06 Mei 2021

MATERI KELAS VIII: SAKRAMEN KRISMA

  

Sakramen Krisma adalah merupakan bagian dari Inisiasi Kristen karena sakramen ini merupakan pengukuhan seseorang yang sudah dibaptis untuk menjadi anggota Gereja secara penuh. Bersama-sama dengan Pembaptisan dan Ekaristi, Sakramen Krisma membentuk ”Sakramen-sakramen Inisiasi ” yang kesatuannya harus dipertahankan. 

Kepada umat beriman perlu dijelaskan bahwa penerimaan Sakramen Krisma (Penguatan) itu perlu untuk melengkapi rahmat Pembaptisan. Sakramen Krisma lebih menekankan kehadiran Roh Kudus secara khusus untuk menyadarkan dan mengharapkan agar calon Krisma tersebut semakin dijiwai oleh Roh Kudus. 

Makna dari Sakramen Krisma atau Penguatan adalah seseorang terikat kepada Gereja secara lebih sempurna dan dianugerahi serta diperkaya dengan daya kekuatan Roh Kudus secara khusus dan  istimewa, sehingga seseorang semakin diwajibkan untuk lebih giat menyebarluaskan, mewartakan  dan membela iman sebagai Saksi Kristus yang sejati baik  melalui perkataan maupun perbuatan ( Lumen Gentium art 11). 

Umat Kristiani yang telah menerima Sakramen Krisma memperoleh tugas untuk menjadi Saksi Kristus dan mewartakan Injil. Liturgi menjelaskan bahwa sakramen Krisma menyebabkan curahan Roh Kudus dalam kelimpahan seperti yang pernah dialami Para Rasul pada Hari Raya Pentakosta. Karena itu Krisma / Penguatan menghasilkan pertumbuhan dan pendalaman rahmat pembaptisan yaitu:

·         Ia menjadikan kita sungguh anak-anak Allah 

·         Ia menyetukan kita lebih teguh dengan Kristus

·         Ia menambahkan didalam kita karunia Roh Kudus

·        Ia menganugerahkan kepada kita kekuatan khusus Roh Kudus supaya sebagai saksi-saksi Kristus yang handal kita menyebarluaskan dan membela iman dengan perkataan dan perbuatan

·         Ia menjadikan kita lebih berani mengakui nama Kristus dan tidak pernah malu karena salib

·         Ia mengikat kita lebih sempurna kepada Gereja 

Dalam Gereja Katolik orang yang menerima Sakramen Krisma berarti orang tersebut memperoleh tugas perutusan dan siap untuk diutus. Menerima Perutusan maksudnya adalah:

·         Mampu melihat kenyataan sebenarnya

·         Peka dan tanggap terhadap keprihatinan masyarakat

·      Mampu mengambil sikap dan bertanggung jawab sebagai orang Kristiani yang hidup ditengah masyarakat

Untuk mampu mewujudkan hal tersebut, orang yang menerima Sakramen Krisma disadarkan akan kekuatan yang diperoleh dari Allah melalui penumpangan tangan oleh Uskup. 

            Kata/kalimat yang digunakan pada Upacara Penerimaan Sakramen Krisma adalah:

  • Saat Pengurapan Minyak Krisma

Uskup              : ”Terimalah tanda karunia Roh Kudus”

Calon Krisma   : ”Amin”

Artinya            : Roh Kudus dicurahkan untuk menguatkan Calon Krisma dan menjadikannya    anggota Gereja yang dewasa.

  • Saat Penumpangan Tangan oleh Uskup

Uskup              : ” Damai Kristus”

Calon Krisma   : ” Terima Kasih”

Artinya            : Calon Krisma diutus oleh Yesus untuk menjadi Saksi Kristus dan mewartakan Injil

                           Umat manusia. 

Upacara Penerimaan Sakramen Krisma sama seperti Sakramen-sakramen lainnya yaitu menggunakan simbol dan sarana yang mempunyai arti tertentu. Adapun sarana yang digunakan adlah ”Minyak Krisma” yaitu campuran antara ”minyak zaitun” dan ”balsem ” yang telah diberkati oleh Uskup.

Simbol yang digunakan yaitu ” Penumpangan Tangan oleh Uskup”. 

Upacara Penerimaan Sakramen Krisma dipimpin oleh Uskup, karena Krisma sebagai penugasan resmi dan pengangkatan tokoh publik yang menjadi wewenang Uskup, hanya pemimpin yang dapat memberikan tugas tersebut dan pemimpin tersebut adalah Uskup. Kalau Uskup berhalangan hadir, maka Sakramen Krisma dapat diterimakan oleh Imam yang ditujuk dan diberi kuasa serta wewenang oleh Uskup sendiri. 

Adapun Tata Upacara Penerimaan Sakramen Krisma adalah sebagai berikut:

I.                    PEMBUKAAN

·         Nyanyian Pembukaan

·         Tanda Salib dan salam Pembuka

·         Penyerahan Calon Krisma 

               ·         Tuhan Kasihanilah

               ·         Doa Pembukaan 

II.                 LITURGI SABDA

·         Bacaan I dan Bacaan II

·         Mazmur Tanggapan

·         Bacaan Injil dilanjutkan dengan Homili 

III.               UPACARA KRISMA

·         Pembaharuan Janji Baptis

·         Pengurapan Minyak Krisma dan penumpangan tangan oleh Uskup

·         Doa Umat

 

IV.              LITURGI EKARISTI

·         Doa Persembahan

·         Doa Syukur Agung

·         Doa Bapa Kami

·         Salam Damai

·         Komuni

·         Doa Penutup 

V.                 PENUTUP

·         Pengumuman

·         Amanat Perutusan

·         Berkat Pengutusan

·         Nyanyian Penutup 

Selesai Upacara penerimaan sakramen Krisma, biasanya para Penerima Sakramen Krisma dikumpulkan dan mengadakan pertemuan ramah tamah dengan Uskup dalam suasana resepsi kecil, Para Penerima Krisma biasanya akan menerima kenang-kenangan kecil sebagai lambang simbolis akan tugas  perutusan yang berikan oleh Yesus. Hadiah/kenang-kenangan ini biasanay diselenggarakan oleh wilayah masing-masing yang dikoordinir oleh Panitia Krisma Paroki. 

