Ajaran Gereja tentang
Tritunggal Mahakudus atau yang juga dikenal sebagai Trinitas dalam
Kristen adalah salah satu topik yang bisa dibilang seringkali
diperdebatkan dalam masyarakat kita. Yang perlu Anda ketahui dan ingat – ingat
adalah kita sebagai seorang manusia memiliki pengetahuan dan pengertian yang
terbatas akan Tuhan dan segala rancangan-Nya dalam hidup kita. Apabila kita
mengetahui segala sesuatu, mungkin saja kita akan meragukan bahkan tidak
mempercayai akan adanya keberadaan Tuhan. Apa yang telah Tuhan sampaikan
melalui kitab suci adalah Ia hanya meminta kita untuk percaya dan merenungkan
bahwa rencana-Nya pasti akan indah pada waktu-Nya.
Tritunggal Mahakudus
sendiri berarti bahwa ada satu Tuhan dengan tiga pribadi. Mungkin memang
pengertian Tritunggal Mahakudus bisa dianalogikan dengan hal – hal yang
lainnya, ambil saja contohnya sebagai matahari. Matahari dapat memancarkan
energi panas, dan membantu menyinari bumi, bagaimanapun juga matahari tetaplah
satu matahari walaupun ia memiliki dua fungsi yang berbeda. Tentunya akan ada perbedaan
persepsi dan cara pandang ataupun cara pikir mengenai hal ini, tetapi yang
pasti Allah Bapa telah mengutus Yesus Kristus sebagai pernyataan akan diri-Nya
sendiri yang membuat kita mempercayai akan Tritunggal Mahakudus. Tri berarti
tiga, dan tunggal berarti menjadi satu. Ketika pribadi yang ada dalam
Tritunggal Mahakudus adalah Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus. Saya
akan berusaha memberikan penjelasan akan masing – masing pribadi sesuai
rumusannya dengan apa yang bisa anda ketahui, sebagai berikut:
1. Allah Bapa
Allah Bapa adalah
pribadi pertama dalam ketiga pribadi pada Allah Tritunggal. Kita pertama –
tama mengenal Allah Bapa karena Yesus sendiri seringkali berdoa kepada Bapa-Nya
di surga. Sama seperti yang telah Yesus katakan, “Barangsiapa telah
melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yohanes 14:7, 9). Dengan
mengenali Tuhan Yesus melalui semua perumpamaan yang Ia buat dan
berusaha mengenal Yesus dengan lebih dekat lagi dengan melakukan renungan atas
ayat – ayat yang ada pada kitab suci, kita secara langsung juga mengenal Allah
Bapa itu sendiri karena mereka adalah satu.
Sebelum mengenal Allah
Bapa melalui Yesus, Allah Bapa adalah Allah yang sama yang membentuk bumi dan
menciptakan kehidupan di bumi, membimbing kaum Israel keluar dari Mesir dan
adalah Allah yang sama yang membimbing dan mengangkat Abraham sebagai Bapa
Segala Bangsa. Dan karena cinta-Nya yang besar, Allah Bapa mengutus Yesus
sebagai pribadi yang kedua.
2. Allah Putra
Allah Putra adalah
pribadi kedua dalam ajaran Gereja tentang Tritunggal Mahakudus. Dan seperti
yang kita ketahui, Ia adalah Yesus Kristus sendiri. Salah satu tujuan
ataupun makna kelahiran Yesus Kristus atau kedatangan Yesus ke dunia
adalah untuk menjembatani hubungan Allah dan manusia yang rusak karena dosa.
Adanya Yesus yang telah datang ditengah – tengah kita membuat kita menjadi
lebih mengerti tentang pribadi Allah. Tentang bagaimana Allah sendiri mau
menjadi seperti manusia dan merasakan semua yang kita rasakan.
