27 Agustus 2021

GEREJA SEBAGAI UMAT ALLAH



A.    Arti dan Makna Gereja sebagai Umat Allah
Istilah “Umat Allah” sudah digunakan dalam Perjanjian Lama yang kemudian dimunculkan dan dihidupkan kembali oleh Konsili Vatikan II setelah sekian lama Gereja menjadi terlalu hierarkis; didominasi oleh kaum rohaniwan dan awam yang adalah mayoritas dalam Gereja agak terdesak ke pinggir. Dengan paham Gereja sebagai Umat Allah, diakui kembali kesamaan martabat dan peranan semua anggota Gereja. Semua anggota Gereja memiliki martabat yang sama, hanya berbeda dalam hal fungsi.
Menurut Minear, umat Allah adalah umat yang kepadanya Allah mengutus Anak-Nya sebagai Penyelamat dan Raja. Umat Allah tidak lepas dari kelahiran Yesus atau PelayananNya, dan dari pesta Perjamuan Kudus atau Kebangkitan atau bahkan keturunan Roh pada hari Pentakosta.[5] Tetapi juga harus diingat bahwa Umat Allah juga tidak bisa lepas dari perjanjian yang mana aktivitas Allah dalam zaman Abraham dan Musa. Kenyataan ini, tentu tidak mengecualikan realitas pemilihan atau mengurangi makna yang abadi.
Dalam pemahaman ini, Tom Jacobs lebih menyetujui Ekaristi sebagai artian Gereja[6] khususnya dalam artian “umat Allah” atau dengan perjamuan Ekaristi, terbentuklah jemaat. Perayaan ekaristi tertuju pada pembentukan jemaat hal itu jelas dalam 1 Kor 11:22. Bagi paulus, Jemaat Allah sama artinya dengan umat Allah, tetapi dalam kata Yunani, “Umat (Laos) Allah” tidak tepatnya sama dengan “Jemaat (Ekklesia) Allah” dan yang sangat menyolok, “umat Allah yang dipakai oleh Paulus, hanya dipakai untuk kutipan-kutipan Perjanjian Lama
Geraja sebagai Umat Allah memiliki ciri khasnya yakni:
1.      Umat Allah merupakan suatu pilihan dan panggilan dari Allah sendiri. Umat Allah adalah bangsa terpilih, bangsa terpanggil.
2.      Umat Allah dipanggil dan dipilih untuk Allah dan untuk misi tertentu, yaitu menyelamatkan dunia.
3.      Hubungan antara Allah dan umatNya dimeteraikan olehsuatu perjanjian. Umat harus menaati perintah-perintah Allah dan Allah akan selalu menepati janji-janjiNya.
4.      Umat Allah selalu dalam perjalanan melewati padang pasir menuju Tanah Terjanji.
Dalam Perjanjian Baru, Gereja merupakan satu Umat Allah yang sehati sejiwa, seperti yang ditunjukkan oleh Umat Purba.[7] Gereja harus merupakan seluruh umat, bukan hanya hierarki saja dan awam seolah-olah hanya merupakan tambahan, pendengar dan pelaksana. Singkatnya: Gereja hendaknya MENGUMAT.

B.     Dasar dan Konsekuensi Gereja yang Mengumat
1.      Dasar dari Gereja yang Mengumat
Setiap orang dipanggil untuk melibatkan diri secara penuh dalam kehidupan Umat Allah atau MENGUMAT. Mengapa harus demikian?
a.       Hidup  mengumat pada dasarnya merupakan hakikat dari Gereja itu sendiri, sebab hakekat Gereja adalahpersaudaraan cinta kasih seperti yang dicerminkan oleh hidup Umat Purba.[8]
b.      Dalam hidup mengumat banyak karisma dan rupa-rupa karunia dapat dilihat, diterima dan digunakan bagi kekayaan seluruh Gereja. Hidup Gereja yang terlalu menampilkan segi organisatoris dan structural dapat mematikan banyak karisma dan karunia yang muncul dari bawah.[9]
c.       Dalam hidup mengumat, semua orang yang merasamenghayati martabat yang sama akan bertanggungjawab secara aktif dalam fungsinya masing-masing untuk membangun Gereja dan memberi kesaksian kepada dunia.[10]