Syarat-syarat menerima sakramen Krisma 

1.   Harus sudah dibaptis secara Katolik dan masih menjadi Anggota Gereja serta belum pernah menerima sakramen Kisma sebelumnya

2.      Berusia yang dapat diserahi tanggung jawab (Min 12 tahun keatas)

3.      Mengikuti persiapan/ pelajaran Krisma yang sudah ditentukan secukupnya

4.      Dapat menggunakan akal budinya dan mau menerima sakramen Krisma

5.      Harus dalam keadaan rahmat, karena itu dihimbau supaya calaon Krisma menerima Sakramen Tobat terlebih dahulu

6.      Hidup sesuai dengan ajaran Kristus,  dan siap melaksanakan Tugas Perutusan menjadi Saksi Kristus dalam hidup sehari-hari. 

Sakramen Krisma akan berkarya dalam pribadi setiap orang yang menerimannya, adapun Buah Roh Kudus bagi orang yang menerima Sakramen Krisma adalah sebagai berikut: 

·        Mereka akan semakin serupa dengan Kristus, sebab Roh Kidus yang mereka terim adalah Roh Yesus sendiri

·           Akan lebih mantap dan dewasa dalam Iman

·           Makin setia mengikuti kristus

·           Berani membela kebenaran Iman

·           Makin dikuatkan untuk menjadi saksi Kristus

·           Lebih bertanggung jawab dalam kahidupan menggereja

·           Labih cermat dalam memilih panggilan hidup

·           Menjadi orang beriman yang dinamis

 

04 Mei 2021

MATERI KELAS X: TRITUNGGAL MAHA KUDUS

Ajaran Gereja tentang Tritunggal Mahakudus atau yang juga dikenal sebagai Trinitas dalam Kristen adalah salah satu topik yang bisa dibilang seringkali diperdebatkan dalam masyarakat kita. Yang perlu Anda ketahui dan ingat – ingat adalah kita sebagai seorang manusia memiliki pengetahuan dan pengertian yang terbatas akan Tuhan dan segala rancangan-Nya dalam hidup kita. Apabila kita mengetahui segala sesuatu, mungkin saja kita akan meragukan bahkan tidak mempercayai akan adanya keberadaan Tuhan. Apa yang telah Tuhan sampaikan melalui kitab suci adalah Ia hanya meminta kita untuk percaya dan merenungkan bahwa rencana-Nya pasti akan indah pada waktu-Nya.

Tritunggal Mahakudus sendiri berarti bahwa ada satu Tuhan dengan tiga pribadi. Mungkin memang pengertian Tritunggal Mahakudus bisa dianalogikan dengan hal – hal yang lainnya, ambil saja contohnya sebagai matahari. Matahari dapat memancarkan energi panas, dan membantu menyinari bumi, bagaimanapun juga matahari tetaplah satu matahari walaupun ia memiliki dua fungsi yang berbeda. Tentunya akan ada perbedaan persepsi dan cara pandang ataupun cara pikir mengenai hal ini, tetapi yang pasti Allah Bapa telah mengutus Yesus Kristus sebagai pernyataan akan diri-Nya sendiri yang membuat kita mempercayai akan Tritunggal Mahakudus. Tri berarti tiga, dan tunggal berarti menjadi satu. Ketika pribadi yang ada dalam Tritunggal Mahakudus adalah Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus. Saya akan berusaha memberikan penjelasan akan masing – masing pribadi sesuai rumusannya dengan apa yang bisa anda ketahui, sebagai berikut:

1. Allah Bapa

Allah Bapa adalah pribadi pertama dalam ketiga pribadi pada Allah Tritunggal. Kita pertama – tama mengenal Allah Bapa karena Yesus sendiri seringkali berdoa kepada Bapa-Nya di surga. Sama seperti yang telah Yesus katakan, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yohanes 14:7, 9). Dengan mengenali Tuhan Yesus melalui semua perumpamaan yang Ia buat dan berusaha mengenal Yesus dengan lebih dekat lagi dengan melakukan renungan atas ayat – ayat yang ada pada kitab suci, kita secara langsung juga mengenal Allah Bapa itu sendiri karena mereka adalah satu.

Sebelum mengenal Allah Bapa melalui Yesus, Allah Bapa adalah Allah yang sama yang membentuk bumi dan menciptakan kehidupan di bumi, membimbing kaum Israel keluar dari Mesir dan adalah Allah yang sama yang membimbing dan mengangkat Abraham sebagai Bapa Segala Bangsa. Dan karena cinta-Nya yang besar, Allah Bapa mengutus Yesus sebagai pribadi yang kedua.

2. Allah Putra

Allah Putra adalah pribadi kedua dalam ajaran Gereja tentang Tritunggal Mahakudus. Dan seperti yang kita ketahui, Ia adalah Yesus Kristus sendiri. Salah satu tujuan ataupun makna kelahiran Yesus Kristus atau kedatangan Yesus ke dunia adalah untuk menjembatani hubungan Allah dan manusia yang rusak karena dosa. Adanya Yesus yang telah datang ditengah – tengah kita membuat kita menjadi lebih mengerti tentang pribadi Allah. Tentang bagaimana Allah sendiri mau menjadi seperti manusia dan merasakan semua yang kita rasakan.
Karakter Kristus sendiri juga 100% Allah dan 100% manusia dan hal inilah yang membantu para rasul untuk bisa lebih dekat dengan Kristus. Kedatangan Kristus ke dunia membuat kita mengenal pribadi Allah secara lebih jauh, mengenal betapa baiknya Allah, dan betapa pedulinya Allah akan keselamatan manusia ciptaan-Nya. Apabila diibaratkan, Allah itu seperti samudra luas yang tidak terselami, dengan adanya Yesus, kita bisa mengerti sedikit lebih jelas akan rupa dan sifat – sifat baik Allah untuk membantu menyelamatkan kita dari dosa yang menghantar kita pada kematian dan maut.

3. Allah Roh Kudus

Dan pribadi yang ketiga adalah Allah Roh Kudus. Allah Roh Kudus adalah Roh Allah sendiri yang bekerja untuk membimbing dan menyertai kita sepanjang hidup. Atas adanya keberadaan Roh Kuduslah kita dimampukan untuk melakukan berbagai kebaikan dan menghasilkan beberapa buah-buah Roh Kudus atas penyertaan-Nya. Roh Kudus membantu kita dan memampukan kita untuk melakukan berbagai hal baik dengan lebih maksimal. Sama seperti kejadian pada malam pentakosta pada jaman Yesus, banyak dari murid-Nya yang berduka dan ketika turun pencurahan Roh Kudus dalam bentuk lidah – lidah api, para murid Yesus menjadi lebih dikuatkan dan terhibur. Untuk mendapatkan karunia Roh Kudus yang memiliki dampak besar yang baik pada kehidupan kita, tentunya kita harus semakin mendekat kepada Allah dan mematuhi perintah – perintah-Nya

Dan hal yang perlu Anda ingat – ingat adalah Allah tetap sama sejak dahulu hingga selama – lamanya. Ia akan tetap mencintai dan menyertai manusia untuk menuju kedapa keselamatan yang datang dari padaNya. 

