05 September 2021

AKU MEMILIKI KEMAMPUAN

Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak mempunyai kemampuan, sebab pada saat Allah menciptakannya, Ia sudah membekali manusia dengan berbagai kemampuan, walaupun kemampuan yang diberikan berbeda satu dengan yang lain. Tugas manusia adala bertanya, mencari dan menemukan dalam dirinya kemampuan-kemampuan itu.

Ada kemampuan yang sifatnya umum dimiliki semua orang, ada yang sifatnya khusus. Semua orang dapat berlari, tetapi ada yang dapat cepat sehingga dapat meraih sukses lewat kemampuan berlarinya itu, ada yang biasa-biasa saja. Banyak  orang dapat berbicara, tetapi ada yang beruntung dengan kemampuan bicaranya menghasilkan banyak uang, ada yang sennag membicarakan orang lain ada yang bicara seperlunya. 

Kemampuan yang telah dianugerahkan Tuhan itu perlu dilatih dan dikembangkan, agar lebih bermanfaat, tidak dapat langsung terampil tanpa berlatih. 

Kita adalah manusia yang diciptakan Allah menurut CitraNya, yang terdiri dari tubuh dan jiwa serta dilengkapi dengan berbagai macam anugerah.

Sebagai manusia, kita memiliki sifat kemanusiaan yang sama yaitu:

  • Kita dianugerahi tubuh dan jiwa
  • Memiliki banyak kemampuan untuk belajar dengan indra dan akal budi
  • Mengalami sesuatu dengan perasaan dll 

Daya kemampuan yang dimiliki manusia merupakan bahan dasar yang diberikan Allah kepada kita untuk mengembangkan kecitraan dan kepribadian kita.

Dilain pihak, allah menciptakan kita masing-masingsecara unik dan khas, serta tidak tergantikan oleh siapapun. 

Kita serupa tetapi tidak sama, baik dari segi kepribadian, fisik, mental, kecerdasan, intelektual maupun social. Kita tidak dapat menyamakan diri dengan orang lain, dan sebaliknya, apapun bakat dan kemampuan kita, kita harus saling menghargai dan menghormati keunikan dan kekhasan masing-masing. 

Tugas kita adalah mengembangkan talenta-talenta pemberian Tuhan itu semaksimal mungkin, untuk meningkatkan keluhuran kemanusiaan kita dan demi pengembangan sesama. 

Untuk semakin memahami kemampuan kita, sebaiknya kita mengerti dulu gambaran kita melalui aspek-aspek sebagai berikut:

  1. KEPRIBADIAN adalah: Pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang baik jasmani, mental, rohani, emosional maupun sosial yang terwujud dalam tingkah laku baik atau buruk sesuai dengan usahanya untuk menjadi manusia sebagaimana dikehendakinya.
  2. JASMANI /FISIK adalah: segala sesuatu yang berhubungan dengan fisik yaitu seluruh anggota tubuh kita seperti: bentuk wajah, ukuran tubuh, tinggi badan, warna kulit, jenis rambut dll
  3. SIFAT DIRI adalah: sifat yang ada didalam diri kita yang merupakan hasil dari pengalaman-pengalaman masa lampau yang berhubungan dengan orang lain baik dalam keluarga (orang tua, saudara, pembantu dll) masyarakat dan sekolah.

Sifat diri terbagi menjadi 2 yaitu:

·    Sifat Positif: sifat-sifat diri yang dapat membangun /menciptakan relasi/hubungan yang baik dengan orang lain seperti: Setia kawan, Jujur, Rendah hati, Sabar, Sederhana, Ceria dll

·       Sifat Negatif: sifat-sifat diri yang dapat merusak hubungan atau relasi dengan orang lain seperti: Pemarah. Egois, Pembohong, Pendendam, Pemalas dll.

  1. BAKAT adalah: kemampuan bawaan (potensi) yang masih perlu dikembangkan dan dilatih. Bakat memungkinkan seseorang berprestasi jika dikembangkan dengan baik serta didukung dengan pengetahuan, latihan, pengalaman, dan motivasi diri.
  2. KEMAMPUAN adalah: daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Bakat yang dilatih dan dikembangkan akan menjadi suatu kemampuan.
  3. MINAT adalah: tingkat kesenangan terhadap sesuatu, benda, atau jenis kegiatan atau jenis pekerjaaan tertentu.
  4. CITA-CITA adalah: upaya manusia mengarahkan dirinya dimasa depan atau usaha untuk member makna, arti pribadi atas kegiatan, latihan, belajar, minat sehingga dapat menemukan apa peran sosialku bagi masyarakat.

