04 Desember 2019

MATERI AGAMA KELAS VII: BAB III TUMBUH DAN BERKEMBANG BERSAMA ORANG LAIN




Manusia adalah makhluk sosial (Homo Socius), karena ia hidup dalam kebersamaan dan saling membantu untuk mengembangkan diri.

Setiap pribadi mempunyai peran yang unik demi tujuan hidup bersama misalnya
  1. Dalam keluarga:  Kita berperan sebagai anak, Ayah dan ibu sebagai orang tua
  1. Di sekolah: ada peran guru, murid, pegawai tata usaha dll
Satiap orang orang berlatar belakang sosial. Manusia merupakan produk masyarakat yang menyejarah. Konteks  sosial ini ikut membentuk jalan pikiran dan cita-cita serta prestasi seseorang.

Untuk mendukung perkembangan kepribadiaan kita dalam berelasi, kita membutuhkan situasi yang:
  1. Harmoni adalah: keselarasan yang membangkitkan tantangan bagi seseorang untuk menemukan diri sendiri secara unik dan berkreasi. Harmoni memberi ruang gerak bagi kebebasan.
  2. Damai adalah: situasi yang membuat seseorang menemukan tempat yang enak atau nyaman untuk memperluas cakrawala pandangan hidupnya.
  3. Indah adalah : merupakan kesatuan organik yang dibentuk oleh setiap orang sebagai anggota komunitas atau kelompok dengan saling memperkaya dan saling mendukung demi perkembangan pribadi dan kehidupan brsama

Setiap orang membutuhkan orang lain untuk dapat memperkembangkan dirinya, bahkan orang tidak hanya membutuhkan orang lain saja, tetapi ia juga dubutuhkan oleh orang lain untuk ikut mengembangkan diri mereka.

Orang yang dimaksud adalah:
  • Orang tua                   
  • Saudara kandung
  • Teman
  • Guru
  • Tetangga
  • Famili jauh
  • Pedagang dll

Ada 4 (empat) lingkup hidup tempat manusia bertumbuh dan berkembang yakni:
  • Keluarga
  • Jemaat (Gereja)
  • Sekolah
  • Masyarakat
Yang masing-masing lingkup ini memberi peran dan pengaruh secara khas.





A.   PERAN KELUARGA BAGI PERKEMBANGANKU

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang menjadi tempat seseorang tumbuh dan berkembang. Semua anggota keluarga pasti akan mempengaruhi dan membentuk diri kita menjadi seperti yang sekarang ini. Pengaruh antara anggota keluarga yang satu dan anggota keluarga yang lain sangat ditentukan oleh peran masing-masing, misalnya:
·         Orang tua, mempunyai peran yang paling besar seperti: menari nafkah, memenuhi kebutuhan hidup keluarga, mendidik dan mendampingi anak-anak menuju kedewasaan, memberikan contoh dan teladan yang baik, mencukupi dan memenuhi kebutuhan sehari-hari dll
·         Sebagai anak, kita dapat memperlihatkan peran denagn berbagai macam bentuk seperti: membantu menjaga kebersihan rumah, mengurus pakaian sendiri, membantu meringankan pekerjaan orang tua dll
·         Semua anggota keluarga, juga mempunyai peran yang sangat penting yaitu: mencintai dan mengasihi semua anggota keluarga, karena melalui peran mereka masing-masing kita mendapatkan banyak yang kita butuhkan untuk hidup seperti: kasih saying, pengetahuan, ketarampilan, materi, dll
Aku dan keluarga adalah satu kesatuan dalam sejarah hidupku.
Keluarga adalah unit dari masyarakat, yang merupakan kesatuan individu-individu dalam ikatan cinta kasih.

Keluarga menjadi tempat pembentukan manusia, atau lebih tepatnya sebagai tempat menanusiakan manusia artinya: Proses tercapainya kepribadian seorang manusia justru mulai dari keluarga.
Dalam lingkungan keluarga, semua anggota dari kanak-kanak hingga kakek-nenek berkembang saling berkembang saling membantu untuk memperkembangkan kepribadian masing-masing dalam kontak erat satu sama lain.