Dasar dari Kitab Suci dan pengajaran Gereja

Yesus menunjukkan persatuan yang tak terpisahkan dengan Allah Bapa, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30); “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa…” (Yoh 14:9). Di dalam doa-Nya yang terakhir untuk murid-murid-Nya sebelum sengsara-Nya, Dia berdoa kepada Bapa, agar semua murid-Nya menjadi satu, sama seperti Bapa di dalam Dia dan Dia di dalam Bapa (lih. Yoh 17: 21). Dengan demikian Yesus menyatakan Diri-Nya sama dengan Allah: Ia adalah Allah. Hal ini mengingatkan kita akan pernyataan Allah Bapa sendiri, tentang ke-Allahan Yesus sebab Allah Bapa menyebut Yesus sebagai Anak-Nya yang terkasih, yaitu pada waktu pembaptisan Yesus (lih. Luk 3: 22) dan pada waktu Yesus dimuliakan di atas gunung Tabor (lih. Mat 17:5).

Yesus juga menyatakan keberadaan Diri-Nya yang telah ada bersama-sama dengan Allah Bapa sebelum penciptaan dunia (lih. Yoh 17:5). Kristus adalah sang Sabda/ Firman, yang ada bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah, dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan (Yoh 1:1-3). Tidak mungkin Yesus menjadikan segala sesuatu, jika Ia bukan Allah sendiri.

Selain menyatakan kesatuan-Nya dengan Allah Bapa, Yesus juga menyatakan kesatuan-Nya dengan Roh Kudus, yaitu Roh yang dijanjikan-Nya kepada para murid-Nya dan disebutNya sebagai Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, (lih. Yoh 15:26). Roh ini juga adalah Roh Yesus sendiri, sebab Ia adalah Kebenaran (lih. Yoh 14:6). Kesatuan ini ditegaskan kembali oleh Yesus dalam pesan terakhir-Nya sebelum naik ke surga, “…Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus…”(Mat 28:18-20).

Selanjutnya, kita melihat pengajaran dari para Rasul yang menyatakan kembali pengajaran Yesus ini, contohnya, Rasul Yohanes yang mengajarkan bahwa Bapa, Firman (yang adalah Yesus Kristus), dan Roh Kudus adalah satu (lih 1 Yoh 5:7); demikian juga pengajaran Petrus (lih. 1 Pet:1-2; 2 Pet 1:2); dan Paulus (lih.  1Kor 1:2-10; 1Kor 8:6; Ef 1:3-14). Rasul Paulus

Dasar dari Pengajaran Bapa Gereja

Para Rasul mengajarkan apa yang mereka terima dari Yesus, bahwa Ia adalah Sang Putera Allah, yang hidup dalam kesatuan dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Iman akan Allah Trinitas ini sangat nyata pada Tradisi umat Kristen pada abad-abad awal.

1. St. Paus Clement dari Roma (menjadi Paus tahun 88-99):
“Bukankah kita mempunyai satu Tuhan, dan satu Kristus, dan satu Roh Kudus yang melimpahkan rahmat-Nya kepada kita?” ((St. Clement of Rome, Letter to the Corinthians, chap. 46, seperti dikutip oleh John Willis SJ, The Teachings of the Church Fathers, (San Francisco, Ignatius Press, 2002, reprint 1966), p. 145))

2. St. Ignatius dari Antiokhia (50-117) membandingkan jemaat dengan batu yang disusun untuk membangun bait Allah Bapa; yang diangkat ke atas oleh ‘katrol’ Yesus Kristus yaitu Salib-Nya dan oleh ‘tali’ Roh Kudus. ((St. Ignatius of Antiokh, Letter to the Ephesians, Chap 9, Ibid., p. 146))

“Ignatius, juga disebut Theoforus, kepada Gereja di Efesus di Asia… yang ditentukan sejak kekekalan untuk kemuliaan yang tak berakhir dan tak berubah, yang disatukan dan dipilih melalui penderitaan sejati oleh Allah Bapa di dalam Yesus Kristus Tuhan kita.” ((St. Ignatius, Letter to the Ephesians, 110))

“Sebab Tuhan kita, Yesus Kristus, telah dikandung oleh Maria seturut rencana Tuhan: dari keturunan Daud, adalah benar, tetapi juga dari Roh Kudus.” ((ibid., 18:2)).

“Kepada Gereja yang terkasih dan diterangi kasih Yesus Kristus, Tuhan kita, dengan kehendak Dia yang telah menghendaki segalanya yang ada.” ((St. Ignatius, Letter to the Romans, 110))

3. St. Polycarpus (69-155), dalam doanya sebelum ia dibunuh sebagai martir, “… Aku memuji Engkau (Allah Bapa), …aku memuliakan Engkau, melalui Imam Agung yang ilahi dan surgawi, Yesus Kristus, Putera-Mu yang terkasih, melalui Dia dan bersama Dia, dan Roh Kudus, kemuliaan bagi-Mu sekarang dan sepanjang segala abad. Amin.” ((St. Polycarp, Ibid., 146))

4. St. Athenagoras (133-190):
“Sebab, … kita mengakui satu Tuhan, dan PuteraNya yang adalah Sabda-Nya, dan Roh Kudus yang bersatu dalam satu kesatuan, –Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus.” ((St. Athenagoras, A Plea for Christians, Chap. 24, ibid., 148))

5. Aristides sang filsuf [90-150 AD] dalam The Apology
“Orang- orang Kristen, adalah mereka yang, di atas segala bangsa di dunia, telah menemukan kebenaran, sebab mereka mengenali Allah, Sang Pencipta segala sesuatu, di dalam Putera-Nya yang Tunggal dan di dalam Roh Kudus. ((Aristides, Apology 16 [A.D. 140]))

