."(21) Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap.Allah melihat bahwa semuanya itu baik.(22) Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: "Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak."(23) Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima.(24) Berfirmanlah Allah: "Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar." Dan jadilah demikian.

Penjelasan: Kisah penciptaan yang penuh simbolik di atas hanya akan mengatakan dua pesan pokok berikut;

1.      Segala sesuatu berasal dari Allah, langsung atau tidak langsung. Sejalan dengan teori evolusi, kita harus mengatakan bahwa betapa ajaibnya dari unsur alam yang amat sederhana.

2.      Semua yang tercipta adalah baik.

 

E.      Evaluasi:

1.      Jelaskanlah manfat tanah, flora dan fauna bagi manusia!

2.      Apa pesan pokok yang mau disampaikan dalam kisah penciptaan dunia (Kejadian 1: 1-24)

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

KEBERAGAMAN DALAM HIDUP BERMASYARAKAT

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Kompetensi Inti

1.         Menghargai dan menghayati  ajaran agama yang dianutnya.

 

2.         Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

 

3.         Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

 

4.         Mencoba,  mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

 

Kompetensi Dasar

3.3. Memahami kemajemukan bangsa Indonesia sebagai anugerah Allah

4.3. Mensyukuri kemajemukan bangsa Indonesia sebagai anguerah Allah

 

Indikator

·         Menjelaskan keanekaragaman yang ada di masyarakat Indonesia pada saat ini

·         Menjelaskan pandangan Kitab suci mengenai keberagaman yang ada

·         Menyebutkan keprihatinan-keprihatinan hidup manusia yang dapat merusak kedamaian dan persatuan bangsa

·         Menjelaskan sikap dan perjuangan Gereja dalam mengupayakan perdamaian dan persatuan umat manusia demi terwujudnya Kerajaan Allah

 

Materi Ajar

Kemajemukan Bangsa Indonesia

 

1.      Keanekaragaman yang ada di dalam masyarakat kita pada saat ini

·               Suku: Batak, Jawa, Nias, Cina

·               Budaya: Sunda, Jawa, Flores, Batak

·               Gaya Hidup: menetap, sukaberkumpul

·               Agama: Islam, Hindu, Katolik, Protestan

·               Bahasa: Sunda, Hindu, Jawa

·               Pulau: Jawa, Flores, Kalimantan

Sikap-sikap yang harus dimiliki berhadapan dengan perbedaan:

§  Saling menghormati antara satu kelompok dengan kelompok yang lain

§  Mencari dan berusaha menemukan titik kesamaan. Semangat kesatuan itu membuat Indonesia merdeka

2.      Dua hal yang perlu diusahakan oleh umat Katolik dalam bersikap menghadapi kemajemukan, yaitu:

§    Membongkar sikap eksklusif

Upaya-upaya konkret untuk membangun kehidupan bersama harus dikembangkan dengan menghapus semangat primordial dan semangat sektarian. Dengan demikian, diperlukan pula usaha-usaha untuk menghapus sekat-sekat dan pengkotak-kotakan masyarakat yang ada.

§    Membangun semangat inklusif

Dalam masyarakat majemuk, setiap orang harus berani menerima perbedaan sebagai suatu rahmat. Perbedaan/keanekaragaman adalah keindahan dan merupakan faktor yang memperkaya. Adanya perbedaan itu memberi kesempatan untuk berpartisipasi menyumbangkan keunikan dan kekhususannya demi kesejahteraan bersama, bukan sebagai modal untuk memunculkan suatu konflik/perselisihan. Kecuali itu, perlu dikembangkan sikap saling menghargai, toleransi, menahan diri, rendah hati, dan rasa solidaritas demi kehidupan yang tenteram, harmonis dan dinamis. Setiap orang bahu-membahu menata masa depan yang lebih cerah, lebih adil, makmur dan sejahtera. Mengusahakan tata kehidupan yang adil dan beradab dan mengusahakan kegiatan dan komunikasi lintas suku, agama dan ras.

 

3.      Pandangan Kitab Suci mengenai Keberagaman tersebut

v  Pada bagian awal Kitab Kejadian (Kejadian 1: 1-2; 25)

   Tentang kisah penciptaan: hari ke-1 sampai dengan hari ke-6, Allah menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada, entah itu ciptaan yang bernapas maupun yang tidak bernapas. Allah menciptakan terang dan gelap, siang dan malam, memisahkan diri dari daratan. Tidak ada makhluk yang sama satu dengan yang lain.  Pluralitas yang ada dan terkadang bukan ditujukan untuk terbentuknya kelompok eksklusif yang dapat memicu munculnya konflik atau pertentangan.

 

 

 

v  Pengalaman Bangsa Israel.

   Bangsa Israel memiliki kebanggan yang tidak dapat disamai oleh bangsa-bangsa lain sampai hari ini. Dalam perjalanan waktu Bangsa Israel menyebut Tuhan dengan disertai nama Abraham dan keturunannya: Allah Abraham, Ishak, Yakub. Berbicara mengenai keturunan berarti berbicara mengenai proses. Kebanggan bangsa Israel  semakin dipertegas dengan dipilihnya Yakub oleh Allah. Ketika mereka diperbudak di Mesir.Rasa senasib itu semakin kuat sehingga mereka bisa menyelamatkan diri.

 

v  Pada Zaman Yesus.

            Bangsa Israel dijajah Bangsa Romawi, ada perbedaan antara orang Samaria dan orang Yahudi. Rasa kebangsaan orang Yahudi karena ada keyakinan dan harapan akan janji Allah yang diberikan kepada mereka.

 

4.      Tindakan-tindakan konkret yang dilakukan dalam menghadapi keanekaragaman yang ada dalam masyarakat:

·         Toleransi terhadap kehadiran agama, budaya dan suku lain

·         Membangun semangat dialog: membersihkan lingkungan tempat tinggal

·         Bergaul tanpa memandang suku, agama, dan ras

5.      Keprihatinan-keprihatinan hidup manusia yang dapat merusak kedamaian dan persatuan bangsa:

·         Keretakan hidup berbangsa dan bernegara dan formalisme agama

·         Korupsi           

·         Kemiskinan

·         Pengangguran

·         Kriminalitas

·         Kekerasan dalam Rumah Tangga

·         Lingkungan Hidup yang rusak

6.      Faktor-faktor yang menyebabkan timbunya keprihatinan-keprihatinan:

Gereja menyadari dirinya sebagai bagian integral dari masyarakat dan dunia sehingga umat Katolik tidak mungkin untuk menutup diri dan tidak peduli terhadap apa yang terjadi di luar Gereja. Kesadaran akan adanya kewajiban inilah yang memungkinkan umat Katolik memiliki motivasi untuk ambil bagian dalam penanganan keprihatinan masyarakat dan dunia.

7.      Sikap dan perjuangan Gereja dalam mengupayakan perdamaian dan persatuan umat manusia demi terwujudnya Kerajaan Allah

Sebagaimana diuraikan dalam refleksi SAGKI, Gereja hendak membaharui hidup dalam Habitus Baru.Perubahan diri, dalam arti pertobatan, hendaknya dimengerti sebagai kembali kepada misteri natal. Bertobat bukan hanya berarti perubahan hidup dari buruk/bersekutu dengan dosa berubah menjadi baik, tetapi harus dimengerti secara radikal, yaitu perubahan dari baik menjadi lebih baik; kalau sudah lebih baik berubah lagi menjadi terbaik atau sempurna. Umat katolik belum sempurna menjadi murid Kristus jika baru sampai pada level menjadi orang baik saja. Umat Katolik dituntut mempunyai semangat magis. Semangat magis adalah semangat dalam diri orang yang menandakan bahwa orang itu sendiri menginginkan yang terbaik dalam segala hal. Oleh karena itu, orang itu tidak membandingkan dirinya dengan orang lain, mereka tidak memamerkan keunggulannya pada orang lain, serta tidak meremehkan orang lain.

Mendalami Keanekaragaman dan Kesatuan Suatu Bangsa dalam Terang Iman Kristiani

 

1.    Mendalami  Ajaran Kitab Suci dan ajaran Gereja

 

a.    Mendalami Ajaran Pesan Kitab Suci

 

1)   Menyimak Ajaran Kitab Suci

 

§  Guru mengajak para peserta didik dalam kelompok untuk menyimak dan mendiskusikan  teks-teks   Kitab Suci berikut ini.

 

Kejadian  35:1-15

1Allah berfirman kepada Yakub: "Bersiaplah, pergilah ke Betel, tinggallah di situ, dan buatlah di situ mezbah bagi Allah, yang telah menampakkan diri kepadamu, ketika engkau lari dari Esau, kakakmu."2 Lalu berkatalah Yakub kepada seisi rumahnya dan kepada semua orang yang bersama-sama dengan dia: "Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan tukarlah pakaianmu.3 Marilah kita bersiap dan pergi ke Betel; aku akan membuat mezbah di situ bagi Allah, yang telah menjawab aku pada masa kesesakanku dan yang telah menyertai aku di jalan yang kutempuh."4 Mereka menyerahkan kepada Yakub segala dewa asing yang dipunyai mereka dan anting-anting yang ada pada telinga mereka, lalu Yakub menanamnya di bawah pohon besar yang dekat Sikhem.5 Sesudah itu berangkatlah mereka. Dan kedahsyatan yang dari Allah meliputi kota-kota sekeliling mereka, sehingga anak-anak Yakub tidak dikejar.6 Lalu sampailah Yakub ke Lus yang di tanah Kanaan -- yaitu Betel --, ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia.7 Didirikannyalah mezbah di situ, dan dinamainyalah tempat itu El-Betel, karena Allah telah menyatakan diri kepadanya di situ, ketika ia lari terhadap kakaknya.8 Ketika Debora, inang pengasuh Ribka, mati, dikuburkanlah ia di sebelah hilir Betel di bawah pohon besar, yang dinamai orang: Pohon Besar Penangisan.9 Setelah Yakub datang dari Padan-Aram, maka Allah menampakkan diri pula kepadanya dan memberkati dia.10 Firman Allah kepadanya: "Namamu Yakub; dari sekarang namamu bukan lagi Yakub, melainkan Israel, itulah yang akan menjadi namamu." Maka Allah menamai dia Israel.11 Lagi firman Allah kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa. Beranakcuculah dan bertambah banyak; satu bangsa, bahkan sekumpulan bangsa-bangsa, akan terjadi dari padamu dan raja-raja akan berasal dari padamu.12 Dan negeri ini yang telah Kuberikan kepada Abraham dan kepada Ishak, akan Kuberikan kepadamu dan juga kepada keturunanmu."13 Lalu naiklah Allah meninggalkan Yakub dari tempat Ia berfirman kepadanya.14 Kemudian Yakub mendirikan tugu di tempat itu, yakni tugu batu; ia mempersembahkan korban curahan dan menuangkan minyak di atasnya.15 Yakub menamai tempat di mana Allah telah berfirman kepadanya "Betel".

 

 

Yohanes 4:1- 42

    1Ketika Tuhan Yesus mengetahui, bahwa orang-orang Farisi telah mendengar, bahwa Ia memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada Yohanes. 2 meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya, 3 Ia pun meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea.4Ia harus melintasi daerah Samaria. 5 Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf.6 Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. 7Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku minum." 8  Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan. 9Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria) 10Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup." 11 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? 12 Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?" 13 Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, 14 tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." 15 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air." 16 Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini." 17 Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, 18 sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar." 19 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. 20 Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah." 21 Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. 22  Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. 23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. 24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." 25 Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami." 26 Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau." 27 Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya dan mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi tidak seorang pun yang berkata: "Apa yang Engkau kehendaki? Atau: Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?" 28 Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ:  "Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?" 30 Maka mereka pun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus. 31 Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: "Rabi, makanlah." 32 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal." 33 Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: "Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?" 34 Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. 35 Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. 36 Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita. 37 Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai. 38 Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka." 39 Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: "Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat." 40 Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Ia pun tinggal di situ dua hari lamanya. 41  Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya, 42 dan mereka berkata kepada perempuan itu: "Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia.

 

 

 

 

 

2)   Pendalaman

 

§    Guru mengajak para peserta didik untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan teks Kitab Suci yang telah dibacanya. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul kemudian diformulasikan untuk didiskusikan bersama.

§   Pertanyaan-pertanyaan untuk diskusi lebih lanjut, misalnya:

 

1)   Apa pesan Kejadian 35:1-15 dalam kaitan dengan semangat persatuan, kebersamaan?

2)   Apa pesan Yohanes 4:1- 42?

3)   Bagaimana sikap Yesus waktu Ia hidup di dunia ini terhadap keanekaan dari bangsanya? Apakah Ia pernah mendambakan semangat persatuan dari bangsanya yang terdiri atas suku-suku?

4)   Apa kaitan pesan Kitab Suci berkaitan dengan  sikap kita sebagai umat Kristiani kebhinekatunggalikaan di negeri kita Indonesia?

 

§    Guru meminta para peserta didik untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok dan setiap kelompok dapat memberikan tanggapan, atas laporan diskusi kelompok yang lain.

 

3)   Penjelasan

 

§  Guru memberikan penjelasan setelah mendapat jawaban dari para peserta didik, misalnya sebagai berikut:

 

-       Pada saat Mesias datang, bangsa Yahudi sudah dijajah oleh bangsa Romawi, karena mereka lemah dan terpecah belah. Ketika Yesus ingin mempersatukan mereka dalam suatu Kerajaan dan Bangsa yang baru yang bercorak rohani, Yesus mengeluh bahwa betapa sulit untuk mempersatukan bangsa ini. Mereka seperti anak-anak ayam yang kehilangan induknya .

-       Yesus bahkan berusaha untuk menyapa suku yang dianggap bukan Yahudi lagi seperti orang-orang Samaria. Kita tentu masih ingat akan sapaan dan dialog Yesus dengan wanita Samaria sumur Yakob.

-       Bagi orang Yahudi, orang Samaria adalah orang asing, baik dari sisi adat-istiadat maupun agamanya. Dalam praktek hidup sehari-hari pada zaman Yesus, antara orang Yahudi dan orang Samaria terjadi permusuhan. Orang Yahudi menganggap orang Samaria tidak asli Yahudi, tetapi setengah kafir. Akibatnya, mereka tidak saling menyapa dan selalu ada perasaan curiga. Yang menarik untuk direnungkan adalah kesediaan Yesus menyapa perempuan Samaria dan menerimanya. Dalam perbincangan dengan perempuan Samaria itu, Yesus menuntun perempuannya sampai pada kesadaran akan iman yang benar. Bagi Yesus siapa pun sama, perempuan Samaria bagi Yesus adalah sesama yang sederajat. Yesus tidak pernah membedakan manusia berdasar atas suku, agama, golongan, dan sebagainya. Di mata Tuhan tidak ada orang yang lebih mulia atau lebih rendah. Tuhan memberi kesempatan kepada siapa pun untuk bersaudara. Tuhan menyatakan diri-Nya bukan hanya untuk suku/golongan tertentu, tetapi untuk semua orang.

 

b.   Mendalami ajaran Gereja

 

1)   Menelusuri  ajaran Gereja

 

§  Setelah mendalamai pesan Kitab Suci, guru mengajak para peserta didik untuk menyimak dan mendiskusikan ajaran Gereja berikut ini:

 

“Tetapi kita tidak dapat menyerukan nama Allah Bapa semua orang, bila terhadap orang-orang tertentu, yang diciptakan menurut citra kesamaan Allah, kita tidak mau bersikap sebagai saudara. Hubungan manusia dengan Allah Bapa dan hubungannya dengan sesama manusia saudaranya begitu erat, sehingga Alkitab berkata: “Barang siapa tidak mencintai, ia tidak mengenal Allah” (1Yoh 4:8).  Jadi tiadalah dasar bagi setiap teori atau praktik, yang mengadakan pembedaan mengenai martabat manusia serta hak-hak yang bersumber padanya antara manusia dan manusia, antara bangsa dan bangsa. Maka Gereja mengecam setiap dikriminasi antara orang-orang atau penganiayaan berdasarkan keturunan atau warna kulit, kondisi hidup atau agama, sebagai berlawanan dengan semangat kristus. Oleh karena itu Konsili suci, mengikuti jejak para Rasul kudus Petrus dan Paulus, meminta dengan sangat kepada Umat beriman kristiani, supaya bila ini mungkin “memelihara cara hidup yang baik diantara bangsa-bangsa bukan Yahudi” (1Ptr 2:12), dan sejauh tergantung dari mereka hidup dalam damai dengan semua orang[13], sehingga mereka sungguh-sungguh menjadi putera Bapa di sorga”. (NA.5)

Allah, yang sebagai Bapa memelihara semua orang, menhendaki agar mereka semua merupakan satu keluarga, dan saling menghadapi dengan sikap persaudaraan. Sebab mereka semua diciptakan menurut gambar Allah, yang “menghendaki segenap bangsa manusia dari satu asal mendiami seluruh muka bumi” (Kis 17:26). Mereka semua dipanggil untuk satu tujuan yang sama, yakni Allah sendiri.

Oleh karena itu cinta kasih terhadap Allah dan sesama merupakan perintah yang pertama dan terbesar. Kita belajar dari Kitab suci,  bahwa kasih terhadap Allah tidak terpisahkan dari kasih terhadap sesama: “… sekiranya ada perintah lain, itu tercakup dalam amanat ini: Hendaknya engkau mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri … jadi kepenuhan hukum ialah cinta kasih” (Rom 13:9-10; lih. 1Yoh 4:20). Menjadi makin jelaslah, bahwa itu sangat penting bagi orang-orang yang semakin saling tergantung dan bagi dunia yang semakin bersatu.

Bahakan ketika Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa, supaya “semua orang menjadi satu …, seperti kita pun satu” (Yoh 17:21-22), dan membuka cakrawala yang tidak terjangkau oleh akalbudi manusiawi, ia mengisyaratkan kemiripan antara persatuan Pribadi-Pribadi ilahi dan persatuan putera-puteri Allah dalam kebenaran dan cinta kasih. Keserupaan itu menampakkan, bahwa manusia, yang di dunia ini merupakan satu-satunya makhluk yang oleh Allah dikehendaki demi dirinya sendiri, tidak dapat menemukan diri sepenuhnya tanpa dengan tulus hati memberikandirinya” (GS.24)

 

2)   Pendalaman

 

§  Guru mengajak para peserta didik untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan  berdasarkan teks ajaran Gereja yang telah dibacanya.

§  Guru mengajak para peserta didik untuk bersiskusi dalam kelompok, dengan panduan pertanyaan-pertanyaan:

a)   Apa pesan  ajaran Ggereja dalam  Nostra Aetate (NA) artikel 5 diatas?

b)   Apa pesan ajaran Gereja dalan Gaudium et Spes (GS) artikel 24 diatas?

c)    Apa sikap umat kristiani yang diharapkan?

 

3)   Penjelasan

§  Guru memberikan penjelasan setelah mendapat jawaban dalam diskusi dengan para peserta didik, misalnya sebagai berikut:

 

Sikap Yesus harus menjadi sikap setiap orang Kristiani, maka perlu diusahakan, antara lain:

a)   Sikap-Sikap yang Bersifat Mencegah Perpecahan

-       Upaya-upaya konkret untuk membangun kehidupan bersama harus dikembangkan dengan menghapus semangat primordial dan semangat sektarian dengan menghapus sekat-sekat dan pengkotak-kotakan masyarakat menurut kelompok-kelompok agama, etnis, dll.

 

b)   Sikap-Sikap yang Positif/Aktif

-       Dalam masyarakat majemuk, setiap orang harus berani menerima perbedaan sebagai suatu rahmat. Perbedaan/keanekaragaman adalah keindahan dan merupakan faktor yang memperkaya. Adanya perbedaan itu memberi kesempatan untuk berpartisipasi menyumbangkan keunikan dan kekhususannya demi kesejahteraan bersama.

-       Perlu dikembangkan sikap saling menghargai, toleransi, menahan diri, rendah hati, dan rasa solidaritas demi kehidupan yang tenteram, harmonis, dan dinamis.

-       Setiap orang bahu-membahu menata masa depan yang lebih cerah, lebih adil, makmur, dan sejahtera.

-       Mengusahakan tata kehidupan yang adil dan beradab.

-       Mengusahakan kegiatan dan komunikasi lintas suku, agama, dan ras.

 

2.    Menghayati  keberagaman dan Persatuan

 

a.    Refleksi

§  Guru mengajak para peserta didik untuk menuliskan refleksi tentang keberagaman dalam masyarakat dan bangsa Indonesia sebagai suatu anugerah dari Tuhan yang perlu disyukuri dan dipraktikan dalam hidup sehari-hari.

§  Mengungkapkan secara tertulis doa syukur untuk bangsa Indonesia yang telah dianugerahi keanekaragaman suku dan budaya.

 

b.   Aksi

§  Guru mengajak para peserta didik untuk membuat poster yang berisi ajakan untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa.

 

Evaluasi:

1.    Jelaskanlah keanekaragaman yang ada di masyarakat Indonesia pada saat ini?

2.    Bagaimana pandangan Kitab Suci mengenai keberagaman yang ada? Jelaskan!

3.    Sebutkanlah keprihatinan-keprihatinan hidup manusia yang dapat merusak kedamaian dan persatuan bangsa!

4.    Jelaskanlah sikap dan perjuangan Gereja dalam mengupayakan perdamaian dan persatuan umat manusia demi terwujudnya Kerajaan Allah!

 

 

 

 

BAB IV

 DIALOG DAN KERJA SAMA ANTARA UMAT

 

 


BAB IV DIALOG DAN KERJA SAMA ANTARAUMAT

 

 

 

 

 

 

Kompetensi Inti

1.      Menghargai dan menghayati  ajaran agama yang dianutnya.

 

2.      Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

 

3.      Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

 

4.      Mencoba,  mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

 

Kompetensi Dasar

3.4. Memahami makna berdialog serta bekerja sama dengan umat beragama lain

4.4. Berdialog serta kerja sama dengan umat beragama lain.

 

 

Indikator    

 

1.      Menganalisis  kekhasan ajaran agama-agama di Indonesia (agama Islam, Kristen Protesan,  Katolik, Hindu, Budha, Konghucu).

2.      Menganalisis persamaan-persamaan ajaran agama-agama di Indonesia Indonesia (agama Islam, Kristen Protesan,  Katolik, Hindu, Budha, Konghucu).

