05 September 2021

SYUKUR SEBAGAI CITRA ALLAH

 


Dari pengalaman hidup harian kita, kita mempunyai banyak alasan untuk bersyukur atas hidup yang dikaruniakan Allah kepada kita. 

Ada berbagai macam bentuk bagaimana orang bersyukur atas kehidupannya yaitu:

  • Perayaan hari ulang tahun kelahiran
  • Hari ulang tahun perkawinan
  • Upacara selamatan/syukuran
  • Perayaan haribesar keagamaan seprti: Paskah, Natal, Lebaran dll 

Mengapa kita bersyukur atas hidup ?

Setidaknya ada 4 (empat) alasan dasar mengapa kita patut bersyukur yaitu:

  1. Hidup adalah Anugerah dari Allah

Dalam Kitab Suci (Mazmur 91:16, Kel 20:12, Amos 10) dijelaskan, umur panjang dipahami sebagai Karunia Allah. Hidup bukan untuk dikuasai dan diperlakukan semaunya, melainkan untuk pelayanan dan pengabdian kepada Allah dan sesama 

  1. Hidup itu berharga

Berharganya hidup karena pemberian dari Allah sendiri (Kej 2:7, Yer 27:5) dan pemberian itu menjadi relasi dengan Allah , manusia dan sesamanya (Keb 9:1-3, Luk 17:1-19) 

  1. Hidup itu Hak Dasar

Hak untuk hidup merupakan hak dasar yang diberikan Allah kepada setiap orang, karena itu wajib kita hormati, pertahankan dan kembangkan. Maka hal-hal yang bertentangan dengan hidup adalah sesuatu yang keji contohnya: Pembunuhan, Perang, Pengguguran kandungan (Aborsi) dll 

  1. Hidup itu Citra Allah

Hidup manusia merupakan kesatuan jiwa-tubuh menurut Citra Allah (kej 1:27). Dengan penebusan Kristus, manusia dipanggil menjadi Anak-anak Allah dan masuk dalam Kehidupan Allah, yang dimaknai dan ditandai dalam Sakramen-sakramen Gereja.Hukum Cinta Kasih memperteguh penghormatan hidup terhadap manusia. 

Langsung atau tidak langsung, kita sering mendengar berbagai pandangan mengenai Makna hidup, apapun pandangan orang tentang hidup, sangatlah tergantung pada:

·         Sejauh mana hidup itu dialami

·         Sejauh mana hidup itu dihayati

·         Sejauh mana hidup itu diaktualisasikan dll 

Ada berbagai pandangan dan sikap terhadap hidup, antara lain:

  1. Hidup sebagai beban berat atau kutukan

Pandangan ini biasanya muncul dari orang –orang yang dalam hidupnya banyak mengalami kegagalan, kekecewaan, bencana atau penderitaan 

  1. Hidup sebagai “Takdir”

Hidup manusia twergantung sepenuhnya pada Tuhan, dan manusia tidak punya hak apa-apauntuk menentukan jalan hidupnya. Pandangan ini menumbuhkan sikap cepat pasrah menyerah terhadap kegagalan, tidak kreatif untuk mengisi dan mengembangkan hidup. Orang tersebut bersikap menunggu dan tidak proaktif. 

  1. Hidup itu “Seni”

Hidup sungguh indah karena mengandung keanekaragaman warna kehidupan: ada suka duka, ada gagal dan berhasil, ada manis dan pahit. Semuanya ada justru membuatnya indah untuk dijalani. Pandangan ini menumbuhkan sikap kreatif dan mencari terobosan baru agar hidup menjadi lebih enak. Tidak cepat puas atas kberhasilan atau terlena dalam kegembiraan, karena sadar disaat yang lain dapat saja kegagalan dan kesedihan akan muncul. 

Masing–masing dari pandangan tentang hidup tersebut berdampak pada sikap dan prilaku seseorang dalam hidupnya sehari-hari. 

