25 November 2021

KISI-KISI PAS AGAMA KATOLIK KELAS VIII SEMESTER GANJIL 2021

 

KISI-KISI PAS GANJIL 2021

KELAS VIII

SMP MARIE JOSEPH – KELAPA GADING

========================================================================

  1. Alasan Allah mengungkapkan janji-Nya kepada manusia berdasarkan Kejadian 3:1-15
  2. Arti yang terkandung dalam janji Allah berdasarkan Kejadian 3: 8-15.
  3. Bunyi ayat dalam Yesaya  7: 10-14 tentang Janji Allah untuk keselamatan manusia.
  4. Terwujudnya janji Allah  agar manusia tidak hancur dalam kuasa dosa berdasarkan Ibrani 1: 1-4
  5.  Alasan-alasan  yang biasanya mendorong seseorang untuk membuat atau mengucapkan janji.
  6. Akibat  adanya pengingkaran terhadap janji.
  7. Alasan Allah memenuhi janji-Nya kepada manusia.
  8. Salah satu ciri ke-Allahan Yesus.
  9. Dimensi kemanusiaan Yesus dari peristiwa hidup Yesus sendiri.
  10. Tindakan Yesus yang menunjukkan kasih Allah.
  11. Makna memahami Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia.
  12. Metode yang dipakai oleh Yesus dalam mewartakan Kerajaan Allah
  13. Pengertian Kerajaan Allah
  14. Salah satu  perumpamaan Yesus dalam pewartaan Yesus  Injil Kerajaan Allah
  15. Tujuan Yesus menggunakan perumpamaan dalam pewartaan-Nya
  16. Pengertian perumpamaan
  17. Perumpamaan Yesus yang isinya tentang hal Kerajaan Allah
  18. Tokoh-tokoh yang ada dalam perumpamaan tentang talenta menurut Matius 25: 14-30.
  19. Bentuk-bentuk  pewartaan Yesus melalui tindakan.
  20. Contoh pewartaan dalam bentuk kesaksian hidup.
  21. Sikap yang tepat dalam menanggapi Kerajaan Allah
  22. Maksud dan tujuan Yesus memanggil murid-murid pertama
  23. Profesi sebagian besar murid yang dipilih Yesus untuk menjadi rasul-Nya .
  24. Arti dari Sikap seseorang yang dipanggil Yesus dengan menjawab: “Izinkanlah aku menguburkan bapaku!”
  25. Makna memikul salib bagi seorang pelajar dalam kehidupan sehari-hari.
  26. Ucapan Yesus ketika menjumpai Simon menurut Yohanes 1: 35-52.
  27. Makna dari Ungkapan Yesus “Aku mengutus kamu seperti anak domba ketengah-tengah serigala”, menurut Lukas 10:1-12, 17-20.
  28. Jaminan yang dijanjikan oleh Yesus bagi para murid yang telah melaksanakan tugas pewartaan Injil menurut Lukas 10:1-12
  29. Orang-orang yang diutus Yesus untuk meneruskan Gereja Kudus yang didirikan-Nya.
  30. Manfaat dari persekutuan murid Kristus.
  31. Unsur-unsur yang mempersatukan murid-murid Kristus.
  32. Perhentian ke 12 dalam ibadat Jalan Salib.
  33. Sikap Yesus dalam menghadapi penderitaan.
  34. Perayaan Gereja memperingati peristiwa kebangkitan Yesus
  35. Peristiwa hidup Yesus sebagai penyerahan diri total kepada kehendak Allah sendiri.
  36. Peristiwa hidup Yesus sebagai bukti bahwa Allah membenarkan semua tindakan dan perkataan Yesus. 
  37. Konsekwensi tindakan Yesus bagi penyelamatan umat manusia.
  38. Salah satu ciri orang yang dijiwai oleh semangat kebangkitan
  39. Seorang murid yang pertama kali mengetahui kebangkitan Yesus  menurut Matius 28:1-10
  40. Arti atau makna perjuangan Yesus hingga wafat di kayu salib.
  41. Syarat-syarat (petunjuk) bagi 70 murid yang diutus berdua-dua berdasarkan Lukas 10:1-12.
  42. Ciri-ciri hidup jemaat Kristen perdana menurut Kisah Para Rasul 2: 41-47.
  43. Ciri-ciri Yesus sebagai Allah dan ciri-ciri  Yesus sebagai manusia menurut Kitab Suci.
  44. Bukti-bukti  kebangkitan Yesus.
  45. Murid Yesus yang tidak percaya kebangkitan Yesus, namun akhirnya percaya.