3.      Menganalisis  ajaran atau pandangan Gereja Katolik terhadap agama-agama dan kepercayaan  lain di Indonesia menurut Nostra Aetate  (NA)  art.  2 dan 3

4.      Menjelaskan sebab akibat terjadinya perpecahan dalam tubuh gereja yang melahirkan Gereja Katolik dan Gereja Protestan

5.      Menjelaskan persamaan dan perbedaan Gereja Katolik dan Gereja Protestan

6.      Menjelaskan ciri-ciri protestantisme

7.      Menjelaskan beberapa pokok penting ajaran Islam

8.      Menjelaskan macam-macam dialog yang dapat dilaksanakan antara umat Katolik dengan umat Islam dan sekaligus menemukan caranya

9.      Menjelaskan beberapa pokok penting ajaran agama Hindu, Budha, konghucu dan aliran kepercayaan

10.  Menjelaskan beberapa hal yang dapat kita pelajari dari agama Hindu dan Budha, Konghucu, Aliran Kepercayaan dan Agama Asli.

 

Materi Ajar

§  Berdialog dengan Umat Protestan

§  Berdialog dengan Umat Islam

§  Berdialog dengan Umat Hindu, Budha, Konghucu, dan Aliran Kepercayaan.

 

        I.            BERDIALOG DENGAN UMAT KRISTEN PROTESTAN

1.      Sejarah singkat Perpecaha Gereja

a.      Gereja Lutheran

Keadaan Gereja pada abad XVI sangat jelek. Gereja terlibat dalam banyak urusan duniawi. Paus menjadi sangat berkuasa dan memegang supremasi, baik dalam urusan Gereja maupun kenegaraan. Sementara itu, terjadi juga pemilihan paus yang tidak pantas seperti Paus Alexander VI dan Leo IX.Sering terjadi kasus korupsi dan komersialisasi jabatan Gereja.Banyak pejabat gereja menjadi pangeran duniawi dan melalaikan tugas rohani mereka, sehingga imam-imam paroki tidak terdidik, hidup dengan istri gelap, seringkali bodoh, tidak mampu berkotbah, dan tidak mampu mengajar umat.Keadaan semacam ini terjadi dalam kurun waktu yang lama.Teologi skolastik menjadi mandul dan masalah dogmatis dianggap sebagai perdebatan tentang hal sepele antara aneka aliran teologis.Banyak persoalan teologi mengambang dan tidak pasti.Banyak kebiasaan dalam umat belum seragam. Iman bercampur takhyul, kesalehan berbaur dengan kepentingan duniawi. Agama sering merupakan rutin sosial sehari-hari, yang profan dan yang suci bercampur aduk.

      Dalam situasi seperti itu, banyak orang yang bermaksud untuk memperbaharui hidup Gereja, namun tidak ditanggapi. Kemudian, tampilah Marthin Luther.Luther mula-mula menyerang masalah penjualan indulgensi. Kemudian, ia membela beberapa pandangan baru, khususnya ajaran tentang “pembenaran hanya karena iman” (sola fide). Luther menyerang wewenang paus dan menolak beberapa ajaran teologi sebelumnya dengan bertumpu hanya pada Alkitab sesuai dengan tafsiran sendiri.

      Luther semula pasti tidak menginginkan perpecahan. Ia ingin memelopori pembaharuan. Tetapi ia terseret oleh arus yang disebabkan oleh rasa tidak puas yang umum dalam umat yang mendambakan pembaharuan yang bentuknya kurang jelas. Ajaran - ajaran para teolog yang mendukung perbuatan-perbuatan saleh, kini diragukan Luther. Indulgensi, stipendia  untuk misa arwah, sumbangan untuk membangun Gereja bersama dengan patung-patung yang menghiasinya, pajak untuk roma, ziarah dan puasa, relikui dan kaul-kaul, semua tidak ditemukan dalam Kitab Suci, maka ditolak oleh Luther.Luther menegaskan : semuanya itu tidak bermanfaat untuk memperoleh keselamatan. Yang perlu hanya satu: beriman (sola fide). Orang yang percaya dibenarkan Allah tanpa mengindahkan perbuatan baik manusia (sola gratia). Lalu dengan sendirinya orang yang dibenarkan itu akan berbuat baik dengan bebas dan tenang, bukan karena cemas akan keselamatannya. Jadi, rasa lega membuat orang tertarik kepada kotbah Luther yang disebarluaskan di seluruh Jerman.

      Sola fide –fides ex audition- “hanya iman, dan iman karena mendengar” itu sudah cukup untuk menjamin keselamatan. Maka, tujuh sakramen tidak penting lagi, selibat tidak berguna, hidup membiara tidak berarti. Semuanya ini “buatan paus” saja untuk mengejar kuasa dan untung. Maka, imam, biarawan, dan suster berbondong-bondong meninggalkan biara mereka masing-masing.

      Luther didukung oleh banyak kelompok dengan alasan berbeda-beda, misalnya para bangsawan yang mengingini milik biara, warga kota yang mendambakan kebebasan berpikir, para petani yang ingin lepas dari kerja rodi dan pajak, para nasionalis yang membenci privilege Roma, para humanis yang ingin membuang kungkungan teologi skolastik, pemerintahan kota-kota kerajaan yang mencium kesempatan memperluas wewenang mereka di kota. Maka, Luther tampil sebagai pahlawan pembebasan. Ia disambut dengan antusias. Orang mengira akhirnya pembaharuan sungguh-sungguh dimulai juga. Mula-mula Roma kurang menyadari apa yang terjadi, kemudian bereaksi salah, sehingga tidak mampu mengarahkannya lagi.

      Banyak hal baru dimulai, namun tidak jarang merupakan perusakan yang alam saja.Bukan reformasi Gereja yang lama.Tetapi, orang sudah menunggu terlalu lama.Mereka tidak sabar lagi.Maka, ekskomunikasi Luther oleh paus (1520) dan pengucilan oleh kaisar (1523) tidak dapat membendung gerakan ini lagi.Roma tidak memahami reksi dahsyat di Jerman ini dan masih lama bertindak seperti pada abad-abad sebelumnya.Luther juga mulai menyerang umat yang setia kepada paus.Tuntutannya semakin radikal.Persatuan Gereja tidak dapat dicari lagi, bahkan diboikot.Para bangsawan yang mendukungnya tidak tertarik pada persatuan kembali, karena antara lain milik Gerejani yang mereka rampas tidak mau mereka kembalikan. Unsur keagamaan, politis, dan pribadi di kedua belah pihak menyulitkan persatuan kembali. Reformasi selesai; umat terpecah-belah ke dalam kelompok katolik, Lutheran, kalvinis, anglikan dan sebagainya.

 

b.      Gereja Kalvinis

Tokoh reformasi lain adalah Yohanes Calvin (1509-1564). Tokoh ini tidak jauh berbeda dengan Luther.Ia ingin membaharui Gereja dalam terang Injil. Calvin dalam bukunya yang berjudul Institutio Christianae Religionis”menggambarkan Gereja dalam dua dimensi, yakni Gereja sebagai persekutuan orang-orang terpilih sejak awal dunia yang hanya dikenal oleh Allah dan Gereja sebagai kumpulan mereka yang dalam keterbatasannya di dunia mengaku diri sebagai pengikut Kristus dengan ciri-ciri pewartaan Injil danpelayanan sakramen-sakramen.Pengaturan Gereja ditentukan oleh struktur empat jabatan, yakni pastor,pengajar, diakon, dan penatua.

 

c.       Gereja Anglikan

Anglikantisme bermulapada pemerintahan Henry VIII 1509 – 1547.Di Inggris raja Henry VIII menobatkan dirinya sebagai kepala Gereja karena Paus di Roma menolak perceraiannya. Anglikantisme menyerappengaruh reformasi,namun mempertahankan beberapa corak Gereja (Uskup – Imam – Diakon), sehingga berkembang dengan warna yang khas.                                                Gereja menteng

Komuni Anglikan adalah afiliasi sedunia dari Gereja-gereja Anglikan."Gereja Anglikan" selalu mempunyai otoritas yuridis yang universal, karena setiap gereja nasional atau regional mempunyai otonomi yang penuh. Seperti yang tersirat dari namanya, Komuni Anglikan adalah asosiasi dari gereja-gereja ini yang memiliki komuni penuh atau persekutuan dengan Gereja Inggris (yang dapat dianggap sebagai "gereja induk" dari komuni sedunia, dan secara khusus dengan primatnya, Uskup Agung Canterbury. Dengan lebih dari 70 juta anggotanya, Komuni Anglikan adalah komuni terbesar ketiga di dunia, setelah Gereja Katolik Roma dan Gereja-gereja Ortodoks Timur.

Raja atau Ratu Britania (sekarang ini Elizabeth II), secara konstitusional memegang gelar sebagai "Pemimpin Tertinggi Gereja Inggris".Namun pada praktiknya, kepemimpinan administratif gereja berada di tangan Uskup Agung Canterbury. Komuni Anglikan sedunia yang terdiri atas gereja-gereja nasional atau regional yang independen mengakui Uskup Agung Canterbury sebagai semacam pemimpin 'simbolik'. Dr. Rowan Williams telah menjadi Uskup Agung Canterbury sejak 2002.

Selama hampir seribu tahun Inggris menjadi bagian dari Gereja Katolik Roma.Pada 1534 Gereja di Inggris memisahkan diri dari Roma, pada masa pemerintahan Raja Henry VIII.Di bawah anaknya, Edward VI Gereja ini secara teologis menjadi lebih radikal, namun kemudian sebentar bergabung kembali dengan Gereja Roma pada masa pemerintahan Ratu Mary I, pada 1555.Di bawah Elizabeth I dibentuklah sebuah Gereja yang mapan (artinya, takluk kepada dan merupakan bagian dari negara), yang agak bersifat protestan, Katolik, dan apostolik.Gereja ini mengakomodasi posisi-posisi teologis yang merentang luas, yang menjadi cirinya sejak saat itu.

 

d.      Gereja Katolik

Reaksi dari Gereja Katolik Roma atas gerakan reformasi ini adalah “Kontra – Reformasi” atau “Gereja Pembaharuan Katolik”. Gerakan pembaharuan ini dimulai dengan menyelenggarakan Konsili Trente (1545 – 1563), Gereja Katolik berusaha untuk menyingkirkan kesesatan-kesesatan dalam Gereja dan menjaga kemurnian Injil”. Konsili juga menegaskan posisi Katolik dalam hal-hal yang disangkal oleh pihak reformasi (Soal Kitab Suci dan Tradisi, Penafsiran Kitab Suci, Pembenaran, jumlah sakramen-sakramen, kurban misa, imamat dan tahbisan, pembedaan imam dan awam serta lain-lainnya).

      Konsisi Trente dan sesudahnya menekankan Gereja sebagai penjaga iman yang benar dan utuh, ditandai dengan sakramen-sakramen. Khususnya ekaristi yang dimengerti serta dirayakan sebagai kurban sejati. Gereja bercorak hierarkis yang dilengkapi dengan jabatan-jabatan Gerejani dan imamat yang berwewenang khusus dalam hal merayakan ekaristi, melayani pengakuan dosa; Gereja adalah kelihatan dan ini menjadi jelas dalam lembaga kepausan sebagai puncaknya; Gereja mewujudkan diri sebagai persekutuan para kudus lewat penghormatan pada mereka (para kudus); Gereja menghormati tradisi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Katedral di Jakarta

 

2.      CIRI-CIRI PROTESTANTISME DAN PERBEDAANNYA DENGAN GEREJA KATOLIK

a.      Gereja diadakan oleh rahmat Tuhan, oleh pilihan, sabda, sakramen, dan anugerah iman. Gereja yang benar ini tidak kelihatan dan tidak identik dengan Gereja-gereja yang kita ketahui anggota dan susunannya.

b.      Kitab Suci adalah satu-satunya sumber ajaran dan susunan Gereja. Maka, sola scriptura (diselamatkan karena Kitab Suci) adalah prinsip formal protestantisme. Alkitab menerangkan sendiri artinya kepada setiap orang yang membacanya, sehingga Gereja tidak berwenang memberi tafsiran otentik

c.       Pembenaran dari semula sampai selesai semata-mata rahmat Ilahi (Sola Gratia). Tuhan menyatakan orang beriman benar bukan karena ia benar, melainkan karena kebenaran yang lain, yaitu kebenaran Kristus yang dikenakan padanya. Perbuatan baik manusia adalah buah rahmat ilahi semata-mata, tetapi tidak berarti untuk memperoleh pembenaran. Maka, keselamatan diharapakan hanya dari Sabda Ilahi saja.

d.      Sabda Ilahi adalah satu-satunya sarana rahmat yang dapat berbentuk Alkitab, Kotbah, sakramen, dan pembicaraan rohani.

e.      Imamat umum semua orang beriman saja yang diakui, sehingga pendeta dan orang awam hanya berbeda menurut fungsi saja tanpa perbedaan rohani secara eksistensial.

 

3.      PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA KATOLISISME DAN PROTESTANTISME

Persamaan antara Gereja Katolik dan Gereja Protestan jelas sangat banyak dan menyangkut hal-hal yang sangat fundamental, karena berasal dari Yesus Kristus yang diakui oleh keduanya sebagai dasar Gereja. Keduanya mengakui Allah yang sama, para nabi, Kitab suci, dan syahadat yang sama.

Perbedaanya;

KATOLIK

PROTESTAN

Tekanan ada pada sakramen dan pada segi sakramen (tanda kelihatan) dari karya keselamatan Allah

Tekanan pada sabda/pewartaan dan pada segi misteri karya Allah

Kultis, yang mementingkan kurban (Ekaristi) Hubungan dengan Gereja menentukan hubungan dengan Kristus

Profetis, yang berpusat pada sabda (pewartaan). Hubungan dengan Kristus menentukan hubungan dengan Gereja

Gereja secara hakiki bersifat hirarkis

Segala pelayanan gerejawi adalah ciptaan manusia

Kitab Suci dibaca dan dipahami di bawah pimpinan hierarki

Setiap orang membaca dan mengartikan Kitab Suci

Jumlah Kitab Suci 73, termasuk Deuterokanonika yaitu: 1, 2 Makabe, Sirakh, Kebijaksanaan, Tobit, Yudith dan Baruk

Jumlah Kitab Suci 66, tidak termasuk Deuterokanonika

Ada 7 sakramen

Ada 2 sakramen, yaitu sakramen Baptis dan Ekaristi/Perjamuan

Ada devosi kepada para Kudus

Tidak menerima devosi kepada para kudus

 

4.      USAHA UNTUK BERDIALOG DAN KERJA SAMA ANTAR-SESAMA GEREJA KRISTUS

Gerakan ekumenis ialah: kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha untuk menanggapi bermacam-macam kebutuhan Gereja dan berbagai situasi dalam rangka mendukung kesatuan umat Kristen, misalnya:

·         Upaya untuk menghindari kata-kata, penilaian-penilaian, dan tindakan-tindakan yang ditinjau dari sudut keadilan dan kebenaran tidak cocok dengan situasi saudara-saudari yang terpisah, dankarena itu mempersukar hubungan-hubungan dengan mereka.

·         Melaksanakan dialog, terutama dialog kehidupan, dialog karya

·         Menyelenggarakan kerja sama demi kesejahteraan umum

·         Doa bersama atau ibadat bersama sejauh memungkinkan dapat dilaksanakan sebagai puncak dari suatu kegiatan yang bersifat ekumenis.

 

      II.            BERDIALOG DENGAN UMAT ISLAM

1.      Pengertian Islam

Islam (bahasa Arab) berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, masuk ke dalam suasana damai, sejahtera, dan hubungan serasi, baik antarsesama manusia maupun antara manusia dan Allah. Islam merupakan agama monoteis dengan tekanan kuat pada  Allah yang Mahabesar. Monoteisme Islam (yang disebut tauhid) sedemikian ditekankan sehingga takada toleransi sedikit pun terhadap apapun juga yang dapat mengaburkan keesaan Allah. Syirk atau

“mensyarikat-kan Allah” berarti menempatkan sesuatu, betapapun kecilnya, di samping atau sejajar dengan Allah.Syirk merupakan dosa yang terbesar.

 

 

 

 

 

 

 

 

2.      Beberapa Ajaran pokok Agama Islam

a.      6 (enam) Rukun Iman Islam

1.      Percaya kepada Allah yang Mahaesa dan Muhammad sebagai rasul Allah

2.      Percaya kepada Malaikat

3.      Percaya kepada Kitab Suci

4.      Percaya kepada Rasul

5.      Percaya kepada Hari Kiamat

6.      Percaya kepada Takdir Ilahi

 

b.      5 (lima) Rukun Islam

1.      Syahadat

2.      Sholat lima waktu

3.      Saum (puasa dalam bulan ramadhan

4.      Zakat

5.      Haji (naik haji ke Mekah)

 

3.      Ajaran Islam tentang sikap Islam terhadap agama lain

a.      Surat Al Baqarah 62

Dalam hubungannya dengan agama lain, agama Islam mempunyai sikap dasar toleransi yang tinggi. Toleransi Islam digariskan langsung dalam Al-Quran. Misalnya dalam Sura Al Baqarah 62 disebutkan “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan orang Yahudi dan Nasrani dan Kaum Shobiin itu adalah orang-orang yang percaya kepada Allah, hari kiamat dan beramal soleh maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya, dan tidak ada ketakutan bagi mereka dan juga tidaklah mereka merasa patah hati.”

b.      Surat Al Madiah 83

Dalam sura Al madiah 82 juga disebutkan: ”Dan sesungguhnya kamu akan mendapatkan orang-orang yang paling dekat rasa kasih sayangnya kepada orang-orang mukmin ialah mereka yang menyatakan dirinya kami adalah orang-orang Nasrani.”Dalam Islam juga ada keyakinan bahwa tidak ada paksaan dalam hal memeluk agama. Bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri telah banyak memberi contoh bagaimana ia menghormati dan menyayangi orang yang beragama lain.

 

4.      Ajaran Katolik tentang Sikap Kita terhadap Islam

Dalam Dekrit Konsili Vatikan II, tentang hubungan Gereja dengan agama-agama bukan Kristen (Nostra Aetate 3), sikap gereja Katolik terhadap Islam dirumuskan sebagai berikut:

“Gereja juga mengharagai umat Islam, yang menyembah Allah satu-satunya, yang hidup dan berdaulat, penuh belas kasihan, maha kuasa pencipta langit dan bumi, yang telah bersabda kepada umat manusia.Kaum muslimin berusaha menyerahkan diri dengan segenap hati kepada ketetapan-ketetapan Allah juga yang bersifat rahasia, seperti dahulu Abraham – iman Islam dengan suka rela mengacu kepadanya – telah menyerahkan diri kepada Allah.Memang mereka tidak mengakui Yesus sebagai Allah, melainkan menghormati-Nya sebagai Nabi. Mereka juga mengormati Maria Bunda-Nya yang tetap perawan, dan pada saat-saat tertentu dengan khidmat berseru kepadanya. Selain itu mereka mendambakan Hari Pengadilan, bila Allah akan mengganjar semua orang yang telah bangkit, maka mereka juga menjunjung tinggi kehidupan susila, dan berbakti kepada Allah terutama dalam doa, dengan memberi sedekah, dan berpuasa.

 

5.      Bentuk-bentuk dialog

 

a.      Dialog Kehidupan

Dalam kehidupan bermasyarakat dapat terjadi bahwa kita berdampingan dan bertetangga dengan sesama saudara yang Islam.Kita harus berusaha untuk hidup rukun dan saling bertegur sapa.

b.      Dialog Karya

Ada banyak karya demi kepentingan umum dan demi kemanusiaan yang mendorong kita untuk bekerja sama. Dalam kerja sama itu kita akan lebih dekat dan lebih mengenal satu sama lain

 

c.       Dialog teologis (Doktrin)

Ada banyak ajaran Islam yang indah dan menyelamatkan. Konsili Vatikan II mengatakan bahwa dalam agama Islam pasti ada banyak kebenaran dan keselamatan yang dapat kita timba.Demikian juga sebaliknya.

 

d.      Dialog Iman

Kita saling mensharingkan kesaksian hidup kita sebagai orang beriman: dapat juga saling meneguhkan.

 

6.      Menghilangkan rasa Curiga dan Membangun Persaudaraan Sejati

a.      Hal-hal yang dapat menghambat pelaksanaan dialog antara lain:

·         Sikap saling curiga satu sama lain

·         Isue Kristenisasi dan Islamisasi

·         Takut dan curiga

·         Menutup diri

·         Menganggap diri paling baik dan yang lain salah dan sebagainya

b.      Kita dapat menghilangkan sikap saling curiga dan arogansi antara lain dengan:

·         Saling membuka diri, berusaha untuk saling mengenal

·         Saling mengunjungi dalam kesempatan-kesempatan tertentu

·         Bahu-membahu untuk menyelesaikan masalah bersama

·         Saling menghormati

 

 

 

 

 

 

 

    III.            BERDIALOG DENGAN UMAT HINDU, BUDHA, KONGHUCU, ALIRAN KEPERCAYAAN DAN AGAMA ASLI

1.      Agama Hindu

 

 

 

 

 

 

 

 

Seorang perempuan Hindu Bali sedang menempatkan sesajian di tempat suci keluarganya

§  Agama Hindu masuk ke Indonesia tahun 1993, dengan nama agama Hindu Dharma. Ibadat dalam agama Hindu merupakan unsur yang sangat pokok, berupa upacara-upacara harian yang dilaksanakan di tempat-tempat dan pada saat-saat yang berkaitan erat dengan irama hidup manusia setiap hari seperti sekitar rumah tinggal, sumber-sumber air, persawahan, pada waktu matahari terbit, dan matahari terbenam, serta waktu-waktu penting lainnya.

§  Kitab-kitabnya: Weda, Usana bali dan juga Upanisad

§  Ajaran yang pokok.

Yang menjadi tujuan pokok hidup manusia menurut Hindu Dharma adalah mokhsa, yaitu pembebasan dari lingkaran reinkarnasi yang tak habis-habisnya. Pembebasan atau mokhsa ini dapat dicapai melalui tiga jalan (trimarga), yaitu;

*      karma marga: askese badani, yoga, tapa, ketaatan pada aturan-aturan kasta.

*      jnana marga: askese budi, mengheningkan cipta dalam meditasi, dengan tujuan semakin menyadari kesatuan dirinya dengan sang Brahma

*      bhakti marga: orang menyucikan diri dengan penyerahan diri seutuhnya menuju pertemuan dalam cinta kasih dengan Tuhan.

§  Kasta-kasta:  brahmana, kesatria (keduanya menjadi kasta bangsawan), waiseya (petani, prajurit, dan pedagang), sudra/jaba (rakyat jelata). Di luar keempat kasta ini masih ada kelompok kelima yang disebut paria, yakni: mereka yang tersisih, tak mempunyai tempat sosial, marginal, dan terbuang.