Kebahagiaan adalah tujuan hidup berkeluarga. Kebahagiaan ini hanya dapat tercapai apabila dalam keluarga ada suasana:
·         Saling mengerti antar individu, karena setiap individu (ayah, ibu dan anak) mempunyai keunikan masing-masing
·         Rendah hati yakni, mau mengakui serta memahami keadaan sesuai kenyataannya
·         Saling menghormati dan setia satu sama lain (Efesus 6: 1-9)
·         Saling terbuka
Suasana ini hanya dapat terjadi apabila dijadikan oleh masing-masing anggota keluarga.
Ini berarti setiap individu ikut ambil bagian daalm membangun suasana tersebut, Inilah yang disebut “solidaritas keluarga
Dalam membangun proses solidaritas keluarga, kejujuran mempunyai peranan penting yaitu :
  • Jujur terhadap diri sendiri
  • Mengakui kekurangan dan kelemahan diri
  • Jujur terhadap anggota keluarga yang lain
  • Bersama-sama jujur kepada Allah
Setiap orang mendambakan agar keluarganya dapat menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk mengembangkan diri, tempat yang dirindukan untuk pulang dan tinggal didalamnya.
Berbagai macam tantangan yang sering dihadapi keluarga zaman moderen antara lain:
  • Banyaknya aktivitas dari setiap anggota keluarganya
  • Bersikap egois
  • Kurang adanya komunikasi antar anggota keluarga
  • Kesempatan bertemu yang sangat kurang dll
Menciptakan suasana keluarga yang aman, nyaman dan tentram bahagia merupakan tanggung jawab semua anggota keluarga. Hal ini hanya mungkin tercipta bila setiap anggota keluarga menunjukan perannya secara aktif dan bertanggung jawab.

Dalam keluarga. Orang tua wajib kita hormati. Selain karena ini adalah perintah Allah (Keluaran 20:12) : “ Hormatilah Ayahmu dan Ibumu, supaya lanjut umurmu ditanah yang diberikan Tuhan kepadamu” karena orang tua adalah:
  • Perantara hidup kita
  • Yang mendidik dan mengarahkan hidup kita sebagai manusia
  • Sebagai tanda kehadiran Allah yang memberikan perlindungan kepada kita
  • Memberikan kenyamanan hidup serta mengarahkan kita kepada Allah

Kaitan antara hormat kepada orang tua dengan panjang umur dan tanah yang dijanjikan Tuhan adalah:
  • Orang tua dipandang sebagai wakil dari orang tua
  • Menghormati orang tua sama artinya dengan mengasihi Allah
  • Orang yang mengasihi Allah akan mendapat berkat
  • Salah satu berkat yang diberikan Allah adalah panjang  umur dan perlindungan ditanah terjanji

Yesus sendiri memperlihatkan sikap hormat dan penghargaan yang luhur kepada orang tuanya dengan cara:
  • Berupaya memperdalam pengetahuan agama di Bait Allah
  • Yesus memperlihatkan keinginannya untuk menjadi anak yang berguna bagi sesama (Luk 2: 41-52)
  • Sebelum wafatNya, Yesus menitipkan ibuNya kepada para muridNya (Yoh 19: 26-27)
Santo Paulus, juga mengajak setiap orang untuk mendengarkan nasehat dan didikan orang tua yang ditegaskan dalam Efesus 6:3
Dalam arti yang luas, hormat kepada orang tua berdampak kepada kita untuk wajib menghormati setiap orang seperti:
  • Kakak-adik
  • Para pendidik,Pembimbing dan Pimpinan
  • Masyarakat
  • Pemimpin Gereja
  • Aturan masyarakat, aturan sekolah dll, sejauh ini menjadi persetujuan bersama yang harus kita taati.

B.   PERAN SEKOLAH BAGI PERKEMBANGANKU

Lembaga Pendidikan baik formal, informal maupun nonformal atau “Sekolah” mempunyai peran yang strategis dalamm membantu proses pembentukan diri seseorang. Bahkan banyak orang tua yang mengandalkan sekolah sebagai wadah utama pembinaan anak-anaknya.
Pendidik utama dan terutama adalah Orang Tua, sedangkan sekolah hanya bersifat membantu. Tetapi sejalan dengan berkembangnya Profesionalisme dalam segala bidang, Sekolah akhirnya menjadi tumpuan utama.
Kenyataan ini memang benar adanya, Sekolah menjadi tempat orang mendapatkan banyak:
  • Pengetahuan
  • Wawasan
  • Ketrampilan
Untuk hidup ditengah masyarakat dan pada akhirnya semua orang sangat terbantu memeperkembangkan dirinya berkat Sekolah.
Yang di maksud “SEKOLAH” meliputi banyak aspek sarana dan prasarana, terutama manusia-manusia yang ada didalamnya. Merakalah yang berperan leih banyak dalam proses pembentukan diri. Mereka mempunyai peran masing-masing yang tidak pernah dapat dilupakan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Mereka itu adalah:
  • Kepala Sekolah
  • Wakil Kepala Sekolah
  • Wali kelas dan Bapak Ibu Guru
  • Karyawan Tata Usaha
  • Karyawan/petugas kebersihan, Sopir, Satpam dll

Dalam Kitab Suci, tidak digambarkan secara jelas, apakah Yesus bersekolah atau tidak. Tetapi Yesus senantiasa belajar dari orang yang dianggap lebih mampu.
Dalam Kitab Suci dikisahkan saat Yesus  berkesempatan berkunjung ke Bait Allah, banyak hal yang dapat kita teladani dari Yesus yaitu:
  • Ia menggunakan waktunya untuk bertanya jawab dengan ahli-ahli Taurat
  • Ia menjadi pribadi yang pembelajar
  • Melalui belajar itulah hikmatNya bertambah besar
  • SemangatNya untuk belajar tidak terhalang oleh kemiskinan yang ada dalam keluargaNya yang hanyalah anak seorang tukang kayu.