Yesus dalam dalam Perjanjian Baru menawarkan suatu pandangan tentang hidup yakni:

  • Hidup adalah anugerah Allah sendiri yang patut disyukuri
  • Hidup telah diberikan, maka selayaknya setiap orang bersyukur kepada yang telah memberi hidup itu.
  • Sekalipun Allah telah memberikan hidup, tetapi bAllah senantiasa menyelenggarakan hidup manusia melalui berbagai peristiwa dan pengalaman
  • Allah ingin agar hidup itu dapat berjalan dan mendatangkan kebahagiaan bagi manusia
  • Allah telah menyelamatkan kita melalui berbagai peristiwa hidup kita, bahkan mungkin melalui pengalaman pahit sekalipun. 

Dalam injil Lukas Lukas 17: 11-19, Yesus mengajak kita untuk:

  • Menaladani Orang Samaria yang setelah mengalami penyelamatan Allah melalui Yesus pergi bersyukur kepadaNya
  • Dari sepuluh oaring yang disembuhkan ternyata hanya ada satu orang yang kembali untuk bersyukur
  • Kebetulan orang yang bersyukur itu adalah Orang Samaria, yang selama ini dianggap kafir (tidak beriman kepada Allah) oleh orang-orang Yahudi, tetapi orang tersebut melakukan yang terbaik dalam hidupnya. Ia bersyukur kepada Allah karena melalui penyembuhan yang dialaminya, Ia mampu merasakan kehadiran Allah yang menyelamatkan. 

Ada berbagai macam cara yang dapat kita lakukan untuk bersyukur antara lain:

  1. Memuliakan Allah lewat doa atau ibadat, baik secara pribadi maupun mengundang sesama
  2. Menolong sesama yang menderita
  3. Berusaha hidup lebih baik
  4. Memelihara kehidupan itu sendiri seperti: menjaga kesehatan, menjaga kebersihan, menjauhi obat-obatan terlarang
  5. Menjaga kehidupan orang lain seperti yang dilakukan Bunda Teresa yang menolong orang miskin dan terbuang
  6. Membiasakan bersyukur atas peristiwa hidup, baik suka maupun duka. 

Gereja mengajak kita untuk senantiasa bersyukur, karena hanya manusia yang mampu bersyukur. Manusia mampu bersyukur karena sebagai CitraNya, Allah telah membekali manusia dengan akal budi dan hati nurani serta roh. Semua itu memampukan manusia untuk senantiasa mencari Allah dan mengarahkan hidup sesuai dengan kehendsak Allah. 

Lewat Akal budi, hari nurani dan roh pula manusia mampu mengamini, bahwa sesungguhnya hidup manusia dengan segala pengalamannya baik manis maupun pahit, menyenangkan maupun tidak menyenangkan, sempurna maupun tidak sempurna, tidak pernah dari peran Allah sang pencipta. Hidup yang kita alami apapun keadaannya sesungguhnya merupakan bukti pemeliharaan dan cinta Tuhan. Selayaknyalah manusiapun bertumbuh menjadi pribadi yang penuh syukur kepadaNya. 

Manusia akan mampu bersyukur bila :

·          mampu mengagumi keindahan dan karya serta penyertaan Tuhan dalam hidupNya

·         mengakui bahwa apa yang dilakukan Tuhan tersebut sebagai cara Tuhan mencitai dirinya

·         mengungkapkan dengan ibadat dan mewujudkan syukur dalam hidup sehari-hari dengan tindakan.

Proses ini hanya dapat dilakukan bila manusia masuk dalam suasana hening dan meninggalkan berbagai kesibukan.

 

 


 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Materi Agama Katolik

SANTO AMBROSIUS, USKUP DAN PUJANGGA GEREJA

Santo Ambrosius, Uskup dan Pujangga Gereja Tanggal Pesta: 7 Desember Ambrosius lahir pada tahun 334 di Trier, Jerman dari sebuah keluarga Kr...