6. St. Irenaeus (115-202):
“Sebab bersama Dia (Allah Bapa) selalu hadir Sabda dan kebijaksanaan-Nya, yaitu Putera-Nya dan Roh Kudus-Nya, yang dengan-Nya dan di dalam-Nya, …Ia menciptakan segala sesuatu, yang kepadaNya Ia bersabda, “Marilah menciptakan manusia sesuai dengan gambaran Kita.” (( St. Irenaeus, Against Heresy, Bk. 4, Chap.20, Ibid., 148))

“Sebab Gereja, meskipun tersebar di seluruh dunia bahkan sampai ke ujung bumi, telah menerima dari para rasul dan dari murid- murid mereka iman di dalam satu Tuhan, Allah Bapa yang Mahabesar, Pencipta langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya; dan di dalam satu Yesus Kristus, Sang Putera Allah, yang menjadi daging bagi keselamatan kita, dan di dalam Roh Kudus, yang [telah] mewartakan melalui para nabi, ketentuan ilahi dan kedatangan, dan kelahiran dari seorang perempuan, dan penderitaan dan kebangkitan dari mati dan kenaikan tubuh-Nya ke surga dari Kristus Yesus Tuhan kita, dan kedatangan-Nya dari surga di dalam kemuliaan Allah Bapa untuk mendirikan kembali segala sesuatu, dan membangkitkan kembali tubuh semua umat manusia, supaya kepada Yesus Kristus Tuhan dan Allah kita, Penyelamat dan Raja kita, sesuai dengan kehendak Allah Bapa yang tidak kelihatan, setiap lutut bertelut dari semua yang di surga dan di bumi dan di bawah bumi ….” ((St. Irenaeus, Against Heresies, I:10:1 [A.D. 189])).

“Namun demikian, apa yang tidak dapat dikatakan oleh seorangpun yang hidup, bahwa Ia [Kristus] sendiri adalah sungguh Tuhan dan Allah … dapat dilihat oleh mereka yang telah memperoleh bahkan sedikit bagian kebenaran” ((St. Irenaeus, ibid., 3:19:1)).

7. St. Clement dari Alexandria [150-215 AD] dalam Exhortation to the Heathen (Chapter 1)
“Sang Sabda, Kristus, adalah penyebab, dari asal mula kita -karena Ia ada di dalam Allah- dan penyebab dari kesejahteraan kita. Dan sekarang, Sang Sabda yang sama ini telah menjelma menjadi manusia. Ia sendiri adalah Tuhan dan manusia, dan sumber dari semua yang baik yang ada pada kita” ((St. Clement, Exhortation to the Greeks 1:7:1 [A.D. 190])).

“Dihina karena rupa-Nya namun sesungguhnya Ia dikagumi, [Yesus adalah], Sang Penebus, Penyelamat, Pemberi Damai, Sang Sabda, Ia yang jelas adalah Tuhan yang benar, Ia yang setingkat dengan Allah seluruh alam semesta sebab Ia adalah Putera-Nya.” ((ibid., 10:110:1)).

8. St. Hippolytus [170-236 AD] dalam Refutation of All Heresies (Book IX)
“Hanya Sabda Allah [yang] adalah dari diri-Nya sendiri dan karena itu adalah juga Allah, menjadi substansi Allah. ((St. Hippolytus, Refutation of All Heresies 10:33 [A.D. 228]))

“Sebab Kristus adalah Allah di atas segala sesuatu, yang telah merencanakan penebusan dosa dari umat manusia …. ((ibid., 10:34)).

9. Tertullian [160-240 AD] dalam Against Praxeas
“Bahwa ada dua allah dan dua Tuhan adalah pernyataan yang tidak akan keluar dari mulut kami; bukan seolah Bapa dan Putera bukan Tuhan, ataupun Roh Kudus bukan Tuhan…; tetapi keduanya disebut sebagai Allah dan Tuhan, supaya ketika Kristus datang, Ia dapat dikenali sebagai Allah dan disebut Tuhan, sebab Ia adalah Putera dari Dia yang adalah Allah dan Tuhan.” ((Tertullian, Against Praxeas 13:6 [A.D. 216])).

10. Origen [185-254 AD] dalam De Principiis (Book IV)
“Meskipun Ia [Kristus] adalah Allah, Ia menjelma menjadi daging, dan dengan menjadi manusia, Ia tetap adalah Allah.” ((Origen, The Fundamental Doctrines 1:0:4 [A.D. 225])).

11. Novatian [220-270 AD] dalam Treatise Concerning the Trinity
“Jika Kristus hanya manusia saja, mengapa Ia memberikan satu ketentuan kepada kita untuk mempercayai apa yang dikatakan-Nya, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” (Yoh 17:3). Bukankah Ia menghendaki agar diterima sebagai Allah juga? Sebab jika Ia tidak menghendaki agar dipahami sebagai Allah, Ia sudah akan menambahkan, “Dan manusia Yesus Kristus yang telah diutus-Nya,” tetapi kenyataannya, Ia tidak menambahkan ini, juga Kristus tidak menyerahkan nyawa-Nya kepada kita sebagai manusia saja, tetapi satu diri-Nya dengan Allah, sebagaimana Ia kehendaki agar dipahami oleh persatuan ini sebagai Tuhan juga, seperti adanya Dia. Karena itu kita harus percaya, seusai dengan ketentuan tertulis, kepada Tuhan, satu Allah yang benar, dan juga kepada Ia yang telah diutus-Nya, Yesus Kristus, yang, …tidak akan menghubungkan Diri-Nya sendiri kepada Bapa, jika Ia tidak menghendaki untuk dipahami sebagai Allah juga. Sebab [jika tidak] Ia akan memisahkan diri-Nya dari Dia [Bapa], jika Ia tidak menghendaki untuk dipahami sebagai Allah.” ((Novatian, Treatise Concerning the Trinity 16 [A.D. 235])).

12. St. Cyprian of Carthage [200-270 AD] dalam Treatise 3
“Seseorang yang menyangkal bahwa Kristus adalah Tuhan tidak dapat menjadi bait Roh Kudus-Nya …” ((St. Cyprian, Letters 73:12 [A.D. 253])).