Untuk menentukan cita-cita, kita harus menggali bakat (potensi diri) dan kemampuan, kepribadian dan keadaan fisik atau jasmani yang kita miliki. Dalam kesemuanya itu kita mengenal betapa anugerah Allah itu begitu agung dalam hidup kita. 

Sebagai remaja kita sering mengalami kesulitan untuk mengetahui dan menyadari kemampuan yang kita miliki, hal tersebut disebabkan oleh banyak faktor, baik dari diri sendiri maupun dari luar contoh:

  1. Dari dalam diri sendiri

·         Banyak remaja yang belum berupaya untuk menemukan kemampuan yang dimilikinya

·         Malas untuk mengembangkan kemampuannya

·         Tidak percaya diri bahwa dirinya memiliki kemampuan

  1. Dari luar dirinya

·         Pengaruh pola pendidikan dalam keluarganya

·         Kurang diberi kesempatan untuk berkembang dan meng aktualisasikan dirinya

·         Mudah terpengaruh oleh lingkungan

·         Kurangnya fasilitas yang tersedia untuk mengembangkan kemampuan yang telah dimilikinya dll 

Kurangnya pengetahuan akan kemampuan serta kesempatan untuk mengaktualisasikan diri berdasarkan kemampuan yang kita miliki dapat menimbulkan kebingungan dan sikap iri terhadap kemampuan orang lain. Remaja dapat menjadi bingung dan selalu mencari-cari sehingga ia tidak mampu membangun arah hidup dan kegiatannya secara terarah  dan terencana.

Iman Kristiani secara tegas mengatakan bahwa Allah telah memberikan kepada setiap pribadi kemampuan-kemampuan khusus atau talenta secara berbeda satu dengan yang lain. Hal inilah yang menyebabkan setiap orang menjadi pribadi yang unik. 

Dalam Matius 25: 14-30, diungkapkan bahwa semua manusia dipanggil untuk menentukan kemampuan atau talentanya masing-masing serta mengembangkan nya sehingga menghasilkan buah-buah yang berguna, tidak hanya untukdirinya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan bersama.

Bahkan secara tegas dalam Injil Matius 25: 14-30, juga terungkap bahwa Allah akan meminta setiap orang untuk mempertanggungjawabkan talenta yang telah diberikan untuk kemudian hari.

Dalam Perumpaman tentang Talenta (Matius 25: 14-30) digambarkan dua sikap manusia terhadap Talenta tersebut yaitu:

  1. Bersikap Bertanggung jawab dan mengembangkan talenta tersebut sehingga menghasilkan buah. Perlakuan Tuhan terhadap orang yang bersikap demikian adalah, Tuhan Allah mengajak mereka berbahagia bersamaNya.
  2. Bersikap tidak berbuat apa-apa, sehingga tidak menghasilkan apa-apa

Sikap Allah terhadap orang yang bersikap tidak bertanggung jawab dan tidak mengembangkannya adalah Tuhan merasa sedih dan terpaksa mengambilnya kembali karena talenta yang dikaruniakannya tidak menghasilkan buah apa-apa. 

Cara yang dapat kita lakukan untuk mengembangkan Kemampuan atau Talenta adalah:

  1. Melatih diri terus menerus tanpa takut salah atau gagal
  2. Masuk dalam organisasi bersama orang-orang yang memiliki bakat dan minat yang sama
  3. Belajar dan mau bertanya pada orang yang lebih berpengalaman 

Karena Talenta atau kemampuan yang dimiliki setiap orang berbeda-beda, maka Allah menghendaki agar setiap orang bekerja sama dan saling melengkapi satu dengan yang lain. 

Talenta atau Kemampuan tidak harus selalu diartikan sebagai bakat seperti: Main music, Bernyanyi, Menari, dll,melainkan dapat juga diartikan sebagai kemampuan khusus atau sifat-sifat baik yang apabila kita gunakan kita mampu mengembangkan diri, menjadi pribadi yang utuh serta dapat melayani sesama.

 

 


TUGASKU SEBAGAI CITRA ALLAH


Dalam kitab Suci, tidak hanya dikatakan bahwa manusia diciptakan sebagai Citra Allah saja,tetap juga ditegaskan mengenai tugas dan panggilan manusia sebagai Citra Allah. 

Dalam Kitab Kejadian 1:26-30, ditegaskan bahwa manusia sebagai Citra Allah dipanggil untuk:

·  Beranak cucu dan bertambah banyak

·  Memenuhi bumi dan menaklukkannya

·  Berkuasa atas makhluk ciptaan Allah yang lainnya 

Tugas dan panggilan manusia sebagai Citra Allah yang agung perlu ditempatkan dalam konteks “Karya Keselamatan Allah” yang dikehendaki oleh allah sendiri yaitu: Keselamatan manusia berkaitan erat dan sangat ditentukan oleh sikap manusia itu sendiri terhadap ciptaan yang lainnya, ini berarti bahwa manusia tidak dapat bersikap sewenang-wenang atas kuasa dan panggilan Allah tersebut.

Dalam kitab Kejadian 1:26-30, secara lebih mendasar ditegaskan bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan oleh Allah dikuasakan pengelolaannya kepada manusia sebagai Citra Allah.Manusia diberi kuasa untuk mengelola alam beserta isinya, 

Maka alam beserta isinya harus:

·         Dipelihara

·         Ditumbuh kembangkan

·         Dimanfaatkan

Sedemikan rupa demi kehidupan dan kesejahteraan manusia seluruhnya baik secara pribadi, maupun bersama. 

Dalam Kitab Kejadian 1:26-28, ditegaskan pula bahwa kuasa manusia atas alam beserta isinya berasal dari Allah, ini berarti bahwa manusia tidak mempunyai kuasa mutlak atas alam ini.

Mengusai alam bukan berarti bahwa manusia boleh bertindak sewenang-wenang terhadap alam beserta isinya, melainkan kuasa yang diberikan Allah itu adalah kuasa untuk mengelola alam beserta isinya berdasarkan kehendak Allah sendiri.

Kuasa yang diberikan Allah kepada manusia sifatnya terbatas, ini berarti bahwa manusia tidak dapat menjalankan sesuatu melebihi kekuasaan Allah sendiri dan kuasa itu perlu dijalankan secara bijaksana demi kemuliaaan Allah serta demi kebahagiaan manusia sendiri. 

Manusia harus menjalankan panggilannya sebagai Citra Allah sesuai dengan kehendak allah yang harus ditampakkan pada kesadaran akan hal-hal berikut yaitu:

·   Segala sesuatu berasal dan diciptakan allah serta terarah pada penciptaNya

·  Tiap makhluk mempunyai kelebihan dan kesempurnaannya sendiri

·  Semua makhluk ciptaan Allah mempunyai ketergantungan antara satu dengan yang lain dan 

    saling melengkapi. 

Sikap yang perlu dikembangkan dalam menjalankan panggilan manusia sebagai Citra Allah adalah:

Sikap bertanggung jawab dan berusaha untuk menampilkan keCitraan Alah sendiri sebagai pencipta dan pemelihara melalui kata-kata, sikap dan perbuatan sehari-hari, bukan kata-kata, sikap dan perbuatan yang menguasai dan menghancurkan orang lain. 

Tugas manusia adalah adalah mewujudkan keutuhan ciptaan Allah yang baik adanya. Tugas tersebut meliputi 4 hal yaitu:

  1. Membuka diri terhadap Allah
  2. Membangun solidaritas dengan sesama
  3. Mengolah dan memelihara dunia-alam semesta
  4. Membangun diri sendiri 

Dalam pokok-pokok itu manusia sebagi Citra Allah menjadi partner Allah dan bersama-sama Allah bertanggung jawab atas hidup baru yang diserahkan Allah kepada mereka.

Dalam kehidupan sehari-hari, ternyata banyak situasi yang menunjukkan tindakan manusia yang tidak atau belum mencerminkan panggilan manusia sebagai Citra Allah. 

Faktor penyebab yang utama adalah: egoisme dan keserakahan manusia serta sikap tidak peduli terhadap dirinya sendiri ataupun orang lain. 

Adapun contoh sikap atau tindakan manusia yang tidak menunjukkan dirinya sebagai Citra Allah terhadap:

  • Diri Sendiri               : Malas, Sombong, Egois, Iri, Dengki dll
  • Alam/Lingkungan    : Pembakaran hutan, pencemaran lingkungan/polusi, Merusak alam &                                                      lingkungan,   pembuangan limbah  membuang sampah sembarangan dll
  • Orang lain/sesama   : Perkelahian, tawuran, membunuh , mencuri, berbohong, melakukan tindakan                                               kriminal dll                 
  • Tuhan                        : Jarang berdoa, menyembah berhala, tidak menjalankan ibadah sesuai dengan                                        agama yang diyakininya, menyebut nama Tuhan dengan sembarangan dll

 

 

 



AKU CITRA ALLAH YANG UNIK


Pengertian kata “Citra”

v  Kata “Citra” dapat diartikan sebagai gambaran (image) yang menunjuk pada identitas atau ciri seseorang atau kelompok.

v  Kata “Citra” biasanya juga dikaitkan dengan suatu nilai yang dianggap ideal dan baik, dan umumnya terkait erat dengan tindakan, sifat atau karakter seseorang.

v  Istilah “Citra” juga mempunyai makna keserupaan, gambaran atau kemiripan antara seseorang atau kelompok yang dicitrakannya.

v  Istilah “Citra” merupakan perpaduan arti dari kata-kata “Gambar” dan “Rupa” 

Allah menciptakan segala sesuatu, termasuk manusia baik adanya. Manusia menjadi ciptaan yang termulia dari segala makhluk hidup. Dunia beserta isinya diserahkan kepada manusia. Karena akal-budinya, manusia tidak hanya mampu mempertahankan hidupnya dan mempertahankan jenisnya, tetapi juga mampu memperkembangkan dan dan meningkatkan mutu hidupnya. 

Manusia tidak hanya mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tetapi dapat mengolah dan mengatur, merubah dan menguasai lingkungannya, serta menguasai dan memanfaatkan ciptaan-ciptaan lainnya.

Dalam hal inilah manusia merupakan “ Citra Allah”. 

Kata “Citra Allah” terungkap dalam Kitab Kejadian. Kisah penciptaan manusia dalam Kitab Kejadian memakai 2 iastilah yang saling melengkapi dan saling memperbaiki yaitu:

v  Istilah “GAMBAR (Bahasa Ibrani: Salem)

v  Istilah “RUPA        (Bahasa Ibrani: Demuth) 

Manusia Sebagai Citra Allah, merupakan pengakuan yang paling dasar bagi manusia di hadapan Allah, adapun beberapa hal yang akan di bahasa mengenai Manusia sebagai Citra Allah antara lain :

Setiap manusia itu unik, tak ada satu orang pun yang mempunyai kesamaan dengan orang lain, bahkan manusia kembar sekalipun selalu mempunyai perbedaan. Keunikan itu dapat diamati dari beberapa hal antara lain:

·         Fisik

·         Psikis

·         Bakat/kemampuan

·         Pengalaman-pengalaman yang dimilikinya dll 

Keunikan diri merupakan anugerah yang menjadikan diri seseorang berbeda dan dapat dikenal serta diperlakukan secara khusus juga. Akan menjadi sulit dibayangkan bila semua manusia sama dalam segala hal. 

Dalam menghadapi keunikan diri sering ditemukan 2 (dua) sikap yaitu: 

v  Sikap positif

·         akan menerima keunikan sebagai anugerah

·         bangga bahwa dirinya berbeda

·         bersyukur bahwa apapun yang ada pada dirinya merupakan pemberian Tuhan yang baik adanya

·         percaya diri dan tidak merasa minder

·         selalu berusaha menjadi diri sendiri

·         memiliki harga diri

·         hidup tenang dan mampu bergaul dengan siapa saja 

v  Sikap Negatif

·         tidak puas terhadap dirinya

·         kurang menerima keunikan diri

·         melakukan tindakan yang melawan kehendak Tuhan

·         melakukan tindakan apapun demi menutupi kekurangan diri (operasi plastik)

·         sering beranggapan seolah penampilan luar lebih penting 

Dalam kisah enciptaan diungkapkan bahwa Manusia diciptakan sebagai “Citra Allah” artinya: Manusia diciptakan Allah menurut Gambar dan Rupa Allah sendiri (Kejadian 1: 26-27).Kata “segambar “ dan “serupa” sekaligus melukiskan secara tepat bahwa manusia dan Allah berbeda. 