Dalam Dokumen Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen ditegaskan tentang: Pentingnya pendidikan atau sekolah. Oleh karena itu, pelayanan pendidikan harus tertuju kepada semua orang, sebab melalui sekolah kita disiapkan untuk mampu hidup ditengah masyarakat, sehingga pada akhirnya kita semua perlu memiliki sejumlah pangetahuan dan keterampilan agar mampu hidup.

C.   PERAN GEREJA BAGI PERKEMBANGANKU

Manusia adalah makhluk sosial sekaligus makhluk beriman, yang mempunyai relasi secara khusus dengan Allah PenciptaNya. Tetapi manusis tak mungkin beriman jika tidak ada orang yang lebih dahulu beriman dan juga bila orang yang beriman sebelumnya tidak mewartakan imannya kepada generasi berikutnya.

Iman seseorang tidak akan berkembang bila tidak ada relasi dan komunikasi antar orang beriman. Iman akan beriman bila :
  • Masing-masing orang mau saling berbagi
  • Ada keterlibatan aktif dalam kegiatan dan pelayanan kaum beriman
  • Ada proses afiliasai pada komunitas iman (Gereja)
  • Dibutuhkan model hidup beriman yang baik dan benar
  • Diperlukan wadah untuk mengimplemantasikan imannya dalam kebersamaan dengan yang lain
Sesungguhnya sejak seseorang dibaptis, ia menjadi komunitas Gereja yang dipanggil untuk ikut bertanggung jawab dan terlibat aktif dalam kegiatan Gereja.
Sebab iman itu disatu pihak berdimensi pribadi tetapi dipihak lain berdimensi komunal/sosial.

Iman pertama-tama adalah : relasi pribadi seseorang dengan Tuhan yang perlu ditampakkan dalam kebersamaan. Orang beriman dapat memberi banyak hal demi kemajuan Gereja dan sebaliknya Gereja menyediakan berbagai macam pelayanan agar kehidupan orang beriman semakin berkembang menuju kesempurnaannya, baik melalui melalui keteladanan tokoh-tokohnya maupun melalui kegiatan-kegiatannya.

Untuk dapat mengembangkan diri, kita dapat belajar dari berbagai macam sumber. Salah satu sumber dapat kita temukan dalam komunitas jemaat beriman (Gereja). Kita dapat belajar dengan melihat sikap dan tindakan-tindakan baik yang telah dicontohkan oleh tokoh-tokoh dalam Gereja, terytama melalui keterlibatan langsung dalam berbagai kegiatan Gereja.

Banyak sikap dan keteladanan tokoh-tokoh umat yang terlibat dalam gereja yang dapat menjadi pelajaran bagi kita. Umumnya mereka terlibat dengan penuh semangat dan sukarela. Mereka aktif di Gereja, padahal untuk itu mereka seringkali harus berkorban tenaga, waktu, dan pikiran. Mereka bekerja tanpa pamrih. Keteladanan macam ini dapat kita tiru oleh kita agar kitapun semakin bertumbuh menjadi pribadi yang sama dengan mereka.

Para Rasul dalam suratnya kepada umat di Roma memberi penegasan tentang peranan orang-orang beriman yang lebih dahulu bergabung dalam Gereja. Melalui kesaksian hidup dan iman mereka itulah iman Gereja akan Yesus Kristus dan pelayanannya diteruskan dari generasi ke generasi, sehingga manusia yang lahir di kemudian hari dapat mengenal Yesus Kristus yang adalah Jalan, Kebenaran dan Kehidupan.