13. Lactantius [290-350 AD] dalam The Epitome of the Divine Institutes
“Ia telah menjadi baik Putera Allah di dalam Roh dan Putera manusia di dalam daging, yaitu baik Allah maupun manusia. ((Lactantius, Divine Institutes 4:13:5 [A.D. 307]))

“Seseorang mungkin bertanya, bagaimana mungkin, ketika kita berkata bahwa kita menyembah hanya satu Tuhan, namun kita menyatakan bahwa ada dua, Allah Bapa dan Allah Putera, di mana penyebutan ini telah menyebabkan banyak orang jatuh ke dalam kesalahan yang terbesar … [yang berpikir] bahwa kita mengakui adanya Tuhan yang lain, dan bahwa Tuhan yang lain itu adalah yang dapat mati …. [Tetapi] ketika kita bicara tentang Allah Bapa dan Allah Putera, kita tidak bicara tentang Mereka sebagai satu yang lain dari yang lainnya, ataupun kita memisahkan satu dari lainnya, sebab Bapa tidak dapat eksis tanpa Putera dan Putera tidak dapat dipisahkan dari Bapa.” ((Lactantius, (ibid., 4:28–29))

14. St. Athanasius (296-373), “Sebab Putera ada di dalam Bapa… dan Bapa ada di dalam Putera…. Mereka itu satu, bukan seperti sesuatu yang dibagi menjadi dua bagian namun dianggap tetap satu, atau seperti satu kesatuan dengan dua nama yang berbeda… Mereka adalah dua,(dalam arti) Bapa adalah Bapa dan bukan Putera, demikian halnya dengan Putera… tetapi kodreat/ hakekat mereka adalah satu (sebab anak selalu mempunyai hakekat yang sama dengan bapanya), dan apa yang menjadi milik BapaNya adalah milik Anak-Nya.” ((St. Athanasius, Four Discourses Against the Arians, n. 3:3, in NPNF, 4:395.))

15. St. Agustinus (354-430), “… Allah Bapa dan Putera dan Roh Kudus adalah kesatuan ilahi yang erat, yang adalah satu dan sama esensinya, di dalam kesamaan yang tidak dapat diceraikan, sehingga mereka bukan tiga Tuhan, melainkan satu Tuhan: meskipun Allah Bapa telah melahirkan (has begotten) Putera, dan Putera lahir dari Allah Bapa, Ia yang adalah Putera, bukanlah Bapa, dan Roh Kudus bukanlah Bapa ataupun Putera, namun Roh Bapa dan Roh Putera; dan Ia sama (co-equal) dengan Bapa dan Putera, membentuk kesatuan Tritunggal. ” ((St. Augustine, On The Trinity, seperti dikutip oleh John Willis SJ, Ibid., 152.))

Dalam bukunya, On the Trinity (Book XV, ch. 3), St. Agustinus menjabarkan ringkasan tentang konsep Trinitas. Secara khusus ia memberi contoh beberapa trilogi untuk menggambarkan Trinitas, yaitu:
1) seorang pribadi yang mengasihi, pribadi yang dikasihi dan kasih itu sendiri.
2) trilogi pikiran manusia, yang terdiri dari pikiran (mind), pengetahuan (knowledge) yang olehnya pikiran mengetahui dirinya sendiri, dan kasih (love) yang olehnya pikiran dapat mengasihi dirinya dan pengetahuan akan dirinya.
3) ingatan (memory), pengertian (understanding) dan keinginan (will). Seperti pada saat kita mengamati sesuatu, maka terdapat tiga hal yang mempunyai satu esensi, yaitu gambaran benda itu dalam ingatan/ memori kita, bentuk yang ada di pikiran pada saat kita melihat benda itu dan keinginan kita untuk menghubungkan keduanya.

Khusus untuk point yang ketiga ini kita dapat melihat contoh lain sebagai berikut: jika kita mengingat sesuatu, misalnya menyanyikan lagu kesenangan, maka terdapat 3 hal yang terlibat, yaitu, kita mengingat lagu itu dan liriknya dalam memori/ ingatan kita, kita mengetahui atau memikirkan dahulu tentang lagu itu dan kita menginginkan untuk melakukan hal itu (mengingat, memikirkan-nya) karena kita menyukainya. Nah, ketiga hal ini berbeda satu sama lain, namun saling tergantung satu dengan yang lainnya, dan ada dalam kesatuan yang tak terpisahkan. Kita tidak bisa menyanyikan lagu itu, kalau kita tidak mengingatnya dalam memori; atau kalau kita tidak mengetahui lagu itu sama sekali, atau kalau kita tidak ingin mengingatnya, atau tidak ingin mengetahui dan menyanyikannya.

Pengajaran Gereja: Dogma tentang Tritunggal Maha Kudus

Syahadat ‘Aku Percaya’ menyatakan bahwa rahasia sentral iman Kristen adalah Misteri Allah Tritunggal. Maka Trinitas adalah dasar iman Kristen yang utama ((Gereja Katolik , Katekismus Gereja Katolik, Edisi Indonesia., 234, 261.)) yang disingkapkan dalam diri Yesus. Seperti kita ketahui di atas, iman kepada Allah Tritunggal telah ada sejak zaman Gereja abad awal, karena didasari oleh perkataan Yesus sendiri yang disampaikan kembali oleh para murid-Nya. Jadi, tidak benar jika doktrin ini baru ditemukan dan ditetapkan pada Konsili Konstantinopel I pada tahun 359! Yang benar ialah: Konsili Konstantinopel I mencantumkan pengajaran tentang Allah Tritunggal secara tertulis, sebagai kelanjutan dari Konsili Nicea (325) ((Konsili Nicea (325): Credo Nicea: “…Kristus itu sehakekat dengan Allah Bapa, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar …”)), dan untuk menentang heresies (ajaran sesat) yang berkembang pada abad ke-3 dan ke-4, seperti Arianisme (oleh Arius 250-336, yang menentang kesetaraan Yesus dengan Allah Bapa) dan Sabellianisme (oleh Sabellius 215 yang membagi Allah dalam tiga modus, sehingga seolah ada tiga Pribadi yang terpisah).

Dari sejarah Gereja kita melihat bahwa konsili-konsili diadakan untuk menegaskan kembali ajaran Gereja (yang sudah berakar sebelumnya) dan menjaganya terhadap serangan ajaran-ajaran sesat/ menyimpang. Jadi yang ditetapkan dalam konsili merupakan peneguhan ataupun penjabaran ajaran yang sudah ada, dan bukannya menciptakan ajaran baru. Jika kita mempelajari sejarah Gereja, kita akan semakin menyadari bahwa Tuhan Yesus sendiri menjaga Gereja-Nya: sebab setiap kali Gereja ‘diserang’ oleh ajaran yang sesat, Allah mengangkat Santo/Santa yang dipakai-Nya untuk meneguhkan ajaran yang benar dan Yesus memberkati para penerus rasul dalam konsili-konsili untuk menegaskan kembali kesetiaan ajaran Gereja terhadap pengajaran Yesus kepada para Rasul. Lebih lanjut mengenai hal ini akan dibahas di dalam artikel terpisah, dalam topik Sejarah Gereja.