Karakter Kristus sendiri juga 100% Allah dan 100% manusia dan hal inilah
yang membantu para rasul untuk bisa lebih dekat dengan Kristus. Kedatangan
Kristus ke dunia membuat kita mengenal pribadi Allah secara lebih jauh,
mengenal betapa baiknya Allah, dan betapa pedulinya Allah akan keselamatan
manusia ciptaan-Nya. Apabila diibaratkan, Allah itu seperti samudra luas yang
tidak terselami, dengan adanya Yesus, kita bisa mengerti sedikit lebih jelas
akan rupa dan sifat – sifat baik Allah untuk membantu menyelamatkan kita dari
dosa yang menghantar kita pada kematian dan maut.
3. Allah Roh Kudus
Dan pribadi yang
ketiga adalah Allah Roh Kudus. Allah Roh Kudus adalah Roh Allah sendiri
yang bekerja untuk membimbing dan menyertai kita sepanjang hidup. Atas adanya
keberadaan Roh Kuduslah kita dimampukan untuk melakukan berbagai kebaikan dan
menghasilkan beberapa buah-buah Roh Kudus atas penyertaan-Nya. Roh
Kudus membantu kita dan memampukan kita untuk melakukan berbagai hal baik
dengan lebih maksimal. Sama seperti kejadian pada malam pentakosta pada jaman
Yesus, banyak dari murid-Nya yang berduka dan ketika turun pencurahan Roh Kudus
dalam bentuk lidah – lidah api, para murid Yesus menjadi lebih dikuatkan dan
terhibur. Untuk mendapatkan karunia Roh Kudus yang memiliki dampak besar yang
baik pada kehidupan kita, tentunya kita harus semakin mendekat kepada Allah dan
mematuhi perintah – perintah-Nya
Dan hal yang perlu
Anda ingat – ingat adalah Allah tetap sama sejak dahulu hingga selama –
lamanya. Ia akan tetap mencintai dan menyertai manusia untuk menuju kedapa
keselamatan yang datang dari padaNya.
Dasar dari Kitab Suci dan pengajaran Gereja
Yesus menunjukkan persatuan yang tak terpisahkan dengan Allah Bapa, “Aku
dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30); “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah
melihat Bapa…” (Yoh 14:9). Di dalam doa-Nya yang terakhir untuk murid-murid-Nya
sebelum sengsara-Nya, Dia berdoa kepada Bapa, agar semua murid-Nya menjadi
satu, sama seperti Bapa di dalam Dia dan Dia di dalam Bapa (lih. Yoh 17: 21).
Dengan demikian Yesus menyatakan Diri-Nya sama dengan Allah: Ia adalah
Allah. Hal ini mengingatkan kita akan pernyataan Allah Bapa sendiri,
tentang ke-Allahan Yesus sebab Allah Bapa menyebut Yesus sebagai Anak-Nya yang
terkasih, yaitu pada waktu pembaptisan Yesus (lih. Luk 3: 22) dan pada waktu
Yesus dimuliakan di atas gunung Tabor (lih. Mat 17:5).
Yesus juga menyatakan keberadaan Diri-Nya
yang telah ada bersama-sama dengan Allah Bapa sebelum penciptaan dunia (lih.
Yoh 17:5). Kristus adalah sang Sabda/ Firman, yang ada bersama-sama dengan
Allah dan Firman itu adalah Allah, dan oleh-Nya segala sesuatu
dijadikan (Yoh 1:1-3). Tidak mungkin Yesus menjadikan segala sesuatu,
jika Ia bukan Allah sendiri.
Selain menyatakan kesatuan-Nya dengan
Allah Bapa, Yesus juga menyatakan kesatuan-Nya dengan Roh Kudus, yaitu Roh yang
dijanjikan-Nya kepada para murid-Nya dan disebutNya sebagai Roh Kebenaran yang
keluar dari Bapa, (lih. Yoh 15:26). Roh ini juga adalah Roh Yesus sendiri,
sebab Ia adalah Kebenaran (lih. Yoh 14:6). Kesatuan ini ditegaskan kembali oleh
Yesus dalam pesan terakhir-Nya sebelum naik ke surga, “…Pergilah, jadikanlah
semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Putera dan
Roh Kudus…”(Mat 28:18-20).