Atas jasanya itu, kita tidak dapat melupakan begitu saja. Kita dapat mendoakan mereka. Tetapi terutama kita dapat meneladan hidup mereka dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dari Gereja kita memperoleh:
·         Sabda Allah yang mencakup “hukum-hukum Kristus”
·         Rahmat sakramen
·         Teladan kekudusan

D.   PERAN MASYARAKAT BAGIKU

Istilah “masyarakat” memiliki arti yang luas.
Masyarakat adalah : keseluruhan yang konkret historis dari segala hubungan timbal
                                 balik antara manusia dengan macam-macam kelompok.
Masyarakat tersusun menurut macam-macam kelompok, organisasi dan anggota dengan status dan peranan yang berbeda-beda. Oleh karena itu hidup bermasyarakat harus diatur secara aktif dan adil. Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan masyarakat demi perkembangannya. Dalam masyarakat terdapat:
  • Kebiasaan
  • Orang yang ditokohkan
  • Norma
  • Adat istiadat
  • Aturan
  • Sikap
  • Pandangan pribadi maupun kelompok
Unsur-unsur tersebut perlu disikapi secara kritis, seperti :
·         Kita dapat belajar memiliki semangat berkorban dari tokoh tertentu, tetapi kita juga hati-hati karena ada orang yang ditokohkan tapi kehidupannya tidak patut
·         Kita dapat belajar melakukan baik dalam masyarakat seperti gotong royong, kerja bakti, menunjukkan solidaritas dengan warga dll
Hidup bermasyarakat mengandaikan:
  • Kita mau hadir dan hidup bersama dengan mereka
  • Terlibat dalam aktivitas mereka
  • Memenuhi kewajiban yang ada dalam masyarakat
  • Bijak dan mendasarkan segala sesuatu dalam masyarakat pada kebenaran.

Manusia sebagai makhluk sosial sudah mempunyai ketergantungan pada sesamanya sejak diciptakan. Sikap saling ketergantungan ini mengandaikan bahwa setiap orang harus menyadari kehadiran sesamanya dengan memperlakukan mereka sebagaimana mestinya, dengan kata lain diperlukan suatu azas hidup bersama yang harus dijunjung tinggi sehingga dalam berelasi satu sama lain dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Adapun syarat dan prasyarat azas hidup bersama adalah:
Setiap anggota masyarakat harus memperlakukan orang lain seperti kita memperlakukan diri sendiri. Contoh:
  • Kalau tidak ingin diejek jangan mengejek orang lain
  • Kalau tahu dipukul itu sakit , janganlah memukul orang lain, karena orang lainpun pasti akan merasa sakit.
Prinsif-prinsif yang mengatur hubungan sosial dengan baik adalah:
  • Prinsif Solidaritas (Kesetiakawanan)
Artinya: Kita bertanggung jawab untuk kebersamaan dan kepentingan bersama bukan kepentingan diri sendiri saja
  • Prinsif Subsidiaritas
Artinya: @ kita harus menghormati pribadi setiap orang dan perannnya
  @ Setiap orang harus dilihat sebagai sumber dan tujuan dari setiap                       kegiatan sosial kita
  @ Pribadi setiap orang tidak boleh diremehkan

Dalam Kitab Suci, Yesus memperlihatkan azas hidup bersama yang dimaksud bukan hanya sekedar etiket pergaulan melainkan azas hidup bersama itulah yang sesungguhnya harus dilakukan oleh setiap orang dalam hidup bersam seperti yang diungkapkan dalam:
  • Matius 7:12
“ segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat padamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka”
  • Matius 22: 34-40 
Relasi antar manusia harus dilandasi dengan sikap kasih.
Sikap hidup yang adil, jujur dan tidak egois merupakan prasyarat yang harus dijunjung tinggi dalam hidup bersama.
Tindakan kasih merupakan perwujudan dari kasih Allah sendiri.

Beberapa faktor yang dapat merusak kehidupan bersama antara lain:
  • Ketidak jujuran
  • Egoisme atau mementingkan diri sendiri
  • Siakap tidak peduli terhadap orang lain
  • Sikap acuh tak acuh terhadap sesama
  • Sombong
  • Sikap tidak adil

Untuk mencapai hidup bersama yang selaras dibutuhkan suatu azas hidup bersama baik yang berbentuk adat, aturan kelmpok, hukum agama maupun hukum dan perundang-undangan.
Kerjasama akan berjalan dengan baik dan lancar, bila ada saling pengertian antar pribadi dan setiap orang juga harus berusaha memahami keinginan orang lain dan tidak memaksakan kehendaknya sendiri.

E.   BERTEMAN

“Tak kenal maka tak sayang” dibalik kalimat tersebut mempunyai pengertian bahwa seseorang yang hidup hendaknya berteman, berelasi pada sesamanya agar dapat saling mengerti dan memahami sehingga memungkinkan timbulnya rasa kasih sayang yang mendalam dan murni.
Berteman dapat diartikan: sebagai hubungan atau relasi dimana terjadi antara dua  orang atau lebih baik itu seorang anak laki-laki dengan lawan jenisnya maupun sejenisnya yang mempunyai tujuan untuk bersosialisasi ataupun untuk mencapai sesuatu yang mau dicapai bersama.
Didalam proses berteman, tidak semuanya dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan, namun terkadang dengan keadaan dan situasi ataupun hal-hal lain yang sering ambil andil untuk terjadinya salah paham atau retaknya berteman.