Berikut ini adalah Dogma tentang Tritunggal Maha Kudus menurut Katekismus Gereja Katolik, yang telah berakar dari jaman jemaat awal:

1.     Tritunggal adalah Allah yang satu. ((Lihat KGK 253)) Pribadi ini tidak membagi-bagi ke-Allahan seolah masing-masing menjadi sepertiga, namun mereka adalah ‘sepenuhnya dan seluruhnya’. Bapa adalah yang sama seperti Putera, Putera yang sama seperti Bapa; dan Bapa dan Putera adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah dengan kodrat yang sama. Karena kesatuan ini, maka Bapa seluruhnya ada di dalam Putera, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Putera seluruhnya ada di dalam Bapa, dan seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Roh Kudus ada seluruhnya di dalam Bapa, dan seluruhnya di dalam Putera.

2.     Ketiga Pribadi ini berbeda secara real satu sama lain, yaitu di dalam hal hubungan asalnya: yaitu Allah Bapa yang ‘melahirkan’, Allah Putera yang dilahirkan, Roh Kudus yang dihembuskan. ((Lihat KGK 254))

3.     Ketiga Pribadi ini berhubungan satu dengan yang lainnya. Perbedaan dalam hal asal tersebut tidak membagi kesatuan ilahi, namun malah menunjukkan hubungan timbal balik antar Pribadi Allah tersebut. Bapa dihubungkan dengan Putera, Putera dengan Bapa, dan Roh Kudus dihubungkan dengan keduanya. Hakekat mereka adalah satu, yaitu Allah. ((Lihat KGK 255))



                                                                                                                                  

03 Mei 2021

MATERI KELAS VII: YESUS MEWARTAKAN KEBEBASAN ANAK-ANAK ALLAH

 


Kebebasan merupakan anugerah istimewa yang diberikan Allah kepada manusia selain hati nurani dan akal budi.

Berkat kebebasan yang dimilikinya manusia:

·         Tampil sebagai ciptaan Allah yang bermartabat luhur

·         Dapat mengembangkan dirinya menuju kesempurnaan 

Namun, tidak jarang kebebasan itu dihayati dan dipraktekkan secara salah.

Banyak orang mengartikan kebebasan sebagai, terlepas dari ikatan tugas, aturan atau keinginan orang lain. Pemahaman yang sempit ini seringkali berpengaruh pula pada sikap terhadap aturan, tugas dan orang lain, misalnya:

  • Disekolah banyak pelajar yang cenderung mengeluarkan baju seragamnya, padahal menurut aturan sekolah mereka harus berpakaian rapi dengan baju yang dimasukkan
  • Dirumah, sering terjadi konflik antara orang tua dan anak yang salah satunya disebabkan karena remaja menganggap tugas atau nasehat orang tuanya merupakan upaya untuk mengekang mereka dari kebebasannya.

Pandangan kristiani tentang Kebebasan mengandung 2 segi yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain yaitu:

  • Disatu pihak, manusia memang harus bebas dari hal-hal yang mengekang dan menghambat seseorang untuk berkembang dan mengaktualisasikan dirinya.
  • Dilain pihak, manusia juga harus bebas untuk melakukan sesuatu yang baik dan benar dalam upaya membawa dirinya menuju kesempurnaan. 

Makna Kebebasan dapat dimengerti dalam dua segi yaitu:

  1. Kebebasan negatif yaitu: Setiap orang mendambakan dirinya terbebas dari banyak hal seperti:

v  Kebebasan Jasmaniah yaitu a.l:

Ø  bebas dari rasa lapar

Ø   bebas dari sakit

Ø  bebas dari siksaan badan

Ø   dll

v  Kebebasan Kehendak yaitu a.l:

Ø  kebebasan dari belajar

Ø  bebas dari suatu permainan

Ø  kebebasan untuk berorganisasi

v  Kebebasan Moral yaitu a.l:

Ø  Bebas dari marah

Ø  bebas dari tekanan orang lain

Ø  bebas dari kejahatan dll

 

  1. Kebebasan positif, yakni bebas untuk melakukan sesuatu yang baik dan berguna seperti:

Ø  Bebas untuk menolong

Ø  Bebas untuk mengeluarkan pendapat

Ø  Bebas untuk memperoleh pendidikan

Ø  Bebas untuk memperoleh penghidupan yang layak

Ø  Dll

Fungsi Kebebasan adalah:

  • Manusia tampil sebagai ciptaan Allah yang bermartabat luhur.
  • Manusia dapat mengembangkan dirinya menuju kekesempurnaan berkat pilihan-pilihan yang dimilikinya. 

Kebebasan dan Tanggung jawab terhadap aturan

Bagaimanapun kebebasan yang kita miliki selalu:

  • Tidak pernah bebas dalam arti yang sepenuhnya
  • Berhadapan dengan norma dan aturan yang berlaku, baik yang dibuat sendiri maupun yang dibuat bersama
  • Perlu untuk dijalankan secara bertanggung jawab
  • Memandang bahwa aturan atau norma bukan merupakan penghalang kebebasan
  • Melihat bahwa norma dan aturan berfungsi untuk mengatur supaya kehidupan bersama dapat berjalan dengan tertib 

Kebebasan merupakan sarana manusia untuk semakin mendekati Allah sendiri. Oleh karena itu Kebebasan menurut Injil Lukas 4:18-20, haruslah:

  • Dijalankan sesuai dengan kehendak Allah sendiri
  • Kebebasan yang sejati pada dasarnya merupakan kebebasan sebagai anak-anak Allah sebagaimana yang diwartakan oleh Yesus sendiri
  • Bercermin pada Yesus yang dalam seluruh hidupNya berupaya mendatangkan kebebasan bagi orang-orang yang dijumpaiNya. 

