21 Februari 2023

KISI-KISI PAT GENAP PAK KELAS XII

 

MATERI:

  • KD 3.3, KD 3.4, KD 3.5
  • Kitab Suci

1.       Semboyan bangsa Indonesia kita yang mempersatukan bangsa

2.       Penyebab munculnya semangat primordialisme, fanatisme suku dan agama di Indonesia

3.       Sarana dalam upacara bendera sebagai simbol pemersatu bangsa

4.       Makna  perbincangan Yesus dengan seorang perempuan Samaria di Sumur Yakob (Yohanes 4:5-43).

5.       Isi ucapan Yesus dalam Lukas 4 : 18 -19.

6.       Melengkapi sabda Yesus dalam Injil Matius 22:15-22.

7.       Menjelaskan sikap apa saja yang harus kita bangun dalam  masyarakat Indonesia yang majemuk.

8.       Perbedaan Gereja Katolik dan Protestan

9.       Pengertian toleransi

10.   Contoh dialog karya antara Gereja Katolik dan umat beragama lain yang dapat dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari

11.   Kekhasan dalam agama islam

12.   Kekhasan dalam agama Hindu

13.   Kekhasan dalam agama Konghucu

14.   Menuliskan minimal 5 peristiwa kerusuhan antar pemeluk agama baik di Indonesia maupun di negara lain.

15.   Jelaskan sebab-sebab konflik atau kerusuhan antar pemeluk agama!

16.   Jelaskan bentuk-bentuk dialog berikut: a.Dialog kehidupan  b.Dialog karya  c.Dialog pengalaman iman

17.   Fungsi hukum dalam kehidupan beragama

18.   Ditujukan kepada siapa nasehat Rasul Paulus agar umat sebagai warga yang baik selalu taat dan siap melakukan suatu pekerjaan yang baik bagi Negara.

19.   Isi Gaudium et Spes Artikel 1

20.   Peristiwa dalam hidup Yesus sebagai dasar dari Gereja mengadakan perayaan Ekaristi.

21.   Tujuan perayaan Minggu Palma

22.   Hari apa saja pelaksanaan pantang dan puasa dalam gereja Katolik.

23.   3 keutamaan kristiani

24.   Prinsip-prinsip Kristiani dalam membangun masyarakat adalah Hormat terhadap martabat manusia, kebebasan, keadilan, solidaritas, jujur dan tulus iklas, demokrasi, tanggung jawab. Menjelaskan 3 prinsip dari prinsip-prinsip tersebut. 

Menulis Refleksi dari video APP 2024. Mohon disiapkan headset.




13 Februari 2023

MATERI KELAS IX: ALAM SEBAGAI BAGIAN DARI HIDUP MANUSIA

  • Alam merupakan bagian dari hidup. Oleh karena itu, manusia tidak dapat dipisahkan dengan alam. Kita sadari bersama bahwa Tuhan menciptakan bumi dan isinya (alam) ini dari hari pertama sampai hari kelima pada akhirnya diperuntukkan bagi kehidupan manusia. Sebab setelah bumi tertata dan tercipta dengan baik, pada hari keenam Allah menempatkan manusia di dalam bumi, alam ciptaan-Nya. Manusia dapat hidup karena Allah telah mempersiapkan alam dengan baik sebagai tempat hidup bagi manusia.

  • Manusia dan alam hidup secara berdampingan secara harmonis dan saling membutuhkan. Manusia membutuhkan alam dan alam juga membutuhkan manusia untuk pelestarian hidupnya. Seperti kita membutuhkan flora dan fauna untuk hidup. Berton-ton makanan telah kita santap yang semuanya mengambil bahan pokok dari tumbuhan dan hewan.

  • Bagi manusia, tumbuhan dan hewan dibutuhkan bukan hanya untuk bahan makanan, melainkan juga untuk hal-hal lainnya. Misalnya, tumbuhan membantu kita untuk bernapas, untuk membuat tempat tinggal, hasil karya seni, dan sebagainya. Sedangkan hewan yang kita pelihara dapat menjadi partner kerja mengolah tanah, bahkan dapat menjadi sumber protein hewani bagi kita. Perlakuan kita terhadap kelestarian lingkungan menentukan kesejahteraan hidup kita.

  • Namun demikian, pada kenyataannya saat ini banyak perilaku manusia yang justru dapat menimbulkan kerusakan alam lingkungan. Karena keegoisan dan keserakahan manusia, maka manusia berperilaku yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan alam dan bahkan kehancuran alam lingkungan.
  • Dosa keserakahan Adam dan Hawa merupakan gambaran awal munculnya bencana atas alam semesta ini.

  • Berbagai contoh tindakan manusia yang dapat merusak keutuhan alam ciptaan atau lingkungan hidup, antara lain:
    1) Penebangan hutan untuk industri perkayuan, penebangan pohon-pohon untuk perluasan lahan industri atau pemukiman secara tidak bertanggung jawab. Hal ini menyebabkan hutan menjadi gundul dan bukit menjadi tandus. Pada akhirnya menyebabkan bencana banjir, tanah longsor, dan kekeringan saat kemarau.
    2) Ketidakpedulian terhadap lingkungan yang ditunjukkan dengan tindakan membuang sampah di sembarang tempat, yang menyebabkan bau busuk dimana-mana serta menyebabkan saluran air (got) dan sungai menjadi tersumbat, yang pada akhirnya menyebabkan bencana banjir.
    3) Tindakan pencemaran lingkungan sungai dengan membuang limbah berbahaya ke dalam sungai. Hal ini dapat menyebabkan tercemarnya air sungai sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi, bahkan bisa membahayakan kesehatan kita.
    4) Pemakaian obat-obatan untuk membasmi hama tanaman, dan asap pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor yang sedikit demi sedikit dapat meracuni kita dan seluruh alam lingkungan kita.

  • Dalam Kitab Kejadian 1: 1- 31 dikisahkan bagaimana Allah menciptakan alam ini dengan begitu indah adanya. Dalam Kitab Kejadian 3:17-19 dikisahkan bahwa sejak meninggalkan Taman Firdaus dengan segala kebutuhan hidupnya yang serba ada, manusia Adam dan Hawa terpaksa harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.75 Kata-Kata Menikmati Alam Sebagai Renungan dan Rasa Syukur Atas Indahnya  Dunia - Kapanlagi.com

MATERI KELAS IX: BERSAHABAT DENGAN ALAM

  • Keharmonisan hubungan antara alam dengan manusia dapat terjalin dengan baik jika dalam diri manusia ada kehendak yang baik untuk berusaha memanfaatkan dan mengelola serta memelihara alam dengan bijak sesuai dengan kehendak Allah. 

  • Hal ini seharusnya dapat dilakukan jika manusia menyadari akan peran dan tugasnya sebagai citra Allah. Manusia tidak dapat hidup tanpa alam dan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya. Kita dapat meminum air bersih, berteduh dalam rumah yang nyaman, menghirup udara yang segar, dan sebagainya karena ada sumber daya alam yang kita manfaatkan.

  • Kita harus memanfaatkan alam dengan memperhatikan dampak positif dan negatifnya, agar keseimbangan ekosistem tidak terganggu. Meskipun demikian, kenyataannya masih banyak manusia yang belum menyadari akan hal ini, sehingga mereka tidak peduli terhadap kondisi dan kelestarian alam lingkungan.

  • Pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan sangat mempengaruhi pencemaran lingkungan, yang sangat merugikan kehidupan. Kenyataannya, manusia sedang menghancurkan dirinya ketika tanpa merasa bersalah menghancurkan alam semesta. Manusia sedang menyia-nyiakan hidupnya, ketika menghambur-hamburkan sumber daya alam.
  • Ada tiga bentuk pencemaran yang kita kenal, yaitu pencemaran udara, pencemaran tanah, dan pencemaran air.

  • Selain itu, penebangan tumbuhan dan penembakan hewan secara berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan dan kepunahan. Hal ini akan berkaitan dengn rusaknya rantai makanan dan keseimbangan ekosistem.
  • Oleh karena itu, pengelolaan hutan sangat penting demi pengawetan maupun pelestariannya, sebab fungsi hutan adalah untuk mencegah erosi, sumber ekonomi, menjaga keseimbangan air, menyediakan keanekaragaman hewan dan tumbuhan. Dimana semua itu pada akhirnya untuk kelangsungan hidup bagi manusia.

  • Dalam Kitab Kejadian khususnya dalam Kej 1: 26-31, manusia dipanggil oleh Allah untuk senantiasa memperhatikan alam lingkungannya. Allah memberikan kekuasaan kepada manusia untuk menguasai alam dengan mengolah, mempergunakan, dan melestarikan alam ciptaan ini.

  • Melalui ciptaan, Allah menyatakan diri-Nya sebagaimana Ia ada. Segala ciptaan yang ada menunjukkan bahwa Allah sungguh mencintaimanusia. Kita patut bersyukur menyaksikan keindahan, keharmonisan, keselarasan serta betapa sempurna dan takjubnya alam raya. Ungkapan syukur kita kepada Allah dapat kita wujud nyatakan dengan menjaga dan melestarikan alam ini karena alam dan manusia adalah bagian hidup yang tak terpisahkan satu sama lain. Adapun usaha-usaha yang dapat kita lakukan, misalnya:
  • 1) Menerapkan praktik hidup hemat, mulai dari sebanyak mungkin memanfaatkan transportasi umum, hemat listrik hingga hidup seadanya (sederhana) yang tidak konsumtif. Semua kegiatan tersebut dapat membantu mengurangi energi yang digunakan dan pada akhirnya dapat mengurangi polusi udara dan dampak rumah kaca;
    2) Mengurangi penggunaan mobil dengan naik sepeda, jalan kaki, atau dengan bus;
    3) Composting merupakan cara untuk membuang sampah dapur. Hal itu sehat untuk tanah dan sedikit sampah yang akan masuk ke lokasi penimbunan;
    4) Mematikan keran air bila sedang menyikat gigi atau sudah tidak dipakai; 5) Membuang sampah pada tempat yang seharusnya bukan di sungai ataupun di tempat-tempat yang dapat menyebabkan banjir, dan sebagainya.
    Catatan: 

Catatan: 
Laudato Si’ adalah ensiklik yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus. Di dalamnya, Paus menyerukan mengenai lingkungan hidup, mengajak dan mengingatkan manusia untuk peduli terhadap alam semesta. 

800.000+ Gambar Alam & Hutan Gratis - Pixabay

  • Ensiklik ini memuat pandangan dan seruan Paus Fransiskus tentang pentingnya mengatai perubahan iklim dan melindungi lingkungan hidup. Paus menyatakan bahwa kerusakan yang terus-menerus dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan sebagai satu tanda kecil dari krisis etika, budaya dan spiritual modernitas. “Bumi, rumah kita, semakin menyerupai tumpukan sampah. Di berbagai wilayah bumi, daerah yang semula cantik telah tertutupi dengan sampah,” katanya. Untuk mengatasinya, kata Paus, membutuhkan pengorbanan dan “revolusi budaya” di seluruh dunia.

    Berikut ini beberapa poin penting dari Ensiklik Laudato Si:

    SAINS: Paus menjelaskan “sebuah sensus sains solid” menunjukkan bahwa pemanasan global itu nyata, dan akan mengurangi ketersediaan air minum, merusak pertanian, menyebabkan kepunahan hewan dan tumbuhan, meningkatkan keasaman laut dan menaikkan permukaan air laut yang menyebabkan kebanjiran di kota-kota besar dunia. Ia mengaitkan perubahan iklim terjadi secara alami, tetapi penelitian menunjukkan bahwa pemanasan global “terutama” disebabkan oleh aktivitas manusia.

    EKONOMI: Ensiklik ini merupakan kritik ekonomi dan juga panggilan untuk menyelamatkan lingkungan. Paus Fransiskus mengatakan negara-negara kaya mempunyai “utang ekologis” terhadap negara-negara berkembang, yang sumber daya alamnya diambil untuk produksi dan konsumsi bahan bakar bagi negara-negara industri. Ia menyebutkan hubungan ekonomi ini adalah hubungan dengan “struktur yang sesat” dan menolak argumen bahwa pertumbuhan ekonomi saja bisa memecahkan masalah kelaparan dan kemiskinan global serta memperbaiki keadaan lingkungan. Menurutnya pola pikir seperti itu sebagai sebuah “konsep pasar yang ajaib.”

    KEBIJAKAN PEMERINTAH: Paus Fransiskus mengatakan bahwa peraturan pemerintah mutlak diperlukan untuk mengurangi pemanasan global dan “penting untuk merancang lembaga internasional yang lebih kuat, lebih efisien dan terorganisir” dengan memanfatkan kewenangan untuk memberikan sanksi bagi mereka yang melanggar peraturan. “Konsensus global penting untuk menghadapi masalah yang lebih kompleks, yang tidak dapat diselesaikan secara sepihak dari masing-masing negara,” kata Paus. Namun, ia mengatakan peraturan saja tidak akan memecahkan masalah. Sebaliknya, pandangan untuk merubah etika secara menyeluruh mutlak diperlukan untuk memprioritaskan perawatan alam dan manusia.

    MANUSIA: Paus mengatakan setiap aktivitas yang berdampak pada lingkungan juga harus “memperhitungkan hak-hak dasar kaum miskin dan mereka yang kurang mampu.” Dia mengatakan “konsumerisme yang tidak beretika” telah menyebabkan tingkat konsumsi yang menyebabkan memperparah kerusakan lingkungan. Dia mengajak setiap orang untuk membentuk jaringan sosial dengan tujuan menekan pemimpin politik untuk melakukan perubahan dan membantu mereka yang kehilangan tempat tinggal atau pekerjaan akibat perubahan iklim. Ia juga mendesak agar masyarakat mengubah gaya hidup mereka, termasuk “menggunakan transportasi umum, atau naik mobil bersama-sama, dan menanam pohon serta mematikan lampu-lampu yang tidak digunakan.

    IMAN: Paus Fransiskus menyebutkan inti ajaran Katolik adalah menekankan kepedulian terhadap makhluk ciptaan Tuhan dan kaum miskin. Ia mendesak manusia bertanggungjawab secara moral untuk merawat lingkungan seperti yang tertulis di kitab Kejadian 2:15 bahwa kita memiliki tugas untuk “menjaga” dan “merawat” Bumi. Paus berdoa untuk diskusi tentang iklim yang diselenggarakan oleh PBB dan menulis dua doa tentang pelestarian lingkungan, dan meminta Tuhan untuk memberikan, “kesembuhan dalam hidup kita, agar kita dapat terus melindungi dan merawat bumi dan menggerakkan hati orang-orang yang hanya mencari keuntungan dan mengorbankan orang-orang miskin dan dunia.” 

Contoh nyata :

  • Severn Suzuki, seorang anak yang pada usia 9 tahun telah mendirikan Environmental Children's Organization (ECO). ECO adalah sebuah kelompok kecil anak-anak yang mendedikasikan diri untuk belajar dan mengajarkan pada anak lain mengenai masalah-masalah lingkungan.
  • Pada tahun 1992 mereka mengumpulkan uang mereka sendiri dan menghadiri KTT Bumi PBB di Rio de Janeiro.

    Severn yang saat itu berusia 12 tahun menutup Sesi Pleno dengan pidato luar biasa yang mendapat sambutan meriah. Dia menerima banyak pujian untuk ceramahnya saat itu — bahkan Al Gore menyebutnya “pidato terbaik di Rio.” Jauh sebelum Greta Thunberg, Pidato itu beredar di You Tube, di mana pirate ini digelari sebagai , The Girl who Silenced the World for Five Minutes, Gadis yang membuat dunia terdiam selama lima menit. Silakan disimak teks pidatonya dan carilah kekuatan dari inspirasi ini.

Cuplikan Pidato Membela Bumi Severn Cullis Suzuki

Dalam kemarahan saya, saya tidak buta dan ketakutan saya, saya tidak takut memberi tahu dunia bagaimana perasaan saya. Di negara saya, kami menghasilkan begitu banyak limbah, kami membeli dan membuang, membeli dan membuang, membeli dan membuang, tetapi negara-negara Utara tidak akan berbagi dengan yang membutuhkan.

Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup kita takut untuk berbagi, kita takut untuk melepaskan sebagian kekayaan kita. Di Kanada, kami menjalani kehidupan istimewa. Kami punya banyak makanan, air, dan tempat berlindung.

Kami memiliki jam tangan, sepeda, komputer, dan televisi. Kegiatan konferensi ini bisa berjalan selama dua hari. Dua hari yang lalu di sini, di Brasil, kami terkejut ketika kami menghabiskan waktu dengan beberapa anak yang hidupnya di jalanan. Inilah yang dikatakan seorang anak kepada kami:

“Saya berharap saya kaya dan jika saya kaya, saya akan memberi semua anak jalanan makanan, pakaian, obat-obatan, tempat berteduh dan cinta serta kasih sayang”.

Pidato Membela Bumi, Jika seorang anak di jalanan yang tidak memiliki apa-apa mau berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih serakah? Saya tidak bisa berhenti berpikir bahwa ini adalah anak-anak seusiaku, bahwa itu membuat perbedaan besar di mana Anda dilahirkan. Dan saya bisa menjadi salah satu dari anak-anak yang tinggal di favelas Rio.

Saya bisa menjadi anak yang kelaparan di Somalia, atau menjadi korban perang di Timur Tengah atau seorang pengemis di India. Saya hanya anak-anak, namun saya tahu jika semua uang yang dihabiskan untuk perang itu direalokaiskan untuk menemukan jawaban lingkungan yang mengakhiri kemiskinan dan dalam menemukan perjanjian bersama (komitmen dunia), betapa indahnya bumi ini nantinya.

Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak, Anda mengajari kami bagaimana berperilaku di dunia. Anda mengajar kami untuk tidak berkelahi dengan orang lain, untuk menyelesaikan masalah, untuk menghormati orang lain dan untuk membersihkan kekacauan kami, untuk tidak menyakiti makhluk lain, untuk berbagi, tidak menjadi serakah.

Lalu mengapa Anda pergi keluar dan melakukan hal-hal yang Anda suruh agar tidak dilakukan? Jangan lupa mengapa Anda menghadiri konferensi ini, untuk siapa Anda datang kemari.

Kami adalah anak-anak Anda sendiri. Anda sedang memutuskan dunia seperti apa kita tumbuh dewasa. Orang tua harus dapat menghibur anak-anak mereka dengan mengatakan ‘Semuanya akan baik-baik saja, ini bukan akhir dari dunia, dan kami melakukan yang terbaik yang kami bisa’ .

Tapi saya tidak berpikir Anda bisa mengatakan itu kepada kami lagi. Apakah kami (anak-anak) termasuk dalam daftar prioritas Anda? Ayah saya selalu berkata, ‘Kamu adalah apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu katakan’.

Nah, apa yang Anda lakukan membuat saya menangis di malam hari. Anda orang dewasa mengatakan Anda mencintai kami. Tapi saya menantang Anda, tolong, buatlah tindakan yang mencerminkan kata-kata Anda. Terima kasih.[]



MATERI KELAS IX: KEBERSAMAAN ITU INDAH

  • Hidup dalam persaudaraan adalah hidup dalam semangat kasih. Kasih itu tidak membeda-bedakan, tulus, rela berkorban, dan kasih itu mau terlibat.
  • Pengertian persaudaraan bukanlah dalam arti sempit yaitu relasinya dengan sesama umat Kristiani dalam satu paroki atau mereka yang sudah dibaptis sehingga menjadi anak-anak Allah dan menjadi saudara.
  • Dalam konteks persaudaran Kristen, Kristus mengatakan : “… barang siapa mengasihi Allah, ia harus mengasihi saudaranya” (1 Yoh 4:21). Perkataan Kristus tersebut perlu dimaknai dalam konteks universal, artinya tidak terbatas pada iman yang sama atau agama yang sama. Sehingga bagi umat Kristen, segala tingkat kehormatan harus tunduk pada persamaan dasar: “Kamu satu sama lain adalah saudara!”
  • Yesus Kristus bersabda dalam Injil Matius 5:46-48: “Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”
  • Jika kita menghayati dan mewujudnyatakan apa yang telah difirmankan Tuhan, maka kehidupan persaudaraan yang penuh dengan keindahan akan dapat kita wujudkan pula. Itulah keindahan kebersamaan dalam hidup yang dapat kita usahakan.
  • Keindahan dalam hidup kebersamaan tidak akan datang begitu saja, namun perlu untuk kita usahakan. Berbagai bentuk kebersamaan yang indah dapat kita lihat dalam kehidupan kebersamaan yang dibangun oleh masyarakat kita antara lain:
    1) Di lingkungan RT/RW tertentu ada kebiasaan silaturahmi dimana setiap hari raya Natal para warga yang muslim dan beragama lain secara perorangan atau kelompok berkunjung ke rumah warga yang beragama Katolik atau Kristen. Sebaliknya, pada hari raya Idul Fitri, seluruh warga berkumpul di perempatan RT tersebut untuk bersama-sama bersilaturahmi dan saling mengucapkan selamat baik oleh warga muslim maupun non muslim. Juga ada kegiatan saling berkunjung pada saat Idul Fitri;
    2) Di beberapa Gereja Katolik, ada warga muslim yang tergabung dalam ormas (organisasi kemasyarakatan) tertentu yang selalu membantu menjaga keamanan dalam perayaan malam Natal atau malam Paskah;
    3) Ketika terjadi bencana banjir, banyak sekolah Katolik yang memberikan fasilitas sekolahnya sebagai tempat untuk mengungsi dengan tanpa membedakan agama dan suku, tetapi bersama-sama mereka membangun kebersamaan dan hidup saling membantu.
  • Pengalaman-pengalaman indah itu hendaknya makin banyak dilakukan dan makin menyebar sehingga pastilah dunia ini akan tersenyum, terlebih Allah akan merasa bangga terhadap manusia ciptaan-Nya.
  • Sebagai pelajar, dapat juga mengusahakan kebersamaan yang indah itu dengan ikut terlibat di dalam berbagai kegiatan kebersamaan seperti itu. Secara lebih nyata lagi dapat dilakukan dengan membangun persahabatan dengan semua teman tanpa membedakan.
  • Gereja, melalui dokumen “Unitatis Redintegratio Art.2” ada bagian yang menekankan pentingnya dialog antarumat beragama agar tercipta kehidupan kebersamaan yang indah; “….maka Gereja mendorong para putranya, supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman serta perihidup Kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta kekayaan rohani moral serta nilai-nilai sosio budaya, yang terdapat pada mereka.”

Kemajemukan Indonesia: Kekayaan dan Ancaman Disintegrasi Bangsa Halaman 1 -  Kompasiana.com

MATERI KELAS IX: KEMAJEMUKAN AGAMA DAN KEPERCAYAAN

Seperti kita ketahui bersama bahwa jika kita tidak memandang secara positif terhadap perbedaan antar agama yang ada di Indonesia ini, maka kerusuhan yang dapat mengakibatkan kehancuran dapat saja terjadi. Di beberapa negara masih kita dengar konflik antarumat beragama. 

  • Beberapa waktu yang lalu di negara kita pun sempat terjadi konflik antarumat beragama yang dibalut dengan sentimen keagamaan. Perusakan atau penutupan tempat ibadat salah satu agama oleh kelompok penganut agama lain menjadi contoh kasus yang masih sering kita dengar.

  • Tentu kita harus mengetahui lebih jauh akar penyebab konflik yang terjadi. Banyak yang sesungguhnya bukan disebabkan perbedaan agama dan kepercayaan, melainkan kepentingan politik dan kekuasaan atau kepentingan lainnya. Satu hal yang perlu kita lihat bersama adalah bahwa konflik-konflik semacam itu pada akhirnya lebih banyak membawa kehancuran, permusuhan, dan dendam. Korbannya seringkali ada di kedua belah pihak. Tetapi dampak yang terbesar adalah hancurnya peradaban dan martabat manusia.

  • Kita berharap bahwa di masa depan tidak terjadi konflik antarumat beragama dalam bentuk apapun. Untuk mencegah terjadinya konflik, kita perlu mengetahui beberapa faktor yang sering menjadi pemicu terjadinya konflik, antara lain:
    a. Adanya ambisi dari penganut atau pemimpin agama yang ingin memperjuangkan kepentingan tertentu dengan mengatasnamakan agama dan keyakinan sebagai alasan untuk mengadakan pertikaian antar umat beragama.
    b. Kurangnya umat memahami dan mendalami agamanya secara benar, sehingga mudah dihasut dan diprovokasi oleh pihak lain yang mempunyai niat jahat.
    c.Fanatisme beragama yang berlebihan yang disertai dengan sikap dan pandangan negatif terhadap agama yang lain.
    d. Menganggap agama dan kepercayaan lain sebagai ancaman terhadap agama yang dianutnya.
    e. Kurang cepatnya penanganan aparat pemerintah dalam menangani isu-isu SARA, sehingga menimbulkan masalah yang lebih besar.
    f. Adanya kecemburuan sosial dalam hal tertentu, misalnya dalam hal kesejahteraan hidup, sehingga memakai agama untuk melampiaskan kekesalannya.

  • Gereja Katolik secara nyata mendukung terciptanya persaudaraan sejati dalam kehidupan bersama, termasuk dengan mereka yang berbeda agama dan kepercayaan, baik melalui dialog kehidupan dan dialog karya. Karena semua bangsa merupakan satu masyarakat, mempunyai satu asal, sebab Allah menempatkan seluruh manusia di bumi. Semua mempunyai juga tujuan akhir yang satu: Allah. Penyelenggaraan-Nya dan bukti kebaikan-Nya mencakup semua orang, tanpa kecuali. (bdk. Nostra Aetate. art. 1)

  • Berbagai usaha yang dapat dilakukan untuk menjaga kerukunan antar umat beragama, misalnya:
    – Berusaha untuk berteman dengan semua orang dengan tanpa membedakan agama dan                           kepercayaan.
    – Selalu berpandangan secara positif terhadap orang lain termasuk yang berbeda agama.
    – Mau hidup rukun dan saling membantu antar umat beragama.
    – Tidak mengganggu peribadatan dari agama lain.

  • Toleransi antar umat beragama memang sangat diperlukan untuk terciptanya kedamaian. Namun ini juga tidak berarti bahwa kita harus menyamakan semua agama. Masing-masing agama memiliki kekhasan dan kekhususannya sendiri-sendiri. Yang tidak boleh dilakukan adalah  memaksa orang lain untuk mempercayai ajaran agamanya dan memaksakan ajaran agamanya untuk diterapkan oleh penganut agama lain.

Menghadirkan Moderasi Agama dalam Kemajemukan Masyarakat Era Digital

MATERI KELAS IX: SIKAP GEREJA TERHADAP AGAMA DAN KEPERCAYAAN LAIN


Gereja Katolik merupakan salah satu agama didunia. Selain Gereja Katolik ada banyak Gereja Kristen lain yang menyatakan diri beriman kepada Kristus seperti:

  • Gereja Katolik Ortodoks

  • Gereja Katolik Anglikan

  • Gereja Protestan

  • Gereja dengan berbagai aliran dan namanya masing-masing

Di luar lingkungan Gereja, ada berbagai agama lain seperti:

  • Islam

  • Yahudi

  • Hindu

  • Budha

  • Shinto

  • Konfusianisme dll

Agama-agama itu telah hidup ribuan tahun dan memiliki penganut diseluruh dunia.

Memang beberapa tahun yang lalu, sering terjadi konflik diantara umat beragama baik dikalangan Gereja-Gereja maupun dengan uamat beragama lain. Hingga saat inipun, masih sering terjadi konflik diantara umat beragama. Berbeda dengan masa lampau, sekarang umat beragama, khususnya Katolik, diajak untuk memiliki pandangan yang positif tentang agama lain dan bekerja sama antarumat beragama

Gereja Katolok mengakui adanya hal-hal yang benar dan suci dari agama-agama lain. Sikap positif tentang agama dan kepercayaan lain tersebut tertuang dalam dokumen-dokumen Konsili Vatikan II

Dokumen penting tentang pandangan Gereja terhadap agama dan kepercayaan lain:

  1. Unitatis Redintegratio (art 3: 3) 

Gereja-gereja mengakui iman yang sama akan Kristus. Gereja-gereja juga menyalurkan rahmat yang sesungguyhnya. Beragam upacara merupakan cara yang berbeda karena situasi yang berbeda. Karena itu Gereja Katoliknmendorong gerakan pemulihan kesatuan persekutuan Krisen. Gerakan itu disebut EKUMENE

  1. Nostra Aetate art 1 dan 2

Gereja tidak menolak apapun yang benardan suci dalam agama-agama lain. Gereja memandang bahwa cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran yang memang berbeda dari apa yang diyakini Gereja, juga memancarkan sinar kebenaran yang menerangi semua orang. Namun Gereja tidak henti mewartakan Kristus yakni jalan kebenaran dan hidup (Yoh 14:6)

  1. Nostra Aetate art 2 Gereja Katolik mengajak agama lain untuk berdialog dan bekerja sama menciptakan kehidupan yang harmonis, rukun dan damai. Hidup bersama dengan agama dan kepercayaan lain sangat menyenangkan dan membahagiakan.

Contoh tindakan Gereja dalam upaya menciptakan persaudaraan sejati dengan agama lain dengan tindakan yang disebut “Dialog Karya” seperti:

  • berdialog

  • membantu membangun rumah ibadat

  • mendirikan yayasan-yayasan yang bergerak dalam kegiatan sosial 

  • membantu mereka yang menderita tanpa membedakan elompok, agama atau etnis tertentu

Contoh sikap yang menciptakan hubungan persaudaraan dengan agama dan kepercayaan lain dalam hidup sehari-hari seperti:

  • tidak mempersoalkan atribut yang dipakai oleh teman-teman yang berbeda agama

  • tidak mengucilkan penganut agama lain dalam pergaulan

  • menggunakan istilah-istilah keagamaan pada tempatnya

  • ikut teribat dalam menyiapkan pesta agama lain

  • memberikan semangat kepada teman untuk melakukan ibadahnya dllIkut Kegiatan Orang Muda Katolik, Apa Saja Manfaatnya? | BINUS UNIVERSITY

09 Februari 2023

Materi Kelas XII: Dasar Keterpanggilan Gereja Katolik dalam Membangun Bangsa dan Negara

Landasan atau dasar pijakan umat Katolik berperan aktif dalam pembangunan bersumber dari ajaran dan teladan Yesus sendiri. Inilah yang menjadi dasar keterpanggilan Gereja untuk membangun bangsa dan negara. Yesus mengajarkan “memberi kepada kaisar apa yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah,” Di sinilah kita orang Katolik diajak untuk bisa membedakan secara tegas apa yang pribadi dan apa yang publik. Hal yang pribadi yaitu relasi kita dengan Allah. Hal yang publik adalah relasi kita dengan sesama atau Negara.

Mendalami Ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja Sebagai Dasar Keterpanggilan Kita untuk Membangun Bangsa dan Negara. 

a. Ajaran Kitab Suci 

1) Menyimak cerita Kitab Suci 

Markus 12: 13-17 

13 Kemudian disuruh beberapa orang Farisi dan Herodian kepada Yesus untuk menjerat Dia dengan suatu pertanyaan. 14 Orang-orang itu datang dan berkata kepada-Nya: “Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah dengan segala kejujuran. Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Haruskah kami bayar atau tidak?” Tetapi Yesus mengetahui kemunafikan mereka, lalu berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mencobai Aku? Bawalah ke mari suatu dinar supaya Kulihat!” 16Lalu mereka bawa. Maka Ia bertanya kepada mereka: “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.” 17 Lalu kata Yesus kepada mereka: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!” Mereka sangat heran mendengar Dia. 

2) Pendalaman  

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini. 

a) Apa yang dikisahkan dalam Kitab Suci tersebut? 

b) Apa yang ditanyakan orang Farisi kepada Yesus? 

c) Apa maksud orang Farisi menanyakan hal itu? 

d) Apa jawaban Yesus? 

e) Apa maksud jawaban Yesus seperti itu? 

f) Apa makna pesan ajaran Yesus bagi dirimu sebagai pengikut Yesus yang hidup di Indonesia? 

b. Ajaran Gereja sebagai dasar keterpanggilan kita untuk membangun bangsa dan negara. 

Berikut ini adalah salah satu kutipan arah dasar dari Gereja Katolik Indonesia bagi umat Katolik dalam rangka mendorong umat untuk berperan aktif dalam pembangunan. 

ARAH DASAR GEREJA KATOLIK INDONESIA (Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia 1995) Gereja Diutus ke Seluruh Dunia 

Jemaat Kristiani Indonesia sudah hadir di Nusantara pada abad ke-7 di Barus, Sumatra untuk menjadi ‘saksi Yesus Kristus sampai ke ujung bumi’. Sesudah itu, Fransiskus Xaverius dan para murid Kristus lainnya sampai ke Maluku serta pelbagai bagian Nusantara, membagikan kabar baik kedatangan Kerajaan Allah, yakni kabar bahwa Allah memimpin seluruh umat manusia lahir batin. Setelah itu, tidak sedikit rakyat Nusantara yang mengikuti jejak para bangsa, bagaikan mendengarkan pewartaan Petrus di hari Pentakosta, meminta dibaptis dan berusaha hidup sebagaimana diwariskan oleh Gereja Perdana. Mereka itu juga disukai semua orang. Peristiwa itu masih berlanjut sampai saat ini sehingga umat lambat laun tumbuh dalam Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 167 36 keuskupan dan keuskupan agung, dari Sabang sampai Merauke. Pertumbuhan itu telah kita hayati kembali dalam beberapa pertemuan para waligereja Indonesia. Seluruh umat Katolik Indonesia, sendirisendiri ataupun dalam kelompok-kelompok pengabdian serta sebagai satu persekutuan, telah berusaha mengabdikan diri bangsa, negara, dan masyarakat. Tuhan Berperan dalam Sejarah Dengan rahmat dan kekuatan Roh Allah, kita meneruskan cita-cita para leluhur bangsa. Kita ingat anak cucu Abraham yang yakin bahwa dalam mencari sejarah kesejahteraan itu Allah mencintai mereka. Ketika kita mengalami betapa egoisme menggerogoti hidup bangsa, dan tatkala kita menyadari bagaimana dosa membelit manusia dalam lingkaran setan yang rumit, kita terkenang akan Yesus Kristus, yang memerdekakan manusia dari dosa dan segala akibat dosa, karena manusia menolak kasih sayang Allah. Saksi Keselamatan Guna menanggapi Karya Penyelamatan Allah itu, kita mau mewartakan Kabar Baik penyelamatanNya kepada seluruh lapisan masyarakat. Demi Yesus Kristus serta dalam Roh-Nya, yang menyertai orang beriman sampai akhir zaman, kita berusaha melibatkan diri tanpa henti, dalam berbagai bentuk, dalam setiap situasi dan kondisi masyarakat, sesuai dengan tahap perkembangan kita. Pengutusan Gereja Umat beriman diutus: 

a) menjadi persekutuan (koinonia) tanda dan sarana Kehadiran Kerajaan Allah, yang diwartakan oleh Putra Allah sendiri, Sang Jalan, Kebenaran, dan Hidup di tempat tinggal serta di lingkungan pengabdian masing-masing. 

b) Merayakan koinonia dalam ibadat dan membagikan iman dalam pewartaan serta bersama umat yang berlainan agama dan kepercayaan mau mendengarkan bisikan Roh, bagaikan nabi yang jeli dan berani menampilkan pesan keselamatan, dalam karya-karya pelayanan (diakonia). 

3. Menghayati Keterpanggilan Gereja untuk Membangun Bangsa dan Negara Indonesia Sesuai Kehendak Tuhan

a. Refleksi 

Tuliskanlah sebuah refleksi tentang keterpanggilan Gereja Katolik Indonesia untuk membangun bangsa dan negara sesuai dengan kehendak Tuhan. 

b. Aksi 

1). Membentuk kelompok kerja untuk membuat rencana aksi, sebagai anggota Gereja Katolik Indonesia yang terpanggil untuk ikut membangun bangsa dan negara. Peserta didik dapat memilih salah satu bidang aksi, misalnya di bidang politik, hukum, ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan, kesehatan, komunikasi sosial, Komunitas Basis Gerejani, serta HAM. 

2). Melaporkan kegiatan yang telah dilakukan dalam bentuk laporan kegiatan (proyek). Diharapkan kegiatan itu menjadi habitus para peserta didik dalam kehidupannya sehari, sebagai anggota atau warga Gereja dan warga masyarakat.



Materi Kls XII: Tantangan dan Peluang Umat Katolik dalam Membangun Bangsa dan Negara Seperti yang Dikehendaki

 Pengantar:

Tuhan Umat Katolik Indonesia sebagai bagian dari bangsa Indonesia ikut bertanggung jawab atas krisis yang sedang terjadi. Tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia juga menjadi tantangan bagi umat Katolik juga. Karena itu, tantangan-tantangan yang ada dapat menjadi peluang bagi umat Katolik untuk ikut merestorasi bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik. Konsili Vatikan II mengajarkan bahwa “...Gereja, yang bertumpu pada cinta kasih Sang Penebus, menyumbangkan bantuannya, supaya di dalam kawasan bangsa sendiri dan antara bangsa-bangsa makin meluaslah keadilan dan cinta kasih. Dengan mewartakan kebenaran Injil, yang menyinari semua bidang manusiawi melalui ajaran-Nya dan kesaksian umat Kristen, Gereja juga menghormati dan mengembangkan kebebasan serta tanggung jawab politik para warganegara.” (KV II, GS art. 76)

Tantangan-Tantangan yang Dihadapi Bangsa Indonesia Saat Ini. 

Berikut ini secara garis besar diberikan gambaran tentang beberapa tantangan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, guna menjadi perhatian kita semua sebagai warga negara Indonesia untuk bersama-sama menghadapinya. Bahkan kita secara positif melihat tantangan ini menjadi peluang bagi kita untuk menggunakan talenta yang diberikan Tuhan untuk membangun bangsa dan negara yang kita cintai ini.

a. Krisis Etika Politik 

Etika Politik di Indonesia masih carut marut. Politik hanya dipahami secara pragmatis sebagai sarana untuk mencari kekuasaan dan kekayaan bagi pribadi-pribadi dan golongan sendiri. Politik yang berkembang saat ini, khususnya oleh partai politik lebih bersifat transaksional yaitu untuk membagi-bagi kekuasaan dan berujung pada praktik politik uang. Banyak kepala daerah dan para pejabat lembaga negara lainnya, baik eksekutif, legislatif, dan yudislatif (polisi, jaksa, hakim) kini berurusan dengan KPK karena terlibat kasus korupsi yang tentu saja merugikan pembangunan bagi kesejahteraan rakyat. 

b. Krisis Ekonomi. 

Masyarakat Indonesia kini masih dilanda krisis ekonomi. Banyak yang masih hidup di bawah garis kemiskinan, padahal Indonesia sendiri dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Dengan berkembangnya neoliberalisme saat ini, orang kaya akan semakin kaya, dan orang miskin akan semakin miskin. Orang miskin, bahkan para pedagang kecil atau menengah sekalipun, tidak akan pernah mampu bersaing dengan para pedagang besar atau orangorang kaya. 

c. Merebaknya aliran fundamentalisme radikal 

Kini merebak berbagai aliran fundamental radikal di Indonesia. Fundamentalisme itu pandangan yang berpusat pada diri manusia, sehingga manusia menjadi tolok ukurnya. Karena itu fundamentalisme prinsipnya “menutup diri” terhadap kebenaran dari paham di luar dirinya. Akhirnya fundamentalisme dapat berakhir pada arogansi terhadap orang lain, kekerasan demi mencapai tujuannya sendiri. Fundamentalisme radikal tidak hanya terbatas pada aliran agama tertentu, tetapi juga pada suku bahkan daerah. Setelah diberlakukan sistem otonomi daerah dan otonomi khusus, tampaknya terjadi gerakan daerahisme. Mereka berusaha menolak dan bahkan “mengusir” orang dari daerah lain, khususnya dalam urusan pejabat pemerintahan, atau pengangkatan PNS dengan istilah mengutamakan putra daerah. 

d. Lemahnya penegakan hukum di Indonesia 

Dalam berbagai kasus penegakan hukum baik perdata maupun pidana, banyak terjadi ketidakadilan. Keadilan hukum hanya tajam untuk orang di bawah tetapi tumpul untuk orang yang di atas. Artinya, bahwa keadilan hukum di lembaga peradilan hanya diberlakukan bagi masyarakat kecil yang lemah secara ekonomi, karena mereka tidak mampu menyogok para penegak hukum. Di sisi lain para penguasa dan kaum kaya raya dapat membeli para penegak hukum sehingga mereka bisa bebas dari hukuman, atau minimal mendapat hukuman ringan. Dalam beberapa kasus, seorang pencopet, atau maling ayam, dihukum jauh lebih berat daripada seorang koruptor yang telah mencuri uang negara ratusan juta atau bahkan miliaran rupiah. Publik Indonesia pun sudah mengetahui bagaimana banyak koruptor kelas kakap, yang sedang mendekam di penjara, tetapi dapat berkeliaran bebas di luar dan berpesta pora serta melancong ke mana-mana. 

e. Berbagai bencana dan kerusakan alam Bencana alam dan kerusakan alam menjadi tantangan nyata di hadapan kita. 

Bencana alam bisa disebabkan oleh kondisi alam itu sendiri, seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi. Namun bencana alam juga dapat disebabkan oleh perbuatan manusia sendiri, seperti penggundulan dan pembakaran hutan untuk berbagai tujuan; penebangan pohon yang dilakukan secara serampangan sehingga menimbulkan bencana longsor dan banjir bandang yang dapat merenggut jiwa dan harta. Kerusakan alam juga disebabkan oleh limbah industri yang mematikan ekosistem di sekitarnya. 

Ajaran Gereja Tentang Bagaimana Peluang-Peluang Umat Katolik dalam Pembangunan . 

a. Dari segi krisis Etika Politik 

Situasi Etika Politik di Indonesia masih carut marut. Gereja Katolik perlu memperjuangkan agar politik tidak hanya dipahami secara pragmatis sebagai sarana untuk mencari kekuasaan dan kekayaan,  melainkan sebagai suatu jerih payah untuk membuat transformasi situasi masyarakat yang kacau menjadi masyarakat yang tertata dan mampu menciptakan kesejahteraan umum. Relasi Gereja dan Negara untuk terwujudnya kesejahteraan umum dinyatakan oleh Konsili sebagai berikut: “Negara dan Gereja bersifat otonom tidak saling tergantung di bidang masing-masing. Akan tetapi keduanya, kendati atas dasar yang berbeda, melayani panggilan pribadi dan sosial orang-orang yang sama. Pelaksanaan itu akan lebih efektif jika Negara dan Gereja menjalin kerja sama yang sehat, dengan mengindahkan situasi setempat dan sesama. Sebab, manusia tidak terkungkung dalam tata duniawi saja, melainkan juga mengabdi kepada panggilannya untuk kehidupan kekal. Gereja, yang bertumpu pada cinta kasih Sang Penebus, menyumbangkan bantuannya, supaya di dalam kawasan bangsa sendiri dan antara bangsa-bangsa makin meluaslah keadilan dan cinta kasih. Dengan mewartakan kebenaran Injil, dan dengan menyinari semua bidang manusiawi melalui ajaranNya dan melalui kesaksian umat kristen, Gereja juga menghormati dan mengembangkan kebebasan serta tanggung jawab politik para warganegara.” (KV II, GS art. 76) 

b. Krisis Ekonomi 

Krisis ekonomi telah lama membelit masyarakat Indonesia pada umumnya. Inti persoalannya adalah kebijakan perekonomian pemerintah hanya untuk mengejar target produksi. Masyarakat Indonesia dikorbankan demi keuntungan perekonomian sektor formal. Untuk masalah pemiskinan secara ekonomi tersebut, Konsili Vatikan mengajarkan bahwa; “Makna-tujuan yang paling inti produksi itu bukanlah semata-mata bertambahnya hasil produksi, bukan pula keuntungan atau kekuasaan, melainkan pelayanan kepada manusia, yakni manusia seutuhnya, dengan mengindahkan tata urutan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya maupun tuntutan-tuntutan hidupnya di bidang intelektual, moral, rohani, dan keagamaan; katakanlah: manusia siapa saja, kelompok manusia mana pun juga, dari setiap suku dan wilayah dunia. Oleh karena itu, kegiatan ekonomi harus dilaksanakan menurut metode-metode dan kaidah-kaidahnya sendiri, dalam batas-batas moralitas sehingga terpenuhilah rencana Allah tentang manusia”. (KV II GS art. 64). Harapan Konsili itu jelas, perekonomian terutama harus mengabdi kepada kepentingan perkembangan manusia, sehingga titik berat perkembangan ekonomi bukan sekadar keuntungan semata mata! Di sinilah tantangan  sekaligus sebagai peluang bagi umat Katolik dan umat beragama dan berkepercayaan lainnya untuk mengembangkan ekonomi yang berpihak pada kesejahteraan rakyat. 

c. Merebaknya aliran fundamentalisme radikal 

Fundamentalisme itu pandangan yang berpusat pada diri manusia, sehingga manusia menjadi tolok ukurnya. Karena itu fundamentalisme prinsipnya “menutup diri” terhadap kebenaran dari paham di luar dirinya. Akhirnya fundamentalisme dapat berakhir pada arogansi terhadap orang lain, kekerasan demi mencapai tujuannya sendiri. Berhadapan dengan berbagai aliran itu, kepentingan kehadiran Gereja tidak lain adalah mendorong gerakan “kebebasan beragama” dan “gerakan humanisme sejati, yang tertuju pada Allah.” Demi kepentingan gerakan kebebasan beragama, Konsili Vatikan II, secara khusus menyatakan sebagai berikut: “bahwa pribadi manusia berhak atas kebebasan beragama. Kebebasan itu berarti, bahwa semua orang harus kebal terhadap paksaan dari pihak orang perorangan maupun kelompok-kelompok sosial atau kuasa manusiawi mana pun juga, sedemikian rupa, sehingga dalam hal keagamaan tak seorang pun dipaksa untuk bertindak melawan suara hatinya, atau dihalanghalangi untuk dalam batas-batas yang wajar bertindak menurut suara hatinya, baik sebagai perorangan maupun di muka umum, baik sendiri maupun bersama dengan orang lain. Selain itu Konsili menyatakan, bahwa hak menyatakan kebebasan beragama sungguh didasarkan pada martabat pribadi manusia, sebagaimana dikenal berkat sabda Allah yang diwahyukan dan dengan akal-budi. Hak pribadi manusia atas kebebasan beragama harus diakui dalam tata hukum masyarakat sedemikian rupa, sehingga menjadi hak sipil.”(KV II, Dignitatis Humanae, art. 1). Terhadap cara pandang yang sempit, picik, dan merasa benar sendiri, Paulus VI menunjukkan nilai humanisme yang semestinya menjadi nilai universal dalam masyarakat dunia, “Tujuan mutakhir ialah humanisme yang terwujudkan seutuhnya. Dan tidakkah itu berarti pemenuhan manusia seutuhnya dan tiap manusia? Humanisme yang picik, terkungkung dalam dirinya tidak terbuka bagi nilai-nilai rohani dan bagi Allah yang menjadi Sumbernya, barangkali tampaknya saja berhasil, sebab manusia dapat berusaha mencari kenyataan duniawi tanpa Allah. Akan tetapi bila kenyataan itu tertutup bagi Allah, akhirnya justru akan berbalik melawan manusia. Humanisme yang tertutup bagi kenyataan lain jadi tidak manusiawi. Humanisme yang  sejati menunjukkan jalan kepada Allah serta mengakui tugas yang menjadi pokok panggilan kita, tugas yang menyajikan kepada kita makna sesungguhnya hidup manusiawi. Bukan manusialah norma mutakhir manusia. Manusia hanya menjadi sungguh manusiawi bila melampaui diri sendiri. Menurut Blaise Pascal, “Manusia secara tidak terbatas mengungguli martabatnya” (Paulus VI, Populorum Progressio art. 42) d. Lemahnya penegakan hukum di Indonesia Dari segi lemahnya penegakan hukum, kita harus berusaha mengubah mind-set peranan hukum dalam masyarakat, bahwa hukum bukan sarana untuk mempermudah agar “kasus-kasus” Pidana dan Perdata diperlakukan sebagai “komoditi”, tetapi hukum berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan hidup bersama yang memungkinkan terciptanya kesejahteraan umum. Konsili Vatikan II menegaskan bahwa “Pelaksanaan kekuasaan politik, baik dalam masyarakat sendiri, maupun di lembaga-lembaga yang mewakili negara, selalu harus berlangsung dalam batas-batas tata moral, untuk mewujudkan kesejahteraan umum yang diartikan secara dinamis, menurut tata perundang-undangan yang telah dan harus ditetapkan secara sah. Maka para warga negara wajib patuh-taat berdasarkan hati nurani mereka. Dari situ jelas jugalah tanggung jawab, martabat, dan kewibawaan para penguasa. (KV II GS art. 73). Dalam Kitab Suci, kita dapat melihat bagaimana Yesus menuntut bangsa Yahudi supaya taat kepada hukum Taurat, sebab pada dasarnya hukum Taurat dibuat demi kebaikan dan keselamatan manusia (bdk. Mat 5: 17-43). Satu titik pun tidak boleh dihilangkan dari hukum Taurat. Ia hanya menolak hukum Taurat yang sudah dimanipulasi, di mana hukum tidak diabdikan untuk manusia, tetapi manusia diabdikan untuk hukum. Segala hukum, peraturan, dan perintah harus diabdikan untuk tujuan kemerdekaan manusia. Maksud terdalam dari setiap hukum adalah membebaskan (atau menghindarkan) manusia dari segala sesuatu yang (dapat) menghalangi manusia untuk berbuat baik. Demikian pula tujuan hukum Taurat. Sikap Yesus terhadap hukum Taurat dapat diringkas dengan mengatakan bahwa Yesus selalu memandang hukum Taurat dalam terang hukum kasih. Mereka yang tidak peduli dengan maksud dan tujuan hukum, hanya asal menepati huruf hukum, akan bersikap legalistis: pemenuhan hukum secara lahiriah sedemikian rupa sehingga semangat hukum kerap kali dikorbankan. Misalnya, ketika kaum Farisi menerapkan peraturan mengenai hari Sabat dengan cara yang merugikan perkembangan manusia, Yesus mengajukan protes demi tercapainya tujuan peraturan itu sendiri, yakni kesejahteraan manusia: jiwa dan raga. Menurut keyakinan awal orang Yahudi sendiri, peraturan mengenai hari Sabat adalah karunia Allah demi kesejahteraan manusia (bdk. Ul 5: 12-15; Kel 20: 8-11; Kej 2: 3). Akan tetapi, sejak pembuangan Babilonia (587-538 SM), peraturan itu oleh para rabi cenderung ditambah dengan larangan-larangan yang sangat rumit. Memetik butir gandum sewaktu melewati ladang yang terbuka tidak dianggap sebagai pencurian. Kitab Ulangan yang bersemangat perikemanusiaan mengizinkan perbuatan tersebut. Akan tetapi, hukum seperti yang ditafsirkan para rabi melarang orang menyiapkan makanan pada hari Sabat dan karenanya juga melarang menuai dan menumbuk gandum pada hari Sabat. Dengan demikian, para rabi menulis hukum mereka sendiri yang bertentangan dengan semangat perikemanusiaan Kitab Ulangan. Hukum ini menjadi beban, bukan lagi bantuan guna mencapai kepenuhan hidup sebagai manusia. Oleh karena itu, Yesus mengajukan protes. Ia mempertahankan maksud Allah yang sesungguhnya dengan peraturan mengenai Sabat itu. Yang dikritik Yesus bukanlah aturan mengenai hari Sabat sebagai pernyataan kehendak Allah, melainkan cara hukum itu ditafsirkan dan diterapkan. Mula-mula, aturan mengenai hari Sabat adalah hukum sosial yang bermaksud memberikan kepada manusia waktu untuk beristirahat, berpesta, dan bergembira setelah enam hari bekerja. Istirahat dan pesta itu memungkinkan manusia untuk selalu mengingat siapa sebenarnya dirinya dan untuk apakah ia hidup. Sebenarnya, peraturan mengenai hari Sabat mengatakan kepada kita bahwa masa depan kita bukanlah kebinasaan, melainkan pesta. Dan, pesta itu sudah boleh mulai kita rayakan sekarang dalam hidup di dunia ini, dalam perjalanan kita menuju Sabat yang kekal. Cara unggul mempergunakan hari Sabat ialah dengan menolong sesama (bdk.Mrk 3: 1-5). Hari Sabat bukan untuk mengabaikan kesempatan berbuat baik. Pandangan Yesus tentang Taurat adalah pandangan yang bersifat memerdekakan, sesuai dengan maksud yang sesungguhnya dari hukum Taurat. 

Berbagai bencana dan kerusakan alam Bencana alam dan kerusakan alam menantang Gereja untuk berefleksi, “Di manakah Gereja itu hidup, bukankah lingkungan hidup juga sangat krusial untuk hidup Gereja di tengah dunia? Maka  persoalan perusakan lingkungan hidup itu tidak hanya masalah dunia, tetapi juga masalah Gereja. Paus Paulus VI, dalam Ensiklik Populorum Progressio, art. 21, menegaskan “Bukan saja lingkungan materiil terus menerus merupakan ancaman pencemaran dan sampah, penyakit baru dan daya penghancur, melainkan lingkungan hidup manusiawi tidak lagi dikendalikan oleh manusia, sehingga menciptakan lingkungan yang untuk masa depan mungkin sekali tidak tertanggung lagi. Itulah persoalan sosial berjangkau luas yang sedang memprihatinkan segenap keluarga manusia.” Dengan demikian, Gereja juga ditantang untuk terlibat dalam dunia pertanian yang sudah rusak, karena perusakan sistematis, sehingga merusak tatanan dan fungsi lingkungan hidup. Tepatlah jika Konsili Vatikan II mendesak pentingnya membangun kondisi kerja untuk para petani sehingga mereka mampu mengembangkan diri sebagai manusia utuh: “Perlu diusahakan dengan sungguh-sungguh, supaya semua orang menyadari baik haknya atas kebudayaan, maupun kewajibannya yang mengikat, untuk mengembangkan diri dan membantu pengembangan diri sesama. Sebab kadang-kadang ada situasi hidup dan kerja, yang menghambat usaha-usaha manusia di bidang kebudayaan dan menghancurkan seleranya untuk kebudayaan. Hal itu secara khas berlaku bagi para petani dan kaum buruh; bagi mereka itu seharusnya diciptakan kondisi-kondisi kerja sedemikian rupa, sehingga tidak menghambat melainkan justru mendukung pengembangan diri mereka sebagai manusia”. (KV II, GS art. 60). 



Materi Agama Katolik

SANTO AMBROSIUS, USKUP DAN PUJANGGA GEREJA

Santo Ambrosius, Uskup dan Pujangga Gereja Tanggal Pesta: 7 Desember Ambrosius lahir pada tahun 334 di Trier, Jerman dari sebuah keluarga Kr...