Hubungan dalam pertemanan dapat hanya sebatas pada:
  • Teman sepermainan
  • Berusaha tidak saling mengecewakan
  • Teman belajar
  • Teman bisnis/usaha/datang
  • Sekedar teman saja dll
Beberapa hal yang dapat menjadi hambatan dalam berteman antara lain:
  • Egois
  • Acuh tak acuh
  • Munafik
  • Kurang peka akan kebutuhan orang lain
  • Pergaulan yang kurang luas
  • Kurang mendapat perhatian sehingga sulit/tidak dapat memberi perhatian.

Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi (Filipi 2:1-8) secara gamblang menjelaskan kepada kita tentang bagaimana hendaknya kita mengambil sikap dalam relasi/pertemanan dengan orang lain “,...hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.” (Fil 2:1).
Paulus tetap dan senantiasa menasehatkan agar dalam membangun relasi dengan sesama (berteman) hendaknya menempatkan orang lain yang utama daripada kepentingan diri sendiri.

F.    BERSAHABAT

Pertemanan yang biasa jika dilakukan lebih intensif, akan dapat meningkat dalam relasinya menjadi PERSAHABATAN.
Relasi dengan teman tentu saja tidak sedalam relasi kita dengan sahabat.
Mempunyai sahabat adalah dambaan setiap orang, karena setiap orang adalah makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari orang lain yang senantiasa ingin bahagia dan atau gembira bersama.

Sahabat adalah:
·         Seseorang yang kita kasihi, kita percayai dan kita hormati secara khusus.
·         Teman yang selalu ada untuk mendampingi ketika kita sangat membutuhkan
·         Teman yang memberikan penghiburan ketika kita dalam kesusahan.
·         Teman yang tidak membiarkan ketika kita berbuat salah
·         Ia yang hadir untuk memberikan nasihat, menunjukkan arah ketika kita tersesat
·         Dia yang bersedia menerima kita apa adanya, tidak pernah menuntut melebihi kemampuan kita.
·         Seseorang yang setia menemani kita dalam suka maupun duka,

Persahabatan adalah: Bentuk khusus kebersamaan yang memungkinkan orang dapat
                                       Berbagi rasa dalam suka dan duka serta saling menolong
   dengan kerelaan berkorban.

Ciri-ciri Persahabatan yang baik adalah:
  1. Saling mengasaihi, dapat ditunjukkan misalnya dengan:
@ selalu mau membantu
@ rela berkorban tanpa pamrih
@ tahu bertenggang rasa dll.
  1. Saling Mempercayai, misalnya:
@ saling membuka diri menceritakan suka duka hidup
@ memberi pujian dan kritik kepada sahabt dengan jujur
@ dapat menjaga rahasia sahabat
  1. Saling Menghormati, misalnya:
@ menerima sahabat apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya
@ mau mendengar keluh kesah sahabat
@ mau mendengar tindakan dan ucapan sahabat sebagi sesuatu yang penting

Dalam persahabatan kita dapat saling menerima dan memberi diri sehingga kita dapat sama-sama belajar, tumbuh dan berkembang secara lahir dan bathin.
Bersahabat merupakan pendalaman dari proses perjumpaan,perkenalan, dan pertemanan dengan orang lain. Persahabatan itu tidak eksklusif dan sebagai cerminan dari keluasan wawasan hidup seseorang. Persahabatan itu tidak sekali jadi, melainkan tumbuh dalam proses yang berjalan. Kita bisa saja mempunyai banyak teman tetapi sedikit sahabat. Menjadi sahabat adalah soal kehendakdan pilihan sikap untuk terus membangun relasi dalam kejujuran.

Syarat membangun Persahabatan adalah: Kejujuran diri dalam berkomunikasi
  • Kejujuran dalam arti ini adalah: menerima, melaksanakan, memperlihatkan  dan melindungi kebenaran.
  • Menerima berarti: mengakui kebenaran, entah itu datang dari mana ataupun dari siapa yang mengatakannya.
  • Melaksanakan berarti: bertindak dan bersikap sesuai dengan kebenaran dan   kenyataan serta melindungi dari yang tidak berhak.
Norma yang dipakai adalah Cinta Kasih yang Bijaksana.

Dalam ajaran Gereja, selalu menunjukkan dan mengajarkan bagaimana menjadi orang Katolik yang setia pada sahabat seperti yang diungkapkan dalam Kitab Suci, terdapat contoh yang mengisahkan tentang “Persahabatan Sejati”yaitu:
Persahabatan Daud dan Yonathan (1 Samuel 18: 1-4, 20: 1-43) yaitu:
  • Yonathan adalah putera Raja Saul, ia bersahabat dengan Daud, tetapi Raja Saul  tidak suka pada Daud karena iri pada kemampuan Daud
  • Raja Saul berniat membunuh Daud, tetapi Yonathan tetap menjalin persahabatan dengan Daun dan menyelamatkan Daud dari ancaman ayahnya.
  • Kisah tersebut menunjukkan segi pandangan Kristiani bahwa:
1.    Persahabatan mengandalkan kejujuran
2.    Dalam persahabatan perlu keterbukaan untuk saling membangun
3.    Persahabatan didasari kebenaran yang tidak dapat dikalahkan oleh ikatan apapun (baik ikatan darah, ikatan fungsional maupun ikatan apapun)
  • Sikap Yonathan patut dipuji, karena ia tidak merasa persahabatannya dengan Daud harus hancur walaupaun antara sahabat dan ayahnya kurang baik hubungannya.
  • Persahabatan tidak dapat dicampuradukkan dengan urusan keluarga, Yonathan berusaha jujur dengan Daud sahabatnya dengan mengatakan apa adanya tentang ayahnya agar sahabatnya selamat, termasuk menceritakan bagaimana sikap Raja Saul.
  • Walaupun Yonathan adalah putra Mahkota, tetapi ia tidak takut kedudukannya digeser oleh Daud dan semua yang dilakukan Yonathan untuk menyelamatkan Daud dilakukan tanpa pamrih.

Menurut Yesus, persahabatan sejati terletak pada:
  1. Cinta yang rela berkorban (bahkan korban nyawa sekalipun)
  2.  Rela memaafkan
  3.  Kebersamaan dalam rahasia hidup dan perjuangan
  4. Yesus adalah contoh tokoh sahabat yang paling agung, karena Ia mengajarkan kepada kita tentang hakekat dan makna dari persahabatan sejati.


Sikap yang sering dapat menghancurkan Persahabatan antara lain:
  • Egois atau mencari keuntungan sendiri
  • Munafik atau sikap pura-pura (lain dimulut lain dihati dan yang dilakukan)
  • Ketidakjujuran,
  • Tidak setia dll
Persahabatan yang baik akan menumbuhkan sikap:
  • Cinta kasih
  • Keterbukaan
  • Kejujuran
  • Rela berkorban tanpa pamrih
  • Saling memahami
  • Setia
  • Tidak mencari keuntungan sendiri.

Persahabatan yang sejati adalah persahabat yang sungguh-sungguh berorientasi pada orang yang dikasihinya. Orientasi ini memampukan dirinya untuk:
  • Berbuat tanpa pamrih
  • Berani meninggalkan dirinya sendiri demi sahabat yang tidak hanya bersama kala suka tetapi hadir terutama saat duka menimpa
  • Berani berkorban segalanya demi sahabat.

Menurut Yesus, persahabatan sejati terletak pada:
·         Cinta yang rela berkorban (bahkan korban nyawa sekalipun)
·         Rela memaafkan
·         Kebersamaan dalam rahasia hidup dan perjuangan
Yesus adalah contoh tokoh sahabat yang paling agung, karena Ia mengajarkan kepada kita tentang hakekat dan makna dari persahabatan sejati.

Persahabatan Sejati dapat terjadi apabila ada:
·         Kehendak baik
·         Cinta
·         Kejujuran
·         Sikap terbuka
·         Solidaritas/Setia kawan
·         Rela berkorban
·         Siap mendengarkan
·         Empati
Dengan sikap-sikap tsb diatas, kita bertumbuh sebagi pribadi yang integratif dan dewasa serta saling memperbaiki dan tidak ada istilah yang satu memperalat yang lain.
Model tokoh sahabat sejati adalah: Yesus Kristus sendiri, karena:
1.    Ia begitu setia dan perhatian terhadap kita
2.    Ia mati-matian membela kita sahabatNya
3.    Segala sesuatu disingkapNya bagi kita sahabatNya
Hal tersebut secara jelas dan tegas diungkapkan Yesus dalam injil Yohanes 15:13-15

G.   BERPACARAN

Seiring dengan perkembangannya, seorang remaja akan memasuki relasi sosial yang semakin luas. Awalnya lebih senang bergaul atau membentuk kelompok dengan teman yang sejenis, lama kelamaan akan mulai merasa perlu untuk menjalin relasi dengan teman lawan jenisnya.
Bahkan untuk menarik perhatian lawan jenisnya, remaja mencoba untuk menampilhan diri sebaik mungkin, misalnya:
·         Menjaga tutur katanya
·         Menjaga penampilan dan image diri
·         Berupaya  mempercantik diri  dan menampilkan diri sebaik mungkin agar lawan jenis tertarik
·         Berusaha merawat diri dan menjaga penampilan
·         Mulai mencari perhatian dengan lawan jenis yang disukai dgn bermacam cara dll
Selain itu, ditemukan juga dampak negatif perubahan prilaku sebagi dampak dari ketertarikan terhadap lawan jenis yaitu:
·         Konsentrasi belajar menurun
·         Berbohong dalam hal keuangan dengan orang tua untuk menyenangkan pacar
·         Mencari-cari alasan agar dapat pergi dengan pacarnya.
Gejala dan dampak negatif dari rasa ketertarikan dengan lawan jenis tsb perlu diantisipasi baik oleh guru dan orang tua supaya mendapat pendampingan yang memadai agar para remaja yang mulai memiliki rasa tertarik dengan lawan jenis tidak salah jalan

Petemanan yang mendalam dan khusus dengan lawan jenis, pada akhirnya akan terjalinlah hubungan khusus yang disebut dengan “PACARAN”.

Berpacaran dapat diterima secara wajar karena hal itu merupakan perkembangan dari persahabatan sejati oleh dua orang yang berlainan jenis.
Pacaran yang sehat tidak hanya tertarik untuk menyenangkan diri, namun menuntut perlakuan yang hormat dan suci terhadap pacar.

Remaja SMP perlu memahami secara benar tentang masalah pacaran yang baik, sehingga dampak negatif dari pacaran itu tidak terjadi, tetapi malah sebaliknya mereka menjadi mampu menempatkan diri dengan baik dalam menjalin relasi dengan teman terlebih lawan jenis

Tema “Pacaran” sering dikaitkan dengan cinta atau orang yag sedang “kasmaran” alias jatuh cinta. Pengalaman ini merupkan peristiwa yang menyenangkan, membahagiakan dan membuat orang bingung mabuk kepayang.
Pacaran terjadi jika tahap pertemuan, perkenalan dan pertemanan telah dilalui dalam proses perjumpaan untuk menjadi sahabat.

Hubungan antara Cinta dengan Pacaran
·         Cinta merupakan daya yang mendorong seserang untuk membangun kebersamaaan atau hidup bersama yang lebih baik dengan orang yang disayangi
·         Dengan cinta seseorang ingin memberikan sesuatu dari dirinya sendiri kepada orang lain serta ada dorongan untuk membahagiakan orang lain
·         Cinta itu memperkembangkan dan mengisi hidup manusia
·         Tidak ada kebahagiaan yang begitu diharapkan sedemokian rupa cinta dan tidak ada penderitaan yang begitu mendalam daripada seseorang yang ditolak cintanya
·         Cinta membuat hidup lebih hidup
·         Orang yang tidak pernah dicintai oleh orang lain misalnya oleh keluarga, teman dan selalu tersingkir, orang tsb akan mengalami hidup yang merana, kering & sepi
·         Walaupun gagah, kaya raya dan pandai, kalau cintanya ditolak oleh sang kekasih, ia akan merasa kehilangan segala-galanya dan putus asa
Dari hal-hal tsb diatas jelasalah bahwa manusia membutuhkan cinta, membutuhkan dimengerti dan diterima seluruh hidupnya, setidaknya oleh satu orang yang diharapkan.

Pacaran adalah: adanya daya tarik dengan lawan jenis yang mengarah kepada kepada
                            Hubungan yang khusus.

Allah menciptakan pria dan wanita, serupa tapi tidk sama, justru perbedaan itulah pria dan wanita saling tertarik. Mereka saling membutuhkan untuk saling melengkapi dan membahagiakan serta saling mencintai.

Rasa tertarik kepada lawan jenis merupakan bagian dari proses pertumbuhan remaja menuju kedewasaan. Setiap orang akan atau pernah mengalaminya. Rasa tertarik itu sendiri bahkan oleh diberikan Allah sendiri. Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan agar saling tertarik dan dengan demikian mereka dapat saling membantu memperkembangkan satu terhadap yang lain.

Rasa tertarik atas lawan jenis itu perlu kita tata atau kelola serta kita kendalikan secara bertanggung jawab. Itulah sebabnya, kita mengenal adanya tahap-tahap ketertarikan seseorang terhadap lawan jenisnya.
Adapun tahap-tahap ketertarikan terhadap lawan jenis adalah sebagai berikut:
1.    Tahap pergaulan biasa
Pada tahap ini pria dan wanita dapat bergaul denga sesamanya secara sehat bebas dan bertanggung jawab. Biasanya perasaan yang muncul terhadap lawan jenis berjalan dengan wajar tanpa ada perasaan apapun.
2.    Tahap pergaulan khusus
Pada tahap ini pergaulan sudah mengarah kepada seseorang/lawan jenis secara akrab dan terbatas. Biasanya remaja selain bergaul dengan siapa saja, mulai ada diantaranya yang tertarik secara khusus kepada lawan jenis dan mulai bersahabat  secara khusus atau naksir, tahap ini biasa disebut juga Masa pacaran
3.    Tahap pertunangan
Pada tahap ini pria dan wanita telah mengikat janji sebagai persiapan akhir menjelang perkawinan. Setelah dewasa biasanya rasa ketertarikan atau pacaran itu biasanya akan lebih diarahkan menuju jenjang perkawinan.

Berpacaran merupakan hak setiap orang, tetapi setiap orang perlu secara bijaksana menentukan kapan ia akan mulai berpacaran. Sebab berpacaran yang tidak terarah dan tidak pada tujuannya dapat mendatangkan bencana yang merugikan, tidak hanya diri kita sendiri atau sang pacar, melainkan juga keluarga, bahkan masyarakat.

Masa pacaran bertujuan untuk:
·         Saling mengenal satu sama lain
·         Mengenal kepribadiannya
·         Tahu kebiasaan baik dan buruknya
·         Mengenal latar belakang latar belakang keluarganya
·         Tahu latar belakang keluarga, sosial ekonomi, pendidikannya dll
Dengan mengenal pacar secara sungguh-sungguh, diharapkan kelak bila sampai menikah mereka akan menjadi pasangan yang berbahagia, yang tidak banyak mengalami masalah atau konflik dalam kehidupan rimah tangga mereka.

Kitab suci memberikan inspirasi kepada kita dalam menghayati tahap-tahap pergaulan dengan lawan jenis seperti yang terungkap dalam Injil Lukas 14: 28-34 yaitu:
·         Agar mampu menyelesaikan suatu pekerjaan, seseorang harus memiliki persiapan cukup, seperti halnya seseorang yang akan mendirikan suatu menara.
·         Dalam mengikuti Yesus ada tuntutan khusus misalnya:
Ø  adanya persiapan
Ø  adanya kesediaan untuk lepas dari berbagai keterikatan atau kepentingan diri sendiri
Ø  adanya kesediaan untuk mendengarkan
Ø  adanya kesediaan untuk mengikuti ajaranNya dll
·             Setiap pengikut Yesus juga diharapkan dapat mewujudkan tuntutan tsb dalam hidup sehari-hari, termasuk ketika memasuki masa pacaran
·              Masa pacaran perlu dilalui secara bertanggug jawab. Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa bersatu dengan Allah, agar Allah sendiri membimbing hubungan kita dengan sang pacar.

Adapun kriteria pacaran yang sehat adalah:
·         Dilakukan dalam rangka memilih hidup berkeluarga
·         Dasarnya adalah cinta kasih bukan hanya hal-hal yng sifatnya biologis semata
·         Waspada terhadap kemungkinan pelecehan seksual, pelanggaran asusila dan akibatnya dll

Beberapa Nasehat Kitab Suci soal Pacaran
·         Jagalah hatimu, Kitab Suci mengajarkan kepada kita untuk berhati-hati dalam memberikan/menyampaikan kasih sayang kita, karena hati mempengaruhi segala sesuatu dalam hidup kita (Amsal 4:23)
·         Kamu akan menjadi seperti teman-temanmu bergaul. Kita juga cenderung menjadi seperti teman-teman sepergaulan kita. Prinsip ini berhubungan erat dengan menjaga hati yang sama pentingnya dalam pergaulan seperti hubungan dalam pacara (1 Korintus 15:33)
·         Dalam pacaran harus mengikuti standar moral Alkitab. Pacaran yang benar harus didasari dengan Kasih Allah sehingga orientasi pergaulan itu hanya ada dalam Kristus, seperti yang terungkap dalam Roma 12:12, Yeremia 29;11 dan Amsal 23:18.

Gereja tidak pernah memaksa umatnya untuk harus menjalani proses pacaran atau pertunangan tertentu, tetapi yang diharapkan adalah agar proses itu dilalui terserah bagaimana caranya yang penting sesuai dengan norma, nilai aturan serta adat istiadat setempat dan dihayati dalam semangat iman serta terang Kristiani.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Materi Agama Katolik

SANTO AMBROSIUS, USKUP DAN PUJANGGA GEREJA

Santo Ambrosius, Uskup dan Pujangga Gereja Tanggal Pesta: 7 Desember Ambrosius lahir pada tahun 334 di Trier, Jerman dari sebuah keluarga Kr...