Selanjutnya, kita melihat pengajaran
dari para Rasul yang menyatakan kembali pengajaran Yesus ini, contohnya, Rasul
Yohanes yang mengajarkan bahwa Bapa, Firman (yang adalah Yesus
Kristus), dan Roh Kudus adalah satu (lih 1 Yoh 5:7); demikian juga
pengajaran Petrus (lih. 1 Pet:1-2; 2 Pet 1:2); dan Paulus (lih. 1Kor
1:2-10; 1Kor 8:6; Ef 1:3-14). Rasul Paulus
Dasar dari Pengajaran Bapa Gereja
Para Rasul mengajarkan apa yang mereka terima dari Yesus, bahwa Ia adalah
Sang Putera Allah, yang hidup dalam kesatuan dengan Allah Bapa dan Allah Roh
Kudus. Iman akan Allah Trinitas ini sangat nyata pada Tradisi umat Kristen pada
abad-abad awal.
1. St. Paus Clement dari
Roma (menjadi Paus tahun 88-99):
“Bukankah kita mempunyai satu Tuhan, dan satu Kristus, dan satu Roh Kudus yang
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita?” ((St. Clement of Rome, Letter to
the Corinthians, chap. 46, seperti dikutip oleh John Willis SJ, The
Teachings of the Church Fathers, (San Francisco, Ignatius Press, 2002,
reprint 1966), p. 145))
2. St. Ignatius dari
Antiokhia (50-117) membandingkan jemaat dengan batu yang disusun untuk
membangun bait Allah Bapa; yang diangkat ke atas oleh ‘katrol’ Yesus Kristus
yaitu Salib-Nya dan oleh ‘tali’ Roh Kudus. ((St. Ignatius of Antiokh, Letter
to the Ephesians, Chap 9, Ibid., p. 146))
“Ignatius, juga disebut Theoforus,
kepada Gereja di Efesus di Asia… yang ditentukan sejak kekekalan untuk
kemuliaan yang tak berakhir dan tak berubah, yang disatukan dan dipilih melalui
penderitaan sejati oleh Allah Bapa di dalam Yesus
Kristus Tuhan kita.” ((St. Ignatius, Letter to the Ephesians, 110))
“Sebab Tuhan kita, Yesus Kristus,
telah dikandung oleh Maria seturut rencana Tuhan: dari keturunan Daud, adalah
benar, tetapi juga dari Roh Kudus.” ((ibid., 18:2)).
“Kepada Gereja yang terkasih dan
diterangi kasih Yesus Kristus, Tuhan kita, dengan kehendak Dia yang
telah menghendaki segalanya yang ada.” ((St. Ignatius, Letter to the
Romans, 110))
3. St. Polycarpus (69-155),
dalam doanya sebelum ia dibunuh sebagai martir, “… Aku memuji
Engkau (Allah Bapa), …aku memuliakan Engkau, melalui Imam Agung
yang ilahi dan surgawi, Yesus Kristus, Putera-Mu yang terkasih,
melalui Dia dan bersama Dia, dan Roh Kudus, kemuliaan bagi-Mu sekarang dan
sepanjang segala abad. Amin.” ((St. Polycarp, Ibid., 146))
4. St. Athenagoras (133-190):
“Sebab, … kita mengakui satu Tuhan, dan PuteraNya yang adalah
Sabda-Nya, dan Roh Kudus yang bersatu dalam satu kesatuan, –Allah Bapa,
Putera dan Roh Kudus.” ((St. Athenagoras, A Plea for Christians,
Chap. 24, ibid., 148))
5. Aristides sang
filsuf [90-150 AD] dalam The Apology
“Orang- orang Kristen, adalah mereka yang, di atas segala bangsa di dunia,
telah menemukan kebenaran, sebab mereka mengenali Allah, Sang
Pencipta segala sesuatu, di dalam Putera-Nya yang Tunggal dan
di dalam Roh Kudus. ((Aristides, Apology 16 [A.D. 140]))
6. St. Irenaeus (115-202):
“Sebab bersama Dia (Allah Bapa) selalu hadir Sabda dan
kebijaksanaan-Nya, yaitu Putera-Nya dan Roh Kudus-Nya, yang dengan-Nya dan
di dalam-Nya, …Ia menciptakan segala sesuatu, yang kepadaNya Ia bersabda,
“Marilah menciptakan manusia sesuai dengan gambaran Kita.” (( St.