Sejauh terluliskan dalam Kitab Suci, istilah “Citra Allah” itu hanya dikatakan pada manusia, dan tidak dikenakan kepada ciptaan Tuhan lainnya. Hanya manusialah yang disebut “Citra Allah”. 

Karena manusia diciptakan sebagai “Citra Allah”, manusia memiliki martabat sebagai pribadi artinya adalah:

v  Manusia bukan hanya sesuatu, melainkan seseorang

v  Manusia mengenal dirinya sendiri dan menjadi tuan atas  dirinya sendiri.

v  Manusia mengabdikan diri dalam kebebasan dan hidup dalam kebersamaan dengan orang lain

v  Manusia dipanggil untuk membangun relasi dengan Allah, PenciptaNya. 

Sebagai citra Allah, manusia sepantasnya memancarkan diri Allah maka:

·   Kalau Allah Maharahim, manusia pun harus penuh pengampunan

·   Kalau Allah Mahabaik maka manusia pun harus bermurah hati 

Sebagai “Citra Allah”, Allah telah memberikan karunia khusus berupa:

v  Akal budi

v  Kebebasan

v  Hatu Nurani

Karunia atau kemampuan-kemampuan dasar itulah yang membedakan antara manusia dan ciptaan Tuhan lainnya. Manusia adalah ciptaan Allah yang bermartabat luhur, siapapun orangnya, ia adalah Citra Allah, yang serupa dan segambar dengan Allah dan ia menjadi wakil Allah di dunia ini.





27 Agustus 2021

GEREJA SEBAGAI UMAT ALLAH



A.    Arti dan Makna Gereja sebagai Umat Allah
Istilah “Umat Allah” sudah digunakan dalam Perjanjian Lama yang kemudian dimunculkan dan dihidupkan kembali oleh Konsili Vatikan II setelah sekian lama Gereja menjadi terlalu hierarkis; didominasi oleh kaum rohaniwan dan awam yang adalah mayoritas dalam Gereja agak terdesak ke pinggir. Dengan paham Gereja sebagai Umat Allah, diakui kembali kesamaan martabat dan peranan semua anggota Gereja. Semua anggota Gereja memiliki martabat yang sama, hanya berbeda dalam hal fungsi.
Menurut Minear, umat Allah adalah umat yang kepadanya Allah mengutus Anak-Nya sebagai Penyelamat dan Raja. Umat Allah tidak lepas dari kelahiran Yesus atau PelayananNya, dan dari pesta Perjamuan Kudus atau Kebangkitan atau bahkan keturunan Roh pada hari Pentakosta.[5] Tetapi juga harus diingat bahwa Umat Allah juga tidak bisa lepas dari perjanjian yang mana aktivitas Allah dalam zaman Abraham dan Musa. Kenyataan ini, tentu tidak mengecualikan realitas pemilihan atau mengurangi makna yang abadi.
Dalam pemahaman ini, Tom Jacobs lebih menyetujui Ekaristi sebagai artian Gereja[6] khususnya dalam artian “umat Allah” atau dengan perjamuan Ekaristi, terbentuklah jemaat. Perayaan ekaristi tertuju pada pembentukan jemaat hal itu jelas dalam 1 Kor 11:22. Bagi paulus, Jemaat Allah sama artinya dengan umat Allah, tetapi dalam kata Yunani, “Umat (Laos) Allah” tidak tepatnya sama dengan “Jemaat (Ekklesia) Allah” dan yang sangat menyolok, “umat Allah yang dipakai oleh Paulus, hanya dipakai untuk kutipan-kutipan Perjanjian Lama
Geraja sebagai Umat Allah memiliki ciri khasnya yakni:
1.      Umat Allah merupakan suatu pilihan dan panggilan dari Allah sendiri. Umat Allah adalah bangsa terpilih, bangsa terpanggil.
2.      Umat Allah dipanggil dan dipilih untuk Allah dan untuk misi tertentu, yaitu menyelamatkan dunia.
3.      Hubungan antara Allah dan umatNya dimeteraikan olehsuatu perjanjian. Umat harus menaati perintah-perintah Allah dan Allah akan selalu menepati janji-janjiNya.
4.      Umat Allah selalu dalam perjalanan melewati padang pasir menuju Tanah Terjanji.
Dalam Perjanjian Baru, Gereja merupakan satu Umat Allah yang sehati sejiwa, seperti yang ditunjukkan oleh Umat Purba.[7] Gereja harus merupakan seluruh umat, bukan hanya hierarki saja dan awam seolah-olah hanya merupakan tambahan, pendengar dan pelaksana. Singkatnya: Gereja hendaknya MENGUMAT.