2.      Konsekuensi dari Gereja yang Mengumat
a.      Konsekuensi bagi Pimpinan Gereja (Hierarki)
·         Menyadari fungsi pimpinan sebagai fungsi pelayanan. Pimpinan bukan di atas umat, tetapi di tengah umat.
·         Harus peka untuk melihat dan mendengar karisma dan karunia-karunia yang bertumbuh di kalangan umat.

b.      Konsekuensi bagi setiap Anggota Umat
·         Menyadari dan menghayati persatuannya dengan umat lain. Orang tak dapat menghayati kehidupan imannya secara individu saja.
·         Aktif dalam kehidupan mengumat, menggunakan segala karisma, karunia dan fungsi yang dipercayakan kepadanya untuk kepentingan dan misi Gereja di tengah masyarakat. Semua bertanggung jawab dalam hidup dan misi Gereja.

c.       Konsekuensi bagi Hubungan Awam dan Hierarki
·         Paham Gereja sebagai Umat Allah jelas membawa konsekuensi dalam hubungan antara hierarki dan kaum awam. Kaum awam bukan lagi pelengkap penyerta, melainkan partner hierarki.
·         Awam dan hierarki memiliki martabat yang sama, hanyaberbeda dalam hal fungsi.


04 Agustus 2021

AKU CITRA ALLAH YANG UNIK

 Pengertian kata “Citra” 

Kata “Citra” dapat diartikan sebagai gambaran (image) yang menunjuk pada  identitas atau ciri seseorang atau kelompok. 

Kata “Citra” biasanya juga dikaitkan dengan suatu nilai yang dianggap ideal  dan baik, dan umumnya terkait erat dengan tindakan, sifat atau karakter  seseorang. 

Istilah “Citra” juga mempunyai makna keserupaan, gambaran atau kemiripan  antara seseorang atau kelompok yang dicitrakannya. 

Istilah “Citra” merupakan perpaduan arti dari kata-kata “Gambar” dan “Rupa” 

Allah menciptakan segala sesuatu, termasuk manusia baik adanya. Manusia menjadi  ciptaan yang termulia dari segala makhluk hidup. Dunia beserta isinya diserahkan  kepada manusia. Karena akal-budinya, manusia tidak hanya mampu  mempertahankan hidupnya dan mempertahankan jenisnya, tetapi juga mampu  memperkembangkan dan dan meningkatkan mutu hidupnya. 

Manusia tidak hanya mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tetapi dapat  mengolah dan mengatur, merubah dan menguasai lingkungannya, serta menguasai  dan memanfaatkan ciptaan-ciptaan lainnya.  

Dalam hal inilah manusia merupakan “ Citra Allah”.  

Kata “Citra Allah” terungkap dalam Kitab Kejadian. Kisah penciptaan manusia dalam  Kitab Kejadian memakai 2 iastilah yang saling melengkapi dan saling memperbaiki  yaitu: 

Istilah “GAMBAR” (Bahasa Ibrani: Salem

Istilah “RUPA” (Bahasa Ibrani: Demuth

Manusia diciptakan sebagai “Citra Allah” artinya: Manusia diciptakan Allah  menurut Gambar dan Rupa Allah sendiri (Kejadian 1: 26-27). 

Kata “segambar “ dan “serupa” sekaligus melukiskan secara tepat bahwa manusia  dan Allah berbeda.. 

Sejauh terluliskan dalam Kitab Suci, istilah “Citra Allah” itu hanya dikatakan pada  manusia, dan tidak dikenakan kepada ciptaan Tuhan lainnya. Hanya manusialah  yang disebut “Citra Allah”. 

Karena manusia diciptakan sebagai “Citra Allah”, manusia memiliki martabat  sebagai pribadi artinya adalah: 

Manusia bukan hanya sesuatu, melainkan seseorang 

Manusia mengenal dirinya sendiri dan menjadi tuan atas dirinya sendiri. Manusia mengabdikan diri dalam kebebasan dan hidup dalam kebersamaan  dengan orang lain 

Manusia dipanggil untuk membangun relasi dengan Allah, PenciptaNya.

Manusia diciptakan sebagai “Citra Allah” mempunyai arti yang mendalam yaitu: Allah menciptakan manusia seperti Dia sehingga dapat berdialog dengan Dia 

Manusia dijadikan partner, sahabat dab rekan kerja Allah didunia yang dapat  disapa dan menjawab. 

Manusia direncanakan untuk terus berhubungan dan bersatu dengan Allah,  sehingga seluruh umat manusia mempunyai tujuan yang sama yaitu: Bersatu  dengan Allah” 

Sebagai “Citra Allah”, Allah telah memberikan karunia khusus berupa: Akal budi 

Kebebasan 

Hatu Nurani 

Karunia atau kemampuan-kemampuan dasar itulah yang membedakan antara  manusia dan ciptaan Tuhan lainnya. 

Manusia adalah ciptaan Allah yang bermartabat luhur, siapapun orangnya, ia adalah  Citra Allah, yang serupa dan segambar dengan Allah dan ia menjadi wakil Allah  didunia ini. 

Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang bersifat rohani-jasmani. Maka tujuan  hidup manusia tidak hanya terbatas pada kebutuhab hu\idup materiil atau biologis  saja, melainkan terarah kepada yang lebih luhur dan mulia yaitu Kesempurnaan,  keindahan dan kebahagiaan. 

Sebagai makhluk yang berakal budi, manusia tidak hanya mempunyai dorongan dorongan dasar seperti makhluk-makhluk lainnya, tetapi juga mempunyai dorongan  yang lebih luhur yaitu: 

Dorongan untuk menaklukan dan menguasai alam 

Dorongan untuk membangun hidup bersama yang lebih baik 

Dorongan untuk memberikan sesuatu dari dirinya sendiri kepada orang lain Dorongan untuk membahagiakan orang lain (inilah yang kita sebut dengan  Cinta Kasih

Dalam hal-hal tersebut, manusia mampu mengekspresikan diri dengan kesadaran  jasmani dan rohani serta berbeda dari ciptaan allah yang lain. 

Allah menciptakan manusia, pria dan wanita. Pria dengan segala sifat dan bakatnya  lebih mencerminkan daya-cipta Allah. Sedangkan wanita dengan kelembutan,  keindahan dan kasih sayangnya, memancarkan daya cinta Allah. Hanya melalui  mereka berdua itulah Allah menciptakan mujizatNya yang paling indah yaitu hidup  yang baru. 

Mereka saling melengkapi, membahagiakan dan saling mencinta. Kehendak Allah  yang mencipta segala sesuatu dan baik adanya tercermin dalam Kitab Kejadian 1:26- 2:17.


22 Juli 2021

MATERI KELAS IX: BERAGAMA

 Agama adalah: 

v  Bentuk ungkapan nyata atas kepercayaan pada adanya Tuhan dan berperannya Tuhan dalam hidup seseorang.

Ungkapan ini berupa tata upacara dan ibadah bersama orang-orang seiman, sifatnya mengikat, punya Kitab Suci dan aturan-aturan.

v  Sistem kepercayaan kepada Allah yang mempunyai dasar Kitab Suci yang jelas serta mempunyai Panutan yang menjadi teladan hidup

v  Sikap dasar menusia yang seharusnya terhadap Tuhan pencipta dan PenebusNya

v  Bentuk-bentuk konkret lahiriah yang mengungkapkan hubungan dengan Allah yang tampak dalam jalannya aturan, upacara/ibadah, organisasi dan semuanya yang tampak sebagai gejala sosial

Alasan manusia menganut agama adalah:

1.   Untuk menemukan rasa aman ketika menghadapi kesulitan di dalam hidupnya.

2.  Untuk memperoleh arti hidup

3. Sebagai Pedoman dalam menentukan tindakan yang baik. 

Dalam beragama ternyata umat memiliki sikap yang berbeda-beda seperti: 

  1. Sikap Eksklusif yaitu:

v  Sikap yang memisahkan mereka yang beda agama (kelompok lain)dari kehidupannya

v  Tertutup dan tidak mau menerima perbedaan dari agama lain

v  Mendorong orang dan mengeluarkan yang beda agama dari kelompoknya

v  Dikatakan eksklusif karena sulit menerima perbedaan dari agama-agama lain

v  Sikap seperti ini bisa mengakibatkan sulit bergaul dan bekerja sama dengan umat lain yang berlainan agama

v  Sikap eksklusif menjadikan umat beragama saling berhadapan secara frontal (sebagai kawan dan lawan)

 

2.      Sikap Inklusif yaitu:

v  Memandang orang yang beda agama sebagai bagian dari kehidupannya (sebagai kawan dan sesama)

v  Memasukkan mereka yang lain agama dalam kelompoknya

v  Mau membuka diri terhadap agama lain dan mau memasukkan dirinya menjadi bagian dari kelompok lain

v  Bisa menjalin hubungan dengan umat yang berbeda agama

v  Dapat menerima dan menghormati perbedaan

v  Dapat bekerja sama dan hidup berdampingan dengan yang lain 

Dilingkungan masyarakat Indonesia, agama mempunyai arti penting. Untuk itu, sebagian besar penduduk Indonesia menganut salah satu agama tertentu. Disini Beragama menjadi kerinduan manusia untuk menggantungkan hidupnya kepada Tuhan. Agama menjadi sarana manusia untuk mengenal dan membangun hubungan denganNya. 

Masyarakat Indonesia dapat dikatakan sebagi masyarakat yang beragama, hal tersebut tampak dalam:

v  Bangunan tempat beribadah aneka agama diberbagai tempat yang dengan mudah dapat kita jumpai

v  Pada hari besar agama dapat dipastikan tempat-tempat ibadah tampak dipenuhi oleh umat yang merayakannya

v  Di daerah banyak dijumpai kegiatan keagamaan seperti pengajian, pendalaman iman, kabaktian dll yang dilaksanakan dengan semarak. dll 

Hal yang memprihatinkan dalam hidup beragama dewasa ini adalah merasa cukup dengan hanya menjalankan ibadah yang sifatnya lahiriah saja yang hanya menjalankan perintah dan kewajibannya saja seperti: rajin beribadat di Gereja, Masjid, Wihara dan Pura, sementara unsur penting dari Agama seperti Cinta Kasih tidak mendapat perhatian & penekanan yang serius. 

Hidup beragama tidak dapat dipisahkan dari pengalaman hidup sehari-hari. Sebab Kitab Suci dan seorang panutan harus menjadi pedoman hidup sehari-hari

Pada umumnya orang memeluk suatu agama, sesuai dengan agama yang dianut oleh orang tuanya, dengan kata lain agama itu diwariskan dari orang tua kepada anak-anaknya (Orang Beragama secara Tradisional). 

Orang beragama secara tradisional itu tidaklah salah, namun tidak mencukupi untuk dapat hidup sebagai orang beragama secara dewasa, karena orang beragama secara tradisional sering hanya disikapi secara tradisional pula yaitu: beragama karena diwariskan oleh orang tuanya tanpa rasa memiliki agama tersebut secara pribadi. 

Menjadi orang beragama secara dewasa artinya:

Walaupun agama yang dianutnya itu karena diwariskan dari orang tuanya/secara tradisional, tetapi disikapi sebagai agama pribadi yang dipilih dan diterimanya secara bertanggung jawab. 

Umat beragama yang dewasa, disamping memiliki sikap inklusif, juga mempunyai sikap iman yang matang dan mantap (artinya: memiliki ketahanan yang kuat, tidak mundur meninggalkan agamanya sekalipun mengahadapi dan mengalami kesulitan-kesulitan berat yg datang dari luar. 

Sikap hidup umat beragama yang dewasa menimbulkan:

v  Rasa syukur dan bahagia atas agama yang dipeluknya

v  Rasa bangga dan bahagia atas agama yang dianutnya

v  Menghargai umat yang berbeda agama sebagi teman peziarah menuju Tuhan 

Setiap agama mempunyai ajaran yang berbeda, tetapi semua agama pada hakikatnya mengajarkan tentang Tuhan dan kebaikan, oleh karena itu sebenarnya terdapat kesamaan tujuan yaitu “Mengabdi Tuhan”

Semua agama mengakui bahwa Tuhanlah satu-satunya pencipta, penyelamat dan yang mempersatukan kita semua. Kerja sama antar umat beragama berarti melaksanakan kehendak Tuhan tersebut. 

Dalam Gereja Katolik, Yesus adalah pedoman hidup & teladan. Orang katolik tidak melanjutkan Agama Yesus, tetapi meneladanNya dalam beriman kepada Allah dan ketaatanNya dalam beragama.

Yesus seorang beragama Yahudi yang taat, tetapi Ia juga menentang aturan-aturan Agama yang yang tidak menyelamatkan. Karena itu pola hidup beriman dan beragama itulah yang kta lanjutkan dalam hidup beragama. 

Gereja mengajarkan kepada kita bahwa Beragama atau menjadi umat Katolik tidak berarti merasa Agamanya itu paling benar dan paling sempurna serta menganggap agama lain tidak sempurna dan tidak baik. 