Irenaeus, Against Heresy, Bk. 4, Chap.20, Ibid., 148))
“Sebab Gereja, meskipun tersebar di
seluruh dunia bahkan sampai ke ujung bumi, telah menerima dari para rasul dan
dari murid- murid mereka iman di dalam satu Tuhan, Allah Bapa yang
Mahabesar, Pencipta langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya; dan di
dalam satu Yesus Kristus, Sang Putera Allah, yang menjadi daging bagi
keselamatan kita, dan di dalam Roh Kudus, yang [telah] mewartakan
melalui para nabi, ketentuan ilahi dan kedatangan, dan kelahiran dari seorang
perempuan, dan penderitaan dan kebangkitan dari mati dan kenaikan tubuh-Nya ke
surga dari Kristus Yesus Tuhan kita, dan kedatangan-Nya dari surga di dalam
kemuliaan Allah Bapa untuk mendirikan kembali segala sesuatu, dan membangkitkan
kembali tubuh semua umat manusia, supaya kepada Yesus Kristus Tuhan dan
Allah kita, Penyelamat dan Raja kita, sesuai dengan kehendak Allah
Bapa yang tidak kelihatan, setiap lutut bertelut dari semua yang di surga dan
di bumi dan di bawah bumi ….” ((St. Irenaeus, Against Heresies,
I:10:1 [A.D. 189])).
“Namun demikian, apa yang tidak dapat
dikatakan oleh seorangpun yang hidup, bahwa Ia [Kristus]
sendiri adalah sungguh Tuhan dan Allah … dapat dilihat oleh
mereka yang telah memperoleh bahkan sedikit bagian kebenaran” ((St. Irenaeus,
ibid., 3:19:1)).
7. St. Clement dari
Alexandria [150-215 AD] dalam Exhortation to the Heathen (Chapter
1)
“Sang Sabda, Kristus, adalah penyebab, dari asal mula kita -karena Ia ada di
dalam Allah- dan penyebab dari kesejahteraan kita. Dan sekarang, Sang Sabda
yang sama ini telah menjelma menjadi manusia. Ia sendiri adalah Tuhan dan
manusia, dan sumber dari semua yang baik yang ada pada kita” ((St. Clement,
Exhortation to the Greeks 1:7:1 [A.D. 190])).
“Dihina karena rupa-Nya namun
sesungguhnya Ia dikagumi, [Yesus adalah], Sang Penebus, Penyelamat, Pemberi
Damai, Sang Sabda, Ia yang jelas adalah Tuhan yang benar, Ia
yang setingkat dengan Allah seluruh alam semesta sebab Ia
adalah Putera-Nya.” ((ibid., 10:110:1)).
8. St. Hippolytus [170-236
AD] dalam Refutation of All Heresies (Book IX)
“Hanya Sabda Allah [yang] adalah dari diri-Nya sendiri dan
karena itu adalah juga Allah, menjadi substansi Allah. ((St.
Hippolytus, Refutation of All Heresies 10:33 [A.D. 228]))
“Sebab Kristus adalah Allah di
atas segala sesuatu, yang telah merencanakan penebusan dosa dari umat
manusia …. ((ibid., 10:34)).