Perjuangan Yesus yang istimewa untuk menegakkan kebebasan sejati adalah:

  • Dia berjuang membebaskan sesamaNya sekalipun Ia harus kehilangan kebebasanNya sendiri.
  • Sebagai murid-murid Yesus, kita adalah orang-orang yang telah dibebaskan berkat sengsara, wafat dan kebangkitanNya.
  • Sudah saatnya kitapun diajak untuk membebaskan sesama.
  • Menggunakan kebebasan yang sudah diberikan untuk hal-hal yang berguna.
  • Membantu kita untuk dapat melihat unsur baru dalam menghayati kebebasan
  • Kebebasan manusia ada batasnya karena terkait dengan hak kebebasan orang lain
  • Kita perlu menjalankan kebebasan yang bertanggung jawab
  • Mendorong kita untuk memperoleh kebebasan sejati, yakni kebebasan sebagai Anak-anak Allah dengan berani menaladani Yesus dalam hidup sehari-hari.

 



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

27 April 2021

MATERI KELAS X: SENGSARA, WAFAT, KEBANGKITAN DAN KENAIKAN YESUS

 

A.    A. KEBANGKITAN YESUS

Kabangkitan Yesus merupakan peristiwa besar yang terjadi kurang lebih 2000 tahun yang lalu. Maka kita dapat memahami peristiwa tersebut merupakan peristiwa sejarah, dimana kubur yang telah kosong menjadi bukti nyata kabangkitan Yesus, serta penampakanNya sebagai manusia yang telah bangkit membuktikan peristiwa besar itu.

v  Kebangkitan Yesus merupakan peristiwa sejarah

Perjanjian Baru menegaskan bahwa kebangkitan Yesus dari alam maut merupakan kejadian yang benar-benar terjadi dalam sejarah manusia dan sejarah keselamatan. Santo Paulus dalam suratnya kepada umat di Korintus sekitar tahun 56: “Yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; dan bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya” (1 Kor 15:3-4). Rasul Paulus berbicara di sini tentang tradisi yang hidup mengenai kebangkitan, yang ia dengar sesudah pertobatannya di depan pintu gerbang Damaskus (bdk. Kis 9:3-18).

v  Kubur kosong menandai Kristus yang bangkit

Kitab Suci Perjanjian Baru menceritakan tentang makam kosong sebagai titik awal kisah kebangkitan  Yesus. Tetapi kejadian makam kosong ini tidak langsung dengan sendirinya menjadi bukti tentang kebangkitan. Perempuan-perempuan yang melihat makam Yesus yang kosong, awalnya berpikir bahwa jenazah Yesus diambil orang (bdk. Yoh20:13; Mat 28:11-15). Walaupun demikian, makam kosong itu adalah satu bukti yang sangat penting untuk semua orang. Dengan melihat kejadian makam kosong, dan melihat “kain kafan terletak di tanah” (Yoh 20:6), maka mereka menjadi percaya bahwa Yesus benar-benar bangkit (Yoh 20:8). Mereka akhirnya percaya, bahwa jenazah Yesus tidak diambil oleh manusia, dan bahwa Yesus tidak kembali lagi ke suatu kehidupan duniawi seperti Lasarus (bdk. Yoh 11:44).

v  Yesus menampakkan Diri

 

Kisah bahwa Yesus bangkit dikuatkan dengan kisah penampakan Yesus. Pertama kali Yesus menampakkan diri kepada Maria dari Magdala, Maria Ibu Yakobus dan Salome (bdk. Mat 28:9-10; Yoh 20:11-18). Merekalah saksi kebangkitan Yesus yang pertama kali. Sesudah itu Yesus menampakkan diri kepada Petrus, kemudian kepada kedua belas murid-Nya (bdk. 1 Kor 15:5).

Mengapa Kristus Bangkit?

Menurut Santo Thomas Aquinas, ada lima alasan mengapa Kristus bangkit yakni:

Pertama, untuk menyatakan keadilan Allah.

 Kristus yang rela taat pada kehendak Allah, menderita dan wafat sudah selayaknya ditinggikan dengan kebangkitan-Nya yang mulia.

Kedua, untuk memperkuat iman kita.

Rasul Paulus menuliskan, “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.” (1Kor 15:14) Dengan kebangkitan-Nya, maka Kristus sendiri membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan, dan membuktikan bahwa kematian-Nya bukanlah satu kekalahan, namun merupakan satu kemenangan yang membawa kehidupan.

Ketiga, untuk memperkuat pengharapan.

Karena Kristus membuktikan bahwa Dia bangkit dan membawa orang-orang kudus bersama dengan-Nya, maka kita dapat mempunyai pengharapan yang kuat, bahwa pada saatnya, kitapun akan dibangkitkan oleh Kristus. Dan inilah yang menjadi pewartaan para rasul, seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus “Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati?” (1Kor 15:12). Bersama-sama dengan Ayub, kita dapat berkata “Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan- Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu.” (Ayb 19:25,27).

Keempat, agar kita dapat hidup dengan baik.

Santo  Thomas mengutip Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma, Roma 6:4, “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” Dengan demikian, kebangkitan Kristus mengajarkan kita untuk senantiasa hidup dalam hidup yang baru, yaitu hidup dalam Roh.

Kelima, untuk menuntaskan karya keselamatan Allah.

Karya keselamatan Allah tidak berakhir pada kematian Kristus di kayu salib, namun berakhir pada kemenangan Kristus, yaitu dengan kebangkitan- Nya. Rasul Paulus menuliskan “yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.” (Rm 4:25)

B. KENAIKAN YESUS KE SURGA

Selama 40 hari setelah kebangkitan, Yesus menampakkan diri kepada para muridNya. Selama itu, keadaanNya yang mulia masih terselubung dalam sosok tubuh seorang manusia biasa, sehingga para murid-murid-Nya dapat mengenali Dia (bdk. Mrk 16:12; Luk 24:15; Yoh 20:14-15; 21:4).Ia hadir di tengah mereka, makan dan minum bersama murid-murid-Nya (bdk. Kis 10:41) dan mengajarkan (bdk. Kis 1:3) mereka mengenai Kerajaan Allah. Yesus mengakhiri kebersamaan dengan para muridNya dengan menyampaikan tugas perutusan untuk mewartakan Injil, dan menjanjikan kuasa Roh Kudus (Kis 1:8) . “Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke Surga, lalu duduk di sebelah kanan Allah” (Mrk 16:19)

Gereja mengimani bahwa Kristus naik ke Surga dengan tubuh dan jiwa-Nya. Hal itu disebabkan karena ke-Allahan-Nya, Yesus senantiasa berada bersama dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Dengan kenaikan-Nya ke Surga – dengan tubuh dan jiwa – maka Kristus untuk selamanya membawa persatuan kodrat kemanusiaan-Nya yang telah mulia bersama dengan ke-Allahan-Nya.

Kenaikan Kristus ke Surga berbeda dengan pengangkatan Bunda Maria ke Surga. Bunda Maria diangkat ke Surga karena kekuatan Allah, sedangkan Kristus naik ke Surga karena kekuatan-Nya sendiri – karena Dia adalah sungguh Allah. Rasul Paulus menegaskan: “Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.” (Ef 4:10). Dengan demikian, Yesus naik ke Surga dan ditinggikan lebih tinggi dari segala sesuatu baik di bumi maupun di Surga, bahkan segala sesuatu diletakkan di bawah kaki Kristus (lih. Ef 1:20-22).

Kenaikan Yesus Kristus ke Surga, mempunyai makna bahwa Ia ditinggikan dengan setinggi-tingginya, hal itu diungkapkan dengan perkataan “Duduk di sebelah kanan Allah Bapa.” . “duduk di sisi kanan Bapa”mengandung makna bahwa Yesus Kristus sehakikat dengan Bapa dan kemuliaan dan kehormatan. Duduk di sebelah kanan Bapa berarti awal kekuasaan Mesias. Penglihatan nabi Daniel dipenuhi: “Kepada- Nya diberikan kekuasaan, kemuliaan, dan kekuasaan sebagai raja. Segala bangsa, suku bangsa, dan bahasa mengabdi kepada-Nya. Kekuasaan-Nya kekal dan tidak akan lenyap. Kerajaan-Nya tidak akan musnah” (Dan 7:14). Sejak saat ini para Rasul menjadi saksi-saksi “kekuasaan-Nya”, yang “tidak akan berakhir” (Syahadat Nisea-Konstantinopel).

Makna  Kebangkitan Bagi Kita

Rasul Paulus menulis sebagai berikut: “Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu” (1Kor 15:17). Kebangkitan-Nya membuktikan bahwa pengajaran dan termasuk klaim bahwa Dia sungguh Allah mendapatkan bukti yang kuat. Hal ini diperkuat bahwa janji akan kebangkitan Kristus telah dinubuatkan sebelumnya. Rasul Paulus menyatakan, “Dan kami sekarang memberitakan kabar kesukaan kepada kamu, yaitu bahwa janji yang diberikan kepada nenek moyang kita, telah digenapi Allah kepada kita, keturunan mereka, dengan membangkitkan Yesus, seperti yang ada tertulis dalam mazmur kedua: Anak- Ku Engkau! Aku telah memperanakkan Engkau pada hari ini.” (Kis 13:32-33) Dengan kebangkitan Kristus, maka terbukalah pintu masuk menuju kehidupan baru, yaitu hidup yang dibenarkan oleh Allah atau hidup yang penuh rahmat Allah. Dikatakan dalam Rm 6:4 “Supaya seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” Hidup yang baru, yaitu hidup di dalam rahmat, memungkinkan kita untuk dapat menjadi saudara Kristus dan menjadi anak- anak Allah di dalam Kristus. Dan kepercayaan akan besarnya rahmat Allah ini, membuka harapan baru kepada kita, bahwa pada saatnya nanti, kitapun akan dibangkitkan bersama dengan Kristus dan kemudian hidup berbahagia untuk selama-lamanya bersama dengan Kristus dalam persatuan abadi bersama Allah Roh Kudus dan Allah Bapa.

Makna Kenaikan Yesus Ke Surga Bagi Kita

Berkat kenaikan Yesus ke Surga, maka:

Pertama, Kristus adalah Sang Pemimpin kita.

Ia akan membawa serta kita semua yang percaya dan bergabung dengan Dia masuk dalam kemuliaan surgawi. Kristus adalah Kepala Gereja dan kita adalah Tubuh-Nya (lih. Ef 5:23; bdk. Mik 2:13), maka kalau Kristus naik ke Surga dengan kodrat-Nya sebagai manusia dan Allah, maka kita sebagai anggota-anggota-Nya juga akan diangkat ke Surga dengan tubuh dan jiwa kita, sebagaimana yang telah Ia janjikan semasa hidup-Nya untuk menyediakan tempat bagi kita (lih. Yoh 14:2).

Kedua, Kristus menjadi Pengantara Kita pada Bapa.

Berkat kenaikan Kristus ke Surga, kita dapat sepenuhnya mempercayai Kristus. Dia tidak hanya menjanjikan tempat di Surga, tetapi telah menunjukkan kepada para murid, Dia sendiri terlebih dahulu naik ke Surga. Dengan kenaikan-Nya ke Surga, maka Dia dapat menjadi Pengantara kita kepada Allah Bapa (lih. Ibr 7:25), sehingga kita yang berdosa dapat mempunyai kepercayaan yang besar akan belas kasih Allah (lih. 1Yoh 2:1).

Ketiga, kita dipanggil untuk hidup berfokus hal-hal surgawi.

Setelah kebangkitan-Nya dan sebelum kenaikan-Nya ke Surga, para rasul bertanya, “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” (Kis 1:6). Para rasul yang pada waktu itu masih belum mengerti secara penuh akan Kerajaan Allah, masih berharap bahwa setelah kebangkitan-Nya, Kristus akan memulihkan kejayaan Kerajaan Israel. Namun, dengan kenaikan Kristus ke Surga, maka Kristus sekali lagi menegaskan bahwa kerajaan-Nya bukan dari dunia ini namun dari Surga (lih. Yoh 18:36). Oleh karena itu, sebagai umat beriman, yang telah dibangkitkan bersama dengan Kristus – dengan Sakramen Baptis – senantiasa mencari perkara-perkara di atas, di mana Kristus ada yaitu di Surga (lih. Kol 3:1). Dengan demikian kita tidak boleh berfokus pada perkara-perkara di bumi, melainkan pada perkara-perkara yang di atas atau hal-hal surgawi (lih. Kol 3:2).




Materi Agama Katolik

SANTO AMBROSIUS, USKUP DAN PUJANGGA GEREJA

Santo Ambrosius, Uskup dan Pujangga Gereja Tanggal Pesta: 7 Desember Ambrosius lahir pada tahun 334 di Trier, Jerman dari sebuah keluarga Kr...