Gereja justru mengajarkan yaitu: “Dalam agama Katolik memang ada kesucian dan kebenaran namun sekaligus, Gereja juga mengakui bahwa dalam agama-agama lainpun terdapat ajaran yang benar, ajaran yang suci dan ada praktek-praktek kesalehan” (Nostra Aetate art 2) 

Oleh karena itu umat Katolik diharapkan menyadari bahwa dalam agama-agama lain juga terdapat kebenaran dan umat Katolik tidak merasa diri sebagi Umat Eksklusif, melainkan Umat Inklusif yang bisa menghargai dan menghormati umat beragama lain, dapat bergaul dan akhirnya dapat bekerja sama membangun masyarakat.



16 Juli 2021

MATERI KELAS XII: MAKNA HIDUP MANUSIA

 Makna Hidup Manusia

Apa tujuan hidup manusia?
Sesungguhnya Tuhan sendiri membimbing manusia untuk tujuan akhir hidupnya. Tuhan yang menciptakan kita menanamkan hati untuk kembali kepada-Nya, dari mana kita berasal dan kemana tujuan akhir tempat kita berpulang.
Semua manusia umumnya mencari kebahagiaan. Tuhan merupakan merupakan sumber kebahagiaan hidup kita ketika kita mengalami cobaan hidup.
Dalam Kitab Suci kita menemukan banyak pesan tentang makna hidup yang sangat bermakna. Yesus sendiri mengajarkan bahwa hidup kita sangan bermakna, sangat berharga apabila kita hidup sesuai kehendak Allah dengan demikian kita menjadi orang yang hidupnya penuh kebahagiaan (bdk Mat 5:3-12)
Tantangan dari “Sabda-Sabda Bahagia “ agar kita membuka hati bagi Allah dan memperkenankan-Nya mengubah hidup kita.
Tuhan Yesus memberikan kelegaan kepada mereka yang terpanggil untuk memasuki Kerajaan-Nya. Sekalipun hidup terasa sengsara, bernasib sial, dan tidak pernah nyaman akan dunia ini, namun sebagai pengikut Yesus yang sejati, kita akan berbahagia karena kasih Allah tidak terlepas dari awal sampai akhir.
Perlu kita sadari bahwa ketentraman hidup dunia adalah berkat dari Allah yang membuat kita bahagia namun penderitaan dunia juga adalah berkat yang membuat kita semakin bertumbuh.

Sabda Bahagia
Tak cukup tidak berdosa saja. Tuhan menghendaki supaya kita berbuat baik. Dengan berbuat baik, kita disebut ‘berbahagia’. Inilah Sabda Bahagaia itu (Mat 5:3-12):

1. Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah,karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
2. Berbahagialah orang yang berdukacita,karena mereka akan dihibur.
3. Berbahagialah orang yang lemah lembut,karena mereka akan memiliki bumi.
4. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kehendak Allah,karena mereka akan dipuaskan.
5. Berbahagialah orang yang berbelaskasihan,karena mereka akan beroleh belas kasihan.
6. Berbahagialah orang yang suci hatinya,karena mereka akan melihat Allah.
7. Berbahagialah orang yang membawa damai,karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
8. Berbahagialah orang yang dianiaya karena melakukan kehendak Allah,karena merekalah yang punya Kerajaan
Surga.
Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiayadan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.Bersukacita dan bergembiralah,karena upahmu besar di surga,bsebab demikian juga telah dinaiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.

Peneguhan:
1. Yesus mengajarkan bahwa hidup kita bermakna, sangat berharga apabila kita hidup sesuai dengan kehendak Allah, dengan demikian kita menjadi orang yang hidup penuh kebahagiaan (Matius 5:3-12)
2. Tantangan dari Sabda Bahagia adalah agar kita membuka hati bagi Allah dan memperkenankan-Nya mengubah hidup kita.
3. Tuhan Yesus memberikan kelegaan pada mereka yang terpanggil untuk memasuki kerajaan-Nya. Sekalipun hidup terasa sangat sengsara, bernasib sial, tidak nyaman dengan dunia ini, namun sebagai pengikut Yesus, kita akan berbahagia karena kasih Allah tidak pernah lepas dari awal sampai akhir.



15 Juli 2021

ALLAH ADALAH SUMBER KESELAMATAN SEJATI

Keselamatan adalah: Keadaan bebas dari penderitaan

Contoh: 

Perjanjian lama : janji keselamatan itu terwujud dalam Peristiwa pembebasan bangsa

Israel dari penindasan  Mesir

Perjanjian Baru: Janji keselamatan manusia terwujud dalam diri Yesus Kristus melaui

wafat dan kebangkitanNya

Sejak awal penciptaan, Allah menghendaki keselamatan bagi semua orang. Allah menyelamatkan manusia tanpa pandang bulu, karena dimata Allah semua manusia sama. Semua manuia diciptakan se-Citra dengan Dia

Setiap orang apapun agama & latar belakangnya, selalu merindukan keselamatan, dengan kata lain keselamatan adalah dambaan, harapan dan keinginan semua orang. 

Banyak orang pada akhirnya mencari dan menemukan “Agama”, karena pada hakikatnya agama itu memberikan jalan kearah keselamatan yaitu Tuhan sendiri.

Ketika orang tidak mampu lagi mengatasi kehidupan hanya dengan mengandalkan harta, gengsi, jabatan atau kekuasaannya sendiri, akhirnya manusia teringat akan Sang Pencipta dan menyerahkan seluruh hidup ini kepadaNya yaitu Tuhan.

Manusia membutuhkan agama yang mampu menghantarkan manusia bertemu dengan Tuhan yang menyelamatkan. Agama yang seperti itu dapat mendorong pengikutnya untuk ambil bagian dalam proses perubahan dirinya dan sosial seperti:

Dari situasi menderita menjadi ada kebahagiaan

Dari situasi konflik dan permusuhan menjadi ada perdamaian

Dari situasi kemiskinan menjadi kesejahteraan

Dari situasi saling curiga menjadi saling percaya

Dari situasi perpecahan menjadi ada situasi kerukunan dll

Dengan demikian, orang merasa perlu bersyukur karena Tuhan sungguh sumber keselamatan sehingga kita terpanggil untuk senantiasa menyandarkan diri kepadaNya.


Setiap agama mengajarkan bahwa Tuhan itu Maha Baik dan sumber keselamatan bagi manusia yang tampak pada contoh:

Situasi penderitaan, kemiskinan, perpecahan, perang dll, yang sekarang kita lihat atau mungkin dialami, bukanlah kehendak Allah semata, melainkan manusia sendirilah yang seringkali menyalahgunakan kebebasan yang dimilikinya yang pada akhirnya manusia sendiri yang merasakan dan menerima akibatnya

Manusia ternyata seringkali tidak menerima situasi penderitaan yang justru dibuatnya sendiri dan ketika manusia tidak mampu keluar dari situasi penderitaan itu, akhirnya manusia kembali memohon kepada Tuhan.

Setiap Agama mewrtakan Firman Allah dalam Kitab Sucinya masing-masing, yang mengajak manusia untuk bersyukur karena Tuhan telah menyelamatkan manusia.

Keselamatan setiap orang dikehendaki oleh Allah sendiri, sebagai tanda atau buktinya, tampak dalam hal:

Setiap saat Allah senantiasa menyapa manusia dengan KasihNya

Kehadiran Allah yang menyelamatkan terjadi dalam peristiwa hidup sehari-hari yang

serba biasa.

Alam yang indah diciptakan Allah bagi semua manusia

Keindahan dan keagungan alam ciptaan, adalah bukti kehadiran Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia tanpa kecuali

Allah menerbitkan matahari bagi orang jahat dan orang baik serta menurunkan hujan bagi orang benar dan orang yang tidak benar

Kasih Allah yang menyelamatkan ditujukan bagi semua orang dan semua Bangsa dll.

Berdasarkan Kasih Allah yang tidak mengenal batas itu, setiap orang dapat dijadikan sarana keselamatan bagi orang lain yaitu:

Dalam diri orang-orang yang selalu memperhatikan dan mengasihi kita

Melalui diri manusia itu sendiri

Melalui kasih dan perhatian seseorang pada diri kita

Melalui tindakan orang yang menolong kita saat kita membutuhkan bantuan karena dorongan Allah sendiri melalui orang tsb.


Sumber keselamatan tetaplah Allah sendiri, jika Kasih Allah yang menyelamatkan menjadi ukuran, maka sebenarnya tiap orang harus menjadikan dirinya sebagai sarana keselamatan dan mengasihi orang lain tanpa batas (Matius 5: 43-48).

Kehadiran Allah yang menyelamatkan pada umunya dipahami sebagai pewahyuan Allah. Dalam Iman Katolik, Peristiwa pewahyuan Allah mencapai puncaknya dalam kehadiran Yesus Kristus.

Yesus Kistus adalah wujud nyata kehadiran Cinta Kasih Allah bagi keselamatan manusia seperti yang terungkap dalam Kolose 1:15 “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,…”

Yesus Kristus adalah puncak kasih Allah. 

Kehadiran Yesus menjadi perwujudan kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia seperti yang terungkap dalam Kolose 1:19 “Barang siapa mengenal Yesus, ia mengenal Allah sendiri, dalam diri Yesus, seluruh kepenuhan Allah berkenan diam dann tinggal didalam Dia,..”

Pewahyuan Allah mengundang jawaban manusia, setiap orang diundang untuk mampu mengembangkan rasa syukur dan terima kasih atas karya keselamatan Allah pada dirinya.









14 Juli 2021

YESUS KRISTUS SEBAGAI PEMENUHAN JANJI ALLAH

 

  • Allah telah merencanakan keselamatan bagi manusia sejak semula yaitu sejak manusia pertama jatuh ke dalam dosa. Dosa manusia disebabkan oleh kesombongan manusia.

  • Karena Allah tidak ingin manusia dikuasai oleh belenggu dosa, ia lalu menjanjikan seorang juruselamat yg mampu membebaskan manusia. Janji Allah itu ditegaskan terus menerus melalui para nabi

  • Beberapa perikop kitab suci megungkapkan Janji Allah kepada manusia: setelah manusia Adam dan Hawa berdosa, Allah menjanjikan keselamatan (Kej, 3: 8- 15). Janji ini dibuat setelah manusia pertama jatuh ke dalam dosa. Allah menjanjikan bahwa dosa dan kejahatan manusia akan dimusnahkan dan manusia akan mendapatkan keselamatan.

  • Allah mengadakan perjanjian dengan:

  • Nuh (Kej 9:8- 17),

  • Abraham (Kej, 14:18-20; 15: 1-21; 17:1-27; 18: 1-15)

  • Musa (Kel, 3 :6-7)

  • Nabi Yesaya (Yes, 7:4)

  • Dan nabi nabi lain

  • Allah memenuhi janji-Nya. Allah tidak menghendaki  manusia jatuh dalam dosa. Janji Allah terpenuhi dalam diri Putra-Nya Yesus Kristus yg selama hidupnya selalu mewartakan keselamatan bagi semua orang. Yesus Kristus merupakan pemenuhan janji-janji Allah sendiri (lbr 1:1-4)

  • Menurut tradisi Khatolik, keturunan Hawa yg dimaksudkan dalam Kej 3:8-15 adalah St. Perawan Maria

  • Sebagai orang yg telah diselamatkan, Allah menghendaki agar setiap manusia memiliki semangat hidup yg baru, yg sesuai dengan kehendak-Nya, menanggalkan dosa dan mengarah pada keselamatan. 

  • Sampai sekarang kitapun masih menikmati janji Allah dalam diri Yesus Kristus yg menjadi semangat dan kekuatan hidup yg baru

  • Banyak alasan yg mendorong orang untuk membuat atau mengucapkan janji antara lain karena rasa simpati dan empati, cinta dan belas kasih, rasa tanggung jawab, ingin memperbaiki keadaan yg memprihatinkan, atau mau membahagiakan orang lain.

  • Bentuk-bentuk dari janji bisa bermacam-macam ada janji yg dibuat sendiri atau secara sepihak. Ada janji tertuis.

  • Janji dan memenuhi janji merupakan suatu kebajikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Orang yg berusaha memenuhi janjinya adalah orang yg setia kepada janjinya. Tidak semua manusia bisa setia pada janjinya. Ada banyak kendala dan masalah yg harus dihadapi dalam memenuhi suatu janji. Dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan.

  • Allah setia pada janjinya. “la yg memanggil kamu adalah setia, la juga akan menggenapinya” (lTes 5:24).

 



Materi Agama Katolik

SANTO AMBROSIUS, USKUP DAN PUJANGGA GEREJA

Santo Ambrosius, Uskup dan Pujangga Gereja Tanggal Pesta: 7 Desember Ambrosius lahir pada tahun 334 di Trier, Jerman dari sebuah keluarga Kr...