9. Tertullian [160-240
AD] dalam Against Praxeas
“Bahwa ada dua allah dan dua Tuhan adalah pernyataan yang tidak akan keluar
dari mulut kami; bukan seolah Bapa dan Putera bukan Tuhan, ataupun Roh Kudus
bukan Tuhan…; tetapi keduanya disebut sebagai Allah dan Tuhan, supaya ketika
Kristus datang, Ia dapat dikenali sebagai Allah dan disebut
Tuhan, sebab Ia adalah Putera dari Dia yang adalah Allah dan Tuhan.”
((Tertullian, Against Praxeas 13:6 [A.D. 216])).
10. Origen [185-254 AD]
dalam De Principiis (Book IV)
“Meskipun Ia [Kristus] adalah Allah, Ia menjelma menjadi daging,
dan dengan menjadi manusia, Ia tetap adalah Allah.” ((Origen, The
Fundamental Doctrines 1:0:4 [A.D. 225])).
11. Novatian [220-270 AD]
dalam Treatise Concerning the Trinity
“Jika Kristus hanya manusia saja, mengapa Ia memberikan satu ketentuan kepada
kita untuk mempercayai apa yang dikatakan-Nya, “Inilah hidup yang kekal itu,
yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal
Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” (Yoh 17:3). Bukankah Ia menghendaki agar
diterima sebagai Allah juga? Sebab jika Ia tidak menghendaki agar dipahami
sebagai Allah, Ia sudah akan menambahkan, “Dan manusia Yesus Kristus yang telah
diutus-Nya,” tetapi kenyataannya, Ia tidak menambahkan ini, juga Kristus tidak
menyerahkan nyawa-Nya kepada kita sebagai manusia saja, tetapi satu diri-Nya
dengan Allah, sebagaimana Ia kehendaki agar dipahami oleh persatuan ini sebagai
Tuhan juga, seperti adanya Dia. Karena itu kita harus percaya, seusai dengan
ketentuan tertulis, kepada Tuhan, satu Allah yang benar, dan juga
kepada Ia yang telah diutus-Nya, Yesus Kristus, yang, …tidak akan
menghubungkan Diri-Nya sendiri kepada Bapa, jika Ia tidak menghendaki untuk
dipahami sebagai Allah juga. Sebab [jika tidak] Ia akan memisahkan diri-Nya
dari Dia [Bapa], jika Ia tidak menghendaki untuk dipahami sebagai Allah.”
((Novatian, Treatise Concerning the Trinity 16 [A.D. 235])).
12. St. Cyprian of
Carthage [200-270 AD] dalam Treatise 3
“Seseorang yang menyangkal bahwa Kristus adalah Tuhan tidak dapat menjadi bait
Roh Kudus-Nya …” ((St. Cyprian, Letters 73:12 [A.D. 253])).
13. Lactantius [290-350
AD] dalam The Epitome of the Divine Institutes
“Ia telah menjadi baik Putera Allah di dalam Roh dan Putera manusia di dalam
daging, yaitu baik Allah maupun manusia. ((Lactantius, Divine
Institutes 4:13:5 [A.D. 307]))
“Seseorang mungkin bertanya, bagaimana
mungkin, ketika kita berkata bahwa kita menyembah hanya satu Tuhan, namun kita
menyatakan bahwa ada dua, Allah Bapa dan Allah Putera, di mana penyebutan ini
telah menyebabkan banyak orang jatuh ke dalam kesalahan yang terbesar … [yang
berpikir] bahwa kita mengakui adanya Tuhan yang lain, dan bahwa Tuhan yang lain
itu adalah yang dapat mati …. [Tetapi] ketika kita bicara tentang Allah Bapa
dan Allah Putera, kita tidak bicara tentang Mereka sebagai satu yang lain dari
yang lainnya, ataupun kita memisahkan satu dari lainnya, sebab Bapa
tidak dapat eksis tanpa Putera dan Putera tidak dapat dipisahkan dari Bapa.”