B.     Dasar dan Konsekuensi Gereja yang Mengumat
1.      Dasar dari Gereja yang Mengumat
Setiap orang dipanggil untuk melibatkan diri secara penuh dalam kehidupan Umat Allah atau MENGUMAT. Mengapa harus demikian?
a.       Hidup  mengumat pada dasarnya merupakan hakikat dari Gereja itu sendiri, sebab hakekat Gereja adalahpersaudaraan cinta kasih seperti yang dicerminkan oleh hidup Umat Purba.[8]
b.      Dalam hidup mengumat banyak karisma dan rupa-rupa karunia dapat dilihat, diterima dan digunakan bagi kekayaan seluruh Gereja. Hidup Gereja yang terlalu menampilkan segi organisatoris dan structural dapat mematikan banyak karisma dan karunia yang muncul dari bawah.[9]
c.       Dalam hidup mengumat, semua orang yang merasamenghayati martabat yang sama akan bertanggungjawab secara aktif dalam fungsinya masing-masing untuk membangun Gereja dan memberi kesaksian kepada dunia.[10]

2.      Konsekuensi dari Gereja yang Mengumat
a.      Konsekuensi bagi Pimpinan Gereja (Hierarki)
·         Menyadari fungsi pimpinan sebagai fungsi pelayanan. Pimpinan bukan di atas umat, tetapi di tengah umat.
·         Harus peka untuk melihat dan mendengar karisma dan karunia-karunia yang bertumbuh di kalangan umat.

b.      Konsekuensi bagi setiap Anggota Umat
·         Menyadari dan menghayati persatuannya dengan umat lain. Orang tak dapat menghayati kehidupan imannya secara individu saja.
·         Aktif dalam kehidupan mengumat, menggunakan segala karisma, karunia dan fungsi yang dipercayakan kepadanya untuk kepentingan dan misi Gereja di tengah masyarakat. Semua bertanggung jawab dalam hidup dan misi Gereja.

c.       Konsekuensi bagi Hubungan Awam dan Hierarki
·         Paham Gereja sebagai Umat Allah jelas membawa konsekuensi dalam hubungan antara hierarki dan kaum awam. Kaum awam bukan lagi pelengkap penyerta, melainkan partner hierarki.
·         Awam dan hierarki memiliki martabat yang sama, hanyaberbeda dalam hal fungsi.


04 Agustus 2021

AKU CITRA ALLAH YANG UNIK

 Pengertian kata “Citra” 

Kata “Citra” dapat diartikan sebagai gambaran (image) yang menunjuk pada  identitas atau ciri seseorang atau kelompok. 

Kata “Citra” biasanya juga dikaitkan dengan suatu nilai yang dianggap ideal  dan baik, dan umumnya terkait erat dengan tindakan, sifat atau karakter  seseorang. 

Istilah “Citra” juga mempunyai makna keserupaan, gambaran atau kemiripan  antara seseorang atau kelompok yang dicitrakannya. 

Istilah “Citra” merupakan perpaduan arti dari kata-kata “Gambar” dan “Rupa” 

Allah menciptakan segala sesuatu, termasuk manusia baik adanya. Manusia menjadi  ciptaan yang termulia dari segala makhluk hidup. Dunia beserta isinya diserahkan  kepada manusia. Karena akal-budinya, manusia tidak hanya mampu  mempertahankan hidupnya dan mempertahankan jenisnya, tetapi juga mampu  memperkembangkan dan dan meningkatkan mutu hidupnya. 

Manusia tidak hanya mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tetapi dapat  mengolah dan mengatur, merubah dan menguasai lingkungannya, serta menguasai  dan memanfaatkan ciptaan-ciptaan lainnya.  

Dalam hal inilah manusia merupakan “ Citra Allah”.  

Kata “Citra Allah” terungkap dalam Kitab Kejadian. Kisah penciptaan manusia dalam  Kitab Kejadian memakai 2 iastilah yang saling melengkapi dan saling memperbaiki  yaitu: 

Istilah “GAMBAR” (Bahasa Ibrani: Salem

Istilah “RUPA” (Bahasa Ibrani: Demuth

Manusia diciptakan sebagai “Citra Allah” artinya: Manusia diciptakan Allah  menurut Gambar dan Rupa Allah sendiri (Kejadian 1: 26-27). 

Kata “segambar “ dan “serupa” sekaligus melukiskan secara tepat bahwa manusia  dan Allah berbeda.. 

Sejauh terluliskan dalam Kitab Suci, istilah “Citra Allah” itu hanya dikatakan pada  manusia, dan tidak dikenakan kepada ciptaan Tuhan lainnya. Hanya manusialah  yang disebut “Citra Allah”. 

Karena manusia diciptakan sebagai “Citra Allah”, manusia memiliki martabat  sebagai pribadi artinya adalah: 

Manusia bukan hanya sesuatu, melainkan seseorang 

Manusia mengenal dirinya sendiri dan menjadi tuan atas dirinya sendiri. Manusia mengabdikan diri dalam kebebasan dan hidup dalam kebersamaan  dengan orang lain 

Manusia dipanggil untuk membangun relasi dengan Allah, PenciptaNya.

Manusia diciptakan sebagai “Citra Allah” mempunyai arti yang mendalam yaitu: Allah menciptakan manusia seperti Dia sehingga dapat berdialog dengan Dia 

Manusia dijadikan partner, sahabat dab rekan kerja Allah didunia yang dapat  disapa dan menjawab. 

Manusia direncanakan untuk terus berhubungan dan bersatu dengan Allah,  sehingga seluruh umat manusia mempunyai tujuan yang sama yaitu: Bersatu  dengan Allah” 

Sebagai “Citra Allah”, Allah telah memberikan karunia khusus berupa: Akal budi 

Kebebasan 

Hatu Nurani 

Karunia atau kemampuan-kemampuan dasar itulah yang membedakan antara  manusia dan ciptaan Tuhan lainnya. 

Manusia adalah ciptaan Allah yang bermartabat luhur, siapapun orangnya, ia adalah  Citra Allah, yang serupa dan segambar dengan Allah dan ia menjadi wakil Allah  didunia ini. 

Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang bersifat rohani-jasmani. Maka tujuan  hidup manusia tidak hanya terbatas pada kebutuhab hu\idup materiil atau biologis  saja, melainkan terarah kepada yang lebih luhur dan mulia yaitu Kesempurnaan,  keindahan dan kebahagiaan. 

Sebagai makhluk yang berakal budi, manusia tidak hanya mempunyai dorongan dorongan dasar seperti makhluk-makhluk lainnya, tetapi juga mempunyai dorongan  yang lebih luhur yaitu: 

Dorongan untuk menaklukan dan menguasai alam 

Dorongan untuk membangun hidup bersama yang lebih baik 

Dorongan untuk memberikan sesuatu dari dirinya sendiri kepada orang lain Dorongan untuk membahagiakan orang lain (inilah yang kita sebut dengan  Cinta Kasih

Dalam hal-hal tersebut, manusia mampu mengekspresikan diri dengan kesadaran  jasmani dan rohani serta berbeda dari ciptaan allah yang lain. 

Allah menciptakan manusia, pria dan wanita. Pria dengan segala sifat dan bakatnya  lebih mencerminkan daya-cipta Allah. Sedangkan wanita dengan kelembutan,  keindahan dan kasih sayangnya, memancarkan daya cinta Allah. Hanya melalui  mereka berdua itulah Allah menciptakan mujizatNya yang paling indah yaitu hidup  yang baru. 

Mereka saling melengkapi, membahagiakan dan saling mencinta. Kehendak Allah  yang mencipta segala sesuatu dan baik adanya tercermin dalam Kitab Kejadian 1:26- 2:17.


Materi Agama Katolik

SANTO AMBROSIUS, USKUP DAN PUJANGGA GEREJA

Santo Ambrosius, Uskup dan Pujangga Gereja Tanggal Pesta: 7 Desember Ambrosius lahir pada tahun 334 di Trier, Jerman dari sebuah keluarga Kr...