§  Hari Raya: Hari Nyepi sebagai hari besar keagamaan. Ada juga hari raya Galungan (yang jatuh pada hari Rabu Kliwon) dan Wuku Dungulan (setiap 20 hari sekali).

 

2.      Agama Budha

 

 

 

 

 

 

Bhikku Buddha melaksanakan puja bakti di Borobudur

§  Pendiri: Sidharta Gautama (554 – 478 SM)

§  Inti ajaran Agama Budha:  Catur Arya Satya, yaitu Empat kesunyataan atau kebenaran mulia, yaitu:

*      Dukha-Satya: hidup dalam segala bentuk adalah penderitaan

*      Samudaya-Satya: penderitaan disebabkan karena manusia memiliki keinginan dan nafsu

*      Nirodha-Satya: penderitaan itu dapat dilenyapkan (mokhsa) dan orang mencapai nirwana dengan membuang segala keinginan dan hawa nafsu.

*      Marga-Satya: jalan untuk mencapai pelenyapan penderitaan sehingga dapat masuk ke dalam nirvana adalah delapan jalan utama yaitu: keyakinan yang benar, pikiran yang benar, perkataan yang benar, perbuatan yang benar, penghidupan yang benar, daya upaya yang benar, perhatian yang benar, dan semedi yang benar.

§  Hari Raya: Waisak

 

3.      Agama Konghucu

 

 

JAMBI – Majelis Agama Khonghucu Indonesia (Makin) Klenteng “Sai Che Tien”

 

§  Pendirinya: Konghucu. Ia Lshir di kota Tsow di negeri Lu dataran Cina. Ia ditinggal bapaknya waktu ia masih berusia 3 tahun dan pada usia 26 tahun ibunya juga meninggal dunia. Sejak kecil ia suka berdoa. Dalam permainan dengan teman sebayanya, ia suka memerankan diri sebagai seorang yang memimpin doa. Pada masa mudanya, ia sangat berhasil dalam tugasnya di dinas pertanian dan peternakan. Ia berhasil menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur. Konghucu tumbuh menjadi seorang yang jujur, hidup sederhana, dan suka memberi nasehat orang lain. Ia dikenal sebagai guru dan pemimpin yang bijaksana. Ajaran-ajaran Konghucu terus dipelihara oleh pengikutnya dan dihayati sebagai jalan hidup.

§  Inti Ajaran Konghucu

Konghucu sangat mementingkan ajaran moral. Jika setiap orang dapat mengusahakan keharmonisan dengan sesama, dengan alam, dan dengan Tuhan maka akan tercipta perdamaian Allah. Tujuan hidup yang dicita-citakan dalam Konghucu adalah menjadi seorang Kuncu (manusia budiman). Seorang kuncu adalah orang yang memiliki moralitas tinggi yang mendekati moralitasSang Nabi (Konghucu).Agama Konghucu sangat menghormati arwah leluhur.Tuhan yang Maha Esa disebut Tuhan.

 

4.      Aliran Kepercayaan

§  Kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa mementingkan sikap batin dan berkisar pada ilham dari diri sendiri, yakni:

ü  Peningkatan integrasi diri manusia (melawan pengasingan)

ü  Pengalaman batin bahwa diri pribadi beralih ke kesatuan dan persatuan yang lebih tinggi

ü  Partisipasi dalam tata tertibsempurna yang mengatasi daya kemampuan manusia biasa.

Aliran-aliran kepercayaan ingin mencapai budi luhur untuk meraih kesempurnaan hidup. Hal itu dilakukan secara perseorangan atau dalam kelompok-kelompok perguruan. ”Umat” dalam aliran kepercayaan sulit dibatasi.Organisasi tidak dipentingkan, sumbernya adalah tradisi agama-agama asli.

 

 

 

 

§  Kaitan antara Aliran Kepercayaan dan Agama Asli

Aliran kepercayaan tidak langsung berkembang dari agama asli, tetapi unsur-unsur kebatianan, kerohanian, atau mistisisme dan kejiwaan yang mengembangkan budi pekerti serta adat etis, sudah ada dalam agama asli nusantara. Agama-agama asli di Indonesia dalam peredaran zaman mengalami banyak tantangan, tidak hanya dari yang disebut “agama internasional: tetapi juga dari perkembangan kebudayaan dan modernisasi. Menurut kepercayaan asli seluruh alam merupakan satu kesatuan sakral, yang didekati manusia melalui sistem penggolongan dan pembagian. Pandangan hidup ini tidak cocok dengan alam pikiran modern, dan memaksa para penganut agama asli mengubah cara berpikir dan mereka menemukannya pada aliran kepercayaan itu. Orang mulai menggali harta terpendam dari pusaka kebudayaan asli. Dengan demikian, tradisi nenek moyang berkembang menjadi suatu kebudayan rohani, yang unsur-unsurnya menyangkut prilaku, hukum, dan ilmu suci.

 

§  Ibadat dan Pembinaan

Unsur ibadat menjadi amat sederhana, sebab yang pokok adalah kesadaran dan keyakinan serta hati nurani.Pertemuan-pertemuan diarahkan pertama-tama kepada pembinaan hati, serta menghaluskan budi pekerti dalam tata pergaulan.Tujuannya adalah pendidikan, bukan kebaktian, sebab setiaporang menemukan Tuhan dalam hatinya sendiri.Dengan membersihkan hati serta mengembangkan kedewasaan rohani, maka dengan sendirinya dimaksud sebagai pernyataan dan pelaksanaan hubungan pribadi dengan Allah yang diwujudkan dalam prilaku ketakwaan terhadap Tuhan.Peribadatan merupakan  pengalaman budi luhur, bukan suatu kebaktian lahiriah, maka juga tidak ada tempat atau petugas ibadat. Semua bersifat batiniah.

 

Contoh Agama Asli: Agama Merapu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Agama Marapu adalah "agama asli" yang masih hidup dan dianut oleh orang Sumba di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.Adapun yang dimaksud dengan agama Marapu ialah sistem keyakinan yang berdasarkan kepada pemujaan arwah-arwah leluhur (ancestor worship). Dalam bahasa Sumba arwah-arwah leluhur disebut Marapu, berarti “yang dipertuan” atau “yang dimuliakan”. Karena itu agama yang mereka anut disebut Marapu pula. Marapu ini banyak sekali jumlahnya dan ada susunannya secara hirarki yang dibedakan menjadi dua golongan, yaitu Marapu dan Marapu Ratu.Marapu ialah arwah leluhur yang didewakan dan dianggap menjadi cikal-bakal dari suatu kabihu (keluarga luas, clan), sedangkan Marapu Ratu ialah marapu yang dianggap turun dari langit dan merupakan leluhur dari para marapu lainnya, jadi merupakan marapu yang mempunyai kedudukan yang tertinggi. Kehadiran para marapu di dunia nyata diwakili dan dilambangkan dengan lambang-lambang suci yang berupa perhiasan mas atau perak (ada pula berupa patung atau guci) yang disebut Tanggu Marapu. Lambang-lambang suci itu disimpan di Pangiangu Marapu, yaitu di bagian atas dalam menara uma bokulu (rumah besar, rumah pusat) suatu kabihu.

Walaupun mempunyai banyak Marapu yang sering disebut namanya, dipuja dan dimohon pertolongan, tetapi hal itu sama sekali tidak menyebabkan pengingkaran terhadap adanya Yang Maha Pencipta. Tujuan utama dari upacara pemujaan bukan semata-mata kepada arwah para leluhur itu sendiri, tetapi kepada Mawulu Tau-Majii Tau (Pencipta dan Pembuat Manusia), Tuhan Yang Maha Esa.Pengakuan adanya Yang Maha Pencipta biasanya dinyatakan dengan kata-kata atau kalimat kiasan, itu pun hanya dalam upacara-upacara tertentu atau peristiwa-peristiwa penting saja.Dalam keyakinan Marapu, Yang Maha Pencipta tidak campur tangan dalam urusan duniawi dan dianggap tidak mungkin diketahui hakekatnya sehingga untuk menyebut nama-Nya pundipantangkan.

 

   IV.            BERBAGAI BENTUK DIALOG

Ada berbagai bentuk dialog yang dapat kita kembangkan dengan saudara-saudari umat Hindu, Budha, Konghucu, Aliran Kepercayaan dan agama asli, antara lain sebagai berikut:

*      Dialog Kehidupan

Kita sering hidup bersama dengan umat beragama lain dalam suatu lingkungan atau daerah. Dalam hidup bersama itu, kita tentu berusaha untuk bertegur sapa, bergaul dan saling mendukung serta saling membantu satu samalain. Hal itu dilakukan bukan saja demi tuntutansopan santun dan etikapergaulan, tetapi juga tuntutan iman kita.

 

*      Dialog Karya

Dalam hidup bersama dengan umat beragama lain, kita sering diajak dan didorong untuk bekerja sama demi kepentingan bersama atau kepentingan yang lebih luas dan luhur. Kita bekerja sama dalam kegiatan sosial karitatif, kegiatan rekreatif, dsb.

*      Dialog Iman

Dalam hal hidup beriman, kita dapat saling memperkaya, walaupun kita berbeda agama. Ada banyak ajaran iman yang sama, ada bayak visi dan misi agama yang sama. Lebih dari itu semua, kita memiliki perjuangan yang sama dalam menghayati ajaran iman kita. Dalam hal ini, kita dapat saling belajar, saling meneguhkan, dan saling memperkaya. Dari pihak kita, umat Katolik, dapat memberikan kesaksiaan iman kita tentang bagaimana kita menghayati nilai-nilai Injili seperti: cinta kasih, solidaritas, pengampunan, pemaafan, kebenaran, kejujuran, keadilan, perdamaian, dsb.

 

     V.            APA YANG KITA PELAJARI.

*      Dari Agama Hindu dan Budha (juga aliran kepercayaan), kita dapat belajar, misalnya, tentang penekanan pada hal-hal batin. Agama Hindu dan Budha sangat menekankan doa batin, meditasi, kontemplasi. Yoga dan berbagai seni bermeditasi lainnya sangat disukai dan dipraktekkan di seluruh dunia.

*      Dari agama Konghucu, kita dapat belajar tentang penekanan dan penghayatan pada hidup moral dan perilaku. Mereka sangat menekankan praktek hidup yang baik. Agama konghucu dan agama Budha adalah agama moral.

*      Dari aliran Kepercayaan dan agama asli, kita dapat belajar tentang kedekatan pada alam lingkungan hidup. Agama asli percaya akan keharmonisan seluruh kosmis ini. Ada mata rantai kehidupan yang melingkupi seluruh alam raya ini, yang tidak boleh dirusakkan. Maka, umat agama asli selalu membuat upacara sebelum mereka mengolah tanah atau menebang pohon, semacam tindakan minta izin kepada sesama saudara sekehidupan.

*      Dalam gerakan melestarikan ekologi saat ini, kita dapat menimba inspirasi dari agama asli.

                           

   VI.             EVALUASI

1.      Jelaskanlah pengertian istilah sola fide, sola scriptura, sola gratia!

2.      Jelaskanlah ciri-ciri protestantisme!

3.      Jelaskanlah perbedaan dan persamaan antara Katolisme dan Protestantisme!

4.      Sebutkanlah 6 rukun iman Islam dan 5 hukum Islam!

5.      Sebut dan jelaskanlah bentuk-bentuk dialog!

6.      Jelaskanlah ajaran pokok dalam agama Hindu!

7.      Jelaskanlah Inti Ajaran Agama Budha!

8.      Jelaskanlah inti ajaran agama Konghucu!

9.      Jelaskanlah inti ajaran Aliran Kepercayaan!

10.  Apa yang dapat kita pelajari dari agama Hindu, Budha, Konghucu, aliran Kepercayaan dan agama asli?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

PERAN SERTA UMAT KATOLIK

DALAM  MEMBANGUN BANGSA INDONESIA

 

 

 

 

 


 

 

 

 

Kompetensi Inti

1.            Menghargai dan menghayati  ajaran agama yang dianutnya.

 

2.            Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

 

3.            Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

 

4.            Mencoba,  mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

 

Kompetensi Dasar

3.5. Memahami makna makna keterlibatan aktif umat Katolik dalam membangun bangsa dan negara.

4.5. Berperan aktif umat Katolik dalam membangun bangsa dan negara Indonesia.

 

Indikator

1.      Menjelaskan akar masalah yang paling pokok yang membuat negeri kita tidak sejahtera.

2.      Menganalisis situasi masyarakat Indonesia dalam terang Kitab Suci (Luk 4:18-19)

3.      Menjelaskan ajaran Gereja tentang usaha-usaha masyarakat untuk membangun masyarakat seperti yang dikehendaki Tuhan (Evangelii Nuntiandi artikel 31)

4.      Menjelaskan hambatan-hambatan dalam usaha membangun masyarakat yang dikehendaki Tuhan dan cara mengatasinya;

5.      Menjelaskan  partisipasi-aktif apa  yang dapat dlakukan untuk membangun masyarakat yang dikehendaki Tuhan.

6.      Menjelaskan akar masalah yang paling pokok yang membuat negeri kita tidak sejahtera.

7.      Menyebutkan beberapa prinsip dasar dalam Membangun Masyarakat yang Adil dan sejahtera.

 

4.      Materi Ajar

§  Membangun Masyarakat Yang Dikehendaki Tuhan

 

A.     Situasi Negeri kita saat ini

1.      Situasi Politik dan Ekonomi

Dewasa ini, politik hanya dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Dari apa yang sedang berlangsung sekarang, tampak bahwa politik menjadi ajang pertarungan kekuatan dan perjuangan untuk memenangkan kepentingan kelompok atau kepentingan finansial pribadi atau kelompok. Terkesan tidak ada upaya serius untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. Bukan kepentingan bangsayang diutamakan melainkan kepentingan kelompok, dengan mengabaikan cita-cita dan kehendak kelompok lain. Yang lebih memprihatinkan lagi ialah agama sering digunakan untuk kepentingan kelompok politik. Simbol-simbol agama dijadikan lambang politik kelompok tertentu dan dengan demikian membangun sekat-sekat antara pemeluk agama, yang kadang kala melahirkan berbagai bentuk kekerasan yang berbau SARA.

      Politik kekuasaan yang mementingkan kelompok sendiri semacam itu, dengan sendirinya akan mengorbankan tujuan utama, yakni kesejahteraan bersama yang mengandaikan kebenaran dan keadilan. Penegakan hukum juga diabaikan. Akibatnya, fenomena KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) tidak ditangani secara serius, bahkan makin merajalela di berbagai wilayah, lebih-lebih sejak pelaksanaan otonomi daerah. Otonomi daerah yang seharusnya dimaksudkan sebagai desentralisasi kekuasaan, kekayaan, fasilitas, dan pelayanan ternyata menjadi desentralisasi KKN. Perhatikan salah satu berita di bawah ini:

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menilai secara umum, komitmen pemimpin bangsa masih rendah dalam memberantas korupsi. Kalau pun ada dari sebagian pemimpin yang memberikan perlawanan terhadap korupsi, itu masih dianggap tidak konsisten.

Demikian diungkapkan Wakil Ketua KPK, Zulkarnaen saat dihubungi wartawan, Rabu (16/5/2012).

"Komitmen pemimpin masih rendah dan tidak konsisten," tegasnya.

Oleh karena itu, lembaga penegak hukum khusus yang lahir pada era reformasi itu, justru menganggap pelaksanaan demokrasi saat ini tidak kondusif untuk memberantas korupsi.

"Situasi politik dan demokrasi tidak kondusif untuk memberantas korupsi," ujar Zulkarnaen

Sebelumnya, Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas (saat menyampaikan hal ini masih menjabat sebagai Ketua KPK) membenarkan bahwa korupsi berakar dari kepentingan politik.

"Korupsi itu melibatkan pejabat struktural. Dimana, pejabat struktural itu terkadang berasal dari petinggi partai politik," kata Ketua KPK Busyro Muqoddas di kantornya, Kamis (15/12/2012) tahun lalu. 

Busyro menjelaskan, proses korupsi politik itu bermula akibat pendidikan politik praktis yang selalu diwarnai oleh politik uang. Sehingga, Busyro menyimpulkan, politik uang itu lah yang memunculkan korupsi yang memiliki kepentingan politik

Sumber: www.tribunnews.com

2.      Situasi Ekonomi

Secara ekonomis, negeri kita praktis dikuasai oleh segelintir orang yang kaya raya, yang memiliki perusahaan-perusahaan multinasional dengan modal dan kekayaan yang sangat besar. Selanjutnya, tatanan ekonomi yang berjalan di Indonesia mendorong kolusi kepentingan antara pemilik modal dan pejabat, untuk mendapat keuntungan sebanyak-banyaknya. Kesempatan ini juga dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu bersama dengan para politisi yang mempunyai kepentingan, untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya dengan cara mudah. Akibatnya, antara lain terjadi penggusuran tempat-tempat tinggal rakyat untuk berbagai mega proyek dan eksploitasi alam demi kepentingan para pengusaha kaya. Persaingan antarkelompok dan antarpribadi menjadi semakin tajam. Suasana persaingan itu menumbuhkan perasaan tidak adil, terutama ketika berhadapan dengan pengelompokan kelas ekonomi antara yang kaya dan miskin.

 

 

B.      Akar Masalah

1.      Salah satu akar terdalam ialah kurangnya iman yang menjadi sumber inspirasi kehidupan nyata. Penghayatan iman masih berkisar pada hal-hal lahiriah, seperti simbol-simbol dan upacara keagamaan

2.      Kerakusan akan kekuasaan dan kekayaan yang menjadi bagian dari pendorong politik kepentingan yang sangat membatasi ruang publik, yakni ruang kebebasan politik dan ruang peran serta warga negara sebagai subyek. Ruang publik disamakan dengan pasar. Yang dianggap paling penting adalah kekuatan uang dan hasil ekonomi.

3.      Nafsu untuk mengejar kepentingan sendiri bahkan dengan mengabaikan kebenaran. Meluasnya praktek korupsi tidak lepas dari upaya memenangkan kepentingan diri dan kelompok. Ini mendorong terjadinya pemusatan kekuasaan dan lemahnya daya tawar politik berhadapan dengan kepentingan-kepentingan pihak yang menguasai sumber daya keuangan, terutama sektor bisnis.

4.      Dalil tujuan menghalalkan segala cara. Ketika tujuan menghalalkan cara, terjadilah kerancuan besar karena apa yang merupakan “cara” diperlakukan sebagai “tujuan”. Dalam logika ini yang digunakan sebagai ukuran adalah hasil. Intimidasi, kekerasan, politik, uang, politik pengerahan massa, teror, dan cara-cara immoral lainnya dihalalkan karena memberi hasil yang diharapkan. Akibatnya tidak sedikit pelaku kejahatan politik, provokator, dan koruptor menikmati tiadanya sanksi hukum (impunity). Lemahnya penegakkan hukum mengaburkan pemahaman nilai “baik” dan “buruk’ yang pada gilirannya menumpulkan kesadaran moral dan perasaan bersalah.

 

C.      Yesus Mewartakan Kabar Baik

Sebagai remaja desa Nazaret, pastilah Yesus banyak melihat, mendengar, dan mungkin mengalami sendiri berbagai ketidakadilan yang dialamioleh bangsanya. Ketika Ia mulai merasa terpanggil dan tampil di depan umum mewartakan kabar baik tentang Kerajaan Allah, di desa-Nya, Nazaret, Ia memaklum perutusan-Nya:

 

(18) Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku. (19) untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."

 

Kehidupan rakyat jelata semasa Yesus sungguh parah.Mereka ditindas dan dihimpit oleh para penguasa dan pemimpin-pemimpin agama.Negeri Yahudi waktu itu dikuasai oleh Kekaisaran Roma.Roma menempatkan seorang gubernur dengan tentaranya yang cukupkuat di Palestina.Waktu Yesus mulai aktif berkotbah,Pontius Pilatus menjadi gubernur Roma di Palestina, sedangkan yang menjadi raja adalah Herodes.Roma tidak campur tangan dalam kehidupan sosial dan keagamaan bangsa Yahudi, asal mereka tidak memberontak dan rajin membayar pajak.Pajak memang membebani rakyat miskin. Betapa tidak! Selain pajakkepada pemerintah penjajah, masih ada lagi pajak kepada pemerintahan daerahdan pajak agama. Pajak agama ialah pajak bagi Bait Allah yang berupa sepersepuluh dari hasil bumi.

            Selain dihimpit oleh para penguasa, rakyat kecil masa itu dihimpit pula oleh para rohaniwan, yaitu kaum Farisi.Kaum Farisi itu berjuang untuk menjaga kemurnian agama. Mereka mewajibkan diri untuk melaksanakan bermacam-macam tindakan religius dan ritual, sepertipuasa, matiraga, dan sebagainya.Orang-orang Farisi tidak hanya berada di Yerusalem, tetapi juga di desa-desa di seluruh tanah Yahudi.Karena kegiatan mereka, pengaruh mereka sangat besar dalam masyarakat. Di antara mereka terdapat para rabi yang mengajar seluruh rakyat. Akan tetapi, di balik semuanya itu mereka sebenarnya suka memanipulasi hukum-hukum Taurat dan menciptakan 1001 macam peraturan yang sangat menekan rakyat kecil, tetapi menguntungkan diri mereka.

            Terhadap penindasan dan ketidakadilan seperti itu, Yesus bangkit untuk membela rakyat kecil yang menderita. Ia menyerang the rulling class pada waktu itu tanpa takut.Yesus tak pernah bungkam terhadap praktik-praktik yang tidak adil.Ia tidak berdiam diri atau bersikap kompromistis supaya terelak dari kesulitan.Ia sudah bisa membayangkan resikonya. Akan tetapi, ia konsekuen. Ia tidak segan mengkritik mereka yang “berpakaian halus di istana” (Matius 11:8). Ia mengecam raja-raja yang tak mengenal dan mencintai Allah, tetapi menindas rakyat. Ia mengecam penguasa-penguasa yang menyebut diri “pelindung rakyat” (Lukas 22: 250. Ia tidak takut menyebut raja Herodes sebagai serigala (Lukas 13: 32).

            Yesus sangat berani! Jangan dilupakan kaum Farisi adalah golongan yang sangat berpengaruhi pada saat itu, seperti rohaniwan pada masa kita sekarang ini! Yesus tahu resikonya. Ia berani membela rakyat kecil. Ia menyerang setiap penindasan dan ketidakadilan!, Namun, jangan salah mengerti! Jangan lantas berpikir bahwa Yesus itu seorang tokoh revolusioner yang mau mengubah keadaan sosial dan politik masa itu. Yesus tidak mewartakan suatu revolusi kiri atau kanan untuk melawan kaum penguasa dan kaum berada pada masa itu.

            Ia hanya mewartakan Kabar Gembira. Dan Kabar Gembira bukanlah suatu program sosial politis. Orang boleh mengikuti warta-Nya dengan komitmen sosial politis apapun.Kritik-Nya yang tajam terhadap penguasa tidak bernada politis dan perjuangan kelas.Ia hanya menegakkan nilai-nilai Kerajaan Allah, seperti keadilan, cinta kasih dan perdamaian.Para penguasa dan pemimpin-pemimpin agama harus menegakkan nilai-nilai itu.Mereka harus melayani rakyat kecil, bukan menindas.

            Boleh saja melihat Yesus sebagai tokoh revolusioner dan pembebas, tetapi tokoh yang membebaskan manusia dari egoisme, kesombongan, kesewenang-wenangan, ketidakadilan, dan sebagainya. Yesus memang Pembebas; membebaskan manusia tanpa kekerasan, Suatu pembebasan yang:

§  Terbit dari batin manusia, lalu mewujud dalam masyarakat dalam bentuk apapun;

§  Berupa pertobatan, yaitu suatu peralihan sikap dari segala praktik egoistis kepada sikap mengabdi Allah dan sesama.

Nah, sebagai tokoh pembebas dari setiap bentuk kejahatan dan dosa, Yesus tidak takut untuk berbicara lantang dan tajam dengan risiko apapun. Coba bayangkan, sekiranya Yesus datang lagi ke tengah lingkungan kita pada saat ini, apa yang akan Ia katakan?

 

D.     Usaha-usaha yang harus dilakukan untuk Membangun Masyarakat yang Adil dan sejahtera sesuai dengan Kehendak Tuhan

Tuhan senantiasa menghendaki supaya bangsa manusia hidup sejahtera di bumi dan kemudia bahagia di Surga.Tuhan pasti menghendaki pula bangsa Indonesia hidup sejahtera dan bahagia.Untuk membangun hidup sejahtera dibutuhkan Suasana damai.Damai bukan saja sekedar tidak ada perang dan penindasan, tetapi situasi yang selamat dan sejahtera dalam diri manusia sebagai buah keadilan yang tercipta dalam suatu masyarakat.Perdamaian adalah hasil tatanan masyarakat yang adil.Keadilan, perdamaian dan kesejahteraan adalah syarat mutlak bagi perkembangan pribadi dan martabat manusia, tetapi juga martabat suatu masyarakat dan suatu bangsa.Kita kini mengalami bahwa masyarakat bangsa kita belum sejahtera, damai, dan adil.Kita masih mengalami krisis dalam berbagai bidang hidup, baik bidang politik, hukum, ekonomi, maupun budayanya.Pokok dari semua krisis ini ialah krisis etika dan krisis ekonomi dengan orientasi pada kepentingan diri sendiri dan kelompok.

Apa kiranya yang harus kita perhatikan dan bagaimana caranya kita dapat membangun masyarakat yang adil dan sejahtera?

 

1.      Beberapa prinsip dalam Membangun masyarakat yang Adil dan Sejahtera?

 

a.      Hormat terhadap martabat manusia

Martabat manusia Indonesia harus dihargai sepenuhnya dan tak boleh diperalat untuk tujuan apapun, termasuk tujuan politik. Dasarnya: manusia adalah citra Allah, yang diperbaharui oleh Yesus Kristus dengan karya penebusan-Nya mengangkat manusia menjadi anak Allah.

b.      Kebebasan

Kebebasan adalah hak setiap orang dan kelompok: bebas dari segala bentuk ketidakadilan dan bebas untuk mengembangkan diri secara penuh. Setiap warga sangat membutuhkan kebebasan dari ancaman dan tekanan, kebebasan dari kemiskinan yang membelenggunya, dan juga kebebasan untuk berkembang menjadi manusia seutuhnya.

 

 

c.       Keadilan

Keadilan adalah memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya. Keadilan merupakankeutamaan yang membuat manusia sanggup,memberikan kepada setiap orang atau pihak lain apa yang merupakan haknya.

d.      Solidaritas

Dalam tradisi solidaritas, sikap solider terungkap dalam semangat gotong royong dan kekeluargaan, yang menurut pepatah lama berbunyi; “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”.

 

e.      Subsidiaritas

Menjalankan prinsip subsidiaritas berarti menghargai kemampuan setiap manusia, baik pribadi maupun kelompok, untuk mengutamakan usahanya sendiri, sementara pihak yang lebih kuat siap membantu seperlunya. Bila kelompok yang lebih kecil dengan kemampuan dan sarana yang dimiliki bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi, kelompok yang lebih besar atau pemerintah/negara tidak perlu campur tangan.

f.        Sikap jujur dan tulus ikhlas

Dengan prinsip ini kebenaran dihargai dan dipegang teguh. Dewasa ini, sikap kritis (fair) berarti menciptakan aturan yang adil dan menaatinya, menghormati pribadi dan nama baik lawan politik, membedakan antara wilayah publik dan wilayah privat, serta menyadari dan melaksankan kewajiban untuk memperjuangkan kepentingan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

g.      Demokrasi

Demokrasi sebagai sistem tidak hanya menyangkut hidup kenegaraan, melainkan juga hidup ekonomi, sosial dan kultural. Dalam arti ini, demokrasi dimengerti sebagai cara-cara pengorganisasian kehidupan bersama yang paling mencerminkan kehendak umum, dengan tekanan pada peran serta, perwakilan dan tanggung jawab.

h.      Tanggung Jawab

Bertanggung jawab berarti mempunyai komitmen penuh pengabdian dalam pelaksanaan tugas. Tanggung jawab disertai dengan tanggung jawab kepada.Bagi politisi, bertanggung jawab berarti bekerja sebaik-baiknya demi tercapainya tujuan Negara dan mempertanggung jawabkan pekerjaannya kepada rakyat. Tanggung jawab hanya bisa dituntut bila kebijakan umum pemerintah terumus jelas dalam hal prioritas., program, metode, dan pendasaran filosofi. Atas dasar kebijakan umum ini, wakil rakyat dan kelompok-kelompok masyarakat bisamembuat evaluasi pelaksanaan kinerja pemerintah dan menuntut pertanggungjawabannya.

 

2.      Cara, pola, dan Pendekatan Perjuangan Kita harus merupakan Gerakan yang Melibatkan sebanyak Mungkin Orang, Mulai dari akar Rumput.

Perlu disadari bahwa ketidakadilan yang menyengsarakan rakyat banyak sudah bersifat struktural dan membudaya, terlalu sulit mengatasinya. Ia tidak dapat ditangani dengan slogan-slogan atau indoktrinasi, tetapi dengan suatu gerakan yang melibatkan sebanyak mungkin orang, mulai dari akar rumput. Gerakan ini merupakan gerakan penyadaran yang akan memakan waktu. Masyarakat perlu disadarkan bahwa ada ketidakadilan di negeri ini yang membuat rakyat banyak sengsara.

Menyangkut gerakan itu kiranya perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain sebagai berikut.

a.   Gerakan ini adalah gerakan pembaharuan pikiran dan roh

b.   Gerakan pembaharuan ini hendaknya menjadi gerakan sosial dan moral kea rah pertobatan dan hidup baru

c.    Gerakan pembaharuan ini sungguh merupakan suatu “gerakan’’

 

 

Evaluasi:

1.      Manakah akar masalah yang paling pokok yang membuat negeri kita tidak sejahtera?

2.      Sebut dan jelaskan beberapa prinsip dasar dalam Membangun Masyarakat yang Adil dan sejahtera

3.      Bagaimana situasi politik dan ekonomi pada jaman Yesus? Jelaskan!

 

A. TANTANGAN DAN PELUANG  UMAT KATOLIK  DALAM  MEMBANGUN BANGSA DAN NEGARA  SEPERTI  YANG   DIKEHENDAKI   TUHAN

 

1. Tantangan- tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.  

Berikut ini secara garis besar diberikan gambaran tentang beberapa tantangan  yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, guna menjadi perhatian kita semua sebagai warga negara Indonesia  untuk bersama-sama menghadapinya. Bahkan kita secara positif melihat tantangan ini menjadi peluang  bagi kita untuk menggunakan talenta yang diberikan Tuhan untuk membangun bangsa dan negara yang kita cintai ini.

a.  Krisis Etika Politik

Etika Politik di Indonesia yang masih carut marut. Politik hanya dipahami pragmatis sebagai sarana untuk mencari kekuasaan dan kekayaan bagi pribadi-pribadi dan golongan sendiri. Politik yang berkembang saat ini, khususnya oleh partai politik lebih bersifat transaksional yaitu untuk membagi-bagi kekuasaan dan berujung pada praktik politik uang. Banyak kepala daerah, dan dan para pejabat  lembaga negara lainnya, baik eksekutif, legislatif, dan yudislatif (polisi, jaksa, hakim) kini berurusan dengan KPK karena terlibat kasus  korupsi  yang tentu saja merugikan pembangunan bagi kesejahteraan rakyat.

b. Krisis Ekonomi.

Masyarakat Indonesia  kini masih dilanda krisis ekonomi. Banyak yang masih hidup di bawah garis kemiskinan, padahal Indonesia sendiri  dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Dengan berkembangnya  neoliberalisme saat ini, orang kaya akan semakin kaya, dan orang miskin akan semakin miskin. Orang miskin, atau bahkan para pedagang kecil atau menengah sekalipun tidak pernah akan mampu bersaing dengan  para pedagang besar atau orang-orang kaya.

c. Merebaknya aliran fundamentalisme radikal

Kini merebak berbagai aliran fundamental radikal di Indonesia. Fundamentalisme itu pandangan yang berpusat pada diri manusia, sehingga manusia menjadi tolok ukurnya. Karena itu fundamentalisme prinsipnya “menutup diri” terhadap kebenaran dari paham di luar dirinya.  Akhirnya fundamentalisme dapat berakhir pada  arogansi terhadap orang lain, kekerasan demi mencapai tujuannya sendiri.  Fundamentalisme radikal  tidak hanya terbatas pada aliran agama tertentu, tetapi juga suku bahkan daerah. Nampaknya bahwa setelah diberlakukannya sistem otonomi daerah, dan otonomi khusus, terjadilah gerakan daerahisme. Mereka berusaha menolak dan bahkan “mengusir” orang dari daerah lain, khususnya dalam urusan pejabat pemerintahan, atau pengangkatan  PNS dengan istilah  mengutamakan putra daerah.

d. Lemahnya penegakan hukum di Indonesia

Dalam berbagai  kasus penegakan hukum baik perdata maupun pidana, banyak terjadi ketidakadilan. Keadilan hukum  hanya tajam untuk  orang  di bawah tetapi  tumpul untuk orang yang di atas. Artinya bahwa  keadilan hukum di lembaga peradilan hanya diberlakukan bagi masyarakat kecil, yang lemah secara ekonomi karena mereka tidak  mampu menyogok para penegak hukum. Sementara para penguasa dan kaum kaya raya dapat membeli para penegak hukum sehingga mereka bisa bebas dari hukuman, atau minimal hukumannya ringan.  Dalam beberapa kasus, seorang pencopet, atau maling ayam, dihukum jauh lebih berat daripada seorang koruptor yang telah mencuri uang negara ratusan juta atau bahkan miliaran rupiah. Publik Indonesia pun sudah mengetahui bagaimana banyak koruptor kelas kakap, yang sedang mendekam di penjara, tetapi nyatanya dapat berkeliaran bebas di luar dan berpesta pora serta melancong ke mana-mana. 

 

e. Berbagai bencana dan kerusakan alam

Bencana alam dan kerusakan alam menjadi tantangan real di hadapan kita. Bencana alam bisa disebabkan oleh kondisi alam itu sendiri, seperti gempa bumi, dan letusan gunung berapi. Namun bencana alam juga dapat disebabkan oleh perbuatan manusia Indonesia sendiri, seperti penggundulan dan pembakaran  hutan untuk berbagai tujuan, penebangan pohon secara serampangan sehingga menimbulkan bencana longsor dan banjir bandang yang merenggut jiwa dan harta. Kerusakan alam juga disebabkan oleh limbah-limbah industri yang mematikan ekosistem di sekitarnya.

 

Pendalaman:

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

 

1)                  Tantangan-tantangan apa saja yang sedang  dihadapi bangsa dan negara kita?

2)                  Apa pandangan anda terhadap tantangan-tantangan tersebut?

 

2. Ajaran Gereja tentang bagaimana  peluang-peluang Umat Katolik dalam pembangunan.

Kita telah menemukan berbagai macam tantangan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia yaitu : krisis etika politik, krisis ekonomi, merebaknya aliaran fundamentalisme radikal, lemahnya penegakan hukum, dan bencana alam serta kerusakan lingkungan. Berdasarkan masalah-masalah yang  merupakan tantangan  itu, apa peluang bagi  umat Katolik untuk membangun bangsa sesuai kehendak Tuhan sebagaimana yang diajarkan Gereja dalam bidang:

a.     Krisis Etika Politik

b.Krisis Ekonomi

c.      Menanggulangi aliran fundamentalisme radikal

d.Masalah Penegakan hukum

e.     Bencana alam dan kerusakan lingkungan

 

a.   Dari  segi krisis Etika Politik

Situasi Etika Politik di Indonesia yang masih carut marut: Kita umat (Gereja) Katolik perlu memperjuangkan agar politik tidak hanya dipahami pragmatis sebagai sarana untuk mencari kekuasaan dan kekayaan, melainkan politik dipahami sebagai suatu jerih payah untuk membuat transformasi situasi masyarakat yang kacau mejadi masyarakat yang tertata dan mampu menciptakan kesejahteraan umum.

Relasi Gereja dan Negara  untuk kepentingan terwujudnya kesejahteraan umum dinyatakan oleh Konsili sebagai berikut:  “Di bidang masing-masing negara dan Gereja bersifat otonom tidak saling tergantung. Tetapi keduanya, kendati atas dasar yang berbeda, melayani panggilan pribadi dan sosial orang-orang yang sama. Pelaksanaan itu akan semakin efektif dijalankan oleh keduanya demi kesejahteraan umum, semakin baik keduanya menjalin kerja sama yang sehat, dengan mengindahkan situasi setempat dan sesama. Sebab manusia tidak terkungkung dalam tata duniawi melulu, melainkan sementara mengarungi sejarah manusiawi ia sepenuhnya mengabdi kepada panggilannya untuk kehidupan kekal. Gereja, yang bertumpu pada cinta kasih Sang Penebus, menyumbangkan bantuannya, supaya di dalam kawasan bangsa sendiri dan antara bangsa-bangsa makin meluaslah keadilan dan cinta kasih. Dengan mewartakan kebenaran Injil, dan dengan menyinari semua bidang manusiawi melalui ajaran-Nya dan melalui kesaksian umat kristen, Gereja juga menghormati dan mengembangkan kebebasan serta tanggung jawab politik para warganegara.” (KV II, GS art. 76)

b. Krisis Ekonomi

Krisis ekonomi telah lama membelit masyarakat Indonesia pada umumnya. Inti persoalannya adalah kebijakan perekonomian pemerintah hanya uuntuk mengejar target produksi sementara masyarakat Indonesia dikorbankan demi keuntungan perekonomian sektor formal. Untuk masalah pemiskinan secara ekonomi tersebut, Konsili Vatikan mengajarkan bahwa; Makna-tujuan yang paling inti produksi itu bukanlah semata-mata bertambahnya hasil produksi, bukan pula keuntungan atau kekuasaan, melainkan pelayanan kepada manusia, yakni manusia seutuhnya, dengan mengindahkan tata urutan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya maupun tuntutan-tuntutan hidupnya di bidang intelektual, moral, rohani, dan keagamaan; katakanlah: manusia siapa saja, kelompok manusia mana pun juga, dari setiap suku dan wilayah dunia. Oleh karena itu kegiatan ekonomi harus dilaksanakan menurut metodemetode dan kaidah-kaidahnya sendiri, dalam batas-batas moralitas sehingga terpenuhilah rencana Allah tentang manusia. (KV II GS art. 64). Harapan Konsili itu jelas, perekonomian mesti terutama mengabdi kepentingan perkembangan manusia, sehingga titik berat perkembangan ekonomi bukan sekedar keuntungan semata mata!   Di sinilah tantangan sekaligus sebagai peluang bagi umat Katolik  dan umat beragama dan berkepercayaan lainnya untuk mengembangkan ekonomi yang berpihak pada kesejahteraan rakyat.

 

c. Merebaknya aliran fundamentalisme radikal

 

Fundamentalisme itu pandangan yang berpusat pada diri manusia, sehingga manusia menjadi tolok ukurnya. Karena itu fundamentalisme prinsipnya “menutup diri” terhadap kebenaran dari paham di luar dirinya.  Akhirnya fundamentalisme dapat berakhir pada  arogansi terhadap orang lain, kekerasan demi mencapai tujuannya sendiri.

Berhadapan dengan berbagai aliran itu, kepentingan kehadiran Gereja tidak lain adalah mendorong gerakan “kebebasan beragama” dan “gerakan humanisme sejati, yang tertuju pada Allah.” Demi kepentingan gerakan kebebasan beragama, Konsili Vatikan II, secara khusus menyatakanya “bahwa pribadi manusia berhak atas kebebasan beragama. Kebebasan itu berarti, bahwa semua orang harus kebal terhadap paksaan dari pihak orang-orang perorangan maupun kelompok-kelompok sosial atau kuasa manusiawi mana pun juga, sedemikian rupa, sehingga dalam hal keagamaan tak seorang pun dipaksa untuk bertindak melawan suara hatinya, atau dihalang-halangi untuk dalam batas-batas yang wajar bertindak menurut suara hatinya, baik sebagai perorangan maupun dimuka umum, baik sendiri maupun bersama dengan orang-orang lain. Selain itu Konsili menyatakan, bahwa hak menyatakan kebebasan beragama sungguh didasarkan pada martabat pribadi manusia, sebagaimana dikenal berkat sabda Allah yang diwahyukan dan dengan akal-budi.  Hak pribadi manusia atas kebebasan beragama harus diakui dalam tata hukum masyarakat sedemikian rupa, sehingga menjadi hak sipil.”(KV II, Dignitatis Humanae, art. 1).

Terhadap cara pandang yang sempit dan picik dan merasa benar sendiri, Paulus VI menunjukkan nilai humanisme yang semestinya menjadi nilai universal dalam masyarakat dunia, “Tujuan mutakhir ialah humanisme yang terwujudkan seutuhnya. Dan tidakkah itu berarti pemenuhan manusia seutuhnya dan tidap manusia? Humanisme yang picik, terkungkung dalam dirinya tidak terbuka bagi nilai-nilai roh dan bagi Allah yang menjadi Sumbernya, barangkali nampaknya saja berhasil, sbeba manusia dapat berusha menta kenyataan duniawi tanpa Allah. Akan tetapi bula kenyatan kenyataan itu tertutup bagi Allah, akhirnya justru akan berbalik melaswan manusia. Humanisme yang tertutup bagi kenytaan lain jadi tidak manusiawi. Humanisme yang sejati menunjukkan jalan kepada Allah serta mengakui tugas yagn menjadi pokok panggilan kita, tugas yang menyajikan kepada kita makna sesungguhya hidup manusiawi. Bukan manuasialah norma mutakhir manusia. Manusia hanya menjadi sungguh manusiawi bila melampaui diri sendiri. Menurut Blaise Pascal, “ Manusia secara tidak terbatas mengungguli martabatnya” (Paulus VI, Populorum Progressio art. 42)

d. Lemahnya penegakan hukum di Indonesia

Dari segi lemahnya penegakan hukum, kita harus berusaha  mengubah mind-set peranan hukum dalam masyarakat, bahwa hukum bukan sarana untuk mempermudah agar “kasus-kasus” Pidana dan Perdata diperlakukan sebagai “komoditi”, tetapi hukum berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan hidup bersama yang memungkinkan terciptanya kesejahteraan umum. Konsili Vatikan II  menegaskan bahwa “Pelaksanaan kekuasaan politik, baik dalam masyarakat sendiri, maupun di lembaga-lembaga yang mewakili negara, selalu harus berlangsung dalam batas-batas tata moral, untuk mewujudkan kesejahteraan umum yang diartikan secara dinamis, menurut tata perundang-undangan yang telah dan harus ditetapkan secara sah. Maka para warganegara wajib patuh-taat berdasarkan hati nurani mereka. Dari situ jelas jugalah tanggung jawab, martabat dan kewibawaan para penguasa. (KV II GS art. 73).

Dalam Kitab Suci,  kita  dapat  melihat bagaimana Yesus menuntut bangsa Yahudi supaya taat kepada hukum Taurat sebab pada dasarnya hukum Taurat dibuat demi kebaikan dan keselamatan manusia (bdk. Mat 5: 17-43). Satu titik pun tidak boleh dihilangkan dari hukum Taurat. Ia hanya menolak hukum Taurat uang sudah dimanipulasi, di mana hukum tidak diabdikan untuk manusia, tetapi manusia diabdikan untuk hukum. Segala hukum, peraturan, dan perintah harus diabdikan untuk tujuan kemerdekaan manusia. Maksud terdalam dari setiap hukum adalah membebaskan (atau menghindarkan) manusia dari segala sesuatu yang (dapat) menghalangi manusia untuk berbuat baik. Demikian pula tujuan hukum Taurat. Sikap Yesus terhadap hukum Taurat dapat diringkaskan dengan mengatakan bahwa Yesus selalu memandang hukum Taurat dalam terang hukum kasih.

Mereka yang tidak peduli dengan maksud dan tujuan hukum, hanya asal menepati huruf hukum, akan bersikap legalistis: pemenuhan hukum secara lahiriah sedemikian rupa sehingga semangat hukum kerap kali dikurbankan. Misalnya, ketika kaum Farisi menerapkan peraturan mengenai hari Sabat dengan cara yang merugikan perkembangan manusia, Yesus mengajukan protes demi tercapainya tujuan peraturan itu sendiri, yakni kesejahteraan manusia: jiwa dan raga. Menurut keyakinan awal orang Yahudi sendiri, peraturan mengenai hari Sabat adalah karunia Allah demi kesejahteraan manusia (bdk. Ul 5: 12-15; Kel 20: 8-11; Kej 2: 3). Akan tetapi, sejak pembuangan Babilonia (587-538 SM), peraturan itu oleh para rabi cenderung ditambah dengan larangan-larangan yang sangat rumit. Memetik butir gandum sewaktu melewati ladang yang terbuka tidak dianggap sebagai pencurian. Kitab Ulangan yang bersemangat perikemanusiaan mengizinkan perbuatan tersebut. Akan tetapi, hukum seperti yang ditafsirkan para rabi melarang orang menyiapkan makanan pada hari Sabat dan karenanya juga melarang menuai dan menumbuk gandum pada hari Sabat. Dengan demikian, para rabi menulis hukum mereka sendiri yang bertentangan dengan semangat perikemanusiaan Kitab Ulangan. Hukum ini  menjadi beban, bukan lagi bantuan guna mencapai kepenuhan hidup sebagai manusia.

Oleh karena itu Yesus mengajukan protes. Ia mempertahankan maksud Allah yang sesungguhnya dengan peraturan mengenai Sabat itu. Yang dikritik Yesus bukanlah aturan mengenai hari Sabat sebagai pernyataan kehendak Allah, melainkan cara hukum itu ditafsirkan dan diterapkan. Mula-mula, aturan mengenai hari Sabat adalah hukum sosial yang bermaksud memberikan kepada manusia waktu untuk beristirahat, berpesta, dan bergembira setelah enam hari bekerja. Istirahat dan pesta itu memungkinkan manusia untuk selalu mengingat siapa sebenarnya dirinya dan untuk apakah ia hidup. Sebenarnya, peraturan mengenai hari Sabat mengatakan kepada kita bahwa masa depan kita bukanlah kebinasaan, melainkan pesta. Dan, pesta itu sudah boleh mulai kita rayakan sekarang dalam hidup di dunia ini, dalam perjalanan kita menuju Sabat yang kekal. Cara unggul mempergunakan hari Sabat ialah dengan menolong sesama (bdk.Mrk 3: 1-5). Hari Sabat bukan untuk mengabaikan kesempatan berbuat baik. Pandangan Yesus tentang Taurat adalah pandangan yang bersifat memerdekakan, sesuai dengan maksud yang sesungguhnya dari hukum Taurat.

 

e. Berbagai bencana dan kerusakan alam

Bencana alam dan kerusakan alam menantang Gereja untuk berefleksi, “Di manakah Gereja itu hidup, bukankah lingkungan hidup juga sangat crucial untuk hidup Gereja di tengah dunia? Maka persoalan pengrusakan lingkungan hidup itu tidak hanya masalah dunia, tetapi juga masalah Gereja. Paus Paulus VI, dalam Ensiklik Populorum Progressio, art. 21, menegaskan “Bukan saja lingkungan materiil terus menurus merupakan anaman pencemaran dan sampah, penyakit baru dan daya penghancur, melainkan lingkungan hidup manusiawi tidak lagi dikendalikan oleh manusia, sehingga menciptakan lingkungan yang untuk masa depan mungkin sekali tidak tertanggung lagi. Itulah persoalan sosial  berjangkau luas, yang sedang memprihatinkan segenap keluarga manusia.” Dengan demikian, Gereja  juga ditantang untuk terlibat dalam dunia pertanian yang sudah rusak karena perusakan sistematis sehingga merusak tatanan dan fungsi lingkungan hidup. Tepatlah Konsili Vatikan II mendesak pentingnya membangun kondisi kerja untuk para petani sehingga mereka mampu mengembangkan diri sebagai manusia utuh: “Perlu diusahakan dengan sungguh-sungguh, supaya semua orang menyadari baik haknya atas kebudayaan, maupun kewajibannya yang mengikat, untuk mengembangkan diri dan membantu pengembangan diri sesama. Sebab kadang-kadang ada situasi hidup dan kerja, yang menghambat usaha-usaha manusia di bidang kebudayaan dan menghancurkan seleranya untuk kebudayaan. Hal itu secara khas berlaku bagi para petani dan kaum buruh; bagi mereka itu seharusnya diciptakan kondisi-kondisi kerja sedemikian rupa, sehingga tidak menghambat melainkan justru mendukung pengambangan diri mereka sebagai manusia”. (KV II, GS art. 60).

 

3. Menghayati tantangan dan peluang untuk membangun bangsa dan negara

                   

  1. Menggali Inspirasi dari   Tokoh Nasional Katolik 

a.         Menyimak cerita

 

Simaklah cerita berikut ini

 

IJ Kasimo dan Politik Bermartabat

                                                                                         

 

 

 

 

 

 

Gbr.5.7. Ignatius Joseph Kasimo saat Presiden Soekarno

Sbr: Arsip Kompas

 

 

 

 


“Nama Ignatius Joseph Kasimo (1900-1986) tidak setenar nama-nama tokoh pergerakan kemerdekaan lainnya. Namun, ketika praksis berpolitik belakangan ini cenderung menjadi komoditas dan tempat mencari kedudukan, sosok Kasimo menjadi referensi aktual. Bersama orang-orang seangkatan, seperti Natsir dan Prawoto, tujuan Kasimo berpolitik itu jernih, untuk rakyat dan bukan untuk dapat banyak honor,” kata sejarawan Anhar Gonggong seputar ketokohan IJ Kasimo dalam sejarah pergerakan kemerdekaan.

Kasimo memberi teladan bahwa berpolitik itu pengorbanan tanpa pamrih. Berpolitik selalu memakai beginsel atau prinsip yang harus dipegang teguh. Berpolitik menjadi bermartabat. Moto salus populi suprema lex (kepentingan rakyat hukum tertinggi), kata Jakob Oetama, Pemimpin Umum Harian Kompas, merupakan cermin etika politik yang nyaris jadi klasik dari tangan Kasimo. Masuk ke gelanggang politik merupakan panggilan hidup, sikap dan perbuatannya jauh dari motivasi memperkaya diri, keluarga, dan kelompok. Kasimo seorang negarawan sejati.

Menyambung Jakob Oetama, di mata Harry Tjan Silalahi, Kasimo adalah manusia berkarakter. Berkorban tanpa pamrih, hidup sederhana. Kesederhanaan menjadi kesalehan hidup. Karena itu, Kasimo dianugerahi umur panjang. Meninggal dalam usia 86 tahun, 1 Agustus 1986, tidak pernah korup berkat pendidikan Barat yang membedakan ”milikku” dan ”milik negara”, mine and yours.

Dari Jawa Mengindonesia

Kalaupun kemudian Kasimo dikenal sebagai politisi Katolik, kata Jakob Oetama dan Harry Tjan Silalahi, bahkan dikenang sebagai Bapak Politik Umat Katolik Indonesia, iman Katoliknya memberi inspirasi, memperkuat sikap dan pandangan idealisme. Meskipun selalu berpakaian Jawa lengkap, Kasimo lebur dalam upaya mengajak dan menyadarkan bahwa umat Katolik bukanlah umat Katolik di

Gbr.5.8 I.J. Kasimo

Sbr. Hidupkatolik.com

 

 

 

Indonesia, tetapi umat Katolik Indonesia bagian utuh dari kemajemukan bangsa Indonesia. ”Dari Jawa mengindonesia,” tegas Harry Tjan.

Lahir sebagai anak kedua dari 7 bersaudara dari pasangan Dalikem-Ronosentika, seorang prajurit Keraton Yogyakarta, Kasimo tampil memperjuangkan hak-hak anak jajahan. Ia berjuang lewat Volksraad, lewat partai, tidak dengan menampilkan sikap sektarian, tetapi berdasar platform kebangsaan yang majemuk.

Partai Katolik bukanlah partai konvensional, melainkan partai yang mendasarkan diri pada ajaran dan moralitas Katolik. Mengenai posisi golongan Katolik, kata Daniel Dhakidae, Pemimpin Redaksi Majalah Prismadi Hindia Belanda tahun 1930-an golongan Katolik dianggap seperti golongan ”paria” di India. Karena itu, kehadirannya tidak diperhitungkan.

Dalam kondisi demikian, peran pastor-pastor Belanda yang Katolik di Hindia Belanda menjadi serba salah. Pastor Frans van Lith SJ merupakan satu dari antara mereka yang bersimpati dan kemudian memihak orang bumiputra. Menurut JB Sudarmanto yang melakukan penelitian tentang Kasimo, setahun setelah diangkat sebagai anggota Volksraad tanggal 19 Juli 1932, Kasimo melontarkan pernyataan, ”Tuan Ketua! Dengan ini saya menyatakan bahwa suku bangsa-suku bangsa Indonesia yang berada di bawah kekuasaan negeri Belanda, menurut kodratnya mempunyai hak serta kewajiban untuk membina eksistensinya sendiri sebagai bangsa.”

Kasimo juga ikut serta dalam Petisi Soetardjo yang diajukan pada 15 Juli 1936. Menurut sejarawan Asvi Warman Adam, berkat diangkatnya Kasimo menjadi anggota penuh delegasi RI untuk perundingan dengan pihak Belanda dari Partai Katolik, dan Supeno dari Partai Sosialis, Belanda bersedia bertemu Indonesia di meja perundingan. Bersama Kolonel AH Nasution, Kasimo—Ketua Partai Katolik (1924-1960)—menjalankan fungsi pemerintahan negara dengan membentuk Komisariat Pemerintah Pusat di Jawa (KPPD). Kerja sama erat dalam kedudukannya sebagai pejabat KPPD di Jawa dengan Markas Komando di Jawa lewat penandatanganan bersama menghasilkan banyak keputusan sebagai legalitas formal Pemerintah Pusat RI di Jawa ketika bergerilya semasa Clash II.

Partai politik, bagi Kasimo, merupakan sarana dan bukan tujuan. Itu pula yang menjadikan Kasimo berbesar hati menerima Partai Katolik RI yang dia dirikan berfusi ke Partai Demokrasi Indonesia tahun 1972. Dosen Sejarah Gereja, RL Hasto Rosariyanto SJ, menggarisbawahi pendapat orang tentang kesamaan ketokohan Kasimo dan Cory Aquino. Mereka bertemu dalam kegiatan politik yang digerakkan oleh cinta tanah air, sederhana, dan jujur. Sebuah bentuk keluhuran yang di hari-hari ini menjadi amat mewah, terlebih saat berpolitik tidak lagi didasarkan atas keberpihakan memperjuangkan kepentingan rakyat....”  (St. Sularto/Kompas, 8 Okt. 2010)   

 

  1. Diskusi

 

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1)   Apa pesan dari kisah ini?

2)   Apa kesanmu dengan kisah ini?

3)   Apa saja yang dapat  kamu diteladani dari perjuangan I.J. Kasimo untuk Indonesia saat ini?

4)   Apa kiaranya  ajaran Gereja Katolik yang menyemangati IJ. Kasimo dalam karyanya?

 

  1. Refleksi dan aksi

a.    Refleksi

§  Tuliskanlah  sebuah refleksi tentang tantangan dan peluang umat Katolik Indonesia untuk  membangun bangsa dan negara seperti yang di kehendaki Tuhan.

            b. Aksi

§  Membuat rencana aksi, pada salah satu tantangan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia, misalnya di bidang lingkungan hidup dengan melalukan kegiatan atau gerakan ekologi di lingkungan sekolah. Atau dari segi  hukum dengan melakukan gerakan  kesadaran hukum, mulai dengan bersikap disiplin terhadap peraturan di sekolah di masyarakat.

 

B.        DASAR KETERPANGGILAN GEREJA KATOLIK DALAM MEMBANGUN BANGSA DAN NEGARA

1.      Pengalaman Keterlibatan Umat Katolik dalam Pembangunan bangsa  dan negara.

 

a. Menyadari situasi    

Bacalah kisah berikut ini.

Ikut Bangun Masjid di Flores, Pastur Swiss Perkuat Persaudaraan Warga

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ikut Bangun Masjid di Flores, Pastur Swiss Perkuat Persaudaraan

BERN, KOMPAS.com - Ada yang tak biasa dalam misa minggu pagi di gereja Katolik Stans, Nidwalden, Swiss Tengah, Minggu (9/11/2014). Di antara doa dalam bahasa Jerman yang dipanjatkan pastur David dan Martin Chen, mengalun secara bergantian lagu-lagu rohani berbahasa Indonesia. "Memang misa kali ini ada hubungannya dengan Indonesia,“ujar Albert Nampara, pastur asal Flores yang juga ikut dalam misa ini. Semua tak lepas dari sosok Ernst Waser. Pastur kelahiran Oberdorf, Stans ini, memang sedang dirayakan kehadirannya oleh para umat, khususnya Waser Freundeskreis, kawan seperjuangan Ernst Waser.  "Jasa jasanya sangat besar untuk Indonesia, khususnya bagi masyarakat Flores,“tutur Gogi Soegiarto, salah satu anggota komunitas Kristiani Indonesia di  Swiss. Thomas Mueller, mantan pekerja LSM yang pernah bertemu beberapa kali dengan Ernst Waser di Kupang, NTT, mengungkapkan hal senada. "Banyak yang dilakukannya untuk rakyat Flores. Dia memperbaiki sistem pengairan, jalan raya, hingga sekolah menengah umum (SMU),“kenang  Thomas, Stans, meski ibu kota provinsi, jangan dibayangkan segemerlap Bandung, Jakarta atau Semarang. Kota ini tak jauh lebih ramai ketimbang Depok. Di kelilingi lahan hijau pertanian, Stans merupakan salah satu kota paling indah di Swiss. Di sebuah peternakan kelas menengah di kota inilah Ersnt Waser dilahirkan 85 tahun lalu. Namun, tak banyak catatan kehidupan sang pastor yang diketahui publik. "Pak Ernst orang pendiam, lebih suka bekerja ketimbang berbicara,“tutur Martin Chen, pastur yang akan meneruskan cita-cita Ernst Waser. Menginjak usia 20 tahun, Ernst memutuskan menjadi pastur dan melanjutkan kuliah teologi di Bonn, Jerman. Tahun 1954, Ernst resmi ditahbiskan sebagai pastur. Seperti umumnya misionaris, Ernst sangat ingin menjalankan misinya di negara berkembang. Sayang, keinginannya melihat dunia luar, selalu ditolak atasannya.  Sambil menunggu kesempatan menjadi misionaris di luar negeri, Ernst bekerja sebagai guru di SMU Merienburg, Saint Gallen, Swiss Timur. Di waktu luangnya Pastur Ernst menambah wawasannya dengan melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Zurich. Pergi ke Flores Akhirnya kesempatan menjadi misionaris datang ketika berkenalan dengan seorang uskup dari Ruteng, Flores.  Pada 1978, berangkatlah Ernst Waser ke Flores, tepatnya di Wangkung.  Jalan desa yang semula terlalu menanjak, kata Thomas, dibuat Ernst menjadi landai dan berliku. "Kalau tidak demikian, akan cepat rusak,“ kata Thomas. Anak-anak yatim piatu di Wangkung dan sekitarnya, juga diajak untuk bergabung di asrama yang didirikannya. "Ada bengkel, ada juga pelatihan untuk menjadi perawat,“ lanjut Thomas.  Sementara sekolah swasta yang dibangunnya, dari tingkat SD sampai SMU, masih kata Thomas, mendapatkan pengakuan dari pemerintah Indonesia. "Orang mungkin gampang bikin sekolah, tapi Ernst membangunnya sekaligus mendapatkan pengakuan pemerintah,“ kata Thomas. Hubungannya tak hanya terpaku dengan masyarakat Kristiani. Hubungan Ernst dengan umat Muslim juga sangat baik. Dia bahkan sempat membangun sebuah masjid untuk masyarakat muslim di Flores. Atas jasanya, masyarakat Muslim setempat, menghadiahi Ernst sebidang tanah. "Pastor Ernsh orangnya memang terbuka, menolong baginya tidak ada batasan agama,“ imbuh Albert Nampara. Meskipun Swiss terbilang negara kaya, makmur dan rapi, Ernst Waser memilih tidak kembali ke kota kelahirannya.  Dia bertekad mengabdikan hidupnya untuk masyarakat Wangkung, Flores, sampai akhir hayatnya. "Nggak akan mau kembali ke Swiss, kalau mati pun ingin dikubur di sana,“ kata Albert Nampara. Bagi warga Stans, kepergian Ernst ke Indonesia, disyukuri sekaligus disesali. Walter, salah satu umat yang mengikuti misa khusus itu, mengaku bangga ada warga kotanya yang berjasa bagi sekelompok warga di negara lain. "Kalau memang dia memilih mengabdikan hidupnya di Indonesia, dan ingin mentap disana, kami akan selalu berdoa yang terbaik untuknya,“imbuh Walter.(KrisnaDiantha)

Sumber: https://internasional.kompas.com/read/2014/11/14/21365331/Ikut.Bangun.Masjid.di.Flores.Pastur.Swiss.Perkuat.Persaudaraan.Warga

 

b.                                                          Pendalaman

 

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

 

1)   Apa isi cerita tentang Pastor Wasser SVD?

2)   Apa alasan atau motivasi Pastor Wasser membangun mesjid?

3)   Apa pesan cerita itu bagi hidupmu serndiri?

4)   Sebutkan beberapa saja orang Katolik yang telah mengabdikan dirinya bagi  pembangunan Indonesia dan telah mendapat penghargaan atas dhrma bhaktinya itu baik oleh pemerintah atau LSM  Indonesia maupun dari luar negeri?

 

  1. Mendalami Ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja sebagi dasar keterpanggilan kita untuk membangun bangsa dan negara.

 

a.    Ajaran Kitab Suci

1)   Menyimak cerita Kitab Suci

Markus 12: 13-17

 

13. Kemudian disuruh beberapa orang Farisi dan Herodian kepada Yesus untuk menjerat Dia dengan suatu pertanyaan.

14. Orang-orang itu datang dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah dengan segala kejujuran. Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Haruskah kami bayar atau tidak?"

15. Tetapi Yesus mengetahui kemunafikan mereka, lalu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencobai Aku? Bawalah ke mari suatu dinar supaya Kulihat!"

16. Lalu mereka bawa. Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar."

17. Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" Mereka sangat heran mendengar Dia.

 

2)   Pendalaman

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini

a)   Apa yang dikisahkan dalam Kitab Suci tersebut

b)   Apa yang ditanyakan orang Farisi kepada Yesus

c)   Apa maksud orang Farisi  menanayakan hal itu.

d)   Apa jawaban Yesus?

e)   Apa maksud jawaban Yesus seperti itu?

f)    Apa makna pesan ajaran Yesus bagi dirimu sebagai pengikut Yesus di  hidup di Indonesia?

 

b.   Ajaran Gereja sebagi dasar keterpanggilan kita untuk membangun bangsa dan negara.

 

Berikut ini adalah salah satu kutipan  arah dasar  dari Gereja Katolik Indonesia bagi umat Katolik dalam rangka mendorong umat untk  berperan aktif dalam pembangunan.

ARAH DASAR GEREJA KATOLIK INDONESIA

(Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia 1995)

 

 Gereja Diutus ke Seluruh Dunia

Jemaat kristiani Indonesia sudah hadir di Nusantara pada abad ke-7 di Barus, Sumatra untuk menjadi ‘saksi Yesus Kristus sampai ke ujung bumi’. Kemudian Fransiskus Xaverius dan para murid Kristus lainnya sampai ke Maluku serta pelbagai bagian Nusantara, membagikan Kabar baik kedatangan Kerajaan Allah, yakni kabar bahwa Allah memimpin seluruh umat manusia lahir-batin. Setelah itu, tidak sedikit rakyat Nusantara yang mengikuti jejak para bangsa, bagaikan mendengarkan pewartaan Petrus di hari Pentakosta, meminta dibaptis dan berusaha hidup sebagaimana diwariskan oleh Gereja Perdana. Mereka itu juga disukai semua orang. Peristiwa itu masih berlanjut sampai saat ini sehingga umat lambat laun tumbuh dalam 36 keuskupan dan keuskupan agung, dari Sabang sampai Merauke. Pertumbuhan itu telah kita hayati kembali dalam beberapa pertemuan para waligereja Indonesia. Seluruh umat Katolik Indonesia, sendiri-sendiri ataupun dalam kelompok-kelompok pengabdian serta sebagai satu persekutuan, telah berusaha mengabdikan diri bangsa, negara dan masyarakat.

 TUHAN BERPERAN DALAM SEJARAH

Dengan rahmat dan kekuatan Roh Allah, kita meneruskan cita-cita para leleuhur bangsa. Kita ingat anak cucu Abraham yang yakin bahwa dalam mencari sejarah kesejahteraan itu Allah mencintai mereka. Ketika kita mengalami betapa egoisme menggerogoti hidup bangsa, dan tatkala  kita menyadari bagaimana dosa membelit manusia dalam lingkaran setan yang rumit, kita terkenang akan Yesus Kristus, yang memerdekakan manusia dari dosa dan segala akibat dosa, karena manusia menolak kasih-sayang Allah.

 

Saksi Keselamatan

Guna menanggapi Karya Penyelamatan Allah itu, kita mau mewartakan Kabar Baik penyelamatanNya kepada sesama rakyat dalam segala segi dan lapisan hidup manusia serta seluruh bangsa. Oleh karena itu, demi Yesus Kristus serta dalam RohNya, yang menyertai orang beriman sampai akhir zaman, kita berusaha melibatkan diri tanpa henti, dalam berbagai bentuk, dalam setiap situasi dan kondisi masyarakat, selaras dengan tahap-tahap perkembangannya.

Pengutusan Gereja

Umat beriman diutus:

a.  menjadi persekutuan (koinonia) tanda dan sarana Kehadiran Kerajaan Allah, yang diwartakan oleh Putera Allah sendiri, Sang Jalan, Kebenaran dan Hidup di tempat tinggal serta di lingkungan pengabdian masing-masing.

b.   Merayakan koinonia dalam ibadat dan membagikan iman dalam pewartaan serta bersama umat yang berlainan agama dan kepercayaan mau mendengarkan bisikan Roh, bagaikan nabi yang jeli dan berani menampilkan pesan keselamatan, dalam karya-karya pelayanan (diakonia).

 Proses Membudaya

Kita berikhtiar agar terus menyadari bahwa proses bertaqwa bersama itu terlaksana dalam lingkup dan proses membudaya di tengah lingkungan masyarakat, bangsa, dan negara. Semua itu terpadu dengan kebudayaan global.

 

Keterbukaan

Dalam perjalanan sebagai musafir, umat Katolik mau membuka diri. Kita mempersilahkan Tuhan mengutus kita sebagai saksi datangnya cinta Allah yang tanpa batas. Kesaksian itu terlaksana dalam membangun persatuan dengan seluruh bangsa Indonesia dari segala lapisan dan golongan, seraya mengupayakan kesejahteraan bersama yang lebih baik. Keterbukaan itu juga menghendaki agar kita mau secara bersama-sama mencari jalan-jalan baru, memanfaatkan penemuan-penemuan ilmu kemanusiaan dan ilmu alam yang semakin menyatukan seluruh umat Allah dan melestarikan alam ciptaan Allah.

 

Dialog Hidup

Dalam kesatuan dengan peziarahan hidup seluruh insan beriman tersebut, kita menghayati pasang surut dinamika bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagai dialog hidup. Umat Katolik bertekad mendukung segala upaya membangun pemerintahan yang makin bersih dan berwibawa, meneguhkan badan perwakilan rakyat yang lebih tanggap, berdaulat, dan menjaga demokrasi Pancasila yang berperikemanusiaan, serta memantapkan badan yudikatif yang lebih mampu menegakkan hukum secara menyeluruh. Dialog hidup itu berakar pada iman akan Tuhan Yang Maha Esa, sebagai Allah yang menjadi Bapa semua orang dan yang telah menyerahkan PuteraNya, agar RohNya hidup dan berkarya di dalam dunia. Sebagai kawanan kecil di antara umat yang beragama Islam, Hindu, Budha, Kristen Protestan, dan penganut agama-agama asli, umat Katolik dipanggil untuk membangun koinonia yang mengalirkan diakonia.

 

Gereja Indonesia

Dengan pendirian itu, kita ingin mengungkapkan penghayatan kita sebagai bagian integral rakyat Indonesia. Gereja Katolik Indonesia mau mencurahkan segenap tenaga guna menyingkirkan segala hal yang dapat memecahbelah persatuan bangsa Indonesia. Di tengah bangsa Indonesia itu kia berpadu dengan seluruh Gereja semesta.

Pancasila

Semangat menyelenggarakan dialog hidup itu menyebabkan kita memandang segala masalah di dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak melalui kepentingan golongan sendiri. Kita dipanggil supaya menggunakan cakrawala iman, yang merangkum segala hal demi keagungan Allah. Masalah-masalah politis, ekonomis, sosial, budaya, persekolahan, komunikasi sosial, pertahanan dan keamanan mendapat tempatnya yang selaras di dalam cakrawala tanpa batas iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Segala sesuatu dalam pembangunan ingin dirangkum dalam semangat persaudaraaan, dengan penuh rasa kemanusiaan sambil menjunjung tinggi persatuan bangsa. Kedaulatan rakyat ingin diwujudkan bersama keadilan sosial dallam segala segi dan tahap pembangunan sesuai dengan cita-cita Pembukaan UUD 1945.Begitulah kita memandang Pancasila dari lubuk hati yang terdalam, serasi dengan ajaran iman. Pancasila secara tulus kita akui sebagai dasar hidup bangsa yang merupakan jaminan kemerdekaan dan kesamaan kedudukan tiap warga negara.

 

Bhinneka Tunggal Ika

Hasrat persatuan yang menjiwai setiap keterlibatan membuat kita juga terbuka terhadap semua kekhususan semua pihak. Kesatuan mengijinkan adanya perbedaan dalam ciri setiap kelompok dan juga perbedaan cara dalam mencapai persatuan itu. Perbedaan pandangan diterima sebagai suatu potensi guna menemukan hal-hal yang lebih baik lagi dari pada sekarang yang sudah dimilii bangsa ini. Persatuan bangsa Indonesia mengijinkan perbedaan peran, yang sering berkaitan dengan perbedaan pendidikan, kedudukan sosial, dan profesi. Umat Katolik sendiri juga majemuk dan terdiri atas sekian banyak suku maupun golongan sosial. Ada orang Katolik yang berada, namun sebagian besar warga Katolik hidup dalam keadaan amat sederhana.

 

Subsidiaritas

Kebhinnekaan memungkinkan tata hidup bersama yang beraneka ragam. Dalam Gereja dan di dalam masyarakat diperlukan suatu iklim yang memungkinkan kita menjaga persatuan seraya memberi kesempatan kepada perseorangan dan persekutuan yang lebih kecil tumbuh sehat. Yang dapat mereka lakukan tidak selayaknya dilakukan oleh lembaga yang lebih tinggi. Di lain pihak, apabila kepentingan umum menuntut, lembaga yang lebih tinggi dapat memberikan arah sebagaimana disepakati bersama. Begitulah kita menjunjung tinggi prinsip subsidiaritas: prinsip yang memberikan tempat yang serasi  bagi kepentingan perseorangan, kepentingan kelompok, dan seluruh rakyat secara proporsional dan wajar.

 

Gereja Sungguh Indonesia

Dalam melaksanakan tekad tersebut, kita berpegang teguh pada ajakan pahlawan nasional, Mgr. A. Soegijapranata, S.J. supaya menjadi sepnuh-penuhnya beriman Katolik dan seutuh-utuhnya berjiwa Indonesia. Masih teringat jelas bahwa pada kunjungannya ke Indonesia, Paus Johannes Paulus II juga meminta umat Katolik Indonesia menjadi betul-betul Indonesia dan sungguh-sungguh Katolik. Kita bertekad hendak terus menerus melibatkan diri dalam pembentukan hidup berkeluarga, politik dan ekonomi demi kesejahteraan rakyat dan negara; mengabdi diri dalam pendidikan, kesehatan, komunikasi massa, pelbagai karya sosial, dan amal di tengah rakyat. Sebab kita adalah anak-anak satu Allah yang bersikap bagaikan Bapa kepada umat manusia.

 

Hidup Berkeluarga

Kita berhasrat mewujudkan masyarakat yang bertumpu pada hidup berkeluarga yang sehat:

a.  Yang betul-betul merupakan kancah tempat laki-laki dan perempuan secara sepadan saling membangun kasih dalam suka dan duka serta mendidik anak sebagai buah cinta yang tumbuh dalam kemandirian yang bersifat sosial;

b.  Yang memungkinkan seorang pria dan seorang wanita tumbuh sebagai kesatuan pribadi yang penuh kasih dengan menghargai kekhasan serta potensi masing-masing;

c.   Yang menjadi awal pendidikan citarasa Katolik, berupa pendidikan nilai, khususnya bimbingan berkomunikasi  antar  generasi yang menghargai sejarah masa silam  dan terbuka terhadap aktivitas baru;

d.  Yang mewariskan tradisi-tradisi kemanusiaan yang sehat serta membangun tradisi-tradisi keluarga kristiani yang menghormati sejarah dan kreatif menciptakan pola-pola hidup bersama yang baru;

e.  Yang mengembangkan badan yang bugar, jiwa yang sehat, kepandaian yang berdayacipta, keterampilan yang membekali hidup anak-anak, kesalehan yang mengokohkan hidup rohani seluruh anggota keluarga;

f.  Yang tidak hanya merupakan kesatuan ke dalam tetapi ke luar juga mampu berperan konstruktif dalam pengabdian gerejawi dan kemasyarakatan;

g.  Yang melihat pengutusannya dalam menyiapkan tenaga kemasyarakatan yang andal dan tenaga gerejawi yang terlibat, serta juga mampu menumbuhkan panggilan hidup rohani bagi Gereja.

 

Hidup Politik

Kita mendambakan pembangunan politik yang berperikemanusiaan melalui:

a.  pembentukan kehidupan bernegara yang menghormati hak-hak asasi manusia denga semangat solider sejati; dalam kerangka ini kaum wanita sepatutnya semakin mendapat tempat dalam pengambilan keputusan;

b.  pengembangan kehidupan kenegaraan dengan sistem demokrasi yang memungkinkan pelaksanaan Pancasila sebagai ideologi terbuka dan UUD 1945 secara konsekwen;

c.  pembangunan sistem hukum nasional yang adil secara demokratis sebagai penjabaran cita-cita negara hukum;

d.  pembinaankehidupan kepartaian yang bebas dan adil ke arah partisipasi rakyat yang merata serta berpedoman “salus populi suprema lex”;

e.   pengembangan sistem keberimbangan kekuasaan  yang kreatif dan dinamis seraya mengandalkan integritas pribadi pejabat;

f.  penyusunan kehidupan bermasyarakat yang ditandai kemajemukan yang bebas, dinamis dan berwawasan kebangsaan;

g.  pembangunan hidup bersama yang menciptakan rasa-aman lahir-batin dengan kemampuan bela-negara yang serasi;

h.  hidup kemasyarakatan yang berfokus pada proses pemberdayaan setiap lapisan masyarakat dengan terus menerus memperluas kalangan yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan;

 

Hidup Ekonomi

Kita pun mencita-takan pembangunan ekonomi yang berkeadilan:

a.  yang menjunjung tinggi martabat manusia, tidak meremehkan atau mengabaikan hak asasi manusia karea mengejar target atau hasil lahiriah tertentu; dengan demikian manusia tidak menjadi sekedar angka atau sumber daya bagi ekonomi; terutama tenaga kerja wanita dan anak-anak pantas mendapat pembelaan yang lebih tepat guna;

b.  yang menghargai manusia sebagai pelaku ekonomi yang terpenting, karena menjadi asal, isi, tujuan dan muara segala kegiatan ekonomi sehingga pemberdayaan usaha rakyat kecil merupakan poros segala gerak ekonomi;

c.  yang menjamin peran serta semua warga negara di dalam bidang ekonomi, dengan tidak melalaikan ‘kaum marjinal’; dengan demikian, usaha-usaha ekonomi memang mendukund pelaku-pelaku ekonomi agar cukup dapat berperan secara global, namun terus menerus mencari jalan agar pemerataan upaya penyejahteraan menjadi kenyataan;

d.  yang merangsang terbentuknya kemitraan dan jaringan kerjasama antara semua pihak berpegangan pada Code of Conduct yang bercirikan keadilan sosial;

e.    yang secara berdayaguna menciptakan mekanisme untuk mencegah perluasan korupsi.

 

Hidup Budaya

Kita merindukan pembangunan kebangsaan dan kebudayaan:

a.  yang dengan sekuat tenaga berusaha memupuk dan mengembangkan persatuan bangsa, agar jangan sampai terjadi pengkotak-kotakan di dalam masyarakat karena suku, ras, kedaerahan, dan agama atau kepercayaan yang berbeda;

b.  yang menjamin persatuan sejati seluruh bangsadenga menjamin hak serta kewajiban semua orang berperan-serta di dalam pembangunan kebudayaan nasional yang terbuka dan beradab selaras dengan tuntutan perkembangan dan perubahan zaman; budaya menghargai kesepadanan peran laki-laki dan perempuan perlu lebih diupayakan;

c.  yang menumbuhkan, mengembangkan, memelihara dan menyuburkan wawasan kebangsaan, sehubungan dengan adanya peralihan generasi, dari generasi 45 yang, mengalami secara langsung perjuangan mempersatukan bangsa ini, ke generasi penerus, yang tidak mengalami hal tersebut. Pada masa mendatang perlu dicari ungkapan wawasan kebangsaan baru dengan beertumpu pada kejujuran dalam memandang masa silam serta kebesaran hati dalam menyambut masa depan;

d.  pembangunan kebudayaan nasional membutuhkan pengembangan kebudayaan setiap daerah secara terbuka. Sebab justru kebudayaan daerah itu dapat menciptakan kebudayaan nasional yang berakar pada situasi dan kondisi masyarakat yang nyata. Dalam pada itu, kebudayaan nasional seperti itu akan memiliki ketangguhan dan kelenturan yang memadai dalam mengintegrasikan pengaruh proses globalisasi secara terbuka.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kita mengharapkan pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat:

a.  ilmu pengetahun dan teknologi modern adalah bagian dari peradaban baru yang berkembang sebagai buah dari pikiran dan perasaan manusia. Isi dan tujuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi adalah daya-daya manusia yang mulia. Oleh sebab itu kita harus ikut menjaga, agar ilmu pengetahuan dan teknologi senantiasa mengabdi kesejahteraan manusia sedalam-dalamnya dan tidak dipergunakan untuk merosotkan martabat manusia;

b.  pembangunan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi memang diperlukan dalam membangun dan memajukan bangsa. Namun perlu dipikirkan dan dijaga agar kelsetarian lingkungan hidup tidak dirusak oleh pembangunan tersebut; kita perlu menciptakan hidup keilmuan dan teknologi yang mengabdi kebutuhan kesejahteraan serta tidak tinggal di lapisan dangkal yang terlalu pragmatis dan oportunistis;

c.  ilmu pengetahuan dan teknologi harus sungguh-sungguh dihayati sebagai karunia Tuhan untuk memelihara, mengembangkan dan memanfaatkan alam secara manusiawi; dalam pada itu juga sadar bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi dapat disalahgunakan untuk kepentingan sekelompok orang atau seseorang sehingga merugikan kesejahteraan bersama;

d.  generasi muda perlu dididik dan diberi kesempatan agar dapat ikut ambil bagian dalam pembangunan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sampai memiliki keilmuan yang tangguh dengan dasar etika ilmu yang bertanggung jawab.

 

Pendidikan dan Persekolahan

Kita meneruskan tekad ikut mendukung usaha pendidikan dengan visi bersama yang luas dan yang:

a.  memungkinkan manusia muda menemukan dan mengembangkan dirinya dalam kesatuan dengan sesama dan selueuh alam semesta; alam upaya tersebut pada pokoknya kita mewariskan dan mengembangkan nilai-nilai dasar manusiawi;

b.  memberi bekal kepada manusia muda membangun masa depannya, supaya memiliki kepandaian, kepribadian, keterampilan, keahlian dan kemampuan mengambil keputusan dengan suara hati yang tepat sebagai orang beriman;

c.  menyediakan pembimbing-pembimbing yang penuh keterlibatan dan perhatian pada peserta didik; untuk itu diperlukan lebih banyak alternatif penyediaan pendidik yang berdedikasi, berketerampilan dan memperoleh prasarana yang memadai;

d.  dapat berdiri di atas kaki sendiri dalam interaksi sehat dengan orang tua, negara, lembaga-lembaga keagamaan, dan pelaku-pelaku media serta seluruh sektor kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;

e.   menolong terbentuknya gerakan-gerakan dan organisasi kaum muda yang memungkinkan interaksi optimal antara pria dan wanita dengan semangat kebangsaan yang terbuka;

f.   merangsang terbentuknya lingkaran-lingkaran penelitian dan pengembangan masalah kepemudaan;

Kesehatan

Kita mengharapkan terbentuknya budaya masyarakat dan bangsa yang sehat dengan prinsip dasar menghormati pribadi manusia sebagai pribadi dan makhluk sosial yang diciptakan menurut citra Allah, sehingga:

a. mampu memelihara sendiri kesehatannya dan aneka usaha meningkatkan derajat kesehatannya, termasuk olah raga;

b.  mampu menyediakan pelayanan kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat, baik di kota maupun di desa, sehingga tidak menumpukkan sarana kesehatan hanya di beberapa pusat kekuasaan;

c.  menciptakan sistem pembiayaan kesehatan sehingga sebanyak mungkin rakyat dapat menjangkau pelayanan penyehatan yang dibutuhkannya;

d.  meratakan tenaga-tenaga kesehatan, meningkatkan kemampuan mereka, serta menyediakan tenaga kesehatan yang memadai etika dan moralnya;

e.   menggalang kerjasama semua pihak untuk mendukung pembangunan yang berwawasan lingkungan;

f.   merangsang terbentuknya pusat penelitian dan pengembangan etik yang menolong para ahli dan praktisi guna membela kehidupan secara terencana;

g.  memajukan pergaulan yang saling menghargai dan setia antara laki-laki dan perempuan sehingga ikut serta dalam mencegah meluasnya ancaman HIV/AIDS.

            

 

Komunikasi Sosial

Kita ikut berperan dalam dunia media yang semakin menciptakan persaudaraan global, menjadi sarana informasi, hiburan dan pendidikan tak terperi, namun kadang kala juga menyodorkan tantangan bagi suara hati kita. Kita ingin memperjuangkan media yang:

a. menolong seluruh umat dan bangsa mencari kebenaran sebagai dasar kehidupan bersama yang sehat;

b. menyediakan informasi, pendidikan dan hiburan sehat kepada semua yang tersangkut;

c. menyediakan pelaku-pelaku media yang memiliki suara hati yang jernih, dan yang peduli dengan persoalan rakyat kebanyakan;

d. menolong seluruh bangsa membuka cakrawala seluas dunia dan mengembangkan kebudayaan secara terbuka;

e.  mendidik rakyat untuk mempunyai sikap kritis yang sehat dan daya tangkal yang tinggi terhadap segala bahaya globalisasi yang mengancam hidup pribadi, hidup keluarga dan persatuan kita dari media;

f.  mendukung semua usaha untuk perlakuan wajar dan penuh hormat terhadap wanita di dunia hiburan.

 Membangun Gereja

Kita membangun terbentuknya tradisi Gereja Indonesia yang tanggap pada masyarakat setempat seraya terbuka pada kebudayaan global dan Gereja semesta: suatu koinonia yang mengalir dalam diakonia:

a.  Gereja yang semakin merupakan persekutuan umat beriman bergaya sinodal-kolegial dengan mekanisme pengambilan keputusan yang partisipatif, meninggalkan pola feodal dan piramida klerikal; hal itu dapat semakin mengikutsertakan wanita dalam pengambilan keputusan;

b.  Gereja yang mampu membentuk cara-cara hidup, pola kerja dan modal layanan yang solider dengan rakyat jelata sebagai tanda dan sarana kehadiran kasih Allah di dunia ini secara profetik;

c.  Gereja yang memiliki kemandirian sedemikian sehingga mampu berdialog secara leluasa dengan semua pemeluk agama lain;

d.  Gereja yang mempunyai kepercayaan yang begitu besar kepada kuat-kuasa Kerajaan Allah sehingga mampu bertahan dalam segala suka dan duka pergumulan hidup yang tanpa henti;

e.   Gereja yang dapat mencukupi sendiri kebutuhan akan pemimpin awam, biarawan/wati, dan rohaniwannya sehingga menyelenggarakan pendidikan-pendidikan kader segala bidang secara terencana;

f.   Gereja yang mampu menciptakan pola-pola ibadat selaras dengan kondisi tempat dan kelompok;

g.   Gereja yang membangun lingkaran-lingkaran pengembangan dan penelitian untuk menyediakan kelompok pemikir tangguh dalam kepemimpinannya.

 

Hak Asasi Manusia

Sebagai dasar-pijak bersama, dalam pelbagai bidang pembangunan tersebut haruslah dijunjung tinggi hak-hak asasi bagi setiap warga negara sebagai manusia, tidak hanya karena tuntutan politis tetapi karena manusia itu makhluk lhuru ciptaan Allah. Hak asasi manusia tidak diberikan oleh negara atau masyarakat, tetapi sudah dipunyai manusia sejak diciptakan Tuhan. Diantaranya hak untuk hidup, hak untuk memeluk dan melaksanakan agama, serta hak untuk membangun keluarga selaras dengan keyakinannya. Begitulah kita bertekad terus terlibat dengan cita-cita yang menjiwai para pendahulu  dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia ini, sebagaimana terungkap dalam Pancasila yang dirumuskan oleh Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

  

Sumber: Hasil SAGKI 1995 dalam Spektrum – Dokpen KWI.

 

3.    Menghayati keterpanggilan Gereja untuk membangun bangsa dan negara indonesia sesuai kehendak Tuhan.

 

a. Refleksi

  • Tuliskanlah  sebuah refleksi tentang keterpanggilan Gereja Katolik Indonesia untuk membangun bangsa dan negara yang sesuai dengan kehendak Tuhan.

 

b. Aksi

 

  • Membentuk kelompok kerja untuk membuat rencana aksi, sebagai anggota Gereja Katolik Indonesia yang terpanggil untuk ikut membangun bangsa dan negara. Peserta didik dapat memilih salah satu saja bidang aksi, misalnya di bidang politik, hukum, ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan, kesehatan, komunikasi sosial, Komunitas Basis Gerejani, serta HAM.
  • Melaporkan kegiatan yang telah dilakukan dalam suatu format laporan kegiatan (projek)  yang telah dilakukan. Diharapkan agar kegiatan tersebut menjadi habitus para peserta didik dalam kehidupannya sehari, sebagai anggota atau warga Gereja dan warga masyarakat.

 


 

 

 

 

 

PENILAIAN

A.       HIDUP MANUSIA ITU BERHARGA

1.Penilaian Sikap

§  Penilaian diri:

 

 

Partisipasi dalam Diskusi kelompok

Nama                                      : ...............................................

Nama-nama anggota kelompok : ..............................................

Kegiatan Kelompok                    : ...............................................

 

Isilah pernyataan berikut dengan jujur. Untuk No.1 s.d. 6, tulislah huruh A,B,C atau D didepan tiap pernyataan:

A: Selalu                                                          C: Kadang - kadang

B: Sering                                                          D. Tidak pernah

1.....Selama diskusi saya mengusulkan ide kepada kelompok untuk didiskusikan

2.....Ketika kami berdiskusi, tiap orang diberi kesempatan mengusulkan sesuatu

3....Semua anggota kelompok kami melakukan sesuatu selama kegiatan

4....Tiap orang sibuk dengan yang dilakukannya dalam kelompok saya

5. Selama kerja kelompok, saya.....

    .........mendengarkan orang lain

    .........mengajukan pertanyaan

    ........ mengorganisasi ide-ide saya

    .......  mengacaukan kegiatan

    ...... ..melamun

1.    Apa yang kamu lakukan selama kegiatan?

........................................................................................................................................

 

2. Penilaian Pengetahuan

Tes tertulis:

§  Bentuk Uraian:

1.    Apa artinya bahwa hidup manusia itu berharga?

2.    Bagaimana sikap, tindakan manusia dalam memperjuangkan hidupnya sebagai sesuatu yang sangat berharga?

3.    Apa arti kata Kitab Suci Ayub bahwa “orang akan memberikan segala yang dipunyainya sebagai ganti nyawanya.”

4.     Apa maksud sabda Yesus ini; “Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, tapi kehilangan nyawanya?” (Mrk 8:37)

5.    Apa maksud Sabda bahagia Yesus  (Mat 5:1 – 12)

6.    Apa maknanya bahwa hidup Mnusia itu sesungguhnya merupkan  suatu panggilan?

 

 

 

3. Penilaian Keterampilan:

§  Portofolio

Cobalah mewawancarai dengan beberapa temanmu untuk mengetahui tentang  seberapa jauh mereka memaknai hidupnya sebagai suatu anugerah Tuhan yang sangat berharga. Hasil wawancara ditulis dengan baik, kemudian dipresentasikan  di kelas.

 

4. Kegiatan Remedial

Bagi peserta didik yang belum memahami pokok bahasan  ini, diberikan remidial dengan kegiatan:

1)        Guru menyampaikan pertanyaan kepada peserta didik akan hal-hal apa saja yang belum mereka pahami tentang makna dan hakikat hidup manusia sebagai sesuatu yang sangat berharga sehingga perlu diperjuangkan.

2)        Apabila ada hal-hal tertentu  yang belum mereka pahami, guru mengajak peserta didik untuk mempelajari kembali dengan memberikan bantuan peneguhan-peneguhan yang lebih praktis.

3)        Guru memberikan penilaian ulang untuk penilaian pengetahuan, dengan pertanyaan yang lebih sederhana, sesuai dengan kondisi peserta didik.

 

5. Kegiatan Pengayaan

Bagi peserta didik yang telah memahami pokok bahasan ini, diberikan pengayaan dengan kegiatan:

1)   Guru meminta peserta didik untuk melakukan studi pustaka (ke perpustakaan atau mencari di koran/ majalah) untuk menemukan cerita/ kisah tentang  orang-orang yang berjuang membela hidupnya

2)   Hasil temuannya ditulis dalam laporan tertulis yang berisi gambaran singkat dari kisah atau cerita tersebut serta memberikan refleksi kritisnya. 


 

B. PANGGILAN HIDUP BERKELUARGA

 

1.Penilaian Sikap

§  Penilaian diri

 

 

Partisipasi dalam Diskusi kelompok

Nama                                      : ...............................................

Nama-nama anggota kelompok : ..............................................

Kegiatan Kelompok                    : ...............................................

 

Isilah pernyataan berikut dengan jujur. Untuk No.1 s.d. 6, tulislah huruh A,B,C atau D didepan tiap pernyataan:

A: Selalu                                                          C: Kadang - kadang

B: Sering                                                          D. Tidak pernah

1.....Selama diskusi saya mengusulkan ide kepada kelompok untuk didiskusikan

2.....Ketika kami berdiskusi, tiap orang diberi kesempatan mengusulkan sesuatu

3....Semua anggota kelompok kami melakukan sesuatu selama kegiatan

4....Tiap orang sibuk dengan yang dilakukannya dalam kelompok saya

5. Selama kerja kelompok, saya.....

    .........mendengarkan orang lain

    .........mengajukan pertanyaan

    ........ mengorganisasi ide-ide saya

    .......  mengacaukan kegiatan

    ...... ..melamun

6. Apa yang kamu lakukan selama kegiatan?

........................................................................................................................................

 

2.  Penilaian Pengetahuan

§  Tes tertulis

-   Uraian:

1.    Jelaskan arti dan makna keluarga

2.    Jelaskan apa maksud tugas dan tanggung dalamkeluarga

3.    Jelaskan apa yang dimaksudkan dengan cinta kasih dan komunikasi dalam keluarga

 

§  Penjodohan

Petunjuk: Cocokkanlah pernyataan/pertanyaan di sebelah atas  dengan  jawaban di bawah ini.

 

1.        Dimensi yang menyatakan bahwa, kewajiban dan tanggung jawab keluarga bisa terarah kedalam diri sendiri, tetapi juga terarah  keluar, ke masyarakat.

2.        Seluruh ajaran dan perbuatan kristiani termasuk dalam hidup keluarga berdasarkan pada hukum.

2.        Hal penting yang dibutuhkan suami-istri-anak dalam keluarga  sehingga setiap anggota keluarga dapat membangun sikap “mendengar” dan  “terbuka” atas dasar cinta kasih.

3.        Keluarga  yang mencakup suami-istri dan anak adalah keluarga dalam pengertian...

4.        Tugas pokok seorang suami adalah mencari nafkah, dan tidak boleh membebankan isteri dan anak. Hal ini dilihat dari posisi suami sebagai.....

5.        Anak-anak (kakak/adik) dalam keluarga  mengalami proses sosialisasi. Mereka tidak hanya dididik oleh orangtua, tetapi juga saling mendidik. Hal ini berkaitan dengan keluarga sebagai....

6.        Agar cinta dalam hidup berkeluarga semakin hari, semakin bertumbuh dan berkembang, perlu dibutuhkan suasana.......

7.        Isteri dapat menciptakan suasana kasih sayang, ketentraman, keindahan, keharmonisan dalam keluarga. Hal ini berkaitan dengan peran isteri sebagai...

8.        Surga di bawah kaki ibu. Pepatah ini menggambarkan peran isteri sebagai.........

9.        Pemahaman keluarga menurut Pedoman Pastoral Keluarga (MAWI 1975)

 

A.Hati dalam keluarga

B. Partner

C.Persekutuan cinta antara pria dan wanita yang secara sadar dan bebas menyerahkan diri beserta segala kemampuannya  untuk selamanya.

D. Pendidik.

E.Partnership.

F.Sekolah Kemanusiaan.

G. Kepala Keluarga

H. Sempit

I. Misioner

J. Kasih

L. Komunikasi.       

 

3. Penilaian Keterampilan:

§  Portofolio

Cobalah mewawancarai beberapa pasangan suami istri tentang  pengalaman suka-dan duka mereka selama ini dalam membangun hidup keluarganya. Hasil wawancara ditulis dalam bentuk  sebuah laporan bersifat jurnalistik.

 

4. Kegiatan Remedial

Bagi peserta didik yang belum memahami pokok bahasan  ini, diberikan remidial dengan kegiatan:

1)      Guru menyampaikan pertanyaan kepada peserta didik akan hal-hal apa saja yang belum mereka pahami tentang makna dan hakikat panggilan hidup berkeluarga.

2)      Apabila ada hal-hal tertentu  yang belum mereka pahami, guru mengajak peserta didik untuk mempelajari kembali dengan memberikan bantuan peneguhan-peneguhan yang lebih praktis.

3)      Guru memberikan penilaian ulang untuk penilaian pengetahuan, dengan pertanyaan yang lebih sederhana, sesuai dengan kondisi peserta didik.

 

5. Kegiatan Pengayaan

Bagi peserta didik yang telah memahami pokok bahasan ini, diberikan pengayaan dengan kegiatan:

 

1)      Guru meminta peserta didik untuk melakukan studi pustaka (ke perpustakaan atau mencari di koran/ majalah) untuk menemukan cerita/ kisah tentang  keluarga katolik yang  harmonis.

2)      Hasil temuannya ditulis dalam laporan tertulis yang berisi gambaran singkat dari kisah atau cerita tersebut serta memberikan refleksi kritisnya. 


 

C. PERKAWINAN

 

1.Penilaian Sikap

§ Penilaian Diri

 

 

Partisipasi dalam Diskusi kelompok

Nama                                      : ...............................................

Nama-nama anggota kelompok : ..............................................

Kegiatan Kelompok                    : ...............................................

 

Isilah pernyataan berikut dengan jujur. Untuk No.1 s.d. 6, tulislah huruh A,B,C atau D didepan tiap pernyataan:

A: Selalu                                                          C: Kadang - kadang

B: Sering                                                          D. Tidak pernah

1.....Selama diskusi saya mengusulkan ide kepada kelompok untuk didiskusikan

2.....Ketika kami berdiskusi, tiap orang diberi kesempatan mengusulkan sesuatu

3....Semua anggota kelompok kami melakukan sesuatu selama kegiatan

4....Tiap orang sibuk dengan yang dilakukannya dalam kelompok saya

5. Selama kerja kelompok, saya.....

    .........mendengarkan orang lain

    .........mengajukan pertanyaan

    ........ mengorganisasi ide-ide saya

    .......  mengacaukan kegiatan

    ...... ..melamun

2.    Apa yang kamu lakukan selama kegiatan?

........................................................................................................................................

 

 

1.   Penilaian Pengetahuan 

§ Tes Tertulis

-     Uraian

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, jawablah pertanyaann-pertanyaan berikut ini. 

1)   Jelaskan arti perkawinan dari beberapa segi atau sudut pandang

2)   Jelaskan apa tujuan suatu perkawinan menurut ajaran Gereja Katolik

3)   Sebut dan jelaskan sifat-sifat perkawinan menurut  Ajaran Gereja Katolik

 

-       Pilihan Benar – Salah 

 

Petunjuk: Tandailah B jika pernyataan di bawah ini benar, S jika pernyataan ini salah!

 

 

1.       B     -      S     :   Perkawinan merupakan sebuah karier pokok.

2.       B     -      S     :   Perkawinan dalam visi umat Kristiani (Katolik) berarti suatu panggilan.

3.       B     -      S     :   Dalam Kej 2:18, dikatakan: “Tuhan Allah berfirman: Tidak baik kalau manusia tinggal seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”. Maksud Firman ini adalah meski sepadan, seorang pria lebih dominan daripada  seorang wanita dalam hidup keluarga.

4.       B     -      S     :   Menurut ajaran moral Katolik, setiap hubungan seksual hendaknya terbuka untuk keturunan dan hubungan itu hanya dapat dibenarkan dalam perkawinan yang sah.

5.       B     -      S     :   Dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) dikenal istilah perkawinan sebagai Perjanjian. Maksudnya adalah  dimensi personal dari hubungan suami istri  ditunjuk dengan simbol-simbol hubungan manusia dengan Tuhannya.

6.       B     -      S     :   Menurut KHK, Perkawinan sebagai kebersamaan seluruh hidup pria dan wanita. Maksudnya, dalam perkawinan, kebersamaan itu dilihat dari segi kuantitatif semata, yaitu dari segi lamanya waktu suami isteri mengarungi bahtera perkawinan.

7.       B     -      S     :   Perkawinan sebagai sakramen, artinya  perkawinan  pria dan wanita menjadi tanda cinta Allah kepada ciptaanNya dan cinta Kristus kepada Gereja-Nya.

8.       B     -      S     :   Perkawinan merupakan kesatuan mesra dalam hidup dan kasih antara pria dan wanita yang merupakan lembaga tetap yang berhadapan  dengan masyarakat. Pengertian perkawinan ini menurut UU Perkawinan No.1, Thn. 1974.

9.       B     -      S     :   Anak-anak menurut  padangan Gereja adalah anugerah nikah yang paling utama dan sangat membantu kebahagiaan orang tua.

10.     B     -      S     :   Pemenuhan tujuan perkawinan menurut Gereja  adalah berhenti pada lahirnya anak.

 

3. Penilaian Keterampilan

§  Portofolio

Cobalah wawancara dengan pastor paroki atau ketua stasi, atau tokoh-tokoh umat setempat tentang permasalahan-permasalahan apa saja yang paling menonjol pada pasangan kawin Katolik saat ini. Hasil wawancara ditulis dalam bentuk  sebuah laporan paper.

 

 

4. Kegiatan Remedial

Bagi peserta didik yang belum memahami pokok bahasan  ini, diberikan remidial dengan kegiatan:

1)      Guru menyampaikan pertanyaan kepada peserta didik akan hal-hal apa saja yang belum mereka pahami tentang makna dan hakikat perkawinan Katolik.

2)      Apabila ada hal-hal tertentu  yang belum mereka pahami, guru mengajak peserta didik untuk mempelajari kembali dengan memberikan bantuan peneguhan-peneguhan yang lebih praktis.

3)      Guru memberikan penilaian ulang untuk penilaian pengetahuan, dengan pertanyaan yang lebih sederhana, sesuai dengan kondisi peserta didik.

 

5.  Kegiatan Pengayaan

Bagi peserta didik yang telah memahami pokok bahasan ini, diberikan pengayaan dengan kegiatan:

1)      Guru meminta peserta didik untuk melakukan studi pustaka (ke perpustakaan atau mencari di koran/ majalah) untuk menemukan cerita/ kisah tentang  pasangan perkawinan Katolik yang bahagia.

2)      Hasil temuannya ditulis dalam laporan tertulis yang berisi gambaran singkat dari kisah atau cerita tersebut serta memberikan refleksi kritisnya. 


 

A.       PANGGILAN KARYA DAN PROFESI

 

1. Penilaian Sikap

§  Penilaian Diri

 

 

Partisipasi dalam Diskusi kelompok

Nama                                      : ...............................................

Nama-nama anggota kelompok : ..............................................

Kegiatan Kelompok                    : ...............................................

 

Isilah pernyataan berikut dengan jujur. Untuk No.1 s.d. 6, tulislah huruh A,B,C atau D didepan tiap pernyataan:

A: Selalu                                                          C: Kadang - kadang

B: Sering                                                          D. Tidak pernah

1.....Selama diskusi saya mengusulkan ide kepada kelompok untuk didiskusikan

2.....Ketika kami berdiskusi, tiap orang diberi kesempatan mengusulkan sesuatu

3....Semua anggota kelompok kami melakukan sesuatu selama kegiatan

4....Tiap orang sibuk dengan yang dilakukannya dalam kelompok saya

5. Selama kerja kelompok, saya.....

    .........mendengarkan orang lain

    .........mengajukan pertanyaan

    ........ mengorganisasi ide-ide saya

    .......  mengacaukan kegiatan

    ...... ..melamun

6. Apa yang kamu lakukan selama kegiatan?

........................................................................................................................................

 

1.   Penilaian Pengetahuan

§ Tes Tertulis:

-   Pilihan Ganda

 

Pilihlah satu jawaban yang paling benar dan tepat.

 

1.    Budaya kerja hendaknya ditumbuhkembangkan dalam diri setiap orang karena:

A.    Kerja merupakan bagian dari martabat pribadi manusia.

B.     Kerja menghasilkan uang untuk berfoya-foya.

C.     Kerja dapat menyibukkan orang setiap saat.

D.    Kerja dapat mendorong orang untuk tidak bertindak macam-macam.

 

2.    Kerja untuk mencapai kemajuan:

A.      Rohani

B.      Jasmani

C.      Materi

D.     Jawaban a dan b benar

 

 

3.    Makna kerja secara sosiologis adalah:

A.      Menghasilkan sesuatu yang diperlukan atau yang diinginkan oleh seseorang atau masyarakat.

B.      Merupakan unsur pokok produksi.

C.      Usaha untu memenuhi kebutuhan sendiri sekaligus mengarah pada pemenuhan kebutuhan masyarakat.

D.     Membina dan membentuk diri dan pribadinya,

 

4.    Tujuan kerja adalah:

A.      Mencari nafkah

B.      Memajukan teknik dan kebudayaan

C.      Memuliakan Tuhan

D.     Semua jawaban benar

 

5.    Makna kerja secara religius adalah kecuali:

A.        Menyelenggarakan ciptaan Tuhan.

B.       Pengabdian pribadi kepada Allah sebagai tujuan akhir.

C.       Menjadi partner Tuhan di dunia.

D.       Semua jawaban benar

 

6.    Selain bekerja, manusia membutuhkan istirahat karena:

A.        Allah sendiri adalah pekerja yang mau beristirahat karena itu kita meneladaninya.

B.        Kerja manusia sudah digantikan oleh robot canggih.

C.        Tidak ada untungnya terus bekerja tetapi penghasilan pas-pasan.

D.        Tidak ada jawaban yang benar.

 

7.    Kel. 20:10, menyatakan hari ke-7 adalah hari Sabat Tuhan. Firman Tuhan ini mengandung kewajiban-kewajiban manusia kecuali:

A.        Kewajiban bekerja

B.        Kewajiban beristirahat

C.        Kewajiban melindungi mereka yang harus bekerja dalam ketergantungan.

D.        Semua jawaban benar.

 

8.    Ora et labora memilih makna, kecuali:

A.        Doa dapat menjadi daya dorong untuk bekerja lebih tekun.

B.        Doa dan kerja tidak ada hubungan atau korelasinya

C.        Doa dapat memurnikan pola kerja dan motivasi

D.        Doa dapat menjadikan kerja manusia mempunyai aspek religius

 

9.    Semakin orang bekerja, seharusnya semakin berdoa. Maksudnya adalah:

A.         Doa sebagai refleksi atas kerja

B.         Doa dan kerja merupakan ungkapan perwujudan iman

C.         Doa sebagai pendorong semu

D.        Jawaban A dan B Benar

 

10.          Tukang becak pernah dicap sebagai pekerja yang tidak bermartabat manusiawi.

A.    Pernyataan tersebut benar karena membawa beban tanpa bantuan tenaga mesin.

B.    Tukang becak juga mabnusia bukan robot

C.    Pekerjaan mendayung becak itu bermartabat manusiawi sejauh tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.

D.    Tukang becak tidak berbudaya modern

 

3. Penilaian Keterampilan:

§  Portofolio

Cobalah wawancara dengan beberapa orang yang sudah bekerja. Baik kalau dari beberapa macam profesi,  tentang  pengalaman suka dan duka serta harapannya akan  pengembangan profesi  mereka ke depan. Hasil wawancara ditulis dalam bentuk  sebuah laporan paper. 

 

4. Kegiatan Remedial

Bagi peserta didik yang belum memahami pokok bahasan  ini, diberikan remidial dengan kegiatan:

1)      Guru menyampaikan pertanyaan kepada peserta didik akan hal-hal apa saja yang belum mereka pahami tentang makna dan hakikat karya dan profesi.

2)      Apabila ada hal-hal tertentu  yang belum mereka pahami, guru mengajak peserta didik untuk mempelajari kembali dengan memberikan bantuan peneguhan-peneguhan yang lebih praktis.

3)      Guru memberikan penilaian ulang untuk penilaian pengetahuan, dengan pertanyaan yang lebih sederhana, sesuai dengan kondisi peserta didik.

 

5.  Kegiatan Pengayaan

Bagi peserta didik yang telah memahami pokok bahasan ini, diberikan pengayaan dengan kegiatan:

1)      Guru meminta peserta didik untuk melakukan studi pustaka (ke perpustakaan atau mencari di koran/ majalah) untuk menemukan cerita/ kisah tentang  spiritualitas kerja katolik.

2)      Hasil temuannya ditulis dalam laporan tertulis yang berisi gambaran singkat dari kisah atau cerita tersebut serta memberikan refleksi kritisnya. 


 

 

E. PANGGILAN HIDUP MEMBIARA

1. Penilaian Sikap

§  Penilaian diri

 

 

Partisipasi dalam Diskusi kelompok

Nama                                      : ...............................................

Nama-nama anggota kelompok : ..............................................

Kegiatan Kelompok                    : ...............................................

 

Isilah pernyataan berikut dengan jujur. Untuk No.1 s.d. 6, tulislah huruh A,B,C atau D didepan tiap pernyataan:

A: Selalu                                                          C: Kadang - kadang

B: Sering                                                          D. Tidak pernah

1.....Selama diskusi saya mengusulkan ide kepada kelompok untuk didiskusikan

2.....Ketika kami berdiskusi, tiap orang diberi kesempatan mengusulkan sesuatu

3....Semua anggota kelompok kami melakukan sesuatu selama kegiatan

4....Tiap orang sibuk dengan yang dilakukannya dalam kelompok saya

5. Selama kerja kelompok, saya.....

    .........mendengarkan orang lain

    .........mengajukan pertanyaan

    ........ mengorganisasi ide-ide saya

    .......  mengacaukan kegiatan

    ...... ..melamun

6. Apa yang kamu lakukan selama kegiatan?

........................................................................................................................................

 

2.   Penilaian Pengetahuan

§  Tes Tertulis

-   Uraian

 

1)   Menurut kalian, apakah kehidupan membiara masih dibutuhkan oleh Gereja dan dunia pada saat ini? Jelaskan pendapat Anda.

2)   Mengapa di banyak negara Barat kehidupan membiara tidak terlalu diminati lagi oleh orang-orang muda?

3)   Bagaimana pengamatanmu terhadap biarawan-biarawati di Indonesia?

 

3. Penilaian Keterampilan

§  Portofolio

Cobalah wawancara dengan satu-dua orang biarawan, biarawati (pastor, bruder, fater, suster) tentang pengalaman, mulai dengan sejarah panggilannya, apa  suka dan duka mereka dalam menjalani  panggilan hidupnya. Hasil wawancara ditulis dalam bentuk  sebuah laporan. 

 

4. Kegiatan Remedial

Bagi peserta didik yang belum memahami pokok bahasan  ini, diberikan remidial dengan kegiatan:

1)      Guru menyampaikan pertanyaan kepada peserta didik akan hal-hal apa saja yang belum mereka pahami tentang makna dan hakikat panggilan hidup membiara.

2)      Apabila ada hal-hal tertentu  yang belum mereka pahami, guru mengajak peserta didik untuk mempelajari kembali dengan memberikan bantuan peneguhan-peneguhan yang lebih praktis.

3)      Guru memberikan penilaian ulang untuk penilaian pengetahuan, dengan pertanyaan yang lebih sederhana, sesuai dengan kondisi peserta didik.

 

5.  Kegiatan Pengayaan

Bagi peserta didik yang telah memahami pokok bahasan ini, diberikan pengayaan dengan kegiatan:

1)      Guru meminta peserta didik untuk melakukan studi pustaka (ke perpustakaan atau mencari di koran/ majalah) untuk menemukan cerita/ kisah hidup biarawan dan biarawati, termasuk mereka yang sudah menjadi santo dan santa.

Hasil temuannya ditulis dalam laporan tertulis yang berisi gambaran singkat dari kisah atau cerita tersebut serta memberikan re

 

 

SOAL-SOAL  LATIHAN

 

 

Perhatikan persamaan dan perbedaan antara gereja Katolik dan Gereja Protestan yang ada di bawah ini:

  1. ada 7 sakramen
  2. mengakui Allah yang sama
  3. ada devosi kepada para kudus
  4. memiliki jumlah Kitab Suci yang sama
  5. mengakui Yesus Kristus sebagai dasar dari Gereja

 

1.      Dari pernyataan di atas manakah yang termasuk pernyataan yang menunjukkan perbedaan antara Gereja Katolik dan Gereja Protestan?... .

A. 1, 2 dan 3

B. 2, 3 dan 4

C. 3, 4 dan 5

D. 4, 5 dan 1

E. 5, 4 dan 3

 

2.  Gereja Protestan memegang teguh  3 (tiga) pilar utama dalam ajarannya, yaitu:... .

A. sola gratia, sola fide, sola femina

B. sola fide, sola gratia, sola sciptura

C. sola fide, sola femina, sola scriptura

D. sola amicitia, sola sciptura, sola fide

E. sola scriptura, sola gratia, sola amicitia

 

3. Tujuan hidup yang dicita-citakan dalam Konghucu adalah:... .

A. Sunya

B. Bodhi

C. Kuncu

D. Moksha

E. Nirwana

 

4. Yang menjadi tujuan pokok hidup manusia menurut Hindu Dharma adalah:... .

A. Weda

B. Moksha

C. Jnana - marga

D. Bhakti Marga

E. Karma – Marga

 

5. Para pemuda Kristen dan pemuda Islam bahu membahu membangun tanggul yang jebol di salah satu desa  di kota A. Tindakan yang dilakukan oleh kedua kelompok pemuda tersebut merupakan bentuk dialog:… .

A. iman

B. karya

C. cinta kasih

D. kehidupan

E. perbandingan

 

6.  Dokumen konsili Vatikan II yang berbicara tentang dialog dengan agama-agama lain  adalah:… .

A. Nostra Aetate

B. Pacem in Terris

C. Rerum Novarum

D. Gaudium et Spes

E. Mater et Magistra

 

7. Keadilan yang menuntut kesamaan dalam membagikan apa yang menguntungkan dan dalam menuntut pengurbanan adalah definisi keadilan... .

A. legal

B. sosial

C. distributif

D. individual

E. komutatif

8. Gereja mengajak setiap umatnya untuk hidup jujur, adil, benar dan damai. Oleh karena itu, janganlah mengambil apa yang menjadi hak oranglain. Hal ini tertuang dalam salah satu dari sepuluh perintah Allah, yaitu: jangan mencuri. Jangan mencuri adalah isi perintah ke… .

A. 5

B. 7

C. 8

D. 9

E. 10

 

9. Berikut ini yang tidak termasuk akibat dari kebohongan adalah:… .

A. iman semakin kuat

B. kemerosotan moral

C. hati nurani tidak berfungsi

D. hidup berkelimpahan tapi tidak bahagia

E. menjadi akar dari berbagai krisis multidimensi

 

10. Berikut ini yang tidak termasuk alasan terjadinya pertikaian dan perang adalah:… .

A. keserakahan

B. sikap arogansi

C. fanatisme agama dan suku

D. mengejar kepentingan bersama

E. merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak

 

11. Makna damai menurut Yesus adalah….

            A. menghindari kekerasan

B. situasi selamat sejahtera

C. kesejahteraan pribadi dan masyarakat

D. aksi perjuangan yang tidak memakai kekerasan demi suatu tujuan

E. suatu rasa ketenangan hati karena orang memiliki hubungan yang bersih dengan Tuhan, sesama dan dunia.

 

12. Bagaimana sikap Yesus terhadap Hukum Taurat bangsa Yahudi?... .

A. merubahnya

B. memperbaharuinya

C. menolak dengan tegas

D. menerimanya secara kritis

E. membuat hukum tandingan

 

13. Perkawinan Kristen menjadi gambaran dari hubungan cinta yang lebih mulia, yaitu:… .

A. persatuan Allah dengan Roh-Nya

B. persatuan Kristus dengan Roh-Nya

C. persatuan Allah dengan Putera-Nya

D. persatuan Kristus dengan Umat-Nya

E. persatuan antara seorang suami dengan seorang istri

 

14. Berikut ini adalah sifat-sifat perkawinan:

  1. monogami
  2. poligami
  3. poliandri
  4. tak terceraikan
  5. dapat diceraikan

Sifat – sifat perkawinan sakramental adalah:… .

A. 1 dan 2

B. 2 dan 3

C. 3 dan 4

D. 4 dan 5

E. 1 dan 4

 

15. Dalam keluarga Katolik suami harus menjadi:… .

A. partner istri

B. pengawal istri

C. pembantu istrinya

D. anggota keluarga istrinya

E. pengagum utama sang istri

 

16.  Perkawinan merupakan suatu ”persekutuan hidup” yang mempunyai bentuk, tujuan, dan hubungan yang khusus antar-anggota. Definisi ini menurut pandangan… .

A. hukum

B. sosiologis

C. tradisional

D. antropologis

E. agama Kristen

 

17. Berikut ini yang tidak termasuk hal-hal yang harus diperhatikan agar komunikasi kita dengan orang lain lebih mengena adalah… .

A. keterbukaan

B. sikap percaya

C. mendengarkan

D. saling menghormati

E. lebih banyak berbicara

 

18. Yang menjadi dasar dan landasan dari hidup perkawinan Kristen adalah... .

A. harta

B. cinta

C. jabatan

D. komunikasi

E. status sosial

 

19. Agama Katolik tidak mutlak melarang perkawinan campur antara orang Katolik dan orang berbeda agama, tetapi juga tidak menganjurkannya. Perkawinan campur beda agama memerlukan.....dari Gereja supaya sah.

A. berkat

B. laisasi

C. legitimasi

D.dispensasi

E. disorientasi

 

20. Yang menjadi inti kehidupan membiara, yang juga dituntut dari setiap orang Kristen adalah... .

A. hidup miskin

B. membantu yang miskin

C. keakraban dengan sesama

D. membantu para korban bencana alam

E. persatuan dan keakraban dengan Kristus

 

21. Orang yang hidup membiara melepaskan haknya untuk hidup berkeluarga demi Kerajaan Allah. Dengan demikian ia dapat meneladani dan mengikuti Kristus sepenuhnya, dan membaktikan dirinya secara total demi terlaksannya Kerajaan Allah. Hal itu diungkapkan dalam bentuk kaul atau janji yakni kaul... .

A. ketaatan

B. kesetiaan

C. kemiskinan

D. kesederhaan

E. keperawanan

 

22. Kerja memungkinkan manusia untuk membina dan membentuk diri dan pribadinya. Dengan kerja, manusia menjadi lebih manusia dan lebih bisa menjadi teman bagi sesamanya dengan menggunakan akal budi, kehendak, tenaga, daya kreatif, serta rasa tanggung jawab terhadap kesejahteraan umum. Pernyataan tersebut merupakan makna kerja ditinjau dari  segi:.. .

A. politis

B. biologis

C. ekonomis

D. sosiologis

E. antropologis

 

23. Berikut ini yang tidak termasuk peranan doa dalam pekerjaan kita, adalah:.. .

A. Kita dapat bekerja lebih sabar

B. Kita dapat bekerja lebih tekun

C. Menjadikan kita bekerja lebih santai

D. Memurnikan motivasi dan orientasi kita dalam bekerja

E. Menjadikan kerja manusia mempunyai aspek religius dan adikodrati

 

23. Berikut ini yang tidak termasuk tujuan kerja, adalah:.. .

A. mencari nafkah

B. memuliakan Tuhan

C. menyempunakan diri sendiri

D. memajukan teknik dan kebudayaan

E. meningkatkan harga diri dalam masyarakat

 

LAMPIRAN

 

PELAJARAN TAMBAHAN BINA IMAN ANAK

Doa-doa Katolik

Diambil dari buku Puji Syukur (Ps), cetakan ke-1, 1992, cetakan ke-30.
Penerbit Obor, Jakarta bekerja sama dengan Komisi Liturgi KWI.

1. Pengakuan Iman (1) [Ps no 1 hal 1]
Syahadat Para Rasul


Aku percaya akan Allah,
Bapa yang mahakuasa,
Pencipta langit dan bumi;
Dan akan Yesus Kristus,
Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita,
Yang dikandung dari Roh Kudus,
Dilahirkan oleh Perawan Maria;
Yang menderita sengsara
Dalam pemerintahan Pontius Pilatus
Disalibkan, wafat, dan dimakamkan;
yang turun ke tempat penantian
pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati;
yang naik ke surga,
duduk disebelah kanan Allah Bapa
yang mahakuasa;
dari situ Ia akan datang mengadili orang yang hidup dan yang mati.
Aku percaya akan Roh Kudus,
Gereja katolik yang kudus,
persekutuan para kudus,
pengampunan dosa,
kebangkitan badan,
kehidup

 

 

 

 

Pengakuan Iman (2) [Ps no 2 hal 2]
Hasil Konsili Nikea Konstantinope
l


Aku percaya akan satu Allah,
Bapa yang mahakuasa,
pencipta langit dan bumi,
dan segala sesuatu yang kelihatan
dan tak kelihatan;
dan akan satu Tuhan Yesus Kristus,
Putra Allah yang tunggal.
Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad,
Allah dari Allah,
Terang dari Terang,
Allah benar dari Allah benar.
Ia dilahirkan, bukan dijadikan,
sehakikat dengan Bapa;
segala sesuatu dijadikan oleh-Nya.
Ia turun dari surga untuk kita manusia
dan untuk keselamatan kita.
Ia dikandung dari Roh Kudus,
Dilahirkan oleh Perawan Maria, dan menjadi manusia.
Ia pun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus;
Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan.
Pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci.
Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa.
Ia akan kembali dengan mulia,
mengadili orang yang hidup dan yang mati;
kerajaan-Nya takkan berakhir.
aku percaya akan Roh Kudus,
Ia Tuhan yang menghidupkan;
Ia berasal dari Bapa dan Putra,
disembah dan dimuliakan;
Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.
aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolic.
aku mengakui satu pembaptisan
akan penghapusan dosa.
aku menantikan kebangkitan orang mati
dan hidup di akhirat.

 

 

                                     Kebiasaan umat Kristen


 3. Berpuasa dan Berpantang [Ps hal 9]
Puasa adalah ungkapan tobat, dan sekaligus merupakan ulah doa yang hangat.
Dalam tradisi Gereja, puasa merupakan ibadat yang penting, yang dilaksanakan umat sebagai persiapan untuk perayaan-perayaan besar, khususnya Paskah. Dalam tradisi Gereja, para katekumen berpuasa sebelum dibaptis. Mendampingi mereka, seluruh umat beriman juga berpuasa. Masa Puasa yang secara resmi ditetapkan Gereja adalah Prapaskah. Tetapi, selama Masa Prapaskah itu hari puasa resmi hanya dua, yakni Rabu Abu dan Jumat Agung. Puasa Paskah harus dipandang keramat dan dilaksanakan dimana-mana pada hari Jumat Agung.Bila mungkin, puasa ini hendaklah diperpanjang sampai hari Sabtu Suci (lihat Konstitusi Liturgi (KL) 110). Namun Gereja sangat menghargai warganya yang berpuasa penuh selama 40 hari menjelang Paskah meneladan cara berpuasa Musa, Elia dan terutama Yesus. Di samping itu, secara pribadi, umat Kristen disarankan untuk berpuasa pada hari-hari yang dipilihnya sendiri, sebagai ungkapan tobat dan laku tapa. Puasa ini juga bermanfaat untuk membangun semangat pengendalian diri dan menumbukan semangat setiakawan dengan sesame yang berkekurangan.
Disamping berpuasa,…

Bapa Kami


4. Bapa Kami (1) [Ps no 10 hal 13]
Missale Romanum (lihat
Mat6:9-13)


Bapa kami yang ada di surga,
Dimuliakanlah nama-Mu.
Datanglah kerajaan-Mu.
Jadilah kehendak-Mu
di atas bumi seperti di dalam surga.
Berilah kami rezeki pada hari ini,
dan ampunilah kesalahan kami,
seperti kamu pun mengampuni yang bersalah kepada kami.
Dan janganlah masukkan kami
ke dalam pencobaan,
tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.

(Sebab Engkaulah raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya. Amin).

5. Bapa Kami (2) [Ps no 11 hal 14] Mat6:9-13


Bapa Kami yang di surga,
dikuduskanlah nama-Mu,
datanglah Kerajaan-Mu,
jadilah kehendak-Mu
di bumi seperti di surga.
Berikanlah kami pada hari ini
makanan kami yang secukupnya,
dan ampunilah kami akan kesalahan kami,
seperti kami juga mengampuni orang
yang bersalah kepada kami;
dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan,
tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.

(Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya.Amin.)

6. Bapa Kami (3) [Ps no 12 hal 14]
Luk11:2-4


Bapa, dikuduskanlah nama-Mu,
datanglah Kerajaan-Mu.
Berilah kami setiap hari
makanan kami yang secukupnya,
dan ampunilah kami akan dosa kami,
sebab kami pun mengampuni setiap orang
yang bersalah kepada kami;
dan janganlah membawa kami
ke dalam pencobaan. (Amin.)

Kemuliaan 

7. Kemuliaan [Ps no 13 hal 14]
Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus,
seperti pada permulaan, sekarang, selalu,
dan sepanjang segala abad. (Amin.)

 

Salam Maria

8. Salam Maria [Ps no 14 hal 15] Luk1:28:42
Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu,
terpujilah engkau di antara wanita,
dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus.
Santa Maria, bunda Allah,
doakanlah kami yang berdosa ini
sekarang dan waktu kami mati. (Amin.)

 

 

 

 

 

Doa Tobat

9. Doa Tobat (1) [Ps no 25 hal 21]
Allah yang maharahim, aku menyesal atas dosa-dosaku. Aku sungguh patut Engkau hukum, terutama karena aku telah tidak setia kepada Engkau yang maha pengasih dan mahabaik bagiku.
Aku benci akan segala dosaku, dan berjanji dengan pertolongan rahmat-Mu hendak memperbaiki hidupku da tidak akan berbuat dosa lagi. Allah yang maha-murah, ampunilah aku, orang berdosa. (Amin.)


Terpujilah

10. Terpujilah [Ps no 20 hal 18]
Terpujilah nama Yesus, Maria, dan Yusuf, sekarang dan selama-lamanya. (Amin.)

11. Doa Rosario [Ps no 213 hal 260]
Rosario sebenarnya adalah doa renungan atas misteri keselamatan (dari saat Yesus mulai dikandung sampai Ia dimuliakan di surga dan mengutus Roh Kudus – seluruhnya 16 peristiwa). Sembari mendaras Salam Maria berulang-ulang (10 kali), para pendoa merenungkan salah satu misteri yang dirangkai dalam rosario.
Doa yang terus diulang-ulang ini sangat membantu memusatkan perhatian pada misteri keselamatan yang direnungkan. Tetapi hendkanya diingat bahwa doa-renungan ini harus dibangun dan dipupuk oleh iman; maka baik kaalu bacaan-bacaan singkat, renungan atau ayat-ayat nyanyian disisipkan di antara setiap dasa Salam Maria. Kalau tidak dilandasi iman, ada bahaya bahwa doa rosario menjadi rentetan kata-kata yang kosong.

 

Doa Jalan Salib

Tatacara Berdoa Rosario


Dalam nama Bapa…
Aku percaya… (lihat no. 1-2)
Kemuliaan kepada Bapa… (lihat no. 13)
Terpujilah… (lihat no. 20)
Bapa kami… (lihat no. 10-12)

Salam, Putri Allah Bapa. – Salam Maria…(lihat no. 14)
Salam, Bunda Allah Putra, - Salam Maria…
Salam, Mempelai Allah Roh Kudus. – Slam Maria…

Lalu menyusul “Kemuliaan” dan “Terpujilah” seperti diatas.
Kemudian pemimpin membacakan peristiwa-peristiwa dari rangkaian misteri yang dipilih (lihat di bawah). Selanjutnya menyusul Bapa kami, 10 Salam Maria, Kemuliaan, Terpujilan. Lalu menyusul peristiwa kedua dan seterusnya.

Peristiwa-peristiwa Gembira, khususnya selama Masa Adven dan Natal
1. Maria menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel (
Luk1:26-38).
2. Maria mengunjungi Elisabet, saudarinya (
Luk1:39-45).
3. Yesus dilahirkan di Bethlehem (
Luk2:1-7).
4. Yesus dipersembahkan dalam Bait Allah (
Luk2:22-40).
5. Yesus diketemukan dalam Bait Allah (
Luk2:41-52).

Peristiwa-peristiwa Sedih, khususnya selama Masa Prapaskah dan tiap hari Jumat
1. Yesus berdoa kepada Bapa-Nya di surga dalam sakratul maut (
Luk22:39-46).
2. Yesus didera (
Yoh19:1).
3. Yesus dimahkotai duri (
Yoh19:2-3).
4. Yesus memanggul salib-Nya (ke Gunung Kalvari) (
Luk22:26-32).
5. Yesus wafat di salib (
Luk23:44-49).

Peristiwa-peristiwa Mulia, khususnya selama Masa Paskah dan tiap hari Minggu
1. Yesus bangkit dari kematian (
Luk21:1-12).
2. Yesus naik ke surga (
Luk24:50-53).
3. Roh Kudus turun atas para Rasul (
Kis2:1-13).
4. Maria diangkat ke surga (
1Kor15:23; DS 3903).
5. Maria dimahkotai di surga (
Why12:1, DS 3913-3917).

Peristiwa-peristiwa Terang.
1. Yesus di baptis di sungai Yordan (Mat3:16-17)
2. Yesus menyatakan diri-Nya dalam pesta pernikahan di Kana (
Yoh2:11)
3. Yesus memberitakan Kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan (
Mat4:17-23)
4. Yesus menampakan kemuliaan-Nya (
Mat17:2-5)
5. Yesus menetapkan Ekaristi (
Mrk14:22-24)

12. Dari Ps no 274
Didakhe 1X : 2-4
D/L Bapa, Engkau kami puji karena santapan kudus, yang Kau bagikan kepada kami dengan pengantaraan Yesus, Putra-Mu.
U Terpujilah Engkau selama-lamanya
D/L Bapa, Engkau kami puji karena kebenaran dan hidup, yang Kausampaikan kepada kami denganpengantaraan Yesus, Putra-Mu.
U Terpujilah Engkau selama-lamanya
D/L Bapa, sebagaimana roti yang kami bagi-bagi ini telah dikumpulkan dari banyak butir gandum yang tersebar di lereng-lereng gunung, sudilah Engkau menghimpun pula umat-Mu dari segala ujung bumi, dan mempersatukan mereka dalam kerajaan-Mu dengan perantaraan penyelamat kami, Yesus Kristus
U Terpujilah Engkau selama-lamanya

 

Sumber:http://ekaristi.org/doa/dokumen.ph

Doa Malaikat Tuhan

P: Maria diberi kabar dari malaikat Tuhan,

U: bahwa ia akan mengandung dari roh kudus.
Salam maria...................


P: aku ini hamba Tuhan,

U: terjadilah kepadaku menurut perkataanMu.
Salam maria..................

 

P: Sabda sudah menjadi daging,

U: dan tinggal diantara kita.
Salam maria..................


P: doakanlah kami, ya Santa Bunda Allah,
U: Supaya kami dapat menikmati janji kristus


Marilah berdoa,
Ya Allah, karena kabar malaikat kami mengetahui bahwa Yesus putraMu menjadi manusia.
Curahkanlh rahmatMu dalam hati kami,supaya karena sengsara dan salibnya kami dibawa kepada kebangkitan yang mulia. Sebab dialah tuhan,pengantara kami.Amin

 

DOA RATU SURGA (dalam Masa Paskah)

P:  Ratu Surga bersukacitalah, alleluya,
U: sebab Ia yang sudi kau kandung, alleluya,
P:  telah bangkit seperti disabdakan-Nya, alleluya!
U: Doakanlah kami pada Allah, alleluya!
P:  Bersukacita dan bergembiralah, Perawan Maria, alleluya,
U:  sebab Tuhan sungguh telah bangkit, Alleluya!

Ya Allah, Engkau telah menggembirakan dunia dengan kebangkitan PutraMu, Tuhan kami Yesus Kristus.Kami mohon, perkenankanlah kami bersukacita dalam kehidupan kekal bersama BundaNya, Perawan Maria. Demi Kristus, pengantara kami. Amin

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

 

 


Alkitab

A. Heuken SJ. Ensiklopedi Gereja. 1991.  Jakarta: Cipta Loka Caraka

Badrika, I Wayan. 2005. Sejarah. Jakarta: Platinium

Bambang Ruseno Utomo MA.1992. Sekilas Mengenal Berbagai Agama dan Kepercayaan di Indonesia. Malang: Pusat Pembinaan, Anggota Gereja.

Dahler, Franz. 1970. Masalah Agama. Yogyakarta: Kanisius

Darminta, J. 1997. Gereja, Dialog, dan Kemartiran.(Cet ke-8). Yogyakarta: Kanisius

Farndon, John. 2005. Sejarah Dunia. Yogyakarta: Platinum.

H. Ikhsan Tanggok. Jalan Keselamatan Melalui Agama Konghucu. Gramedia: Jakarta, 2000.

H.Arifin M.Ed. 1986. Mengenal Misteri Ajaran Agama-Agama Besar. Jakarta: Golden Terayon Pres: Jakarta

H.M. Srifin M.Ed. 2001. Mengenal Misteri Ajaran Agama-Agama Besar. Jakarta: Golden Terayan Press

Hardawiryana, R. SJ, Dr. 1993. (Alih bahasa) Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta: Dokpen KWI dan  Obor.

Hardjana, Am. 1993. Penghayatan Agama: Yang Otentik dan Tidak Otentik. Cet ke-1. Yogyakarta: Kanisius.

Heuken A. SJ.1992.  Ensiklopedi Gereja. Jakarta: CLC

Kieser Bernhard, SJ, Dr 1991. Paguyuban Manusia dengan Dasa  Firman. Yogyakarta: Kanisius. 

Kieser Bernhard, SJ, Dr.1987. Moral Dasar; Kaitan Iman dan Perbuatan. Yogyakarta: Kanisius.

Kieser Bernhard, SJ.  Moral Sosial; Keterlibatan Umat dalam Hidup Bermasyarakat. Yogyakarta: Kanisius.

Kirchberger, Georg dan John Mansford Prior. 1996. Iman dan Transformasi Budaya. Ende Flores: Nusa Indah.

Konferensi Waligereja Indonesia (penerjemah). 2009. Kompendium Katekismus Gereja Katolik. Yogyakarta: Kanisius.

Konferensi Waligereja Indonesia 1991. Allah Penyayang Kehidupan. Jakarta: CLC.

Konferensi Waligereja Indonesia 1996. Iman Katolik; Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius.

Muskens, M.P.M. 1973. Sejarah Gereja Katolik Indonesia. Ende Flores: Arnoldus

Paus Yohanes Paulus II (1996). Evangelium Vitae. Jakarta: Dokpen KWI.

Paus Yohanes Paulus II. Menuju Kesempurnaan Ilahi. Kanisius: Yogyakarta, 1999.

Place & Sammie 1998. Hidup dalam Kristus. Jakarta: Obor.

Riyanto, Armada. 1995. Dialog Agama dalam Pandangan Gereja Katolik. Cet ke-7. Yogyakarta: Kanisius

YWM. Baker SJ. 1976. Umat Katolik


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Materi Agama Katolik

SANTO AMBROSIUS, USKUP DAN PUJANGGA GEREJA

Santo Ambrosius, Uskup dan Pujangga Gereja Tanggal Pesta: 7 Desember Ambrosius lahir pada tahun 334 di Trier, Jerman dari sebuah keluarga Kr...