((Lactantius, (ibid., 4:28–29))
14. St. Athanasius (296-373),
“Sebab Putera ada di dalam Bapa… dan Bapa ada di dalam Putera…. Mereka
itu satu, bukan seperti sesuatu yang dibagi menjadi dua bagian namun dianggap
tetap satu, atau seperti satu kesatuan dengan dua nama yang berbeda… Mereka
adalah dua,(dalam arti) Bapa adalah Bapa dan bukan Putera, demikian halnya
dengan Putera… tetapi kodreat/ hakekat mereka adalah satu (sebab
anak selalu mempunyai hakekat yang sama dengan bapanya), dan apa yang menjadi
milik BapaNya adalah milik Anak-Nya.” ((St. Athanasius, Four Discourses
Against the Arians, n. 3:3, in NPNF, 4:395.))
15. St. Agustinus (354-430),
“… Allah Bapa dan Putera dan Roh Kudus adalah kesatuan ilahi
yang erat, yang adalah satu dan sama esensinya, di dalam kesamaan
yang tidak dapat diceraikan, sehingga mereka bukan tiga Tuhan, melainkan satu
Tuhan: meskipun Allah Bapa telah melahirkan (has begotten) Putera, dan
Putera lahir dari Allah Bapa, Ia yang adalah Putera, bukanlah Bapa, dan Roh
Kudus bukanlah Bapa ataupun Putera, namun Roh Bapa dan Roh Putera; dan Ia sama
(co-equal) dengan Bapa dan Putera, membentuk kesatuan Tritunggal. ”
((St. Augustine, On The Trinity, seperti dikutip oleh John Willis
SJ, Ibid., 152.))
Dalam bukunya, On the Trinity (Book
XV, ch. 3), St. Agustinus menjabarkan ringkasan tentang konsep Trinitas. Secara
khusus ia memberi contoh beberapa trilogi untuk menggambarkan Trinitas, yaitu:
1) seorang pribadi yang mengasihi, pribadi yang dikasihi dan kasih itu sendiri.
2) trilogi pikiran manusia, yang terdiri dari pikiran (mind),
pengetahuan (knowledge) yang olehnya pikiran mengetahui dirinya sendiri,
dan kasih (love) yang olehnya pikiran dapat mengasihi dirinya dan
pengetahuan akan dirinya.
3) ingatan (memory), pengertian (understanding) dan keinginan (will).
Seperti pada saat kita mengamati sesuatu, maka terdapat tiga hal yang mempunyai
satu esensi, yaitu gambaran benda itu dalam ingatan/ memori kita, bentuk yang
ada di pikiran pada saat kita melihat benda itu dan keinginan kita untuk
menghubungkan keduanya.
Khusus untuk point yang ketiga ini kita
dapat melihat contoh lain sebagai berikut: jika kita mengingat sesuatu,
misalnya menyanyikan lagu kesenangan, maka terdapat 3 hal yang terlibat, yaitu,
kita mengingat lagu itu dan liriknya dalam memori/ ingatan kita, kita
mengetahui atau memikirkan dahulu tentang lagu itu dan kita menginginkan untuk
melakukan hal itu (mengingat, memikirkan-nya) karena kita menyukainya.
Nah, ketiga hal ini berbeda satu sama lain, namun saling tergantung
satu dengan yang lainnya, dan ada dalam kesatuan yang tak terpisahkan. Kita
tidak bisa menyanyikan lagu itu, kalau kita tidak mengingatnya dalam memori;
atau kalau kita tidak mengetahui lagu itu sama sekali, atau kalau kita tidak
ingin mengingatnya, atau tidak ingin mengetahui dan menyanyikannya.