18 November 2021

MATERI KELAS XII: KEBERAGAMAN SEBAGAI REALITAS KEHIDUPAN MANUSIA

 Masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia pada umumnya adalah komunitas yang beragam, penuh dengan perbedaan, sehingga kita harus dapat bersikap arif dalam menyikapi perbedaan yang ada agar tidak berujung pada sebuah konflik. Ada beberapa teori konflik yang menjelaskan penyebab terjadinya konflik di tengah masyarakat antara lain: Teori hubungan masyarakat; berpandangan bahwa konflik yang sering muncul ditengah masyarakat disebabkan polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda, perbedaan bisa dilatarbelakangi sara bahkan pilihan ideologi politiknya. Teori identitas; berpandangan bahwa konflik yang mengeras di masyarakat tidak lain disebabkan identitas yang terancam yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan masa lalu yang tidak terselesaikan. Teori kesalahpahaman antarbudaya;berpandangan bahwa konflik disebabkan ketidakcocokan dalam cara-cara berkomunikasi di antara budaya yang berbeda. Teori transformasi yang memfokuskan pada penyebab terjadi konflik berpandangan bahwa ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial budaya dan ekonomi. Intinya, manusia yang beradap harus bersikap terbuka dalam melihat semua perbedaan dalam keragaman yang ada dan menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan agar keragaman menjadi aset kekayaan bangsa yang dapat mempersatukan bangsa ini.

Dalam Kamus Besar Bahasa Iindonesia (KBBI), Keragaman berasal dari kata ragam, yang berarti (1) sikap, tingkah laku, cara; (2) macam, jenis; (3) musik, lagu, langgam; (4) warna, corak; (5) laras (tata bahasa), keragaman menunjukan adanya banyak macam. Sedangkan keragaman sendiri berarti perihal berjenis-jenis atau beragam-ragam atau suatu keadaan yang beragam-ragam. Keragaman secara umum adalah suatu kondisi dimana terdapat perbedaan-perbedaan di dalam masyarakat di berbagai bidang seperti suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi dan politik, adat dan kesopanan, sosial dan ekonomi.

Unsur-Unsur Yang Mempengaruhi Keberagaman
Unsur-unsur keragaman dalam masyarakat yaitu, antara lain; suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi dan politik, adat dan tatakrama, kesenjangan ekonomi dan sosial.Suku bangsa dan ras yang menempati wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke sangatlah beragam. Dari keragaman tersebut ada perbedaan ras dari ciri-ciri biologis lahiriah yang sama seperti rambut, warna kulit, ukuran tubuh, mata, ukuran kepala, dan lain sebagainya. Suku bangsa yang ada di Indoseia lebih dari 300 macam. Sedangkan ras yang ada di Indonesia antara lain ras mongoloid yang terdapat di bagian Barat Indonesia dan ras austroloid yang terdapat di sebelah Ttimur Indonesia. Tentu saja bahwa manusia tidak bisa memilih agar dilahirkan di suku atau bangsa tertentu. Karena itu, manusia tidak pantas membanggakan dirinya atau melecehkan orang lain karena faktor suku atau bangsa.
Agama dan keyakinan mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi (trasendensi) dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indra. Namun juga kekuatan gaib itu berdiam di dalam diri manusia (imanen), yang hanya bisa dirasakan kekuatannya. Dalam kenyataannya fungsi agama dalam masyarakat antara lain adalah: berfungsi edukatif: ajaran agama secara hukum berfungsi menyuruh dan melarang, berfungsi penyelamat, berfungsi sebagai perdamaian, berfungsi sebagai sosial control, berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas, berfungsi transformatif, dan sebagainya. Di Indonesia, agama merupakan unsur yang sangat penting dan terdapat enam agama yang diakui, hal itu merupakan bukti adanya keragaman dalam hal agama atau kepercayaan. Adapun terhadap keragaman manusia dalam hal kepercayaan, sikap, dan perilakunya, manusia tidak dipandang sederajat. Ada yang mulia dan ada yang hina, bergantung pada kadar ketakwaannya.
Ideologi dan politik: Ideologi  adalah suatu istilah umum bagi sebuah gagasan yang berpengaruh kuat terhadap tingkah laku dalam situasi khusus karena merupakan kaitan antara tindakan dan kepercayaan yang fundamental. Sedangkan politik bermakna usaha dalam menegakkan keteriban sosial. Fungsi ideologi adalah untuk memperkuat landasan moral dalam suatu tindakan. Adanya banyak partai di Indonesia merupakan bukti keragaman dalam hal ideologi dan politik. Meskipun pada keyataanya Indonesia hanya mengakui pancasila sebagai satu-satunya ideologi.
Tatakrama; yang berarti adat istiadat, sopan santun, pada dasarnya ialah segala tindakan, perilaku, adat istiadat, tegur sapa, ucap dan cakap sesuai kaidah atau norma tertentu. Tatakrama di bentuk dan dikembangkan oleh masyarakat itu sendiri dan diharapkan akan terjadi interaksi sosial yang tertib dan efektif di dalam masyarakat itu sendiri.
Kesenjangan ekonomi dan sosial; Indonesia merupakan negara berkembang dimana masalah perekonomian diperhatikan agar dapat meningkat. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dengan bermacam tingkat, pangkat, golongan dan strata sosial. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa terdapat penggolongan orang berdasarkan status sosial Indonesia adalah negara dengan struktur masyarakat yang majemuk dan memiliki banyak keragaman dalam banyak hal. Keragaman tersebut dapat mempengaruhi kehidupan kita. Banyak pengaruh yang timbul karena adanya keragaman, diantaranya adalah: 1) Didalam kelompok-kelompok sering kali terjadi segmentasi karena memiliki kebudayaan yang berbeda. 2) Struktur sosial terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga yang bersifat non komplemeter. 3) Kurang adanya pengembangan konsesus diantara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar. 4) Secara relatif sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan yang lainnya, karena adanya perbedaan. 5) Secara relatif intergrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan didalam bidang ekonomi. 6) Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain. Selain pengaruh diatas, jika keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesampingkan, besar kemungkinan tercipta masalah-masalah yang menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa seperti: 1) Terjadinya disharmonisasi, dimana tidak ada penyesuaian atas keragaman antara manusia dengan dunia lingkungannya. 2) Terjadi diskriminatif terhadap suatu kelompok masyarakat tertentu yang akan memunculkan masalah yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang yang merugikan kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 3) Terjadi eksklusivisme, rasialis, bersumber dari superioritas diri, alasannya dapat bermacam-macam, antara lain keyakinan bahwa secara kodrati ras/sukunya kelompoknya lebih tinggi dari ras/suku/kelompok lain, menganggap kelompok lain derajatnya lebih rendah dari pada kelompoknya sendiri.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh pengaruh negatif dari keragaman, yaitu : 1) Semangat Religius; 2) Semangat Nasionalisme; 3) Semangat Pluralisme; 4) Semangat Humanisme; 5) Dialog antar umat beragama; 6) Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan antar agama, media, masa, dan harmonisasinya.
Problematika yang sedang dialami bangsa Indonesia saat ini adalah adanya gejala diskriminasi dalam masyarakat yang beragam. Diskriminasi adalah setiap tindakan yang melakukan pembedaan terhadap seseorang atau sekelompok orang berdasarkan ras, agama, suku, etnis, kelompok, golongan, status, kelas sosial ekonomi, jenis kelamin, kondisi fisik, usia, orientasi seksual, pandangan ideologi, dan politik. Tentu saja kondisi ini bertolak belakang dengan semangat kebangsaan kita sebagaimana ditegaskan dalam pasal 28 ayat 2 UUD 1945 bahwa “Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”. Sangat jelas sekali bahwa setiap orang mendapat perlindungan saat dia mendapat perlakuan diskriminasi. Meskipun begitu diskriminasi masih terjadi diberbagai belahan dunia, dan prinsip non diskriminasi harus mengawali kesepakatan antar bangsa untuk dapat hidup dalam kebebasan, keadilan, dan perdamaian.

Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, diceritakan bahwa Bangsa Terpilih sering kali menghayati rasa satu bangsa, satu Tuhan, satu negeri, satu tempat ibadat, dan satu tata hukum (bdk.Ul 12). Dari sejarahnya, ternyata ketika mereka bersatu, mereka menjadi kuat, sanggup mengalahkan musuh dan menjadikan dirinya bangsa yang jaya. Namun, ketika mereka tidak bersatu, mereka menjadi bangsa yang tak berdaya dan tiap kali secara gampang dikalahkan oleh musuh-musuh mereka. Kitab Suci menceritakan bahwa ketika mereka dari Mesir memasuki tanah Kanaan di bawah pimpinan Yosua, mereka sungguh bersatu dan dapat merebut Tanah Terjanji itu. (bdk.Yos 6: 1-15, 63). Ketika mereka sudah menempati Tanah Terjanji yang dibagi menurut suku-suku keturunan Yakob, maka mereka lama-kelamaan terpecah dan menjadi lemah. Pada saat-saat itu, mereka menjadi lemah dan gampang dikalahkan oleh musuh-musuh mereka. Mereka pernah bersatu di bawah pimpinan raja Daud dan menjadi bangsa yang kuat dan jaya. Kemudian mereka terpecah lagi dan menjadi lemah. Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, dikisahkan bahwa ketika saat Mesias datang, umat Israel telah dijajah oleh bangsa Romawi. Akibatnya mereka menjadi bangsa yang lemah dan terpecah belah. Ketika Yesus ingin mempersatukan mereka dalam suatu Kerajaan dan Bangsa yang baru yang bercorak rohani, Yesus mengeluh bahwa betapa sulit untuk mempersatukan bangsa ini. Mereka seperti anak-anak ayam yang kehilangan induknya (bdk. Mat 23: 37-38). Yesus bahkan berusaha untuk menyapa suku yang dianggap bukan Yahudi lagi seperti orang-orang Samaria. Kita tentu masih ingat akan sapaan dan dialog Yesus dengan wanita Samaria di sumur Yakob. Pada pelajaran ini, peserta didik dibimbing untuk memahami dan menghayati makna dan hakekat keberagaman sebagai realitas asali kehidupan manusia, khususnya dalam keberagaman atau kemajemukan hidup bangsa Indonesia sesuai semangat injili yaitu semangat Yesus sendiri. 



11 November 2021

MATERI AGAMA KATOLIK KELAS XII: LANDASAN UNTUK MEMPERJUANGKAN NILAI-NILAI PENTING DALAM MASYARAKAT

 

Rakyat Indonesia patut bersyukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa, karena sebagai bangsa yang majemuk, agama, kepercayaan, suku, etnis, budaya, kita dianugerahi Pancasila sebagai dasar negara, yang memiliki nilai-nilai dasar yang terkandung dalam lima butir sila yang merupakan satu kesatuan. Nilai berarti sesuatu yang penting, baik dan berharga. Dengan perkataan lain, nilai (value) adalah hal dasar yang memiliki makna bagi kehidupan manusia, kelompok masyarakat, bangsa atau dunia. Dengan hadir atau absennya nilai dalam suatu kehidupan, akan menimbulkan kepuasan diri manusia, sehingga manusia berusaha untuk merealisasikan atau menolak kehadirannya. Sebagai akibat maka nilai dijadikan tujuan hidup, merupakan hal ihwal yang ingin diwujudkan dalam kenyataan. Keadilan, kejujuran merupakan nilai yang sepanjang abad selalu menjadi kepedulian manusia, untuk dapat diwujudkan dalam kenyataan. Sebaliknya, kejahatan dan kebohongan selalu dihindari. Dalam nilai terkandung sesuatu yang ideal, harapan yang dicita-citakan untuk kebajikan.

Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan menghubungkan sesuatu dengan yang lain dan kemudian mengambil keputusan. Sesuatu dianggap punya nilai jika sesuatu itu dianggap penting, baik dan berharga bagi kehidupan umat manusia. Baik ditinjau dari segi religius, politik, hukum, moral, etika, estetika, ekonomi dan sosial budaya. Dalam Pancasila inilah, nilai-nilai keadilan, kejujuran, kebenaran, perdamaian dalam hidup masyarakat Indonesia diperjuangkan untuk mencapai kesejahteraan lahir dan batin. Pertanyaannya adalah apakah nilai-nilai luhur pancasila itu telah diwujudkan setelah sekian puluh tahun merdeka? Ataukah justru sebaliknya?

Dalam Kitab Suci (Alkitab) dan Ajaran Gereja Katolik, hukum kasih Allah merupakan landasan dari segala hukum lainnya untuk mewujudkan nilai-nilai penting dalam hidup manusia. Nilai-nilai dasar yang menghormati martabat manusia, seperti penghargaan terhadap daya cipta manusia, kesamaan setiap orang di hadapan Allah dan perhatian untuk kepentingan bersama, sering dipakai baik sebagai tolok ukur moral, maupun untuk pertimbangan pribadi. “Kemerdekaan, kesamaan, dan persaudaraan” menjadi kesepakatan dasar untuk menata hidup bersama dalam banyak negara. Karena merupakan landasan bagi hidup bersama, nilai-nilai itu disebut nilai-nilai dasar.

Iman Kristen dapat menerangi, menjernihkan, dan mendukung nilai-nilai dasar. Dari imannya Gereja menimba keyakinan, bahwa “martabat pribadi itu suci”, sebab rahmat Allah, yang ingin menyelamatkan semua orang, telah menyentuh sedalam-dalamnya hidup setiap insan. Dengan memaklumkan karya Allah Penyelamat, Gereja memaklumkan juga hormat bagi martabat manusia. Kalimat itu merupakan asas awal setiap rentetan hak asasi.

Dengan mengajarkan dan membela kebebasan moral dan kebebasan sosial-politik setiap manusia, Gereja memaklumkan pokok iman: “Kebebasan sejati merupakan tanda mulia gambar Allah dalam diri manusia … supaya ia dengan sukarela mencari Penciptanya, dan dengan mengabdi kepada-Nya secara bebas mencapai kesempurnaan penuh yang membahagiakan” (GS 17). Demikian pula adalah keyakinan iman, bahwa “manusia berhak berserikat dalam kemerdekaan”, sebab “Allah berkenan menguduskan dan menyelamatkan manusia bukannya satu per satu, tanpa hubungan satu dengan lainnya, melainkan dengan membentuk mereka menjadi umat, yang mengakui-Nya dalam kebenaran dan mengabdi kepada-Nya dengan suci” (LG.9).

Dengan mengajarkan solidaritas dan dengan membela semua usaha guna membangun paguyuban tanpa paksaan dan tanpa diskriminasi, Gereja mengungkapkan pengharapan iman, bahwa umat manusia dapat “diubah menjadi keluarga Allah” (bdk. GS.40). Di dunia modern menjadi makin jelas bahwa solidaritas manusiawi yang luas hanya dapat dibangun, kalau secara khusus diperjuangkan kepentingan mereka yang sampai sekarang tersisihkan (bdk.SRS42; CA.11). Demikian pula pembangunan sejati merupakan perkembangan diri manusia. Perkembangan itu hanya maju kalau daya cipta manusia dipercaya dan diberi ruang (bdk. SRS.31; CA.46), Dengan mengajarkan asas-asas demokrasi ini, Gereja sekaligus memaklumkan keyakinan imannya.

Melalui kegiatan pembelajaran ini para peserta didik dibimbing untuk memahami serta menghayati perjuangan negara dan Gereja untuk mewujudkan nilai-nilai penting dalam kehidupan masyarakat. Baik negara, maupun Gereja memiliki tugas dan kewajiban yang sama mewujudkan Kerajaan Allah sebagaimana yang diwartakan oleh Yesus Kristus, Sang Juru Selamat kita.




MATERI AGAMA KATOLIK KELAS XII: MENGUPAYAKAN PERDAMAIAN DAN PERSATUAN BANGSA

 

Pengantar

Pada era Orde baru, konflik yang terjadi di Indonesia lebih banyak bersifat vertikal yaitu antara pemerintah dengan rakyat. Misalnya konflik antara TNI dengan para pendukung Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh, kemudian antara TNI dengan pendukung Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Papua dan juga di Timor Leste. Pada waktu itu TNI (ABRI), memiliki peran sangat menonjol; baik secara teritorial maupun secara politis karena mereka juga mendapat jatah kursi di lembaga legislatif dan berbagai posisi di pemerintahan. Peran yang sangat menonjol dari TNI ini bertolak belakang dengan kebebasan berserikat, berkumpul atau menyatakan pendapat dari masyarakat dalam kerangka kehidupan berdemokrasi. Kontrol sosial politik militer yang sangat kuat memang menghasilkan kehidupan berdemokrasi yang lemah. Tetapi konflik horisontal dapat dikendalikan dengan baik. Kondisi persatuan dan kesatuan masyarakat cukup kokoh dan terkendali, meski terkesan semu bila dikaitkan dengan semangat demokrasi.

Ketika era reformasi bergulir, kehidupan menjadi lebih demokratis. Kebebasan berserikat (antara lain mendirikan partai politik), berkumpul dan menyatakan pendapat (misalnya melalui demonstrasi) lebih semarak. Tetapi kebebasan tersebut sering kebablasan, menimbulkan sikap anarkis, tanpa mempedulikan hukum yang berlaku. Sikap penegak hukum juga sering tidak tegas, misalnya terhadap kelompok sosial keagamaan yang melakukan tindakan anarkis dan penuh kekerasan. Hal ini dapat dimaklumi karena penegak hukum dihadapkan pada situasi dilematis. Mereka tidak mau dituduh melanggar HAM sementara masyarakat yang dirugikan menuntut mereka bertindak tegas. Menurut Aryanto Sutadi (2009), konflik mengandung spektrum pengertian yang sangat luas, mulai dari konflik kecil antar perorangan, konflik antar keluarga sampai dengan konflik antar kampung dan bahkan sampai dengan konflik masal yang melibatkan beberapa kelompok besar, baik dalam ikatan wilayah ataupun ikatan primordial. Dalam hal ini dapat dibedakan antara konflik yang bersifat horisontal dan vertikal, dimana keduanya sama-sama besarnya berpengaruh terhadap upaya pemeliharaan kedamaian di negara ini.

Dalam Kitab Suci Perjanjian Lamaantara lain mengajarkan tentang pengharapan untuk terwujudnya suatu dunia, yang didalamnya serigala dapat hidup berdampingan dengan domba-domba, bangsa-bangsa hidup dalam perdamaian, dan orang-orang miskin dan tertindas memperoleh keadilan (Yes. 11:1-9). Sementara dalam Perjanjian Baru, pendamaian sebagai wujud dari kasih Allah kepada manusia. Allah tidak butuh pendamaian dari manusia, tetapi ia mengambil prakarsa bagi pendamaian tersebut.

Pendamaian mengungkapkan kasih Allah kepada manusia yang mana merupakan kerja kasih Allah. Menunjukkan kasih Bapa kepada anak-Nya, sehingga Paulus menyatakan bahwa “Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Rm.5:8). Berdasarkan ajaran Kitab Suci ini Gereja berupaya mewujudkannya dalam persekutuan dimana semua orang diajak untuk bersama-sama menciptakan perdamaian dan persatuan sebagai anak-anak Allah (bdk.GS.1).

Sumber-sumber terjadinya konflik di masyarakat yang mengancam persatuan dan kesatuan sebagai warga masyarakat dan negara.

1.

Bila kita mencermati media masa terdapat banyak kasus konflik antarmasyarakat, antaretnis, antaragama, di Indonesia. Hal itu tidak perlu terjadi apabila masyarakat menjunjung nilai-nilai persaudaraan, sesuai yang diajarkan oleh setiap agama dan budaya di Indonesia.

2.

Kemajemukan atau keanekaragaman (suku/etnis, agama, budaya, dll) masyarakat Indonesia, dapat menimbulkan kerawanan akan konflik. Masalah yang sepele yang terjadi antardua orang yang kebetulan berbeda agama dapat memicu konflik antarsuku atau antaragama. Tetapi dalam bangsa majemuk seperti Indonesia, sebenarnya juga terdapat potensi yang luar biasa. Ketika kebudayaan dari berbagai suku dikelola dengan baik akan menghasilkan khasanah budaya bangsa yang luar biasa. Ketika semua umat beragama dapat hidup berdampingan dengan semangat toleransi yang tinggi, tentu akan menghasilkan kehidupan yang indah, saling memberdayakan dan saling menghormati dalam kehidupan yang demokratis.

3.

Kata kunci dalam mengelola konflik (conflict management) adalah bagaimana kita hidup berdampingan dalam keanekaragaman tetapi tetap memiliki semangat persatuan; dalam kerangka NKRI. Selama kita memiliki semangat Bhinneka Tunggal Ika, dalam menghadapi konflik akan tetap mengedepankan persatuan dan kesatuan, musyawarah – mufakat dalam bentuk komunikasi dialogis serta menjauhkan diri dari fanatisme sempit dan kekerasan. Konflik itu sendiri akan tetap muncul setiap saat, tetapi kita perlu memiliki konsensus untuk menyelesaikan dalam koridor persatuan bangsa. Untuk itu Pancasila yang telah disepakati sebagai dasar negara dan way of life harus kita jadikan alat pemersatu bangsa. Mengenai hal ini M. Dawam Rahardjo (2010) menyatakan bahwa konsep NKRI hanya dapat dipertahankan kalau kita tetap berpegang teguh pada semangat Bhinneka Tunggal Ika, sehingga kemajemukan masyarakat Indonesia bukan merupakan ancaman, melainkan justru merupakan kekuatan dan sumber dinamika.

4.

Konflik horisontal adalah konflik antarkelompok masyarakat yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti ideologi politik, ekonomi dan faktor primordial. Konflik vertikal maksudnya adalah konflik antara pemerintah/penguasa dengan warga masyarakat.

5.

Beberapa contoh konflik horisontal yang pernah terjadi di Indonesia misalnya: Konflik antarkampung/desa/wilayah karena isu etnis; isu aliran kepercayaan; isu ekonomi (seperti rebutan lahan ekonomi pertanian, perikanan, pertambangan); isu solidaritas (suporter olah raga, kebanggaan group); isu ideologi dan isu sosial lainnya (tawuran antar anak sekolah, antar kelompok geng).

6.

Contoh peristiwa konflik vertikal misalnya: konflik ideologi untuk memisahkan diri dari wilayah RI, konflik yang dipicu oleh perlakuan tidak adil dari pemerintah berkaitan dengan pembagian hasil pengolahan sumber daya alam, kebijakan ekonomi yang dinilai merugikan kelompok tertentu, dampak pemekaran wilayah, dampak kebijakan yang dinilai diskriminatif.

7

Konflik massal tidak akan terjadi secara serta merta, melainkan selalu diawali dengan adanya potensi yang mengendap di dalam masyarakat, yang kemudian dapat berkembang memanas menjadi ketegangan dan akhirnya memuncak pecah menjadi konflik fisik akibat adanya faktor pemicu konflik. Oleh karenanya dalam rangka penanggulangan konflik, yang perlu diwaspadai bukan hanya faktor-faktor yang dapat memicu konflik, namun juga yang tidak kalah pentingnya adalah faktor-faktor yang dapat menjadi potensi atau sumber-sumber timbulnya konflik.

 

Menggali Ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja tentang perdamian dan persatuan.

Kitab Suci Perjanjian Lama Yesaya 11:1-9

Yes 11:1

Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah.

Yes 11:2

Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN;

Yes 11:3

ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang.

Yes 11:4

Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik.

Yes 11:5

Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang.

Yes 11:6

Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya.

Yes 11:7

Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu.

Yes 11:8

Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak.

Yes 11:9

Tidak ada yang kan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya

 

Kitab Suci Perjanjian Baru Mateus 5:9. 21 – 25

Mat 5:9

Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.

Mat 5:21

Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.

Mat 5:22

Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

Mat 5:23

Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau,

Mat 5:24

tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.

Mat 5:25

Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.

 

 

 Pesan damai dan persatuan dalam Perjanjian Lama

a)

Meskipun hubungan manusia dengan Tuhan telah rusak, akan tetapi Allah masih menyediakan jalan bagi umatnya yang telah jatuh kedalam dosa. Jalan masuk pendamaian dalam PL diperoleh dengan penyerahan kurban-kurban seperti penyerahan lembu tambun, inilah jalan yang ditentukan oleh Allah bagi manusia memperoleh pendamaian untuk memulihkan hubungan manusia dengan Allah.

b)

Allah tetap menyediakan dan memberi kesempatan kepada manusia untuk berupaya menciptakan perdamaian ditengah kehidupan manusia. Manusia diberi jalan untuk berdamai kepada Allah dan kemudian kepada sesama manusia. Praktik yang pada umum dilakukan adalah dalam upacara keagamaan, social dan juga dalam pengharapan akan dunia yang damai. Ddidalamnya serigala dapat hidup berdampingan dengan domba-domba, bangsa-bangsa hidup dalam perdamaian, dan orang-orang miskin dan tertindas memperoleh keadilan (Yes. 11:1-9).  

 

Pesan damai dan persatuan dalam Perjanjian Baru

a)

Yesus Kristus adalah tokoh sempurna dalam perdamaian. Demi untuk perdamaian, dan persatuan hidup manusia, Yesus melalui jalan sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya, memperdamaikan dunia dengan Allah. Yesus bersabda, ”Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Matius 5:9).

b)

Pendamaian adalah sebagai wujud dari kasih Allah kepada manusia. Allah selalu berinisitaif bagi pendamaian. Pendamaian mengungkapkan kasih Allah kepada manusia, yaitu kasih Bapa kepada anak-Nya. Paulus menandaskan bahwa “Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Rm.5:8).

c)

Gagasan dasar pendamaian mencakup arti bahwa dua pihak yang sekarang telah didamaikan. Jalan pendamaian senantiasa bersifat menyingkirkan penyebab timbulnya permusuhan. Kasih Allah tidak berubah kepada manusia, kendati apa pun yang diperbuat manusia. Pekerjaan Kristus yang mendamaikan berakar dalam kasih Allah yang begitu besar kepada manusia.

d)

Dalam PB sendiri, Allah-lah yang memprakarsi adanya perdamaian antara Dia dan manusia, yang merupakan wujud kasih-Nya. Perdamaian yang didalamnya kasih, kasih yang telah dinyatakan Allah kepada manusia menuntut agar manusia juga saling mengasihi terhadap sesamanya.

Menggali ajaran Gereja tentang Perdamaian dan Persatuan

1)

Gaudium et spes art.1 menyatakan: ”Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan manusia dewasa ini, terutama yang miskin dan terlantar, adalah kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan murid-murid Kristus pula.” Artinya bahwa Gereja tampil di dunia dan masyarakat sebagai tanda dan sarana keselamatan. Gereja hadir sebagai sakramen keselamatan bagi dunia dan masyarakatnya.

2)

Kita perlu memberikan pertanggungjawaban iman Katolik di tengah-tengah kehidupan yang konkret. Pertanggungjawaban iman itu di mana saja kita berada, entah di sekolah sebagai pelajar, di masyarakat sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, pertanggungjawaban iman dalam konteks kehidupan yang nyata dengan segala persoalan yang ada. Misalnya kita ikut ambil bagian secara aktif dalam membangun kehidupan yang damai sejahtera serta bersatu sebagai anak-anak Allah dalam memperjuangkan nilai-nilai kehidupan yang diangerahkan Allah semua manusia serta alam lingkungan.

3)

Dasar pertanggungjawabannya adalah iman akan Yesus Kristus yang telah menyelamatkan semua orang, tanpa pandang bulu agama, suku, rasa, ideologi, kebudayaan dan latar belakang apa pun. St. Paulus berkata, ”kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata” (Titus 2:11). Allah menyelamatkan semua orang dan semua manusia, maka Gereja Katolik harus sungguh menjadi sakramen keselamatan dengan perkataan dan perbuatan, melalui pergulatan dan usaha pembebasan manusia, pembebasan sepenuhnya dan seutuhnya bagi semua orang, terutama mereka yang miskin dan terlantar.

4)

”Damai di dunia ini, yang lahir dari cinta kasih terhadap sesama, merupakan cermin dan buah damai Kristus, yang berasal dari Allah Bapa” (GS 78). Dasarnya adalah peristiwa salib. Yesus Kristus, Putera Allah, telah mendampaikan semua orang dengan Allah melalui salib-Nya. Karenanya, semangat perdamaian dalam ajaran Gereja Katolik tidak pernah bisa dilepaskan dari peristiwa salib Kristus. Umat Kristiani dipanggil dan diutus untuk memohon dan mewujudkan perdamaian di dunia.

 “Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga. Tiada sesuatu pun yang sungguh manusiawi, yang tak bergema di hati mereka. Sebab persekutuan mereka terdiri dari orangorang, yang dipersatukan dalam Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus dalam peziarahan mereka menuju Kerajaan Bapa, dan telah menerima warta keselamatan untuk disampaikan kepada semua orang. Maka persekutuan mereka itu mengalami dirinya sungguh erat berhubungan dengan umat manusia serta sejarahnya”. (GS 1)

 “Damai tidak melulu berarti tidak ada perang, tidak pula dapat diartikan sekedar menjaga keseimbangan saja kekuatan-kekuatan yang berlawanan. Damai juga tidak terwujud akibat kekuasaan diktatorial. Melainkan dengan tepat dan cermat disebut “hasil karya keadilan” (Yes 32:17). Damai merupakan buah hasil tata tertib, yang oleh Sang Pencipta ilahi ditanamkan dalam masyarakat manusia, dan harus diwujudkan secara nyata oleh mereka yang haus akan keadilan yang makin sempurna. Sebab kesejahteraan umum bangsa manusia dalam kenyataan yang paling mendasar berada di bawah hukum yang kekal.

Tetapi mengenai tuntutannya yang konkrit perdamaian tergantung dari perubahan-perubahan yang silih berganti di sepanjang masa. Maka tidak pernah tercapai sekali untuk seterusnya, melainkan harus terus menerus dibangun. Kecuali itu, karena kehendak manusia mudah goncang, terlukai oleh dosa, usaha menciptakan perdamaian menuntut, supaya setiap orang tiada hentinya mengendalikan nafsu-nafsunya, dan memerlukan kewaspadaan pihak penguasa yang berwenang.

Akan tetapi itu tidak cukup. Perdamaian itu di dunia tidak dapat di capai, kalau kesejahteraan pribadi-pribadi tidak di jamin, atau orang-orang tidak penuh kepercayaan dan dengan rela hati saling berbagi kekayaan jiwa maupun daya cipta mereka. Kehendak yang kuat untuk menghormati sesama dan bangsa-bangsa lain serta martabat mereka begitu pula kesungguhan menghayati persaudaraan secara nyata mutlak untuk mewujudkan perdamaian. Demikianlah perdamaian merupakan buah cinta kasih juga, yang masih melampaui apa yang dapat di capai melalui keadilan.

Damai di dunia ini, lahir dari cinta kasih terhadap sesama, merupakan cermin dan buah damai Kristus, yang berasal dari Allah Bapa. Sebab Putera sendiri yang menjelma, Pangeran damai, melalui salib-Nya telah mendamaikan semua orang dengan Allah. Sambil mengembalikan kesatuan semua orang dalam satu bangsa dan satu Tubuh, Ia telah membunuh kebencian dalam Daging-Nya sendiri, dan sesudah di muliakan dalam kebangkitan-Nya Ia telah mencurahkan Roh cinta kasih ke dalam hati orang-orang. Oleh karena itu segenap umat kristen dipanggil. Dengan mendesak, supaya “sambil melaksanakan kebenaran dalam cinta kasih” (Ef 4:15), menggabungkan diri dengan mereka yang sungguh cinta damai, untuk memohon dan mewujudkan perdamaian.

Digerakkan oleh semangat itu juga, kami merasa wajib memuji mereka, yang dapat memperjuangkan hak-hak manusia menolak untuk menggunakan kekerasan, dan menempuh upaya-upaya pembelaan, yang tersedia pula bagi mereka yang tergolong lemah, asal itu dapat terlaksana tanpa melanggar hak-hak serta kewajiban-kewajiban sesama maupun masyarakat. Karena manusia itu pendosa, maka selalu terancam, dan hingga kedatangan Kristus tetap akan terancam bahaya perang. Tetapi sejauh orang-orang terhimpun oleh cinta kasih mengalahkan dosa, juga tindakan-tindakan kekerasan akan diatasi, hingga terpenuhilah Sabda: “Mereka akan menempa pedang-pedang mereka menjadi mata bajak, dan tombak-tombak mereka menjadi pisau pemangkas. Bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang” (Yes 2:4). GS.78)



Materi Agama Katolik

SANTO AMBROSIUS, USKUP DAN PUJANGGA GEREJA

Santo Ambrosius, Uskup dan Pujangga Gereja Tanggal Pesta: 7 Desember Ambrosius lahir pada tahun 334 di Trier, Jerman dari sebuah keluarga Kr...