Pengajaran Gereja: Dogma tentang Tritunggal Maha Kudus
Syahadat ‘Aku Percaya’ menyatakan bahwa rahasia sentral iman Kristen adalah
Misteri Allah Tritunggal. Maka Trinitas adalah dasar iman Kristen yang utama
((Gereja Katolik , Katekismus Gereja Katolik, Edisi Indonesia.,
234, 261.)) yang disingkapkan dalam diri Yesus. Seperti kita ketahui di atas,
iman kepada Allah Tritunggal telah ada sejak zaman Gereja abad awal, karena
didasari oleh perkataan Yesus sendiri yang disampaikan kembali oleh para
murid-Nya. Jadi, tidak benar jika doktrin ini baru ditemukan dan ditetapkan
pada Konsili Konstantinopel I pada tahun 359! Yang benar ialah: Konsili
Konstantinopel I mencantumkan pengajaran tentang Allah Tritunggal secara
tertulis, sebagai kelanjutan dari Konsili Nicea (325) ((Konsili Nicea (325):
Credo Nicea: “…Kristus itu sehakekat dengan Allah Bapa, Allah dari Allah,
Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar …”)), dan untuk
menentang heresies (ajaran sesat) yang berkembang pada abad
ke-3 dan ke-4, seperti Arianisme (oleh Arius 250-336, yang menentang kesetaraan
Yesus dengan Allah Bapa) dan Sabellianisme (oleh Sabellius 215 yang membagi
Allah dalam tiga modus, sehingga seolah ada tiga Pribadi yang terpisah).
Dari sejarah Gereja kita melihat bahwa
konsili-konsili diadakan untuk menegaskan kembali ajaran Gereja (yang
sudah berakar sebelumnya) dan menjaganya terhadap serangan ajaran-ajaran sesat/
menyimpang. Jadi yang ditetapkan dalam konsili merupakan peneguhan ataupun
penjabaran ajaran yang sudah ada, dan bukannya menciptakan ajaran baru. Jika
kita mempelajari sejarah Gereja, kita akan semakin menyadari bahwa Tuhan Yesus
sendiri menjaga Gereja-Nya: sebab setiap kali Gereja ‘diserang’ oleh ajaran
yang sesat, Allah mengangkat Santo/Santa yang dipakai-Nya untuk meneguhkan
ajaran yang benar dan Yesus memberkati para penerus rasul dalam konsili-konsili
untuk menegaskan kembali kesetiaan ajaran Gereja terhadap pengajaran Yesus
kepada para Rasul. Lebih lanjut mengenai hal ini akan dibahas di dalam artikel
terpisah, dalam topik Sejarah Gereja.
Berikut ini adalah Dogma tentang
Tritunggal Maha Kudus menurut Katekismus Gereja Katolik, yang telah berakar
dari jaman jemaat awal:
1.
Tritunggal adalah Allah yang satu. ((Lihat KGK 253)) Pribadi
ini tidak membagi-bagi ke-Allahan seolah masing-masing menjadi sepertiga, namun
mereka adalah ‘sepenuhnya dan seluruhnya’. Bapa adalah yang sama seperti
Putera, Putera yang sama seperti Bapa; dan Bapa dan Putera adalah yang sama
seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah dengan kodrat yang sama. Karena kesatuan
ini, maka Bapa seluruhnya ada di dalam Putera, seluruhnya ada dalam Roh Kudus;
Putera seluruhnya ada di dalam Bapa, dan seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Roh
Kudus ada seluruhnya di dalam Bapa, dan seluruhnya di dalam Putera.
2.
Ketiga Pribadi ini berbeda secara real satu sama lain,
yaitu di dalam hal hubungan asalnya: yaitu Allah Bapa yang
‘melahirkan’, Allah Putera yang dilahirkan, Roh Kudus yang dihembuskan. ((Lihat
KGK 254))
3.
Ketiga Pribadi ini berhubungan satu dengan yang lainnya.
Perbedaan dalam hal asal tersebut tidak membagi kesatuan ilahi, namun malah
menunjukkan hubungan timbal balik antar Pribadi Allah tersebut. Bapa
dihubungkan dengan Putera, Putera dengan Bapa, dan Roh Kudus dihubungkan dengan
keduanya. Hakekat mereka adalah satu, yaitu Allah. ((Lihat KGK 255))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar